Share

Kebohongan tak Terduga

Author: THANISA
last update Last Updated: 2025-03-05 15:19:19

Maya masih berdiri dengan ekspresi syok total, matanya meneliti Leon dan Dante dari atas ke bawah, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Elera… siapa mereka? Dan kenapa pria itu berbicara seolah kau harus pergi bersamanya?"

Elera menelan ludah, otaknya bekerja cepat mencari jawaban yang masuk akal. Dia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya.

Dia tidak bisa mengatakan “Oh, dia seorang mafia yang sedang dalam perang dengan musuhnya, dan aku tidak sengaja terjebak di dalamnya setelah menyelamatkan nyawanya dari baku tembak.”

Jadi, tanpa berpikir panjang, kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah—

"Dia… orang yang dijodohkan denganku oleh Om dan Tante."

Hening.

Maya berkedip, wajahnya berubah dari penuh kecurigaan menjadi kebingungan total. "APA?!"

Dante, yang tadinya bersandar santai di pintu, langsung membeku, menatap Elera seolah baru saja mendengar lelucon terbaik dalam hidupnya.

Leon, sementara itu, tetap memasang ekspresi datarnya. Namun, tatapannya ke arah Elera jelas mengatakan "Apa-apaan ini?"

Maya, yang tidak bisa diam lama-lama, langsung meledak.

"KAU DIJODOHKAN?! SEJAK KAPAN?! DENGAN DIA?!" Maya menunjuk ke arah Leon dengan dramatis. "YA AMPUN, KENAPA KAU TIDAK MENGATAKAN APA-APA?! APA AKU INI BUKAN SAHABATMU?! KENAPA, ELERA, KENAPA?!"

Elera hampir jatuh ke lantai karena Maya mengguncang tubuhnya keras-keras. "Ma-Maya, tenang! Aku bisa jelaskan!"

Namun, Maya tidak berhenti sampai di situ. Dia malah melihat lebih dekat ke arah Leon dan Dante, lalu mengerjapkan matanya berulang kali.

"Oke, tunggu sebentar. Stop. Aku harus memproses ini."

Dia mengibas-ngibaskan tangannya, seolah meminta semua orang diam sebentar, lalu menatap Leon dan Dante lagi dengan ekspresi penuh penilaian.

"Astaga. Aku harus mengatakannya."

Elera menutup mata, sudah bisa menebak apa yang akan keluar dari mulutnya.

Dan benar saja—

"KALIAN BERDUA TAMPAN DAN SEKSI BANGET! YA TUHAN, ELERA, KENAPA KAU TIDAK MEMBERITAHUKU KALAU PERJODOHANMU SEBEGINI HOT-NYA?!"

Dante langsung tertawa terbahak-bahak.

Leon hanya mengerutkan kening, sementara Elera menutup wajahnya dengan kedua tangan, ingin menghilang dari dunia ini sekarang juga.

"Maya, AKU MEMOHON, JANGAN SEPERTI INI!"

Namun, tentu saja, Maya tidak peduli. Dia melangkah mendekati Leon dan Dante, menatap mereka dari atas ke bawah seperti sedang menilai barang koleksi mahal.

"Serius, El. Kalau aku tahu kau dijodohkan dengan pria sekeren ini, aku pasti sudah merestuinya sejak awal!"

Dante bertepuk tangan dengan gembira. "Akhirnya! Seseorang yang bisa mengapresiasi keberadaan kami!"

Leon mendengus pelan. "Ini tidak perlu dibesar-besarkan."

Maya langsung menunjuknya dengan mata menyipit curiga. "Oh, oh, oh, tidak. Kau tidak bisa menghancurkan momen ini, Tuan Santiago! Karena aku masih punya pertanyaan!"

Elera mengerang dalam hati. "Tolong hentikan, Maya."

Maya mengabaikannya, malah mendekatkan wajahnya ke Leon dengan ekspresi menyelidik. "Oke, pria misterius. Seberapa banyak kau tahu tentang calon istrimu ini?"

Leon menatap Maya dengan malas, tetapi dia tetap menjawab dengan suara tenang. "Aku tahu dia keras kepala, terlalu mandiri untuk ukuran seorang wanita, dan tidak mudah tunduk pada siapa pun."

Dante tertawa lebih keras lagi, sementara Maya terdiam sesaat sebelum akhirnya…

"ASTAGA! DIA BENAR-BENAR TAHU KAU, EL!"

Elera ingin menjerit. "Maya, DIAM!"

Namun, Maya tidak mendengarkan. Dia malah melompat kegirangan dan menepuk pundak Elera keras-keras.

"Kau harus segera menikah dengannya, El! Serius, pria ini tipe suami ideal!"

Leon menaikkan satu alis. "Oh?"

Elera menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh ancaman. "JANGAN DENGAN SENANG HATI MENERIMA INI!"

Dante benar-benar tidak bisa berhenti tertawa sekarang.

Tetapi sesuatu dalam ekspresinya berubah sedikit saat matanya kembali ke Maya.

Wanita itu tidak takut sedikit pun.

Maya bahkan berani bercanda dengan mafia tanpa ragu, berbicara seenaknya, dan mengomentari hal-hal yang kebanyakan orang akan takut untuk sekadar membicarakannya di depan mereka.

Sama seperti Elera.

Dante tiba-tiba memandang Maya dengan lebih dalam, sudut bibirnya menyeringai kecil.

"Kau benar-benar menarik."

Maya menoleh padanya dengan alis terangkat. "Oh? Akhirnya kau menyadarinya?"

Dante tertawa pelan, menatapnya dengan cara yang membuat Elera sedikit waspada.

Oh, tidak.

Sekarang Dante mulai tertarik pada Maya.

Dan kalau itu terjadi… Elera tahu ini akan jadi lebih berantakan lagi.

Maya masih menatapnya dengan tajam sebelum akhirnya menoleh ke Elera. "Kita akan bicara lagi nanti. Aku belum selesai denganmu."

Elera tersenyum canggung. "Ya, ya, tentu."

Saat Maya akhirnya membiarkan mereka pergi, Elera menghela napas panjang. Namun, sebelum ia sempat merasa lega, Leon berbisik di dekat telinganya.

"Perjodohan, ya? Itu improvisasi yang cukup menarik, Dokter."

Elera hanya bisa ingin menghilang ke dalam tanah saat itu juga.

Matahari sudah mulai tenggelam saat Elera memasukkan pakaian dan barang-barangnya ke dalam koper dengan cepat. Dia masih tidak percaya dengan kebohongan yang baru saja ia buat—dan yang lebih parah lagi, Leon malah ikut mempermainkannya.

Di ruang tamu, Maya masih mondar-mandir dengan ekspresi gelisah, sesekali melirik ke arah pintu tempat Leon dan Dante menunggu dengan sabar.

"Aku masih tidak percaya ini," Maya bergumam, tangannya menyilang di dada. "Kau benar-benar akan pergi bersamanya?"

Elera berhenti memasukkan pakaian dan menoleh dengan canggung. "Ini hanya sementara, Ma."

Maya mendecak, lalu melirik ke arah Leon yang tengah bersandar di ambang pintu dengan tangan dimasukkan ke dalam saku. "Serius, Elera? Pria itu terlihat seperti karakter utama di novel mafia yang selalu kau baca!"

Leon mendengar itu dan tersenyum tipis.

Elera hampir tersedak. "Maya! Bisa tidak kau berhenti bicara sembarangan?!"

"Aku tidak bicara sembarangan!" Maya berbisik dengan nada dramatis. "Tatapan matanya dingin, penuh misteri, dan auranya? Astaga, dia seperti kombinasi antara bahaya dan godaan! Gimana aku nggak curiga?!"

Dante tertawa kecil di sudut ruangan. "Aku suka sahabatmu, Elera. Dia punya selera humor yang bagus."

Maya menoleh ke Dante dan mengangkat alisnya. "Dan kau siapa? Sidekick sang calon suami?"

Dante menaruh tangan di dadanya dengan ekspresi pura-pura terluka. "Ouch, itu menyakitkan. Aku lebih dari sekadar sidekick."

Maya mendecak. "Baiklah, Mr. Lebih Dari Sekadar Sidekick. Kenapa aku merasa kau menikmati semua ini?"

Dante menyeringai lebar. "Karena aku menikmati melihat wanita yang tidak takut menghadapi kami."

Maya menaikkan alis. "Oh? Apa aku harus takut?"

Dante menatapnya lebih dalam, menyelidiki reaksinya. "Biasanya, orang-orang gemetar saat berhadapan denganku dan Leon."

Maya justru terkekeh. "Oh, sayang. Aku pernah menghadapi pasien yang kehilangan akal sehatnya dan hampir menyerangku dengan pisau bedah di rumah sakit. Aku rasa menghadapi pria tampan bukan sesuatu yang perlu kutakuti."

Elera menutup matanya, ingin sekali kabur dari ruangan ini.

"ASTAGA, MAYA!"

Dante malah tertawa lebih keras. "Kau luar biasa."

Leon melirik Dante dengan ekspresi datar. "Sudah cukup. Kita tidak punya banyak waktu."

Maya menoleh kembali ke Elera dengan ekspresi serius. "Aku masih tidak percaya kau pergi begitu saja. Kau yakin ini semua bukan paksaan?"

Elera menelan ludah, lalu mencoba tersenyum. "Aku baik-baik saja, Ma. Percayalah."

Namun, Maya tetap menatapnya dengan penuh kecurigaan. "Baiklah, aku akan membiarkanmu pergi. Tapi kalau ada sesuatu yang aneh, aku tidak akan tinggal diam."

Elera mengangguk cepat. "Aku tahu."

Maya menatap Leon lagi dan menyipitkan mata. "Kau, Mr. Santiago. Aku serius soal ancamanku tadi."

Leon hanya menatapnya sebentar sebelum menjawab santai. "Aku tidak lupa."

Dante terkikik di belakangnya. "Aku suka dia."

Maya melipat tangan di dada dan menatap Dante. "Dan kau? Berhenti menatapku seperti itu. Aku bisa membaca pikiranmu."

Dante menyeringai. "Oh ya? Dan menurutmu, apa yang sedang kupikirkan?"

Maya mendekat sedikit, lalu tersenyum miring. "Aku ini tipe wanita yang sulit ditaklukkan."

Dante menaikkan alis, tertarik dengan tantangan itu. "Dan aku suka tantangan."

Elera ingin pingsan di tempat.

"Oke! Kita sudah selesai di sini! Aku siap pergi!"

Maya masih menatap Dante sebelum akhirnya mundur. "Baiklah, aku akan membiarkanmu pergi, El. Tapi aku tidak selesai dengan semua ini."

Elera menghela napas panjang. Tentu saja tidak.

Saat mereka berjalan keluar apartemen, Maya masih berdiri di ambang pintu, matanya tak lepas dari Dante.

Dan Dante?

Dia tersenyum kecil. Tatapan itu berkata bahwa dia akan menemui Maya lagi.

Dan Elera tahu… ini baru awal dari kekacauan yang lebih besar.

Related chapters

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Awal dari Kekacauan Baru

    Mobil melaju melewati jalan-jalan kota dengan tenang, meskipun suasana dalam kendaraan terasa jauh dari kata damai.Elera duduk di kursi penumpang dengan tangan terlipat di dada, masih berusaha mencerna semua yang terjadi di apartemennya tadi.Leon, yang menyetir dengan santai, meliriknya sekilas sebelum berkata dengan nada datar. "Aku tidak percaya kau benar-benar mengatakan kalau kita dijodohkan."Elera menutup mata dan menghembuskan napas panjang. "Jangan mengingatkanku."Dante, yang duduk di belakang, terkikik. "Jujur saja, itu cukup jenius. Walaupun aku tak yakin bagaimana kau bisa berpikir secepat itu."Elera melotot ke arah kaca spion, menatap Dante yang masih tersenyum lebar. "Itu bukan pilihan! Maya mulai curiga dan aku harus mengatakan sesuatu! Lagipula, itu lebih masuk akal daripada mengatakan kalau aku terjebak dalam perang mafia!"Leon menyeringai tipis. "Dan sekarang kau harus mempertahankan kebohongan itu."Elera tersentak. Oh. Sial.Dante tertawa lebih keras. "Ya, sela

    Last Updated : 2025-03-06
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Maya yang Meledak

    Elera duduk di sofa dengan wajah penuh kelelahan, sementara Leon berdiri di dekat jendela dengan tangan terlipat di dada. Dante bersandar di dinding, Kai dan Gabriel duduk dengan santai, masih menyisakan sisa-sisa tawa dari kejadian sebelumnya."Jadi," kata Elera akhirnya, menatap mereka semua dengan tajam. "Setelah dipikir-pikir, aku rasa Maya harus tahu yang sebenarnya."Kai langsung bersiul santai. "Wah, wah, wah. Ini akan menyenangkan."Gabriel langsung menepuk pahanya dengan penuh semangat. "Akhirnya! Aku sudah menunggu saat ini!"Leon menghela napas panjang. "Aku masih tidak yakin ini ide yang bagus."Elera melotot ke arahnya. "Kau pikir berapa lama aku bisa mempertahankan kebohongan ini? Maya terlalu pintar untuk tidak menyadari ada yang aneh. Kalau aku tidak segera memberitahunya, dia pasti akan mulai menyelidiki sendiri, dan itu jauh lebih berbahaya!"Leon terdiam, tetapi matanya tetap tajam. "Kalau dia tahu, dia juga bisa jadi target."Elera mendesah. "Maya bisa menjaga diri

    Last Updated : 2025-03-06
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Peluru, Darah dan Takdir

    Hujan turun deras malam itu. Kota diterangi oleh lampu jalan yang berpendar suram, aspal basah memantulkan cahaya merah dari lampu lalu lintas. Elera baru saja menyelesaikan shift panjang di rumah sakit. Matanya lelah, tubuhnya ingin segera beristirahat, tetapi semua itu sirna ketika suara tembakan pertama meledak di kejauhan.Dor! Dor! Dor!Elera langsung menoleh. Sumber suara itu berasal dari gang sempit di seberang jalan, hanya beberapa blok dari rumah sakit. Lampu-lampu jalan berkedip, bayangan hitam dari beberapa pria bersenjata tampak berlarian di balik gedung.Jantungnya berdebar cepat. Apa itu? Polisi? Perampokan?Tetapi saat ia hendak berpaling dan berjalan cepat ke arah mobilnya, sosok pria tinggi berjas hitam muncul dari salah satu gang.Ia berjalan tertatih, jasnya berlumuran darah yang semakin lama semakin pekat terkena air hujan. Tangan kirinya mencengkeram perutnya yang terluka, sementara tangan kanannya masih menggenggam pistol dengan erat.Elera membeku.Pria itu berusa

    Last Updated : 2025-03-05
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya    Dokter Keras Kepala vs Pasien Mafia

    Di sudut ruangan, Dante hanya bisa tersenyum lebar. Sepertinya, untuk pertama kalinya, ada seseorang yang benar-benar bisa menantang bosnya tanpa takut kehilangan nyawa.Dan jujur saja, dia cukup menikmati melihatnya.Elera melepas sarung tangannya dan membereskan peralatan medis seadanya yang baru saja digunakan untuk menangani luka Leon. Tangannya masih sedikit gemetar, bukan karena takut, melainkan karena frustrasi."Baiklah, aku sudah melakukan tugasku." Ia menatap Leon yang kini duduk bersandar di sofa dengan mata tertutup. "Sekarang aku akan pulang."Leon membuka matanya, menatapnya sekilas sebelum dengan santai menjawab, "Tidak."Elera mengerutkan kening. "Apa maksudmu tidak?"Leon menghembuskan napas pelan, lalu duduk lebih tegak. "Kau tidak bisa pergi sekarang. Itu terlalu berbahaya."Elera mendengus. "Bahaya? Aku bukan bagian dari ini semua. Aku hanya kebetulan lewat, menyelamatkanmu, dan sekarang tugasku sudah selesai. Aku harus pulang, Leon."Dante yang berdiri di sudut rua

    Last Updated : 2025-03-05
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Singa yang bertemu lawan

    Elera mendengus kesal, duduk di atas ranjang empuk dengan tangan terlipat di dada. Safe house? Tempat ini lebih mirip hotel bintang lima ketimbang tempat persembunyian. Tetapi meskipun ranjangnya nyaman, ia tetap merasa seperti tahanan mewah."Astaga, kenapa aku bisa terjebak dalam kekacauan ini?" gumamnya, memijat pelipis.Di luar kamarnya, terdengar suara langkah kaki mendekat. Elera segera merapatkan selimutnya dan menajamkan pendengaran.~~~~~~~Di ruang kerja Leon…Leon duduk di kursi besar di balik meja kayu gelap, matanya menelusuri dokumen laporan terbaru. Namun, pikirannya terus melayang pada kejadian malam itu—baku tembak, luka yang ia alami, dan… Elera.Pintu terbuka, dan seorang pria masuk tanpa izin, langsung menjatuhkan dirinya ke sofa."Gawat, Leon. Aku baru dengar kabar ini, dan aku harus lihat dengan mataku sendiri."Leon mendesah tanpa melihat. "Gabriel, tutup pintu dan berhenti berisik."Gabriel Moretti, sahabat sekaligus penasihat strateginya, menyeringai. "Aku tid

    Last Updated : 2025-03-05
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Elera Vasqeuz

    Sergio Serrano berdiri di depan jendela kaca besar di kantornya, menatap kelam ke pemandangan kota di bawahnya. Cerutu di tangannya mengepulkan asap tebal, memenuhi ruangan dengan aroma tembakau yang kuat.Di belakangnya, Rafael Serrano bersandar santai di sofa, memainkan pisau lipat dengan ekspresi bosan. "Ayah, kau terlalu tegang."Sergio tidak menoleh, tetapi suaranya terdengar dingin dan berbahaya. "Katakan sekali lagi siapa dokter yang membantu Leon Santiago."Seorang pria berjas hitam berdiri di hadapannya, menundukkan kepala dalam ketakutan. "Kami sudah menyelidikinya, Tuan. Namanya Elera Vasquez."Sergio mengerutkan alis. "Vasquez?"Rafael menegakkan tubuhnya, ekspresi bosannya berubah menjadi tertarik. "Hmm… seperti nama yang familiar."Pria berjas itu menelan ludah sebelum melanjutkan. "Elera Vasquez adalah seorang dokter, bekerja di rumah sakit pusat kota. Dan dia… anak dari Rodrigo Vasquez."Brak!Sergio melempar gelas whisky di tangannya hingga pecah berkeping-keping di l

    Last Updated : 2025-03-05

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Maya yang Meledak

    Elera duduk di sofa dengan wajah penuh kelelahan, sementara Leon berdiri di dekat jendela dengan tangan terlipat di dada. Dante bersandar di dinding, Kai dan Gabriel duduk dengan santai, masih menyisakan sisa-sisa tawa dari kejadian sebelumnya."Jadi," kata Elera akhirnya, menatap mereka semua dengan tajam. "Setelah dipikir-pikir, aku rasa Maya harus tahu yang sebenarnya."Kai langsung bersiul santai. "Wah, wah, wah. Ini akan menyenangkan."Gabriel langsung menepuk pahanya dengan penuh semangat. "Akhirnya! Aku sudah menunggu saat ini!"Leon menghela napas panjang. "Aku masih tidak yakin ini ide yang bagus."Elera melotot ke arahnya. "Kau pikir berapa lama aku bisa mempertahankan kebohongan ini? Maya terlalu pintar untuk tidak menyadari ada yang aneh. Kalau aku tidak segera memberitahunya, dia pasti akan mulai menyelidiki sendiri, dan itu jauh lebih berbahaya!"Leon terdiam, tetapi matanya tetap tajam. "Kalau dia tahu, dia juga bisa jadi target."Elera mendesah. "Maya bisa menjaga diri

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Awal dari Kekacauan Baru

    Mobil melaju melewati jalan-jalan kota dengan tenang, meskipun suasana dalam kendaraan terasa jauh dari kata damai.Elera duduk di kursi penumpang dengan tangan terlipat di dada, masih berusaha mencerna semua yang terjadi di apartemennya tadi.Leon, yang menyetir dengan santai, meliriknya sekilas sebelum berkata dengan nada datar. "Aku tidak percaya kau benar-benar mengatakan kalau kita dijodohkan."Elera menutup mata dan menghembuskan napas panjang. "Jangan mengingatkanku."Dante, yang duduk di belakang, terkikik. "Jujur saja, itu cukup jenius. Walaupun aku tak yakin bagaimana kau bisa berpikir secepat itu."Elera melotot ke arah kaca spion, menatap Dante yang masih tersenyum lebar. "Itu bukan pilihan! Maya mulai curiga dan aku harus mengatakan sesuatu! Lagipula, itu lebih masuk akal daripada mengatakan kalau aku terjebak dalam perang mafia!"Leon menyeringai tipis. "Dan sekarang kau harus mempertahankan kebohongan itu."Elera tersentak. Oh. Sial.Dante tertawa lebih keras. "Ya, sela

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Kebohongan tak Terduga

    Maya masih berdiri dengan ekspresi syok total, matanya meneliti Leon dan Dante dari atas ke bawah, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya."Elera… siapa mereka? Dan kenapa pria itu berbicara seolah kau harus pergi bersamanya?"Elera menelan ludah, otaknya bekerja cepat mencari jawaban yang masuk akal. Dia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya.Dia tidak bisa mengatakan “Oh, dia seorang mafia yang sedang dalam perang dengan musuhnya, dan aku tidak sengaja terjebak di dalamnya setelah menyelamatkan nyawanya dari baku tembak.”Jadi, tanpa berpikir panjang, kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah—"Dia… orang yang dijodohkan denganku oleh Om dan Tante."Hening.Maya berkedip, wajahnya berubah dari penuh kecurigaan menjadi kebingungan total. "APA?!"Dante, yang tadinya bersandar santai di pintu, langsung membeku, menatap Elera seolah baru saja mendengar lelucon terbaik dalam hidupnya.Leon, sementara itu, tetap memasang ekspresi datarnya. Namun, tatapannya ke

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Elera Vasqeuz

    Sergio Serrano berdiri di depan jendela kaca besar di kantornya, menatap kelam ke pemandangan kota di bawahnya. Cerutu di tangannya mengepulkan asap tebal, memenuhi ruangan dengan aroma tembakau yang kuat.Di belakangnya, Rafael Serrano bersandar santai di sofa, memainkan pisau lipat dengan ekspresi bosan. "Ayah, kau terlalu tegang."Sergio tidak menoleh, tetapi suaranya terdengar dingin dan berbahaya. "Katakan sekali lagi siapa dokter yang membantu Leon Santiago."Seorang pria berjas hitam berdiri di hadapannya, menundukkan kepala dalam ketakutan. "Kami sudah menyelidikinya, Tuan. Namanya Elera Vasquez."Sergio mengerutkan alis. "Vasquez?"Rafael menegakkan tubuhnya, ekspresi bosannya berubah menjadi tertarik. "Hmm… seperti nama yang familiar."Pria berjas itu menelan ludah sebelum melanjutkan. "Elera Vasquez adalah seorang dokter, bekerja di rumah sakit pusat kota. Dan dia… anak dari Rodrigo Vasquez."Brak!Sergio melempar gelas whisky di tangannya hingga pecah berkeping-keping di l

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Singa yang bertemu lawan

    Elera mendengus kesal, duduk di atas ranjang empuk dengan tangan terlipat di dada. Safe house? Tempat ini lebih mirip hotel bintang lima ketimbang tempat persembunyian. Tetapi meskipun ranjangnya nyaman, ia tetap merasa seperti tahanan mewah."Astaga, kenapa aku bisa terjebak dalam kekacauan ini?" gumamnya, memijat pelipis.Di luar kamarnya, terdengar suara langkah kaki mendekat. Elera segera merapatkan selimutnya dan menajamkan pendengaran.~~~~~~~Di ruang kerja Leon…Leon duduk di kursi besar di balik meja kayu gelap, matanya menelusuri dokumen laporan terbaru. Namun, pikirannya terus melayang pada kejadian malam itu—baku tembak, luka yang ia alami, dan… Elera.Pintu terbuka, dan seorang pria masuk tanpa izin, langsung menjatuhkan dirinya ke sofa."Gawat, Leon. Aku baru dengar kabar ini, dan aku harus lihat dengan mataku sendiri."Leon mendesah tanpa melihat. "Gabriel, tutup pintu dan berhenti berisik."Gabriel Moretti, sahabat sekaligus penasihat strateginya, menyeringai. "Aku tid

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya    Dokter Keras Kepala vs Pasien Mafia

    Di sudut ruangan, Dante hanya bisa tersenyum lebar. Sepertinya, untuk pertama kalinya, ada seseorang yang benar-benar bisa menantang bosnya tanpa takut kehilangan nyawa.Dan jujur saja, dia cukup menikmati melihatnya.Elera melepas sarung tangannya dan membereskan peralatan medis seadanya yang baru saja digunakan untuk menangani luka Leon. Tangannya masih sedikit gemetar, bukan karena takut, melainkan karena frustrasi."Baiklah, aku sudah melakukan tugasku." Ia menatap Leon yang kini duduk bersandar di sofa dengan mata tertutup. "Sekarang aku akan pulang."Leon membuka matanya, menatapnya sekilas sebelum dengan santai menjawab, "Tidak."Elera mengerutkan kening. "Apa maksudmu tidak?"Leon menghembuskan napas pelan, lalu duduk lebih tegak. "Kau tidak bisa pergi sekarang. Itu terlalu berbahaya."Elera mendengus. "Bahaya? Aku bukan bagian dari ini semua. Aku hanya kebetulan lewat, menyelamatkanmu, dan sekarang tugasku sudah selesai. Aku harus pulang, Leon."Dante yang berdiri di sudut rua

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Peluru, Darah dan Takdir

    Hujan turun deras malam itu. Kota diterangi oleh lampu jalan yang berpendar suram, aspal basah memantulkan cahaya merah dari lampu lalu lintas. Elera baru saja menyelesaikan shift panjang di rumah sakit. Matanya lelah, tubuhnya ingin segera beristirahat, tetapi semua itu sirna ketika suara tembakan pertama meledak di kejauhan.Dor! Dor! Dor!Elera langsung menoleh. Sumber suara itu berasal dari gang sempit di seberang jalan, hanya beberapa blok dari rumah sakit. Lampu-lampu jalan berkedip, bayangan hitam dari beberapa pria bersenjata tampak berlarian di balik gedung.Jantungnya berdebar cepat. Apa itu? Polisi? Perampokan?Tetapi saat ia hendak berpaling dan berjalan cepat ke arah mobilnya, sosok pria tinggi berjas hitam muncul dari salah satu gang.Ia berjalan tertatih, jasnya berlumuran darah yang semakin lama semakin pekat terkena air hujan. Tangan kirinya mencengkeram perutnya yang terluka, sementara tangan kanannya masih menggenggam pistol dengan erat.Elera membeku.Pria itu berusa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status