Share

Bab 4

Author: Citra Lestari
Selama hari-hari berikutnya, Eliska sangat jarang keluar. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mengejar ketinggalan dalam studinya di ruang kerja.

Beberapa hari sebelum kembali ke akademi, Dwiana baru mengajak Eliska ke Paviliun Raksi untuk mengunjungi Gayatri.

Paviliun Raksi, tempat tinggal Gayatri, ditanami pohon osmanthus di kedua sisinya. Meskipun bunganya sudah layu, pohon-pohon itu masih menyebarkan aroma segar samar, sangat pantas menyandang nama Paviliun Raksi.

"Nenek!" panggil Eliska, bahkan sebelum dirinya masuk ke dalam.

"Sayang, cepat kemari, duduk di sebelah nenek," ujar Gayatri.

Segera setelah Eliska duduk, pelayan yang sedang melayani Gayatri memberinya sebuah penghangat tangan.

Gayatri mengamati gadis itu selama beberapa saat, lalu berkata, "Kamu kelihatan energik hari ini."

Dwiana yang berada di sebelah berucap sambil tersenyum, "Beberapa hari lagi, dia akan kembali ke akademi. Aku sengaja membawanya ke sini untuk memberi tahu Ibu."

Gayatri mengernyit, hatinya sedikit sedih saat berkata, "Kesehatan Eli baru saja membaik, kenapa harus terburu-buru?"

Masih sambil mengulum senyum, Dwiana menjelaskan, "Bu, tiga bulan lagi akan diadakan ujian enam seni. Eli belum lulus seni memanah. Bagaimana dia bisa berhasil kalau nggak didesak? Jangan sampai nama keluarga adipati dipermalukan nanti."

Meski para wanita biasa di Yardin lebih mementingkan kebajikan daripada bakat, para gadis bangsawan di ibu kota tetap harus mengenyam pendidikan berat dan lulus ujian enam seni.

Enam seni itu mencakup etiket, musik, memanah, berkuda, kaligrafi, dan berhitung. Gadis yang gagal dalam enam bidang itu akan membawa aib bagi nama keluarga. Sebaliknya, gadis yang lulus dengan nilai baik akan dianugerahi gelar "Gadis Berbakat" dan membawa kehormatan besar bagi keluarganya.

Pada waktu yang sama di kehidupan lampau, keterampilan memanah dan berkuda Eliska kurang baik karena fisiknya lemah. Itu sebabnya dia kehilangan kesempatan untuk dipilih sebagai "Gadis Berbakat".

Setelah beberapa bulan menikah, Eliska baru belajar berkuda dan memanah dari Arjuna. Keterampilannya ternyata cukup baik. Dia mungkin bisa memperjuangkan gelar "Gadis Berbakat" di kehidupan kali ini.

Hal yang paling dipedulikan Gayatri adalah kehormatan keluarga adipati. Pemuda bangsawan juga tidak akan mau menikahi gadis yang belum lulus ujian enam seni. Jadi, meski hatinya masih sedikit enggan, dia tidak mencegah Eliska kembali ke akademi lagi.

"Nenek, aku sudah nggak apa-apa sekarang. Nenek nggak perlu khawatir," hibur Eliska sambil menggenggam tangan Gayatri.

Gayatri menepuk kening Eliska dan mengomel, "Kalau sudah nggak apa-apa, kenapa kamu nggak datang berkunjung dari beberapa hari lalu?" Meski kata-katanya berisi omelan, nadanya terdengar lembut.

Eliska membalas, "Aku terus memikirkan Nenek. Tapi, ada banyak tugas yang masih tertunggak, jadi aku terpaksa harus menyelesaikannya dulu."

Gayatri menasihatinya dengan sungguh-sungguh, "Kali ini kamu harus lulus ujian memanah. Jangan sampai Nenek malu saat bertamu di tempat orang lain."

Eliska tahu betul betapa Gayatri sangat memperhatikan reputasi keluarga adipati. Dia pun berjanji, "Nenek, aku pasti akan pulang dengan nilai yang bagus."

Gayatri mengangguk puas. Dia lalu menyuruh Leya mengantar Eliska ke ruangan sebelah untuk menikmati camilan.

Setelah itu, Gayatri menoleh ke arah Dwiana dan berkata, "Kudengar kamu akan berkunjung ke Kediaman Raja Kawiswara besok. Aku sudah menyiapkan hadiah."

"Terima kasih sudah repot-repot, Bu," ujar Dwiana.

Gayatri berucap lagi, "Suamimu nggak mewarisi gelar adipati, jadi dia hanya bisa menggantungkan masa depannya di karier resmi pemerintahan."

"Raja Kawiswara disukai Kaisar, kalau Raditya dan Putra Ketiga menginginkan karier yang lancar, mereka butuh dukungan Raja Kawiswara. Jadi, bagaimana kita bisa mengabaikan Keluarga Raja Kawiswara? Hadiah yang kusiapkan secara pribadi akan menunjukkan ketulusan kita," tambah Gayatri.

Putra ketiga yang disebut Gayatri adalah Raynar, putra Dwiana dan kakak Eliska.

"Ibu perhatian sekali," puji Dwiana.

Dalam hati, Dwiana tahu bahwa Gayatri melakukan hal ini bukan hanya demi keluarga cabang, tetapi karena keluarga inti juga ingin mengambil hati Raja Kawiswara.

Keluarga Adipati Madaharsa sedang mengalami kemerosotan. Ini merupakan fakta yang tidak bisa disangkal.

Keluarga inti awalnya berniat menjadikan Gita menantu Keluarga Raja Kawiswara. Mereka sudah berusaha keras demi tujuan itu.

Sayangnya, usaha mereka sia-sia karena ditolak oleh Talita yang memiliki standar tinggi. Tentu saja, alasan utamanya karena Arjuna juga tidak menyukai Gita.

Gita adalah putri sah Sadali, adipati dari Keluarga Madaharsa. Dengan paras elok dan bakatnya, tadinya dia adalah gadis yang angkuh. Namun, dia merendahkan diri untuk menulis surat permohonan agar Arjuna bersedia menemuinya. Miris, pemuda itu bahkan tidak repot-repot untuk membalas suratnya.

Gita patah hati dan depresi cukup lama karena hal ini. Belakangan, akhirnya dia menikah dengan putra Keluarga Pradaya.

Demi menjaga reputasi Gita, keluarga inti merahasiakan masalah ini. Meski begitu, Dwiana tetap mengetahuinya.

"Tahun depan Eli sudah mencapai usia dewasa. Apa kamu sudah punya rencana atas pernikahannya?" tanya Gayatri tiba-tiba.

Dwiana tidak menjawab secara langsung, melainkan berkata, "Bu, sekarang aku sudah cukup dipusingkan dengan studi Eli. Bagaimana aku sempat untuk memikirkan hal lain? Masalah pernikahan bisa kita pikirkan saat waktunya tiba."

Gayatri berucap penuh arti, "Pernikahan Eli akan memengaruhi seluruh keluarga adipati. Kamu harus memikirkannya baik-baik."

Dwiana hanya tersenyum sebagai tanggapan. Dalam hati, dia memutuskan tidak akan membiarkan Eli menjadi batu loncatan bagi keluarga adipati.

Udara pagi itu dingin menusuk tulang. Eliska baru merasa sedikit hangat setelah naik ke kereta kuda.

Widya, nyonya dari Keluarga Bramantya sedang pergi mengunjungi keluarganya. Jadi, hari ini Eliska hanya perlu mengunjungi Kediaman Raja Kawiswara.

"Dandananmu sederhana sekali hari ini," ucap Dwiana, merasa sangat puas.

"Aku masih muda, belum pantas mengenakan perhiasan berkilau. Lebih cocok kalau Ibu yang pakai. Mulai sekarang Ibu harus lebih sering memakainya, Ayah juga pasti suka melihatnya," sahut Eliska.

Eliska berharap hubungan kedua orang tuanya bisa membaik. Dengan begitu, tidak ada yang bisa memanfaatkan celah di antara mereka.

Dwiana mendengus dan membalas, "Hati ayahmu nggak tertuju pada Ibu."

Eliska berucap, "Bu, Ayah tampan dan menawan. Kalau Ayah menyukai Lestari, mana mungkin Lestari masih mencari kekasih gelap? Ayah hanya menikahi Lestari karena dipaksa Nenek. Kalau hubungan kalian nggak membaik, Nenek pasti akan kembali memaksa Ayah mengambil selir lain."

Raditya mencintai Dwiana. Hanya saja, dia tidak tahan terus diperlakukan dengan dingin.

Eliska tahu bahwa ayahnya tidak pernah menyentuh Lestari. Namun, dia khawatir ibunya akan terkejut jika mendengar hal ini.

"Bu, kalau Ibu mau bersikap hangat pada Ayah, dia pasti senang," ujar Eliska lagi.

"Ibu nggak mau mendengar omong kosong ini lagi," tandas Dwiana.

Meski berkata begitu, Dwiana mempertimbangkan nasihat putrinya. Bagaimanapun, jika sang suami memihaknya, dia bisa merencanakan masa depan yang lebih baik untuk anak-anaknya.

Satu jam kemudian, kereta kuda berhenti di depan kediaman raja.

Kediaman Raja Kawiswara adalah kediaman yang diberikan secara pribadi oleh Kaisar. Letaknya berada di wilayah paling makmur di ibu kota, yakni di ujung Jalan Giribangun.

Birainya diukir dengan rumit, bangunannya dihias indah, dindingnya dicat merah cerah, dan ubin gentingnya berkilauan di bawah sinar matahari. Secara keseluruhan, kediaman ini mewah sekaligus elegan.

Para pelayan menyambut Dwiana dan Eliska masuk ke Kediaman Raja Kawiswara. Mereka menyusuri sebuah taman kecil yang dipenuhi deretan bunga di kedua sisi. Aroma bunga segar di udara membuat hati terasa gembira.

Setelah berjalan masuk lebih dalam, mereka tiba di Paviliun Kemuning. Eliska melihat Talita dan seorang wanita lain di sebelahnya. Wanita itu adalah Sartika, istri dari adik Raja Kawiswara dan ibu Banyu.

Tahun ini Talita berusia 40 tahun. Penampilannya sangat sederhana, tetapi fitur wajahnya sangat menawan. Arjuna jelas mewarisi pesona ibunya.

Talita juga memandangi Eliska. Baru enam bulan tidak bertemu, gadis yang tadinya masih hijau itu sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Postur tubuhnya yang indah samar-samar mulai terlihat. Lekuk tubuhnya juga memancarkan keanggunan. Dua tahun mendatang, entah seberapa eloknya dia nanti.

Namun, kecantikan wanita yang terlalu mencolok bukanlah hal yang terlalu baik. Pria selalu mudah tergoda dengan nafsu.

Talita sudah berpengalaman dan tahu betul betapa banyak kesempatan yang Raja Kawiswara lewatkan karena dirinya. Meskipun hal itu terasa manis, dia tidak ingin putranya jatuh ke dalam perangkap serupa.

"Eli makin cantik saja sekarang," puji Talita sambil tersenyum.

"Apa artinya kecantikan seorang wanita? Bakat masih lebih penting," balas Dwiana. Meski berkata begitu, dalam hati dia merasa sangat bangga.

Di kehidupan lampau, mungkin demi menebus sikap dingin Arjuna, ibu mertua Eliska ini memperlakukannya dengan cukup baik. Jadi, Eliska juga benar-benar peduli padanya.

"Kudengar Ratu mengalami ruam belum lama ini. Apa Ratu sudah pulih?" tanya Eliska dengan perhatian.

Talita tidak menyambut keramahan Eliska. Di matanya, gadis itu hanya berusaha untuk menjilatnya demi tujuan tertentu. Dia menyahut dengan tenang, "Sudah lumayan sembuh. Dari mana Eli tahu aku punya ruam?"

Eliska sudah memikirkan cara menjawab pertanyaan ini. Dia segera menyahut, "Waktu tabib memeriksa denyut nadiku sebelumnya, dia berkata sambil lalu kalau dirinya datang dari kediaman raja. Aku mengobrol sebentar dengannya, dari situlah aku tahu."

Talita tidak bertanya lebih jauh dan mulai mengobrol santai dengan Dwiana.

Sartika tersenyum ramah dan berucap, "Kalau bosan, Nona Eliska bisa berkeliling kediaman dengan pelayan."

"Yani, bawa Nona Eliska berkeliling," perintah Talita.

Eliska berterima kasih, lalu mengikuti Yani ke bagian belakang kediaman.

Raja Kawiswara menyukai aneka bunga, tanaman, dan pepohonan di kediamannya. Bahkan taman di istana pun tidak bisa menandinginya. Biarpun sudah musim gugur, taman di kediaman ini masih sangat hidup.

Namun, berhubung Eliska sudah tinggal selama tiga tahun di kediaman ini, dia tidak lagi merasa takjub.

Eliska hanya melirik sekilas saat melewati Paviliun Ramaya, tempat tinggalnya di kehidupan lampau. Berbagai pikiran hinggap di benaknya.

"Itu tempat tinggal Putra Bangsawan Arjuna." Yani menjelaskan sambil tersenyum, "Putra Bangsawan Arjuna bukannya sangat menyukai ketenangan, tapi dia memilih paviliun yang tenang ini sendiri. Ratu sering menggodanya, berkata kalau dia memilih paviliun ini untuk pendampingnya di masa depan."

Eliska tidak menyukai Paviliun Ramaya. Orang yang menyukai desain paviliun seperti ini mungkin adalah Adelia. Talita maupun Arjuna jelas tidak pernah menyangka bahwa yang akan menjadi menantu Keluarga Raja Kawiswara pada akhirnya bukanlah Adelia.

"Nona Eliska mau naik ke bukit batu dan melihat-lihat?" tanya Yani.

Eliska membeku, lalu memandang ke arah bukit batu familier di depannya. Tak pernah terpikir olehnya bahwa dia akan datang ke sini.

Ini adalah lokasi tempat Eliska mengalami kecelakaan. Rasa sendu datang tanpa diundang ke dalam hatinya.

"Nona Eliska?" panggil Yani, khawatir melihat gadis itu melamun.

"Aku nggak naik," ucap Eliska sambil tersenyum ramah, menyembunyikan kesedihannya. "Aku sedikit trauma karena pernah jatuh dari tempat tinggi."

Tidak semua orang memiliki kesempatan untuk mengulangi hidupnya. Kali ini, Eliska harus menghargai nyawanya.

....

Di atas bukit batu, Arjuna dan Banyu sedang bermain catur. Dari meja batu, mereka bisa leluasa melihat Eliska yang berjalan pergi.

"Kenapa Nona Eliska terlihat sedih tadi?" tanya Banyu dengan bingung.

Arjuna menaruh pion putih dan berucap perlahan, "Aku justru penasaran bagaimana dia bisa begitu familier dengan lingkungan di kediaman ini."

Banyu teringat ketika Eliska memasuki taman mendahului pelayan tanpa mengambil jalan yang salah. Pemikiran ini membuatnya mengernyit.

Sebelum Arjuna mencapai usia dewasa, seorang gadis pernah menyuap pelayan untuk mendapatkan peta tata letak kediaman raja. Selama jamuan makan di kediaman raja, gadis itu menyelinap ke kamar Arjuna, mencoba untuk memfitnah Arjuna telah menodainya.

Dengan begitu, gadis itu bisa menuntut pertanggungjawaban Arjuna. Untungnya, rencananya terbongkar dan krisis bisa dihindari tepat waktu.

"Sepertinya Keluarga Adipati Madaharsa sudah bertekad untuk menjadikan salah satu putri mereka sebagai pendampingmu. Nona Gita saja belum cukup, sekarang juga datang Nona Eliska," kata Banyu.

Arjuna melirik saudaranya dan membalas, "Aku bukan satu-satunya tuan muda di kediaman raja ini."

Banyu mengerti maksud ucapannya dan berkata, "Aku akan hati-hati. Kamu juga harus lebih waspada, jangan sampai termakan tipuannya."

Selain tidak disukai Kaisar, Raditya juga pendukung Taraka. Hanya tunggu waktu hingga dia disingkirkan. Walau apa pun yang terjadi, kediaman raja tidak boleh dikaitkan dengan keluarganya.

"Apa yang sebenarnya dipikirkan Keluarga Adipati Madaharsa? Nona Gita adalah putri sah Adipati Sadali, tapi Nona Eliska hanyalah putri dari keluarga cabang. Bakatnya bahkan nggak sebaik Nona Gita. Kamu sudah menolak Nona Gita, jadi mana mungkin kamu mau menerima Nona Eliska?" ujar Banyu lagi.

Arjuna teringat pada buku ilustrasi berani tempo hari. Tampaknya Eliska memiliki beberapa keahlian dalam merayu pria. Namun, ini bukanlah keterampilan yang seharusnya dimiliki wanita baik-baik.

Banyu berpikir sejenak, lalu menyarankan, "Kurasa sebaiknya pernikahanmu dengan Nona Adelia segera ditetapkan. Itu cara terbaik untuk menghindari masalah yang nggak perlu."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 5

    Jika Arjuna sudah bertunangan, mau tidak mau Keluarga Adipati Madaharsa harus menyerah atas keinginan mereka menjadi besan Keluarga Raja Kawiswara.Selain itu, di antara banyaknya gadis bangsawan di ibu kota, Adelia adalah yang terbaik dan terpopuler di antara para tuan muda. Untuk menghindari persaingan di masa depan, Banyu rasa pernikahan ini lebih baik segera ditetapkan."Situasi di istana belum pasti, masih terlalu dini untuk membahas pernikahan sekarang," ujar Arjuna.Kecurigaan Kaisar seperti pedang tajam yang tergantung di atas kepala. Takutnya Kaisar akan menganggap persatuan antara Keluarga Raja Kawiswara dan Keluarga Adipati Nismara sebagai upaya untuk menyeimbangkan kekuasaan.Putra mahkota belum diangkat, sekarang memang masa yang penuh gejolak. Banyu terpaksa menahan lidahnya dan tidak bicara lagi.....Selama beberapa jam Eliska dan Dwiana bertamu di Kediaman Raja Kawiswara, dua tuan muda yang sudah memasuki usia dewasa itu sama sekali tidak menampakkan diri.Apa implikas

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 6

    Eliska tidak begitu mengerti apa maksud Arjuna bertanya begitu."Kalau aku membantumu memetik buah, bagaimana Nona Eliska akan membalas kebaikanku?" tanya Arjuna lagi. Ada konotasi tertentu dalam kata-katanya yang dingin.Sindiran dalam kalimat ini sangat jelas. Jika Eliska masih seorang gadis yang belum mencapai usia dewasa, dia mungkin tidak akan mengerti.Namun, Eliska sudah pernah menikah dan sering tidur bersama Arjuna. Mana mungkin dia tidak mengerti maksudnya? Arjuna beranggapan bahwa Eliska hendak menggoda Banyu dengan beralasan ingin membalas budi.Eliska yang sekarang sebenarnya adalah wanita dewasa. Dia memang berniat untuk mencari suami yang baik, tetapi apa pun yang terjadi pilihannya tidak akan jatuh pada putra dari Keluarga Raja Kawiswara.Saat ini, Eliska harus berakting selayaknya gadis muda yang polos. Dia pun berpura-pura tidak mengerti dan berucap, "Aku akan membalas kebaikan orang yang memetik buah untukku dengan kaligrafi dan lukisan. Karena Tuan Banyu nggak di si

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 7

    Banyu merasa canggung mendengar pertanyaan itu. Dia tidak pernah digoda tentang masalah asmara sebelumnya, jadi dia sangat tidak terbiasa. Namun, hal itu tidak kentara karena ekspresi wajahnya yang selalu datar."Aku bukan tipe orang yang akan dipengaruhi gadis cantik. Kamu tenang saja," ujar Banyu sambil duduk tegak.Melihat sikap serius Banyu, Nindia tidak punya pilihan selain berhenti menggodanya. Diam-diam, dia mengeluh betapa membosankan kakaknya itu.Arjuna tahu bahwa Banyu bertemu Eliska tadi, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa. Trik Eliska tidak sehebat itu hingga Arjuna perlu merasa khawatir.Para gadis bangsawan sudah berganti pakaian untuk pesta api unggun malam itu. Meskipun tidak semewah dan seindah biasanya, pakaian mereka tetap unik, jelas merupakan buah pemikiran cermat mereka.Eliska mengenakan pakaian pas tubuh berwarna terang. Desain aksesori rambutnya juga tidak mencolok. Penampilannya dibuat sesederhana mungkin."Semua tuan muda di ibu kota ada di sini. Kenapa kam

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 8

    "Ah, maaf. Aku lupa kalau Kak Arjuna nggak peduli dengan para penari. Bahkan para penari Suku Surtara di kediamanku juga nggak pernah menarik perhatianmu," kata Yanuar.Bagi Yanuar, Banyu adalah si dungu yang tidak mengerti masalah asmara. Di sisi lain, Arjuna mengerti segalanya, tetapi tidak begitu tertarik. Ambisi Arjuna hanya berkaitan dengan kekuasaan.Keluarga Raja Kawiswara adalah keluarga ibu Yanuar. Jadi, dia senang-senang saja melihat pengaruh Keluarga Raja Kawiswara kian besar."Para penari Suku Surtara yang kubawa itu bukan untuk hiburanmu," ujar Arjuna dengan tenang."Kak Arjuna, terkadang nggak ada garis batas yang jelas antara urusan resmi dan pribadi," balas Yanuar sambil tersenyum tipis. Kemudian, dia memanggil pelayannya dan berkata, "Pergi dan tanyakan tentang identitas para penari cantik tadi."Ketika Arjuna menatap ke arah Giandra lagi, dia menyadari Pradipta juga tengah memandang ke tempat yang sama. Senyuman dingin dan cuek terlihat sekilas, lalu menghilang dengan

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 9

    Tempat ini datar dan terbuka. Tidak bisa bersembunyi.Eliska hanya bisa menatap pandangan Arjuna yang tertuju padanya. Dia menutup mata dengan pasrah. Angin dingin bertiup kencang, tetapi tidak sedingin hatinya saat ini. Sekarang tinggal melihat apakah Arjuna akan menyelidikinya atau tidak.Jika menyelidikinya, itu urusan mudah bagi Keluarga Raja Kawiswara. Arjuna sudah menebak tentang penari itu. Dengan menyebarkan sedikit rumor, cukup untuk membuat penari itu menjadi pusat perhatian.Nanti, sebuah tandu merah akan membawa penari itu masuk ke Kediaman Raja Kawiswara lewat pintu samping. Dia akan dijadikan selir. Kemudian, dia akan ditempatkan di paviliun terpencil agar tidak terlihat dan tidak mengganggu.Hal ini tidak akan memengaruhi pernikahan dan karier Arjuna di masa depan.Namun, hidup Eliska akan hancur. Menjadi selir dengan cara seperti ini, bahkan lebih buruk dibandingkan dengan istri simpanan di luar. Jika itu terjadi, dia tidak akan bisa ikut campur masalah kakaknya lagi.K

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 10

    Sikap Eliska membuat ekspresi Zuhair tidak terlalu muram lagi. Dia berucap, "Kebetulan hari ini kamu bisa bertemu aku."Eliska berpikir sejenak. Dia bukan hanya perlu menerima bertanding dengan Putri, dia pasti tidak bisa menandingi Putri Belani yang sering berkuda. Eliska juga harus memastikan Zuhair tidak menghukumnya jika dia tidak bisa mengalahkan Putri Belani.Setelah memikirkan hal ini, Eliska melihat Giandra. Sementara itu, Giandra juga memahami maksud Eliska.Giandra maju, lalu berlutut di depan Zuhair dan meminta ampun, "Kaisar, adik saya baru serius belajar memanah dan berkuda nggak lebih dari belasan hari. Beberapa waktu yang lalu, dia juga sakit parah. Saya mengkhawatirkan keselamatannya."Eliska diam-diam merasa malu. Sebenarnya, Eliska yang sudah menjalani 2 kehidupan serius belajar memanah dan berkuda lebih dari belasan hari.Namun, sekarang Eliska memang membutuhkan bantuan Giandra untuk berbicara seperti ini. Jika Eliska kalah, itu juga karena dia baru belajar dan tubu

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 11

    Arjuna tentu saja tidak menganggap serius omongan gadis kecil yang mabuk itu.Meskipun dia mengingat kehidupan sebelumnya, segala sesuatu tetap harus masuk akal. Dia tidak punya alasan untuk menikahi Eliska dan juga tak ada seorang pun yang bisa memaksanya menikahi wanita yang tidak ingin dia nikahi. Mereka berdua mustahil menjadi suami istri.Lantaran tidak bisa mendapatkan jawaban, Arjuna pun tidak ingin membuang waktu lebih lama. Dia berdiri dan menyalakan kembang api sinyal dengan alat pembakar kecil."Aku kedinginan ...," ujar Eliska lirih.Arjuna melepas mantel tebalnya. Eliska baru saja sembuh dari sakit berat, tubuhnya lemah dan tidak tahan dingin. Arjuna tidak keberatan menjual budi kepada Pradipta.Saat Arjuna menyelimutinya, Eliska refleks mencari sumber kehangatan dan langsung merapat ke dalam pelukannya. Dalam benaknya, Eliska masih mengira dirinya sedang berada di kehidupan lalu. Oleh karena itu, dia tidak merasa sungkan.Lagi pula, Eliska sudah mengurus rumah Keluarga Ra

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 12

    "Aku nggak pernah melakukan kontak seperti itu dengan Nona Eliska," jawab Arjuna datar.Gumelar tentu saja tidak mencurigainya. Jika memang benar ada sesuatu antara Arjuna dan Eliska, Keluarga Madaharsa pasti sudah lebih dulu datang menuntut penjelasan darinya."Sungguh kejadian yang aneh," gumamnya. Dia tetap tak bisa menemukan jawaban yang masuk akal.Namun, Arjuna tidak mempermasalahkannya. "Kalau terjadi sesuatu, pasti karena ada sebab. Ini tak lain hanya kemampuan Eliska yang unggul."Asal bisa menemukan tujuan sebenarnya dari orang itu, maka alasan kenapa Eliska memiliki kemampuan memanah seperti itu, pasti akan terungkap dengan sendirinya.Sementara itu, Eliska baru saja kembali ke aula pelatihan. Hanya dalam waktu singkat, Nindia pun kembali dari ujian."Kak Eliska, penampilanmu hari ini benar-benar luar biasa," kata Nindia yang jarang sekali menyapa dengan begitu ramah.Sebelumnya, ketika mendengar bahwa Eliska bertanding dengan Belani saat perburuan musim gugur, Nindia sempat

Latest chapter

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 50

    Nindia mengingat sejenak. Selain para selir, hari ini Adelia memakai tusuk konde bunga dahlia dan Eliska memakai tusuk konde bunga anggrek."Apa Kak Banyu merasa hari ini tusuk konde yang dipakai Kak Eliska sangat cantik?" tanya Nindia. Hari ini dia juga tertarik pada tusuk konde yang dipakai Eliska. Tusuk kondenya sangat mungil. Gaya sanggul Eliska juga sederhana, tetapi unik.Kalau bukan karena Nindia merasa canggung saat berbicara dengan Eliska, dia pasti bertanya kepada Eliska kedai mana yang membuat tusuk konde bunga itu.Sementara itu, sekarang Banyu benar-benar merasa canggung. Dia tidak mungkin memperhatikan dandanan orang lain, menurutnya sama saja. Itulah sebabnya dia memakai Winka sebagai alasan."Kenapa Kak Banyu nggak langsung bilang saja kalau merasa tusuk konde Kak Eliska cantik? Ini bukan hal yang nggak sopan," komentar Nindia.Saat ini, Nindia tidak curiga. Bagaimanapun, Arjuna sudah menolak Eliska. Jadi, Nindia menganggap anggota Keluarga Raja Kawiswara tidak akan ber

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 49

    Eliska tidak menunggu Arjuna menanggapi perkataannya. Dia langsung menambahkan sambil mengernyit, "Apa ke depannya aku harus membiarkan Putra Bangsawan Arjuna menyeleksi dulu waktu memilih suami? Jadi, aku baru bisa menikah setelah mendapatkan persetujuan Putra Bangsawan Arjuna?"Nada bicara Eliska sangat lembut, tetapi sindiran Eliska lebih kentara dari ucapannya tadi. Biasanya Eliska bersedia menoleransi sikap Arjuna dan menerima semua perintahnya demi kepentingan keluarga adipati. Namun, Eliska tidak terima kalau Arjuna terlalu mencampuri urusannya.Arjuna memandangi Eliska. Ekspresi Eliska tetap terlihat ramah dan tidak berubah sedikit pun. Hanya saja, telinga Eliska yang memerah menunjukkan dia sedikit emosional. Sepertinya sekarang Eliska sedang kesal, jadi Arjuna membalas, "Aku bukan meremehkanmu."Eliska tidak berbicara. Arjuna menjelaskan pada Eliska, "Bibiku sudah memilih kandidat untuk menjadi istri Yanuar. Lagi pula, Yanuar itu pria buaya darat. Biarpun sekarang dia menyuka

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 48

    "Kalian main saja, aku mau masuk untuk menyalakan perapian," ujar Winka. Dia tidak ingin main lagi setelah kembang apinya padam. Winka kedinginan, jadi dia buru-buru masuk ke dalam istana.Eliska berpura-pura santai saat bertanya, "Kudengar Tuan Banyu mau pergi ke Surtara setelah tahun baru, ya?"Banyu menjawab, "Iya. Aku bertanggung jawab mengantar gaji prajurit dan pangan. Aku akan berangkat setelah tahun baru hari kelima. Butuh waktu 2 bulan sebelum aku kembali."Eliska berkata seraya menunduk, "Beberapa hari yang lalu, aku bermimpi Tuan Banyu diserang orang dari Suka Surtara secara diam-diam waktu dalam perjalanan mengantar pangan. Kamu terluka parah. Jadi, Tuan Banyu harus hati-hati waktu melakukan perjalanan sendiri."Banyu memang tidak terlalu mahir dalam urusan asmara, tetapi dia bukan orang yang bodoh. Banyu tahu Eliska mengkhawatirkannya. Sepertinya hari ini Eliska mengajak Winka bermain kembang api demi membicarakan hal ini dengan Banyu.Seketika Banyu merasa Eliska sangat l

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 47

    Eliska tanpa sadar mencari Arjuna. Selama ini, Arjuna ingin menikahi Adelia. Namun, sepertinya ini bukan hal yang mudah karena saingannya adalah Taraka. Jika Arjuna kehilangan wanita yang dicintainya lagi, entah siapa yang akan dinikahinya di kehidupan ini.Arjuna melirik Eliska sekilas, lalu tidak melihatnya lagi. Banyu yang berdiri di samping Arjuna tetap menunjukkan ekspresi serius seperti biasanya.Menurut Eliska, Banyu termasuk pria baik. Dia bukan pria yang bisa mengkhianati istrinya dan tertarik pada wanita lain. Sudah jelas, Banyu adalah pria yang jujur dan bertanggung jawab.Sementara itu, Eliska tidak bisa menilai Arjuna adalah pria yang baik atau jahat. Arjuna hanya fokus memikirkan kepentingan Keluarga Raja Kawiswara.Dalam urusan percintaan, Arjuna bukan pria yang setia. Arjuna bisa tertarik pada wanita lain, tetapi biasanya wanita yang tergoda dengannya. Jadi, Arjuna tidak pernah rugi.Eliska teringat masalah di kehidupan sebelumnya saat melihat Banyu. Setelah melewati ta

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 46

    Ucapan Arjuna membuat Banyu lebih tenang. Sekarang mereka berada di istana, bukan di kediaman raja. Jadi, mereka harus tahu batasan. Banyu tetap menunjukkan ekspresi datar, tetapi dia tidak minum arak lagi.Jyena menoleh setelah mendengar suara mereka berdua. Dia berkomentar sembari tersenyum saat melihat ekspresi Banyu, "Kualitas Arak Batari sangat bagus. Kalau Banyu suka, jangan larang dia minum."Zuhair menimpali, "Semua yang merayakan tahun baru di sini keluarga. Nggak masalah kalau mabuk. Apa istana yang besar ini kekurangan tempat untuk istirahat?"Banyu membalas, "Maaf sudah membuat Paman dan Bibi repot."Zuhair memandang Eliska lagi, lalu bercanda dengannya, "Eli, apa kamu mau mencoba arak ini? Aku ingat kamu juga suka minum arak."Yang dimaksud Zuhair adalah kejadian Eliska mabuk saat perburuan musim gugur. Eliska menyahut dengan ekspresi malu, "Setelah pulang ke kediaman, Ibu menceramahiku. Sejak saat itu, aku nggak berniat minum arak lagi. Kalau nggak, Ibu pasti nggak akan m

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 45

    Eliska memberi hormat dan berucap, "Selir Agung Jyena, aku nggak pantas terima pujian seperti itu."Zuhair berkomentar, "Kamu sangat perhatian. Ini pertama kalinya kamu masuk istana, tapi kamu memperhatikan semua selirku."Zuhair melihat burung bayan putih di dalam kandang yang lebih kurus dibandingkan sebelumnya. Burung bayan itu terlihat lemas. Zuhair menambahkan, "Kenapa kamu memelihara burung bayan hingga menjadi seperti ini?"Eliska bersujud. Dia yang malu mengakui kesalahannya, "Paman Zuhair, Paman Sadali sudah bantu aku cari pelatih burung demi memelihara burung bayan ini. Tapi, aku benar-benar nggak mampu memelihara burung. Jadi, aku bawa burung bayan ini ke istana biar Paman Zuhair bisa bantu aku cari cara."Meskipun Yanuar yang menyuruh Eliska membawa burung bayan ke istana, sekarang Eliska tidak boleh mengungkitnya.Zuhair menceletuk, "Yang pandai memelihara burung cuma Yanuar. Biar dia yang bantu kamu pelihara saja."Yanuar memberi hormat sambil menyahut, "Oke, Ayah."Elisk

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 44

    Gayatri berucap sambil mengernyit, "Apa bedanya anak selir atau anak sah? Semuanya tetap cucuku. Lihatlah, Rumi berdandan dengan begitu rapi. Dia juga gadis cantik kok. Kesehariannya pun perlu lebih banyak diawasi dan dibimbing. Kalau saja aku nggak minta orang untuk mengukur badannya, mungkin pakaian baru yang dipakainya hari ini pun nggak akan ada."Sebenarnya, Rumi menuruti ucapan Eliska tempo hari. Itulah sebabnya dia dengan inisiatif mendekati Gayatri beberapa kali dan mengatakan bahwa dirinya kekurangan pakaian. Mendengar itu, Gayatri merasa iba dan langsung memerintahkan pelayan menyiapkan pakaian baru untuknya.Mendengar Gayatri kembali membelanya di hadapan banyak orang hari ini, Rumi tidak kuasa menahan air mata. Dia buru-buru mengangkat tangan dan mengusapnya perlahan.Di sisi lain, Ulfa hanya bisa mencibir dalam hati. Dia merasa Verani benar-benar bodoh, bahkan anak sendiri pun tidak dibela. Namun dia senang melihat kebodohan itu terus berlanjut, jadi dia hanya tersenyum ti

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 43

    "Aku sangat sadar kalau Keluarga Bramantya nggak punya latar belakang yang kuat. Wanita yang kusukai belum tentu juga akan menyukaiku. Sekalipun dia menyukaiku, aku pun nggak mau dia harus hidup menanggung perasaan terpaksa atau teraniaya." Pradipta menatap Eliska dengan serius. Kata-katanya terdengar begitu tulus.Eliska tidak tahu apakah wanita yang dia maksud itu adalah dirinya, tetapi jantungnya tetap saja berdegup makin cepat.Eliska perlahan mendongak dan menatap pria di hadapannya. Wajahnya memiliki garis-garis yang tegas dan rupawan.Meskipun hanya mengenakan pakaian sederhana berwarna hitam, ketampanannya sama sekali tak kalah dibanding pemuda-pemuda dari keluarga terhormat lainnya. Pradipta ibarat secangkir teh harum yang pekat. Makin lama dipandang, makin terasa dalam pesonanya."Semoga apa yang diinginkan Tuan Pradipta bisa segera terwujud," ucap Eliska pelan sambil menundukkan pandangannya.Pradipta melihat telinganya yang memerah. Dia tak kuasa menahan senyum, lalu berkat

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 42

    Menjelang pergantian tahun, barulah Eliska mengerti maksud dari kalimat "lain kali kalau masuk istana" yang pernah diucapkan oleh Yanuar.Zuhair adalah seseorang yang paling tidak menyukai suasana sepi. Setiap malam tahun baru, dia selalu mengundang para wanita dan pemuda yang dekat dengan keluarga kekaisaran untuk masuk istana dan menemaninya merayakan malam pergantian tahun.Tahun-tahun sebelumnya, Eliska tentu saja tidak pernah mendapatkan kehormatan seperti itu. Namun tahun ini, dia sempat menjadi pusat perhatian di hadapan Zuhair. Jadi, sang kaisar pun langsung teringat padanya.Yanuar kemungkinan besar sudah lebih dulu mendengar kabar ini, makanya lebih awal mengisyaratkan hal tersebut pada dirinya.Sepanjang hidupnya, bahkan dihitung dari dua kehidupan sekalipun, kesempatan Eliska untuk masuk istana tak pernah lebih dari sepuluh kali. Jadi meskipun bersikap tenang, tetap saja hatinya terasa sedikit gugup.Bisa mendapatkan perhatian dari Zuhair adalah sebuah kehormatan besar bagi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status