Hujan di musim gugur membawa hawa dingin. Embun pagi menyelimuti tanah. Eliska yang tidak sadarkan diri beberapa hari lalu, baru saja sadar. Pada pagi hari, orang-orang di Kediaman Adipati Madaharsa sudah sibuk ke sana kemari."Kabarnya, orang yang mendorong Nona Eliska ke dalam air sudah ditangkap. Kemarin, Tuan Raditya sudah menginterogasinya semalaman. Orang itu juga sudah dipukul sampai babak belur, tapi belum berhasil mengetahui dalangnya.""Sekalipun dipukul sampai mati, terus kenapa? Kalau bukan karena Nona Eliska berumur panjang .... Orang sejahat itu pantas dihukum mati!"Eliska yang berada di dalam kamar mendengar gosip orang-orang di luar. Perasaannya tidak karuan, tetapi lebih banyak rasa bahagia.Eliska kembali ke enam tahun yang lalu, saat dia belum dijodohkan dengan Arjuna. Dia tidak perlu merasakan penderitaan diabaikan.Selain itu, kehidupan lampau Eliska memang termasuk berjalan lancar. Namun, ada beberapa penyesalan yang sulit untuk dilupakan. Kini, dia memiliki kes
Di sesi permainan minum berikutnya, Eliska tidak lagi menjadi sorotan seperti di kehidupan lampau. Kala itu, dia hanya berusaha menarik perhatian seseorang. Namun, sekarang hal itu sudah tidak perlu.Orang yang memenangkan permainan kali ini adalah putri Keluarga Lingga.Seperti sebelumnya, Adelia tidak pernah suka menjadi pusat perhatian. Kali ini pun demikian. Dia hanya berucap sambil tersenyum tipis, "Bakat literasi Naya sangat bagus.""Ini karena Kak Adelia mengalah padaku," sahut putri Keluarga Lingga itu dengan wajah merona."Jangan terlalu menyanjungku, Naya. Oh iya, Eli, kenapa kamu pendiam sekali hari ini? Apa tubuhmu belum sepenuhnya pulih?" tanya Adelia dengan perhatian.Hubungan Eliska dan Adelia tidak terbilang dekat, jadi dia sedikit terkejut ketika menerima perhatian gadis itu. Dia menyahut, "Ya, kurasa tubuhku masih sedikit lemas. Tapi nggak apa-apa. Kak Adelia nggak perlu khawatir."Sebagai tuan rumah, Eliska sangat murah hati. Lagi pula, Dwiana berasal dari keluarga k
Selama hari-hari berikutnya, Eliska sangat jarang keluar. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mengejar ketinggalan dalam studinya di ruang kerja.Beberapa hari sebelum kembali ke akademi, Dwiana baru mengajak Eliska ke Paviliun Raksi untuk mengunjungi Gayatri.Paviliun Raksi, tempat tinggal Gayatri, ditanami pohon osmanthus di kedua sisinya. Meskipun bunganya sudah layu, pohon-pohon itu masih menyebarkan aroma segar samar, sangat pantas menyandang nama Paviliun Raksi."Nenek!" panggil Eliska, bahkan sebelum dirinya masuk ke dalam."Sayang, cepat kemari, duduk di sebelah nenek," ujar Gayatri.Segera setelah Eliska duduk, pelayan yang sedang melayani Gayatri memberinya sebuah penghangat tangan.Gayatri mengamati gadis itu selama beberapa saat, lalu berkata, "Kamu kelihatan energik hari ini."Dwiana yang berada di sebelah berucap sambil tersenyum, "Beberapa hari lagi, dia akan kembali ke akademi. Aku sengaja membawanya ke sini untuk memberi tahu Ibu."Gayatri mengernyit, hatinya sedi
Jika Arjuna sudah bertunangan, mau tidak mau Keluarga Adipati Madaharsa harus menyerah atas keinginan mereka menjadi besan Keluarga Raja Kawiswara.Selain itu, di antara banyaknya gadis bangsawan di ibu kota, Adelia adalah yang terbaik dan terpopuler di antara para tuan muda. Untuk menghindari persaingan di masa depan, Banyu rasa pernikahan ini lebih baik segera ditetapkan."Situasi di istana belum pasti, masih terlalu dini untuk membahas pernikahan sekarang," ujar Arjuna.Kecurigaan Kaisar seperti pedang tajam yang tergantung di atas kepala. Takutnya Kaisar akan menganggap persatuan antara Keluarga Raja Kawiswara dan Keluarga Adipati Nismara sebagai upaya untuk menyeimbangkan kekuasaan.Putra mahkota belum diangkat, sekarang memang masa yang penuh gejolak. Banyu terpaksa menahan lidahnya dan tidak bicara lagi.....Selama beberapa jam Eliska dan Dwiana bertamu di Kediaman Raja Kawiswara, dua tuan muda yang sudah memasuki usia dewasa itu sama sekali tidak menampakkan diri.Apa implikas
Eliska tidak begitu mengerti apa maksud Arjuna bertanya begitu."Kalau aku membantumu memetik buah, bagaimana Nona Eliska akan membalas kebaikanku?" tanya Arjuna lagi. Ada konotasi tertentu dalam kata-katanya yang dingin.Sindiran dalam kalimat ini sangat jelas. Jika Eliska masih seorang gadis yang belum mencapai usia dewasa, dia mungkin tidak akan mengerti.Namun, Eliska sudah pernah menikah dan sering tidur bersama Arjuna. Mana mungkin dia tidak mengerti maksudnya? Arjuna beranggapan bahwa Eliska hendak menggoda Banyu dengan beralasan ingin membalas budi.Eliska yang sekarang sebenarnya adalah wanita dewasa. Dia memang berniat untuk mencari suami yang baik, tetapi apa pun yang terjadi pilihannya tidak akan jatuh pada putra dari Keluarga Raja Kawiswara.Saat ini, Eliska harus berakting selayaknya gadis muda yang polos. Dia pun berpura-pura tidak mengerti dan berucap, "Aku akan membalas kebaikan orang yang memetik buah untukku dengan kaligrafi dan lukisan. Karena Tuan Banyu nggak di si
Banyu merasa canggung mendengar pertanyaan itu. Dia tidak pernah digoda tentang masalah asmara sebelumnya, jadi dia sangat tidak terbiasa. Namun, hal itu tidak kentara karena ekspresi wajahnya yang selalu datar."Aku bukan tipe orang yang akan dipengaruhi gadis cantik. Kamu tenang saja," ujar Banyu sambil duduk tegak.Melihat sikap serius Banyu, Nindia tidak punya pilihan selain berhenti menggodanya. Diam-diam, dia mengeluh betapa membosankan kakaknya itu.Arjuna tahu bahwa Banyu bertemu Eliska tadi, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa. Trik Eliska tidak sehebat itu hingga Arjuna perlu merasa khawatir.Para gadis bangsawan sudah berganti pakaian untuk pesta api unggun malam itu. Meskipun tidak semewah dan seindah biasanya, pakaian mereka tetap unik, jelas merupakan buah pemikiran cermat mereka.Eliska mengenakan pakaian pas tubuh berwarna terang. Desain aksesori rambutnya juga tidak mencolok. Penampilannya dibuat sesederhana mungkin."Semua tuan muda di ibu kota ada di sini. Kenapa kam
"Ah, maaf. Aku lupa kalau Kak Arjuna nggak peduli dengan para penari. Bahkan para penari Suku Surtara di kediamanku juga nggak pernah menarik perhatianmu," kata Yanuar.Bagi Yanuar, Banyu adalah si dungu yang tidak mengerti masalah asmara. Di sisi lain, Arjuna mengerti segalanya, tetapi tidak begitu tertarik. Ambisi Arjuna hanya berkaitan dengan kekuasaan.Keluarga Raja Kawiswara adalah keluarga ibu Yanuar. Jadi, dia senang-senang saja melihat pengaruh Keluarga Raja Kawiswara kian besar."Para penari Suku Surtara yang kubawa itu bukan untuk hiburanmu," ujar Arjuna dengan tenang."Kak Arjuna, terkadang nggak ada garis batas yang jelas antara urusan resmi dan pribadi," balas Yanuar sambil tersenyum tipis. Kemudian, dia memanggil pelayannya dan berkata, "Pergi dan tanyakan tentang identitas para penari cantik tadi."Ketika Arjuna menatap ke arah Giandra lagi, dia menyadari Pradipta juga tengah memandang ke tempat yang sama. Senyuman dingin dan cuek terlihat sekilas, lalu menghilang dengan
Tempat ini datar dan terbuka. Tidak bisa bersembunyi.Eliska hanya bisa menatap pandangan Arjuna yang tertuju padanya. Dia menutup mata dengan pasrah. Angin dingin bertiup kencang, tetapi tidak sedingin hatinya saat ini. Sekarang tinggal melihat apakah Arjuna akan menyelidikinya atau tidak.Jika menyelidikinya, itu urusan mudah bagi Keluarga Raja Kawiswara. Arjuna sudah menebak tentang penari itu. Dengan menyebarkan sedikit rumor, cukup untuk membuat penari itu menjadi pusat perhatian.Nanti, sebuah tandu merah akan membawa penari itu masuk ke Kediaman Raja Kawiswara lewat pintu samping. Dia akan dijadikan selir. Kemudian, dia akan ditempatkan di paviliun terpencil agar tidak terlihat dan tidak mengganggu.Hal ini tidak akan memengaruhi pernikahan dan karier Arjuna di masa depan.Namun, hidup Eliska akan hancur. Menjadi selir dengan cara seperti ini, bahkan lebih buruk dibandingkan dengan istri simpanan di luar. Jika itu terjadi, dia tidak akan bisa ikut campur masalah kakaknya lagi.K
Nindia mengingat sejenak. Selain para selir, hari ini Adelia memakai tusuk konde bunga dahlia dan Eliska memakai tusuk konde bunga anggrek."Apa Kak Banyu merasa hari ini tusuk konde yang dipakai Kak Eliska sangat cantik?" tanya Nindia. Hari ini dia juga tertarik pada tusuk konde yang dipakai Eliska. Tusuk kondenya sangat mungil. Gaya sanggul Eliska juga sederhana, tetapi unik.Kalau bukan karena Nindia merasa canggung saat berbicara dengan Eliska, dia pasti bertanya kepada Eliska kedai mana yang membuat tusuk konde bunga itu.Sementara itu, sekarang Banyu benar-benar merasa canggung. Dia tidak mungkin memperhatikan dandanan orang lain, menurutnya sama saja. Itulah sebabnya dia memakai Winka sebagai alasan."Kenapa Kak Banyu nggak langsung bilang saja kalau merasa tusuk konde Kak Eliska cantik? Ini bukan hal yang nggak sopan," komentar Nindia.Saat ini, Nindia tidak curiga. Bagaimanapun, Arjuna sudah menolak Eliska. Jadi, Nindia menganggap anggota Keluarga Raja Kawiswara tidak akan ber
Eliska tidak menunggu Arjuna menanggapi perkataannya. Dia langsung menambahkan sambil mengernyit, "Apa ke depannya aku harus membiarkan Putra Bangsawan Arjuna menyeleksi dulu waktu memilih suami? Jadi, aku baru bisa menikah setelah mendapatkan persetujuan Putra Bangsawan Arjuna?"Nada bicara Eliska sangat lembut, tetapi sindiran Eliska lebih kentara dari ucapannya tadi. Biasanya Eliska bersedia menoleransi sikap Arjuna dan menerima semua perintahnya demi kepentingan keluarga adipati. Namun, Eliska tidak terima kalau Arjuna terlalu mencampuri urusannya.Arjuna memandangi Eliska. Ekspresi Eliska tetap terlihat ramah dan tidak berubah sedikit pun. Hanya saja, telinga Eliska yang memerah menunjukkan dia sedikit emosional. Sepertinya sekarang Eliska sedang kesal, jadi Arjuna membalas, "Aku bukan meremehkanmu."Eliska tidak berbicara. Arjuna menjelaskan pada Eliska, "Bibiku sudah memilih kandidat untuk menjadi istri Yanuar. Lagi pula, Yanuar itu pria buaya darat. Biarpun sekarang dia menyuka
"Kalian main saja, aku mau masuk untuk menyalakan perapian," ujar Winka. Dia tidak ingin main lagi setelah kembang apinya padam. Winka kedinginan, jadi dia buru-buru masuk ke dalam istana.Eliska berpura-pura santai saat bertanya, "Kudengar Tuan Banyu mau pergi ke Surtara setelah tahun baru, ya?"Banyu menjawab, "Iya. Aku bertanggung jawab mengantar gaji prajurit dan pangan. Aku akan berangkat setelah tahun baru hari kelima. Butuh waktu 2 bulan sebelum aku kembali."Eliska berkata seraya menunduk, "Beberapa hari yang lalu, aku bermimpi Tuan Banyu diserang orang dari Suka Surtara secara diam-diam waktu dalam perjalanan mengantar pangan. Kamu terluka parah. Jadi, Tuan Banyu harus hati-hati waktu melakukan perjalanan sendiri."Banyu memang tidak terlalu mahir dalam urusan asmara, tetapi dia bukan orang yang bodoh. Banyu tahu Eliska mengkhawatirkannya. Sepertinya hari ini Eliska mengajak Winka bermain kembang api demi membicarakan hal ini dengan Banyu.Seketika Banyu merasa Eliska sangat l
Eliska tanpa sadar mencari Arjuna. Selama ini, Arjuna ingin menikahi Adelia. Namun, sepertinya ini bukan hal yang mudah karena saingannya adalah Taraka. Jika Arjuna kehilangan wanita yang dicintainya lagi, entah siapa yang akan dinikahinya di kehidupan ini.Arjuna melirik Eliska sekilas, lalu tidak melihatnya lagi. Banyu yang berdiri di samping Arjuna tetap menunjukkan ekspresi serius seperti biasanya.Menurut Eliska, Banyu termasuk pria baik. Dia bukan pria yang bisa mengkhianati istrinya dan tertarik pada wanita lain. Sudah jelas, Banyu adalah pria yang jujur dan bertanggung jawab.Sementara itu, Eliska tidak bisa menilai Arjuna adalah pria yang baik atau jahat. Arjuna hanya fokus memikirkan kepentingan Keluarga Raja Kawiswara.Dalam urusan percintaan, Arjuna bukan pria yang setia. Arjuna bisa tertarik pada wanita lain, tetapi biasanya wanita yang tergoda dengannya. Jadi, Arjuna tidak pernah rugi.Eliska teringat masalah di kehidupan sebelumnya saat melihat Banyu. Setelah melewati ta
Ucapan Arjuna membuat Banyu lebih tenang. Sekarang mereka berada di istana, bukan di kediaman raja. Jadi, mereka harus tahu batasan. Banyu tetap menunjukkan ekspresi datar, tetapi dia tidak minum arak lagi.Jyena menoleh setelah mendengar suara mereka berdua. Dia berkomentar sembari tersenyum saat melihat ekspresi Banyu, "Kualitas Arak Batari sangat bagus. Kalau Banyu suka, jangan larang dia minum."Zuhair menimpali, "Semua yang merayakan tahun baru di sini keluarga. Nggak masalah kalau mabuk. Apa istana yang besar ini kekurangan tempat untuk istirahat?"Banyu membalas, "Maaf sudah membuat Paman dan Bibi repot."Zuhair memandang Eliska lagi, lalu bercanda dengannya, "Eli, apa kamu mau mencoba arak ini? Aku ingat kamu juga suka minum arak."Yang dimaksud Zuhair adalah kejadian Eliska mabuk saat perburuan musim gugur. Eliska menyahut dengan ekspresi malu, "Setelah pulang ke kediaman, Ibu menceramahiku. Sejak saat itu, aku nggak berniat minum arak lagi. Kalau nggak, Ibu pasti nggak akan m
Eliska memberi hormat dan berucap, "Selir Agung Jyena, aku nggak pantas terima pujian seperti itu."Zuhair berkomentar, "Kamu sangat perhatian. Ini pertama kalinya kamu masuk istana, tapi kamu memperhatikan semua selirku."Zuhair melihat burung bayan putih di dalam kandang yang lebih kurus dibandingkan sebelumnya. Burung bayan itu terlihat lemas. Zuhair menambahkan, "Kenapa kamu memelihara burung bayan hingga menjadi seperti ini?"Eliska bersujud. Dia yang malu mengakui kesalahannya, "Paman Zuhair, Paman Sadali sudah bantu aku cari pelatih burung demi memelihara burung bayan ini. Tapi, aku benar-benar nggak mampu memelihara burung. Jadi, aku bawa burung bayan ini ke istana biar Paman Zuhair bisa bantu aku cari cara."Meskipun Yanuar yang menyuruh Eliska membawa burung bayan ke istana, sekarang Eliska tidak boleh mengungkitnya.Zuhair menceletuk, "Yang pandai memelihara burung cuma Yanuar. Biar dia yang bantu kamu pelihara saja."Yanuar memberi hormat sambil menyahut, "Oke, Ayah."Elisk
Gayatri berucap sambil mengernyit, "Apa bedanya anak selir atau anak sah? Semuanya tetap cucuku. Lihatlah, Rumi berdandan dengan begitu rapi. Dia juga gadis cantik kok. Kesehariannya pun perlu lebih banyak diawasi dan dibimbing. Kalau saja aku nggak minta orang untuk mengukur badannya, mungkin pakaian baru yang dipakainya hari ini pun nggak akan ada."Sebenarnya, Rumi menuruti ucapan Eliska tempo hari. Itulah sebabnya dia dengan inisiatif mendekati Gayatri beberapa kali dan mengatakan bahwa dirinya kekurangan pakaian. Mendengar itu, Gayatri merasa iba dan langsung memerintahkan pelayan menyiapkan pakaian baru untuknya.Mendengar Gayatri kembali membelanya di hadapan banyak orang hari ini, Rumi tidak kuasa menahan air mata. Dia buru-buru mengangkat tangan dan mengusapnya perlahan.Di sisi lain, Ulfa hanya bisa mencibir dalam hati. Dia merasa Verani benar-benar bodoh, bahkan anak sendiri pun tidak dibela. Namun dia senang melihat kebodohan itu terus berlanjut, jadi dia hanya tersenyum ti
"Aku sangat sadar kalau Keluarga Bramantya nggak punya latar belakang yang kuat. Wanita yang kusukai belum tentu juga akan menyukaiku. Sekalipun dia menyukaiku, aku pun nggak mau dia harus hidup menanggung perasaan terpaksa atau teraniaya." Pradipta menatap Eliska dengan serius. Kata-katanya terdengar begitu tulus.Eliska tidak tahu apakah wanita yang dia maksud itu adalah dirinya, tetapi jantungnya tetap saja berdegup makin cepat.Eliska perlahan mendongak dan menatap pria di hadapannya. Wajahnya memiliki garis-garis yang tegas dan rupawan.Meskipun hanya mengenakan pakaian sederhana berwarna hitam, ketampanannya sama sekali tak kalah dibanding pemuda-pemuda dari keluarga terhormat lainnya. Pradipta ibarat secangkir teh harum yang pekat. Makin lama dipandang, makin terasa dalam pesonanya."Semoga apa yang diinginkan Tuan Pradipta bisa segera terwujud," ucap Eliska pelan sambil menundukkan pandangannya.Pradipta melihat telinganya yang memerah. Dia tak kuasa menahan senyum, lalu berkat
Menjelang pergantian tahun, barulah Eliska mengerti maksud dari kalimat "lain kali kalau masuk istana" yang pernah diucapkan oleh Yanuar.Zuhair adalah seseorang yang paling tidak menyukai suasana sepi. Setiap malam tahun baru, dia selalu mengundang para wanita dan pemuda yang dekat dengan keluarga kekaisaran untuk masuk istana dan menemaninya merayakan malam pergantian tahun.Tahun-tahun sebelumnya, Eliska tentu saja tidak pernah mendapatkan kehormatan seperti itu. Namun tahun ini, dia sempat menjadi pusat perhatian di hadapan Zuhair. Jadi, sang kaisar pun langsung teringat padanya.Yanuar kemungkinan besar sudah lebih dulu mendengar kabar ini, makanya lebih awal mengisyaratkan hal tersebut pada dirinya.Sepanjang hidupnya, bahkan dihitung dari dua kehidupan sekalipun, kesempatan Eliska untuk masuk istana tak pernah lebih dari sepuluh kali. Jadi meskipun bersikap tenang, tetap saja hatinya terasa sedikit gugup.Bisa mendapatkan perhatian dari Zuhair adalah sebuah kehormatan besar bagi