Share

Awal dari Kekacauan Baru

Author: THANISA
last update Last Updated: 2025-03-06 15:53:03

Mobil melaju melewati jalan-jalan kota dengan tenang, meskipun suasana dalam kendaraan terasa jauh dari kata damai.

Elera duduk di kursi penumpang dengan tangan terlipat di dada, masih berusaha mencerna semua yang terjadi di apartemennya tadi.

Leon, yang menyetir dengan santai, meliriknya sekilas sebelum berkata dengan nada datar. "Aku tidak percaya kau benar-benar mengatakan kalau kita dijodohkan."

Elera menutup mata dan menghembuskan napas panjang. "Jangan mengingatkanku."

Dante, yang duduk di belakang, terkikik. "Jujur saja, itu cukup jenius. Walaupun aku tak yakin bagaimana kau bisa berpikir secepat itu."

Elera melotot ke arah kaca spion, menatap Dante yang masih tersenyum lebar. "Itu bukan pilihan! Maya mulai curiga dan aku harus mengatakan sesuatu! Lagipula, itu lebih masuk akal daripada mengatakan kalau aku terjebak dalam perang mafia!"

Leon menyeringai tipis. "Dan sekarang kau harus mempertahankan kebohongan itu."

Elera tersentak. Oh. Sial.

Dante tertawa lebih keras. "Ya, selamat, Dokter! Sekarang kau resmi menjadi tunangan palsu seorang mafia!"

Elera ingin melempar sesuatu ke kepala Dante.

"Tunggu, tunggu!" Elera mengangkat tangan, menatap Leon dengan curiga. "Kau tidak benar-benar berpikir untuk membiarkan kebohongan ini berlanjut, kan?"

Leon tetap fokus menyetir, ekspresinya santai. "Apa aku terlihat seperti orang yang peduli?"

"Ya Tuhan," Elera mengusap wajahnya dengan frustasi. "Aku baru sadar betapa gila semua ini."

Dante menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan nyaman. "Hei, ini bisa jadi menarik. Lagipula, Maya benar. Kalian berdua memang punya chemistry yang unik."

Elera melotot. "JANGAN MULAI!"

Leon hanya tersenyum tipis, tetapi tidak berkata apa-apa.

~~~~~

Mansion Santiago

Elera tidak siap dengan apa yang menunggunya.

Saat Leon menghentikan mobilnya di depan mansion yang megah, mulutnya hampir terbuka lebar.

"Ini rumahmu?"

Leon keluar dari mobil dan berjalan santai ke arah pintu depan. "Kau pikir aku tinggal di mana?"

Elera memandangi bangunan mewah di hadapannya. Dibandingkan dengan safe house yang ia datangi sebelumnya, mansion ini terasa seperti dunia lain.

Dante turun dari mobil dan menepuk bahu Elera. "Selamat datang di neraka mewah, Dokter."

Elera menatap Dante dengan ekspresi malas. "Itu bukan sambutan yang membantu."

Leon sudah masuk ke dalam rumah, dan Elera tidak punya pilihan selain mengikutinya.

Begitu masuk, mata Elera kembali membelalak. Interior rumah ini benar-benar sesuatu yang hanya bisa dilihat di film-film mafia kelas atas.

Dan yang paling mengejutkan—

Beberapa pria berbadan tegap dengan setelan jas hitam langsung berdiri tegap begitu melihat Leon masuk.

Elera berhenti di ambang pintu. "Ya Tuhan. Aku benar-benar berada di rumah mafia."

Dante tertawa kecil. "Kau baru menyadarinya?"

Leon berjalan melewati mereka tanpa berkata apa-apa, menuju tangga besar yang mengarah ke lantai atas. "Aku akan istirahat. Dante, pastikan dia mendapat kamar yang aman."

Elera tersentak. "Tunggu! Aku tidak akan tinggal di sini lama!"

Leon berhenti di tangga dan menoleh. Tatapannya tajam, tetapi ada sedikit kesenangan di dalamnya. "Kita lihat saja nanti."

Kemudian, dia melanjutkan langkahnya dan menghilang ke lantai atas.

Elera masih berdiri di tempat, menatap punggungnya dengan kesal. "Dasar pria menyebalkan."

Dante menepuk pundaknya dengan ekspresi penuh hiburan. "Kau akan terbiasa."

Elera meragukan itu.

~~~~~

Malam semakin larut saat Elera berdiri di balkon kamar yang diberikan padanya, mencoba mencari sedikit ketenangan di tengah kekacauan yang baru saja memasuki hidupnya.

Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama.

Pintu kamarnya diketuk dengan cukup keras. Braak!

Elera mengernyit dan berjalan ke pintu. Begitu membukanya, Dante berdiri di sana dengan ekspresi serius yang jarang terlihat.

"Kita punya masalah."

Jantung Elera berdegup kencang. "Apa?"

Dante menyerahkan ponselnya. "Maya baru saja mengirim pesan padaku."

Elera mengambil ponsel itu dan membaca pesan yang dikirimkan Maya.

 "El, aku baru dapat info aneh. Beberapa pria bertanya-tanya tentang seorang dokter wanita di dekat rumah sakit tadi. Mereka mencari seseorang. Aku tidak yakin, tapi… aku rasa mereka mencari KAU. Hubungi aku segera!"

Darah Elera langsung membeku.

Ia menatap Dante dengan ngeri, suaranya hampir bergetar. "Sergio sudah mulai mencariku."

Dante mengangguk pelan. "Dan kita harus segera bertindak sebelum dia menemukannya lebih dulu."

Sebelum Elera bisa bereaksi lebih jauh, suara gaduh dari lantai bawah menarik perhatiannya.

"HAHAHAHA! ASTAGA! AKU TIDAK PERCAYA INI!"

"Kalian tidak bercanda, kan?! Elera benar-benar mengatakan dia dan Leon DIJODOHKAN?!"

Elera memejamkan matanya sejenak dan menghela napas sangat panjang. Oh tidak…

Dante mengangkat bahu dengan santai. "Yah, sepertinya kau harus turun sekarang."

Elera mencengkeram pegangan pintu dan menatap Dante dengan tajam. "Tolong katakan padaku itu BUKAN suara Kai dan Gabriel."

Dante justru menyeringai. "Oh, itu memang mereka."

Sial.

~~~~~

Begitu Elera menjejakkan kaki di anak tangga pertama, pemandangan yang langsung menyambutnya adalah Kai dan Gabriel yang nyaris tergeletak di sofa karena tertawa terlalu keras.

Kai menepuk pahanya dengan keras, sementara Gabriel mengusap matanya yang sampai berkaca-kaca karena kebanyakan tertawa.

"Tolong. Tolong katakan padaku ini lelucon," kata Gabriel di antara tawanya. "ELERA BENAR-BENAR MENGATAKAN KALIAN DIJODOHKAN?!"

Kai, yang masih mencoba mengatur napas, memandang Leon dengan ekspresi geli luar biasa. "Astaga, bos. Aku tidak pernah membayangkan kau akan terjebak dalam skenario se-DRAMATIS INI!"

Leon, yang duduk dengan ekspresi malas, hanya menghela napas panjang. "Tanyakan pada dia, bukan aku."

Elera sudah merasa ingin bersembunyi di bawah karpet.

"AKU BENAR-BENAR MEMBENCI KALIAN!"

Gabriel berdiri dan menunjuk Leon dengan dramatis. "KAU HARUS MEMILIKI TANGGUNG JAWAB, TUAN SANTIAGO! ELERA SUDAH MENGORBANKAN KEHORMATANNYA DENGAN MENJADI TUNANGAN PALSUMU!"

Kai langsung menjatuhkan dirinya ke sofa lagi sambil tertawa keras. "ASTAGA, GAB, KAU TERLALU DRAMATIS!"

"AKU TIDAK DRAMATIS!" Gabriel berseru dengan nada setengah menangis—tapi karena terlalu banyak tertawa. "AKU HANYA TIDAK INGIN LEON MEMBUANG KESAMPING SEBUAH CINTA SEJATI YANG BEGITU MURNI!"

Elera menatap mereka semua dengan tatapan penuh kelelahan. "AKU BENCI HIDUPKU SEKARANG."

Dante, yang sudah menahan tawa sejak tadi, akhirnya menyerah. "Oke, oke, aku harus akui, ini luar biasa. Bahkan aku tidak menyangka Kai dan Gabriel akan bereaksi se-HEBOH INI."

Kai mendekat ke Leon dan menepuk pundaknya dengan sok serius. "Jadi, kapan kau akan memberikan cincin pertunangan untuk Elera?"

Gabriel langsung menimpali. "Oh! Aku tahu tempat yang menjual cincin berlian TERBAIK di kota ini!"

Leon menatap mereka dengan wajah paling malas yang pernah ada. "Kalian berdua terlalu banyak bicara."

Elera ingin lenyap ke dimensi lain saat itu juga.

Kai menyeringai dan menatap Elera. "Aku tidak pernah menyangka kau akan memilih jalan hidup seperti ini, Dokter. Dari seorang ahli bedah trauma… menjadi istri mafia."

Gabriel berpura-pura menyeka air mata. "Perjalanan hidup yang luar biasa mengharukan."

Elera langsung menunjuk ke arah mereka berdua dengan tajam. "SATU KATA LAGI DAN AKU AKAN MELEMPAR KALIAN KE KOLAM RENANG!"

Kai dan Gabriel langsung mundur dengan tangan terangkat, tetapi wajah mereka tetap dipenuhi tawa tertahan.

Leon, yang dari tadi hanya mengamati interaksi ini dengan ekspresi datar, akhirnya berdehem keras. "Cukup bercanda. Kita punya masalah."

Seperti menekan tombol diam, seluruh ruangan langsung sunyi.

Kai dan Gabriel bertukar pandang sebelum wajah mereka berubah lebih serius.

"Seberapa cepat mereka bergerak?" tanya Kai.

Leon melempar ponselnya ke meja. "Mereka sudah mulai mencari informasi di rumah sakit. Maya menghubungi Elera karena mendengar ada pria mencurigakan yang menanyakan tentang seorang dokter wanita."

Gabriel berdiri dengan cepat, ekspresinya berubah lebih tajam. "Itu buruk. Kalau mereka sudah mencari ke rumah sakit, itu artinya mereka sudah punya cukup informasi untuk segera menemukannya."

Kai menghela napas. "Yah, jadi ini sudah resmi. Elera sekarang benar-benar target."

Elera menatap mereka semua dengan waspada. "Apa maksudmu? Aku tidak akan tinggal di sini selamanya!"

Leon menatapnya tajam. "Kalau kau keluar dari sini sekarang, kau akan mati sebelum bisa mengatakan ‘Aku hanya seorang dokter’."

Elera mengerang dalam hati. Ya Tuhan, kapan hidupnya menjadi sekacau ini?

Kai menatap Leon dengan ekspresi serius, tetapi senyum jahil masih tersisa di wajahnya.

"Kalau Elera harus tetap di sini, kita perlu rencana lain."

Gabriel menyilangkan tangan. "Ya. Dan rencana pertama adalah… bagaimana kita menjelaskan ini ke Maya?"

Elera langsung tersedak. "TIDAK ADA YANG PERLU DIJELASKAN!"

Dante justru tertawa. "Oh, aku ingin melihat bagaimana Maya bereaksi kalau dia tahu ini semua palsu."

Kai bersiul santai. "Aku yakin reaksinya akan lebih heboh daripada saat dia tahu kau dijodohkan, El."

Elera mengerang dan menjatuhkan kepalanya ke meja.

Gabriel menepuk pundaknya dengan sok prihatin. "Jangan khawatir, sayang. Kami akan mendukung cinta palsumu sepenuh hati!"

Elera menatapnya dengan ekspresi penuh putus asa. "Aku bersumpah, aku akan membuat kalian menyesal telah mengenalku."

Kai dan Gabriel tertawa lebih keras.

Astaga, hidupnya benar-benar kacau sekarang.

Related chapters

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Maya yang Meledak

    Elera duduk di sofa dengan wajah penuh kelelahan, sementara Leon berdiri di dekat jendela dengan tangan terlipat di dada. Dante bersandar di dinding, Kai dan Gabriel duduk dengan santai, masih menyisakan sisa-sisa tawa dari kejadian sebelumnya."Jadi," kata Elera akhirnya, menatap mereka semua dengan tajam. "Setelah dipikir-pikir, aku rasa Maya harus tahu yang sebenarnya."Kai langsung bersiul santai. "Wah, wah, wah. Ini akan menyenangkan."Gabriel langsung menepuk pahanya dengan penuh semangat. "Akhirnya! Aku sudah menunggu saat ini!"Leon menghela napas panjang. "Aku masih tidak yakin ini ide yang bagus."Elera melotot ke arahnya. "Kau pikir berapa lama aku bisa mempertahankan kebohongan ini? Maya terlalu pintar untuk tidak menyadari ada yang aneh. Kalau aku tidak segera memberitahunya, dia pasti akan mulai menyelidiki sendiri, dan itu jauh lebih berbahaya!"Leon terdiam, tetapi matanya tetap tajam. "Kalau dia tahu, dia juga bisa jadi target."Elera mendesah. "Maya bisa menjaga diri

    Last Updated : 2025-03-06
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Peluru, Darah dan Takdir

    Hujan turun deras malam itu. Kota diterangi oleh lampu jalan yang berpendar suram, aspal basah memantulkan cahaya merah dari lampu lalu lintas. Elera baru saja menyelesaikan shift panjang di rumah sakit. Matanya lelah, tubuhnya ingin segera beristirahat, tetapi semua itu sirna ketika suara tembakan pertama meledak di kejauhan.Dor! Dor! Dor!Elera langsung menoleh. Sumber suara itu berasal dari gang sempit di seberang jalan, hanya beberapa blok dari rumah sakit. Lampu-lampu jalan berkedip, bayangan hitam dari beberapa pria bersenjata tampak berlarian di balik gedung.Jantungnya berdebar cepat. Apa itu? Polisi? Perampokan?Tetapi saat ia hendak berpaling dan berjalan cepat ke arah mobilnya, sosok pria tinggi berjas hitam muncul dari salah satu gang.Ia berjalan tertatih, jasnya berlumuran darah yang semakin lama semakin pekat terkena air hujan. Tangan kirinya mencengkeram perutnya yang terluka, sementara tangan kanannya masih menggenggam pistol dengan erat.Elera membeku.Pria itu berusa

    Last Updated : 2025-03-05
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya    Dokter Keras Kepala vs Pasien Mafia

    Di sudut ruangan, Dante hanya bisa tersenyum lebar. Sepertinya, untuk pertama kalinya, ada seseorang yang benar-benar bisa menantang bosnya tanpa takut kehilangan nyawa.Dan jujur saja, dia cukup menikmati melihatnya.Elera melepas sarung tangannya dan membereskan peralatan medis seadanya yang baru saja digunakan untuk menangani luka Leon. Tangannya masih sedikit gemetar, bukan karena takut, melainkan karena frustrasi."Baiklah, aku sudah melakukan tugasku." Ia menatap Leon yang kini duduk bersandar di sofa dengan mata tertutup. "Sekarang aku akan pulang."Leon membuka matanya, menatapnya sekilas sebelum dengan santai menjawab, "Tidak."Elera mengerutkan kening. "Apa maksudmu tidak?"Leon menghembuskan napas pelan, lalu duduk lebih tegak. "Kau tidak bisa pergi sekarang. Itu terlalu berbahaya."Elera mendengus. "Bahaya? Aku bukan bagian dari ini semua. Aku hanya kebetulan lewat, menyelamatkanmu, dan sekarang tugasku sudah selesai. Aku harus pulang, Leon."Dante yang berdiri di sudut rua

    Last Updated : 2025-03-05
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Singa yang bertemu lawan

    Elera mendengus kesal, duduk di atas ranjang empuk dengan tangan terlipat di dada. Safe house? Tempat ini lebih mirip hotel bintang lima ketimbang tempat persembunyian. Tetapi meskipun ranjangnya nyaman, ia tetap merasa seperti tahanan mewah."Astaga, kenapa aku bisa terjebak dalam kekacauan ini?" gumamnya, memijat pelipis.Di luar kamarnya, terdengar suara langkah kaki mendekat. Elera segera merapatkan selimutnya dan menajamkan pendengaran.~~~~~~~Di ruang kerja Leon…Leon duduk di kursi besar di balik meja kayu gelap, matanya menelusuri dokumen laporan terbaru. Namun, pikirannya terus melayang pada kejadian malam itu—baku tembak, luka yang ia alami, dan… Elera.Pintu terbuka, dan seorang pria masuk tanpa izin, langsung menjatuhkan dirinya ke sofa."Gawat, Leon. Aku baru dengar kabar ini, dan aku harus lihat dengan mataku sendiri."Leon mendesah tanpa melihat. "Gabriel, tutup pintu dan berhenti berisik."Gabriel Moretti, sahabat sekaligus penasihat strateginya, menyeringai. "Aku tid

    Last Updated : 2025-03-05
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Elera Vasqeuz

    Sergio Serrano berdiri di depan jendela kaca besar di kantornya, menatap kelam ke pemandangan kota di bawahnya. Cerutu di tangannya mengepulkan asap tebal, memenuhi ruangan dengan aroma tembakau yang kuat.Di belakangnya, Rafael Serrano bersandar santai di sofa, memainkan pisau lipat dengan ekspresi bosan. "Ayah, kau terlalu tegang."Sergio tidak menoleh, tetapi suaranya terdengar dingin dan berbahaya. "Katakan sekali lagi siapa dokter yang membantu Leon Santiago."Seorang pria berjas hitam berdiri di hadapannya, menundukkan kepala dalam ketakutan. "Kami sudah menyelidikinya, Tuan. Namanya Elera Vasquez."Sergio mengerutkan alis. "Vasquez?"Rafael menegakkan tubuhnya, ekspresi bosannya berubah menjadi tertarik. "Hmm… seperti nama yang familiar."Pria berjas itu menelan ludah sebelum melanjutkan. "Elera Vasquez adalah seorang dokter, bekerja di rumah sakit pusat kota. Dan dia… anak dari Rodrigo Vasquez."Brak!Sergio melempar gelas whisky di tangannya hingga pecah berkeping-keping di l

    Last Updated : 2025-03-05
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Kebohongan tak Terduga

    Maya masih berdiri dengan ekspresi syok total, matanya meneliti Leon dan Dante dari atas ke bawah, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya."Elera… siapa mereka? Dan kenapa pria itu berbicara seolah kau harus pergi bersamanya?"Elera menelan ludah, otaknya bekerja cepat mencari jawaban yang masuk akal. Dia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya.Dia tidak bisa mengatakan “Oh, dia seorang mafia yang sedang dalam perang dengan musuhnya, dan aku tidak sengaja terjebak di dalamnya setelah menyelamatkan nyawanya dari baku tembak.”Jadi, tanpa berpikir panjang, kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah—"Dia… orang yang dijodohkan denganku oleh Om dan Tante."Hening.Maya berkedip, wajahnya berubah dari penuh kecurigaan menjadi kebingungan total. "APA?!"Dante, yang tadinya bersandar santai di pintu, langsung membeku, menatap Elera seolah baru saja mendengar lelucon terbaik dalam hidupnya.Leon, sementara itu, tetap memasang ekspresi datarnya. Namun, tatapannya ke

    Last Updated : 2025-03-05

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Maya yang Meledak

    Elera duduk di sofa dengan wajah penuh kelelahan, sementara Leon berdiri di dekat jendela dengan tangan terlipat di dada. Dante bersandar di dinding, Kai dan Gabriel duduk dengan santai, masih menyisakan sisa-sisa tawa dari kejadian sebelumnya."Jadi," kata Elera akhirnya, menatap mereka semua dengan tajam. "Setelah dipikir-pikir, aku rasa Maya harus tahu yang sebenarnya."Kai langsung bersiul santai. "Wah, wah, wah. Ini akan menyenangkan."Gabriel langsung menepuk pahanya dengan penuh semangat. "Akhirnya! Aku sudah menunggu saat ini!"Leon menghela napas panjang. "Aku masih tidak yakin ini ide yang bagus."Elera melotot ke arahnya. "Kau pikir berapa lama aku bisa mempertahankan kebohongan ini? Maya terlalu pintar untuk tidak menyadari ada yang aneh. Kalau aku tidak segera memberitahunya, dia pasti akan mulai menyelidiki sendiri, dan itu jauh lebih berbahaya!"Leon terdiam, tetapi matanya tetap tajam. "Kalau dia tahu, dia juga bisa jadi target."Elera mendesah. "Maya bisa menjaga diri

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Awal dari Kekacauan Baru

    Mobil melaju melewati jalan-jalan kota dengan tenang, meskipun suasana dalam kendaraan terasa jauh dari kata damai.Elera duduk di kursi penumpang dengan tangan terlipat di dada, masih berusaha mencerna semua yang terjadi di apartemennya tadi.Leon, yang menyetir dengan santai, meliriknya sekilas sebelum berkata dengan nada datar. "Aku tidak percaya kau benar-benar mengatakan kalau kita dijodohkan."Elera menutup mata dan menghembuskan napas panjang. "Jangan mengingatkanku."Dante, yang duduk di belakang, terkikik. "Jujur saja, itu cukup jenius. Walaupun aku tak yakin bagaimana kau bisa berpikir secepat itu."Elera melotot ke arah kaca spion, menatap Dante yang masih tersenyum lebar. "Itu bukan pilihan! Maya mulai curiga dan aku harus mengatakan sesuatu! Lagipula, itu lebih masuk akal daripada mengatakan kalau aku terjebak dalam perang mafia!"Leon menyeringai tipis. "Dan sekarang kau harus mempertahankan kebohongan itu."Elera tersentak. Oh. Sial.Dante tertawa lebih keras. "Ya, sela

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Kebohongan tak Terduga

    Maya masih berdiri dengan ekspresi syok total, matanya meneliti Leon dan Dante dari atas ke bawah, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya."Elera… siapa mereka? Dan kenapa pria itu berbicara seolah kau harus pergi bersamanya?"Elera menelan ludah, otaknya bekerja cepat mencari jawaban yang masuk akal. Dia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya.Dia tidak bisa mengatakan “Oh, dia seorang mafia yang sedang dalam perang dengan musuhnya, dan aku tidak sengaja terjebak di dalamnya setelah menyelamatkan nyawanya dari baku tembak.”Jadi, tanpa berpikir panjang, kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah—"Dia… orang yang dijodohkan denganku oleh Om dan Tante."Hening.Maya berkedip, wajahnya berubah dari penuh kecurigaan menjadi kebingungan total. "APA?!"Dante, yang tadinya bersandar santai di pintu, langsung membeku, menatap Elera seolah baru saja mendengar lelucon terbaik dalam hidupnya.Leon, sementara itu, tetap memasang ekspresi datarnya. Namun, tatapannya ke

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Elera Vasqeuz

    Sergio Serrano berdiri di depan jendela kaca besar di kantornya, menatap kelam ke pemandangan kota di bawahnya. Cerutu di tangannya mengepulkan asap tebal, memenuhi ruangan dengan aroma tembakau yang kuat.Di belakangnya, Rafael Serrano bersandar santai di sofa, memainkan pisau lipat dengan ekspresi bosan. "Ayah, kau terlalu tegang."Sergio tidak menoleh, tetapi suaranya terdengar dingin dan berbahaya. "Katakan sekali lagi siapa dokter yang membantu Leon Santiago."Seorang pria berjas hitam berdiri di hadapannya, menundukkan kepala dalam ketakutan. "Kami sudah menyelidikinya, Tuan. Namanya Elera Vasquez."Sergio mengerutkan alis. "Vasquez?"Rafael menegakkan tubuhnya, ekspresi bosannya berubah menjadi tertarik. "Hmm… seperti nama yang familiar."Pria berjas itu menelan ludah sebelum melanjutkan. "Elera Vasquez adalah seorang dokter, bekerja di rumah sakit pusat kota. Dan dia… anak dari Rodrigo Vasquez."Brak!Sergio melempar gelas whisky di tangannya hingga pecah berkeping-keping di l

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Singa yang bertemu lawan

    Elera mendengus kesal, duduk di atas ranjang empuk dengan tangan terlipat di dada. Safe house? Tempat ini lebih mirip hotel bintang lima ketimbang tempat persembunyian. Tetapi meskipun ranjangnya nyaman, ia tetap merasa seperti tahanan mewah."Astaga, kenapa aku bisa terjebak dalam kekacauan ini?" gumamnya, memijat pelipis.Di luar kamarnya, terdengar suara langkah kaki mendekat. Elera segera merapatkan selimutnya dan menajamkan pendengaran.~~~~~~~Di ruang kerja Leon…Leon duduk di kursi besar di balik meja kayu gelap, matanya menelusuri dokumen laporan terbaru. Namun, pikirannya terus melayang pada kejadian malam itu—baku tembak, luka yang ia alami, dan… Elera.Pintu terbuka, dan seorang pria masuk tanpa izin, langsung menjatuhkan dirinya ke sofa."Gawat, Leon. Aku baru dengar kabar ini, dan aku harus lihat dengan mataku sendiri."Leon mendesah tanpa melihat. "Gabriel, tutup pintu dan berhenti berisik."Gabriel Moretti, sahabat sekaligus penasihat strateginya, menyeringai. "Aku tid

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya    Dokter Keras Kepala vs Pasien Mafia

    Di sudut ruangan, Dante hanya bisa tersenyum lebar. Sepertinya, untuk pertama kalinya, ada seseorang yang benar-benar bisa menantang bosnya tanpa takut kehilangan nyawa.Dan jujur saja, dia cukup menikmati melihatnya.Elera melepas sarung tangannya dan membereskan peralatan medis seadanya yang baru saja digunakan untuk menangani luka Leon. Tangannya masih sedikit gemetar, bukan karena takut, melainkan karena frustrasi."Baiklah, aku sudah melakukan tugasku." Ia menatap Leon yang kini duduk bersandar di sofa dengan mata tertutup. "Sekarang aku akan pulang."Leon membuka matanya, menatapnya sekilas sebelum dengan santai menjawab, "Tidak."Elera mengerutkan kening. "Apa maksudmu tidak?"Leon menghembuskan napas pelan, lalu duduk lebih tegak. "Kau tidak bisa pergi sekarang. Itu terlalu berbahaya."Elera mendengus. "Bahaya? Aku bukan bagian dari ini semua. Aku hanya kebetulan lewat, menyelamatkanmu, dan sekarang tugasku sudah selesai. Aku harus pulang, Leon."Dante yang berdiri di sudut rua

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Peluru, Darah dan Takdir

    Hujan turun deras malam itu. Kota diterangi oleh lampu jalan yang berpendar suram, aspal basah memantulkan cahaya merah dari lampu lalu lintas. Elera baru saja menyelesaikan shift panjang di rumah sakit. Matanya lelah, tubuhnya ingin segera beristirahat, tetapi semua itu sirna ketika suara tembakan pertama meledak di kejauhan.Dor! Dor! Dor!Elera langsung menoleh. Sumber suara itu berasal dari gang sempit di seberang jalan, hanya beberapa blok dari rumah sakit. Lampu-lampu jalan berkedip, bayangan hitam dari beberapa pria bersenjata tampak berlarian di balik gedung.Jantungnya berdebar cepat. Apa itu? Polisi? Perampokan?Tetapi saat ia hendak berpaling dan berjalan cepat ke arah mobilnya, sosok pria tinggi berjas hitam muncul dari salah satu gang.Ia berjalan tertatih, jasnya berlumuran darah yang semakin lama semakin pekat terkena air hujan. Tangan kirinya mencengkeram perutnya yang terluka, sementara tangan kanannya masih menggenggam pistol dengan erat.Elera membeku.Pria itu berusa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status