Share

Elera Vasqeuz

Penulis: THANISA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-05 15:10:55

Sergio Serrano berdiri di depan jendela kaca besar di kantornya, menatap kelam ke pemandangan kota di bawahnya. Cerutu di tangannya mengepulkan asap tebal, memenuhi ruangan dengan aroma tembakau yang kuat.

Di belakangnya, Rafael Serrano bersandar santai di sofa, memainkan pisau lipat dengan ekspresi bosan. "Ayah, kau terlalu tegang."

Sergio tidak menoleh, tetapi suaranya terdengar dingin dan berbahaya. "Katakan sekali lagi siapa dokter yang membantu Leon Santiago."

Seorang pria berjas hitam berdiri di hadapannya, menundukkan kepala dalam ketakutan. "Kami sudah menyelidikinya, Tuan. Namanya Elera Vasquez."

Sergio mengerutkan alis. "Vasquez?"

Rafael menegakkan tubuhnya, ekspresi bosannya berubah menjadi tertarik. "Hmm… seperti nama yang familiar."

Pria berjas itu menelan ludah sebelum melanjutkan. "Elera Vasquez adalah seorang dokter, bekerja di rumah sakit pusat kota. Dan dia… anak dari Rodrigo Vasquez."

Brak!

Sergio melempar gelas whisky di tangannya hingga pecah berkeping-keping di lantai. Napasnya memburu, matanya berkobar dengan api kemarahan yang tak terkendali.

"Rodrigo Vasquez?" suaranya terdengar lebih rendah, tetapi justru semakin berbahaya.

Pria itu mengangguk cepat. "Ya, Tuan. Kepala polisi yang… terlibat dalam insiden lima tahun lalu."

Sergio mengepalkan tinjunya, rahangnya mengeras. "Keterlibatan? Tidak. Rodrigo Vasquez adalah penyebabnya. Dia yang membuat Leon lolos hari itu. Dia yang membuat adikku mati."

Rafael tersenyum miring, ekspresinya penuh ketertarikan. "Jadi dokter kecil itu… anak musuh lama kita?"

Sergio berbalik, tatapannya mengancam. "Bukan hanya anaknya. Dia adalah kesempatan kita untuk membalas dendam."

Ruangan terasa semakin menegang. Rafael bersiul pelan. "Wow. Ini seperti hadiah yang jatuh dari langit, ya?"

Sergio mengusap wajahnya, berusaha menahan amarah yang berkobar di dadanya. "Selama lima tahun terakhir, aku terus mencari cara untuk membuat Leon menderita. Aku ingin dia kehilangan sesuatu yang berharga. Aku ingin dia merasakan kehilangan seperti yang aku rasakan saat Alejandro mati di pelukanku."

Dia menatap tajam ke arah anak buahnya yang masih berdiri gemetar. "Dan sekarang, Tuhan akhirnya memberiku jawaban."

Rafael menyeringai. "Leon mungkin bisa menyelamatkan dirinya sendiri, tapi apakah dia bisa menyelamatkan wanita itu?"

Sergio tersenyum sinis, matanya penuh kebencian. "Kita akan lihat seberapa jauh dia akan berusaha."

Dia menoleh ke arah anak buahnya. "Sebar orang kita di seluruh kota. Temukan Elera Vasquez. Hidup atau mati… dia milikku."

Pria itu segera mengangguk dan bergegas keluar ruangan.

Rafael tertawa kecil, kembali memainkan pisaunya. "Ini akan menyenangkan."

Sergio kembali menatap keluar jendela. Hujan mulai turun, membasahi kota yang tidak pernah tidur.

Lima tahun lalu, Leon Santiago mengambil sesuatu darinya.

Sekarang, dia akan mengambil sesuatu darinya juga.

Darah harus dibayar dengan darah.

~~~~~

Elera duduk di tepi ranjang, punggungnya bersandar pada kepala tempat tidur yang empuk. Safe house ini memang nyaman, tapi tetap saja, ia bukan di rumahnya sendiri.

Ia meraih tasnya yang sejak tadi tergeletak di sudut kamar. Begitu membuka ritsleting, ia mengambil ponselnya yang akhirnya sudah cukup daya untuk dinyalakan.

Dreet! Dreet! Dreet!

Sebelum sempat berpikir lebih jauh, ponselnya kembali bergetar. Panggilan masuk dari Maya.

Oh tidak.

Elera menatap layar beberapa detik sebelum akhirnya menghela napas dan menjawab.

"ELERA VASQUEZ! DI MANA KAU?!"

Elera langsung menjauhkan ponselnya dari telinga. Bahkan tanpa speaker pun, suara Maya bisa membuatnya tuli.

"Maya, tolong, jangan berteriak—"

"KAU KE MANA SAJA?! Aku sudah meneleponmu berkali-kali! Aku hampir menelepon polisi, tahu?!"

Elera menggigit bibirnya, otaknya masih berusaha merangkai alasan yang masuk akal. "Aku baik-baik saja, aku hanya—"

"Kau menghilang tanpa kabar! Aku sudah di rumahmu sekarang!"

Elera terdiam. "Kau… di rumahku?"

"YA! Seharusnya kita sudah berangkat ke Pattaya hari ini, tapi karena kau TIDAK ADA, aku membatalkan semuanya dan langsung ke apartemenmu! Dan kejutan—kau juga tidak ada di sana!"

Elera memejamkan mata. Astaga, dia benar-benar dalam masalah.

"Maya, aku bisa jelaskan—"

"Oh, kau harus menjelaskan. Dan lebih baik itu masuk akal, karena aku tidak akan percaya kalau kau bilang ponselmu mati atau kau ketiduran."

Elera menghela napas panjang. "Maya, aku sedang di luar kota. Ada… situasi darurat."

Hening di ujung telepon.

"Situasi darurat?" Maya akhirnya berkata dengan nada curiga. "Elera, kau bukan polisi, kau bukan agen rahasia. Apa yang bisa membuatmu menghilang begitu saja?"

BRAK!

Pintu kamar tiba-tiba terbuka tanpa permisi.

Elera tersentak. "Astaga!"

Maya di telepon langsung panik. "Apa itu?! Kenapa terdengar seperti seseorang MENENDANG pintu?!"

Elera menoleh cepat ke pintu dan melihat Leon berdiri di sana dengan santai, satu tangan masih di kenop pintu seolah itu adalah kamarnya sendiri.

Mata Elera membelalak marah. "Kau tidak pernah belajar tentang KETUK PINTU, HAH?!"

Leon mengangkat bahu, sama sekali tidak peduli dengan batasan privasi. "Kenapa aku harus mengetuk pintu kamar di rumahku sendiri?"

Elera hampir melempar bantal ke arahnya. "Ini bukan kamarmu, dasar tidak sopan!"

Sementara itu, dari ponselnya, Maya masih berteriak. "ELERA! SIAPA ITU?! KENAPA ADA SUARA PRIA?!"

Elera langsung panik. Sial! Maya mendengar semuanya!

"Tidak ada! Maksudku… ini hanya…"

Maya semakin curiga. "Jangan bilang kau menghilang selama sehari penuh karena KAU BERSAMA PRIA, ELERA VASQUEZ!"

Leon mendengar itu dan justru tersenyum miring. "Oh? Jadi dia berpikir aku menculikmu untuk alasan yang… lain?"

Elera menatapnya dengan ekspresi membunuh. "Kau. Diam."

Maya semakin frustrasi. "ELERA! Aku tidak peduli dengan siapa kau sekarang, pulang sekarang juga! Aku akan menunggumu di apartemen!"

Elera tertegun. Oh, sial. Maya benar-benar tidak akan membiarkan ini berlalu.

Leon menyipitkan mata, sepertinya bisa menebak isi pembicaraan mereka. "Tidak mungkin kau pergi."

Elera menoleh tajam. "Dengar, ini urusanku dan sahabatku. Aku harus pulang."

Leon tetap tidak bergeming. "Tidak. Kau tetap di sini."

Maya mendengar itu dari ponsel dan langsung berteriak. "TUNGGU! APA YANG DIA KATAKAN? SIAPA DIA? ELERA, APA KAU DICULIK?!"

Elera segera menjauhkan ponsel dari telinganya. "Maya, aku tidak diculik!"

Maya tidak percaya. "Kau bersama pria asing, kau menghilang seharian, dan dia bilang kau tidak boleh pulang?! Itu terdengar seperti penculikan bagiku!"

Leon hanya mendengus kecil. "Dia cukup pintar untuk mengenali bahaya."

Elera melotot. "AKU BUKAN TAWANANMU, LEON!"

Leon menatapnya santai. "Tidak. Tapi kau juga bukan orang bebas saat ini."

Maya yang mendengar percakapan itu semakin histeris. "ELERA, AKU AKAN KE POLISI SEKARANG JUGA!"

Elera langsung panik. "Maya, JANGAN!"

Leon mendekat, merebut ponsel dari tangan Elera sebelum ia bisa mencegahnya.

"Hei! Berikan itu kembali!" Elera mencoba mengambilnya, tapi Leon mengangkat ponsel itu lebih tinggi.

Ia menempelkan ponsel ke telinganya. "Maya, bukan?"

Hening sejenak.

"SIAPA KAU, BAJINGAN?!" suara Maya melengking, hampir membuat Leon menjauhkan ponsel dari telinganya.

Leon tetap tenang. "Dia baik-baik saja. Dan dia tidak akan pulang."

"AKU AKAN MELAPORKANMU KE POLISI!"

Leon tersenyum kecil. "Silakan. Tapi aku yakin itu hanya akan membuang waktumu."

Elera berusaha merebut ponselnya lagi, tetapi Leon lebih cepat. Ia menekan tombol di layar dan mengakhiri panggilan.

"KAU GILA?!" Elera berteriak marah. "Sekarang dia BENAR-BENAR AKAN MENELEPON POLISI!"

Leon tetap santai. "Tidak. Dia akan mencoba meneleponmu lagi, panik sebentar, lalu akhirnya menunggu di apartemenmu seperti yang dia katakan."

Elera mengepalkan tangannya. "Kau tidak mengenal Maya. Dia TIDAK akan menyerah begitu saja."

Leon akhirnya menatapnya serius. "Lalu beritahu dia sendiri. Tapi buat dia mengerti bahwa kau tidak bisa pulang."

Elera menggertakkan giginya. Ia tahu Leon benar. Tetapi bagaimana ia bisa membuat Maya percaya?

Karena kenyataannya, ia benar-benar tidak bisa pulang.

Elera berdiri dengan tangan mengepal, menatap Leon dengan penuh harapan.

"Leon, kumohon. Biarkan aku pulang. Aku hanya perlu berbicara dengan Maya dan menjelaskan semuanya."

Leon tetap duduk di kursi, tatapannya dingin dan penuh pertimbangan. "Tidak."

"Leon!" suara Elera penuh frustrasi. "Dia sahabatku! Dia panik karena aku menghilang begitu saja! Aku tidak bisa membiarkan dia berpikir aku benar-benar dalam bahaya!"

Leon menghela napas panjang, lalu akhirnya berkata, "Kau bisa pulang."

Elera langsung mengangkat wajahnya dengan harapan.

"Tapi hanya untuk mengemasi barang-barangmu."

Matanya membelalak. "Apa?"

Leon menyandarkan punggungnya ke kursi dengan santai, menatapnya tanpa ekspresi. "Kau tidak akan tinggal di apartemenmu lagi. Aku tidak bisa membiarkanmu hidup sendirian di luar sana sementara Sergio mulai bergerak."

Elera menggeleng, menolak keras. "Tidak! Aku tidak bisa hanya meninggalkan hidupku begitu saja!"

Leon menatapnya dengan tajam. "Kau tidak punya pilihan, Elera."

Elera mengertakkan giginya, mencoba mencari celah untuk berargumen. "Tempat persembunyianmu itu jauh dari rumah sakit tempatku bekerja! Aku tidak bisa tinggal di sana!"

Leon menaikkan satu alis, lalu menjawab santai, "Siapa bilang kita akan tinggal di sana?"

Elera terdiam. "Apa?"

Leon menatapnya dengan ekspresi seolah dia baru saja mengatakan sesuatu yang jelas. "Kita akan tinggal di rumahku di pusat kota. Hanya beberapa blok dari rumah sakitmu."

Elera menatapnya tidak percaya. "Kau punya rumah di pusat kota?"

Leon hanya menyeringai tipis. "Apa menurutmu aku akan bersembunyi di tempat terpencil selamanya? Aku punya lebih dari satu tempat tinggal, Dokter."

Elera semakin frustrasi. "Tapi…"

Leon mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, "Kau kehabisan alasan sekarang, bukan?"

Dante tertawa kecil dari samping. "Ya ampun, kau benar-benar pintar mencari alasan, Dokter. Tapi sayang sekali, bos kita lebih cepat membantahnya."

Elera hanya bisa mengerang kesal dalam hati. Sialan. Ini artinya dia benar-benar tidak punya alasan lagi untuk menolak.

Maya mondar-mandir di ruang tamu apartemen Elera, menggigit kuku dengan gelisah. Ponselnya sudah ia genggam erat, siap menelepon polisi kapan saja jika Elera tidak segera muncul.

Tetapi tepat saat ia hendak menekan panggilan darurat, suara kunci yang berputar terdengar.

Klik!

Maya langsung menoleh ke arah pintu. Begitu pintu terbuka, sosok yang sejak tadi ia tunggu akhirnya muncul.

"ELERA!"

Maya langsung berlari dan memeluk sahabatnya erat. "Ya Tuhan, kau ke mana saja?! Aku sudah hampir gila!"

Elera membalas pelukan itu, menepuk punggung Maya pelan. "Aku baik-baik saja, Ma."

Namun, Maya langsung menarik diri dan menatapnya dengan penuh selidik. "Tidak! Kau tidak baik-baik saja! Kau menghilang semalaman, tidak menjawab telepon, lalu tiba-tiba kembali dengan ekspresi seperti ini?"

Elera membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi sebelum ia bisa mengeluarkan satu kata pun, Maya melihat sesuatu di belakangnya.

Matanya membesar, rahangnya menganga, dan ekspresinya berubah dari lega menjadi syok.

"Astaga… siapa mereka?!"

Elera menegang. Ia tahu siapa yang sedang dilihat Maya.

Leon dan Dante berdiri di ambang pintu, mengamati mereka dengan tenang.

Maya langsung melangkah mundur, menatap Elera dengan ekspresi tidak percaya. "Elera… siapa mereka? Apa yang sebenarnya terjadi?!"

Elera menelan ludah. Sial.

Leon melangkah masuk, menyandarkan tubuhnya ke dinding dengan santai. Dengan nada rendah dan penuh otoritas, ia berkata,

"Kita tidak punya banyak waktu, Elera. Cepat kemasi barangmu."

Maya menatap Elera dengan syok. "Apa maksudnya ini?! KAU PERGI DENGAN MEREKA?!"

Elera menahan napas. Dia tahu, ini akan jadi lebih sulit dari yang ia duga.

Bab terkait

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Kebohongan tak Terduga

    Maya masih berdiri dengan ekspresi syok total, matanya meneliti Leon dan Dante dari atas ke bawah, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya."Elera… siapa mereka? Dan kenapa pria itu berbicara seolah kau harus pergi bersamanya?"Elera menelan ludah, otaknya bekerja cepat mencari jawaban yang masuk akal. Dia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya.Dia tidak bisa mengatakan “Oh, dia seorang mafia yang sedang dalam perang dengan musuhnya, dan aku tidak sengaja terjebak di dalamnya setelah menyelamatkan nyawanya dari baku tembak.”Jadi, tanpa berpikir panjang, kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah—"Dia… orang yang dijodohkan denganku oleh Om dan Tante."Hening.Maya berkedip, wajahnya berubah dari penuh kecurigaan menjadi kebingungan total. "APA?!"Dante, yang tadinya bersandar santai di pintu, langsung membeku, menatap Elera seolah baru saja mendengar lelucon terbaik dalam hidupnya.Leon, sementara itu, tetap memasang ekspresi datarnya. Namun, tatapannya ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Awal dari Kekacauan Baru

    Mobil melaju melewati jalan-jalan kota dengan tenang, meskipun suasana dalam kendaraan terasa jauh dari kata damai.Elera duduk di kursi penumpang dengan tangan terlipat di dada, masih berusaha mencerna semua yang terjadi di apartemennya tadi.Leon, yang menyetir dengan santai, meliriknya sekilas sebelum berkata dengan nada datar. "Aku tidak percaya kau benar-benar mengatakan kalau kita dijodohkan."Elera menutup mata dan menghembuskan napas panjang. "Jangan mengingatkanku."Dante, yang duduk di belakang, terkikik. "Jujur saja, itu cukup jenius. Walaupun aku tak yakin bagaimana kau bisa berpikir secepat itu."Elera melotot ke arah kaca spion, menatap Dante yang masih tersenyum lebar. "Itu bukan pilihan! Maya mulai curiga dan aku harus mengatakan sesuatu! Lagipula, itu lebih masuk akal daripada mengatakan kalau aku terjebak dalam perang mafia!"Leon menyeringai tipis. "Dan sekarang kau harus mempertahankan kebohongan itu."Elera tersentak. Oh. Sial.Dante tertawa lebih keras. "Ya, sela

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Maya yang Meledak

    Elera duduk di sofa dengan wajah penuh kelelahan, sementara Leon berdiri di dekat jendela dengan tangan terlipat di dada. Dante bersandar di dinding, Kai dan Gabriel duduk dengan santai, masih menyisakan sisa-sisa tawa dari kejadian sebelumnya."Jadi," kata Elera akhirnya, menatap mereka semua dengan tajam. "Setelah dipikir-pikir, aku rasa Maya harus tahu yang sebenarnya."Kai langsung bersiul santai. "Wah, wah, wah. Ini akan menyenangkan."Gabriel langsung menepuk pahanya dengan penuh semangat. "Akhirnya! Aku sudah menunggu saat ini!"Leon menghela napas panjang. "Aku masih tidak yakin ini ide yang bagus."Elera melotot ke arahnya. "Kau pikir berapa lama aku bisa mempertahankan kebohongan ini? Maya terlalu pintar untuk tidak menyadari ada yang aneh. Kalau aku tidak segera memberitahunya, dia pasti akan mulai menyelidiki sendiri, dan itu jauh lebih berbahaya!"Leon terdiam, tetapi matanya tetap tajam. "Kalau dia tahu, dia juga bisa jadi target."Elera mendesah. "Maya bisa menjaga diri

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Peluru, Darah dan Takdir

    Hujan turun deras malam itu. Kota diterangi oleh lampu jalan yang berpendar suram, aspal basah memantulkan cahaya merah dari lampu lalu lintas. Elera baru saja menyelesaikan shift panjang di rumah sakit. Matanya lelah, tubuhnya ingin segera beristirahat, tetapi semua itu sirna ketika suara tembakan pertama meledak di kejauhan.Dor! Dor! Dor!Elera langsung menoleh. Sumber suara itu berasal dari gang sempit di seberang jalan, hanya beberapa blok dari rumah sakit. Lampu-lampu jalan berkedip, bayangan hitam dari beberapa pria bersenjata tampak berlarian di balik gedung.Jantungnya berdebar cepat. Apa itu? Polisi? Perampokan?Tetapi saat ia hendak berpaling dan berjalan cepat ke arah mobilnya, sosok pria tinggi berjas hitam muncul dari salah satu gang.Ia berjalan tertatih, jasnya berlumuran darah yang semakin lama semakin pekat terkena air hujan. Tangan kirinya mencengkeram perutnya yang terluka, sementara tangan kanannya masih menggenggam pistol dengan erat.Elera membeku.Pria itu berusa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya    Dokter Keras Kepala vs Pasien Mafia

    Di sudut ruangan, Dante hanya bisa tersenyum lebar. Sepertinya, untuk pertama kalinya, ada seseorang yang benar-benar bisa menantang bosnya tanpa takut kehilangan nyawa.Dan jujur saja, dia cukup menikmati melihatnya.Elera melepas sarung tangannya dan membereskan peralatan medis seadanya yang baru saja digunakan untuk menangani luka Leon. Tangannya masih sedikit gemetar, bukan karena takut, melainkan karena frustrasi."Baiklah, aku sudah melakukan tugasku." Ia menatap Leon yang kini duduk bersandar di sofa dengan mata tertutup. "Sekarang aku akan pulang."Leon membuka matanya, menatapnya sekilas sebelum dengan santai menjawab, "Tidak."Elera mengerutkan kening. "Apa maksudmu tidak?"Leon menghembuskan napas pelan, lalu duduk lebih tegak. "Kau tidak bisa pergi sekarang. Itu terlalu berbahaya."Elera mendengus. "Bahaya? Aku bukan bagian dari ini semua. Aku hanya kebetulan lewat, menyelamatkanmu, dan sekarang tugasku sudah selesai. Aku harus pulang, Leon."Dante yang berdiri di sudut rua

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Singa yang bertemu lawan

    Elera mendengus kesal, duduk di atas ranjang empuk dengan tangan terlipat di dada. Safe house? Tempat ini lebih mirip hotel bintang lima ketimbang tempat persembunyian. Tetapi meskipun ranjangnya nyaman, ia tetap merasa seperti tahanan mewah."Astaga, kenapa aku bisa terjebak dalam kekacauan ini?" gumamnya, memijat pelipis.Di luar kamarnya, terdengar suara langkah kaki mendekat. Elera segera merapatkan selimutnya dan menajamkan pendengaran.~~~~~~~Di ruang kerja Leon…Leon duduk di kursi besar di balik meja kayu gelap, matanya menelusuri dokumen laporan terbaru. Namun, pikirannya terus melayang pada kejadian malam itu—baku tembak, luka yang ia alami, dan… Elera.Pintu terbuka, dan seorang pria masuk tanpa izin, langsung menjatuhkan dirinya ke sofa."Gawat, Leon. Aku baru dengar kabar ini, dan aku harus lihat dengan mataku sendiri."Leon mendesah tanpa melihat. "Gabriel, tutup pintu dan berhenti berisik."Gabriel Moretti, sahabat sekaligus penasihat strateginya, menyeringai. "Aku tid

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Maya yang Meledak

    Elera duduk di sofa dengan wajah penuh kelelahan, sementara Leon berdiri di dekat jendela dengan tangan terlipat di dada. Dante bersandar di dinding, Kai dan Gabriel duduk dengan santai, masih menyisakan sisa-sisa tawa dari kejadian sebelumnya."Jadi," kata Elera akhirnya, menatap mereka semua dengan tajam. "Setelah dipikir-pikir, aku rasa Maya harus tahu yang sebenarnya."Kai langsung bersiul santai. "Wah, wah, wah. Ini akan menyenangkan."Gabriel langsung menepuk pahanya dengan penuh semangat. "Akhirnya! Aku sudah menunggu saat ini!"Leon menghela napas panjang. "Aku masih tidak yakin ini ide yang bagus."Elera melotot ke arahnya. "Kau pikir berapa lama aku bisa mempertahankan kebohongan ini? Maya terlalu pintar untuk tidak menyadari ada yang aneh. Kalau aku tidak segera memberitahunya, dia pasti akan mulai menyelidiki sendiri, dan itu jauh lebih berbahaya!"Leon terdiam, tetapi matanya tetap tajam. "Kalau dia tahu, dia juga bisa jadi target."Elera mendesah. "Maya bisa menjaga diri

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Awal dari Kekacauan Baru

    Mobil melaju melewati jalan-jalan kota dengan tenang, meskipun suasana dalam kendaraan terasa jauh dari kata damai.Elera duduk di kursi penumpang dengan tangan terlipat di dada, masih berusaha mencerna semua yang terjadi di apartemennya tadi.Leon, yang menyetir dengan santai, meliriknya sekilas sebelum berkata dengan nada datar. "Aku tidak percaya kau benar-benar mengatakan kalau kita dijodohkan."Elera menutup mata dan menghembuskan napas panjang. "Jangan mengingatkanku."Dante, yang duduk di belakang, terkikik. "Jujur saja, itu cukup jenius. Walaupun aku tak yakin bagaimana kau bisa berpikir secepat itu."Elera melotot ke arah kaca spion, menatap Dante yang masih tersenyum lebar. "Itu bukan pilihan! Maya mulai curiga dan aku harus mengatakan sesuatu! Lagipula, itu lebih masuk akal daripada mengatakan kalau aku terjebak dalam perang mafia!"Leon menyeringai tipis. "Dan sekarang kau harus mempertahankan kebohongan itu."Elera tersentak. Oh. Sial.Dante tertawa lebih keras. "Ya, sela

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Kebohongan tak Terduga

    Maya masih berdiri dengan ekspresi syok total, matanya meneliti Leon dan Dante dari atas ke bawah, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya."Elera… siapa mereka? Dan kenapa pria itu berbicara seolah kau harus pergi bersamanya?"Elera menelan ludah, otaknya bekerja cepat mencari jawaban yang masuk akal. Dia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya.Dia tidak bisa mengatakan “Oh, dia seorang mafia yang sedang dalam perang dengan musuhnya, dan aku tidak sengaja terjebak di dalamnya setelah menyelamatkan nyawanya dari baku tembak.”Jadi, tanpa berpikir panjang, kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah—"Dia… orang yang dijodohkan denganku oleh Om dan Tante."Hening.Maya berkedip, wajahnya berubah dari penuh kecurigaan menjadi kebingungan total. "APA?!"Dante, yang tadinya bersandar santai di pintu, langsung membeku, menatap Elera seolah baru saja mendengar lelucon terbaik dalam hidupnya.Leon, sementara itu, tetap memasang ekspresi datarnya. Namun, tatapannya ke

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Elera Vasqeuz

    Sergio Serrano berdiri di depan jendela kaca besar di kantornya, menatap kelam ke pemandangan kota di bawahnya. Cerutu di tangannya mengepulkan asap tebal, memenuhi ruangan dengan aroma tembakau yang kuat.Di belakangnya, Rafael Serrano bersandar santai di sofa, memainkan pisau lipat dengan ekspresi bosan. "Ayah, kau terlalu tegang."Sergio tidak menoleh, tetapi suaranya terdengar dingin dan berbahaya. "Katakan sekali lagi siapa dokter yang membantu Leon Santiago."Seorang pria berjas hitam berdiri di hadapannya, menundukkan kepala dalam ketakutan. "Kami sudah menyelidikinya, Tuan. Namanya Elera Vasquez."Sergio mengerutkan alis. "Vasquez?"Rafael menegakkan tubuhnya, ekspresi bosannya berubah menjadi tertarik. "Hmm… seperti nama yang familiar."Pria berjas itu menelan ludah sebelum melanjutkan. "Elera Vasquez adalah seorang dokter, bekerja di rumah sakit pusat kota. Dan dia… anak dari Rodrigo Vasquez."Brak!Sergio melempar gelas whisky di tangannya hingga pecah berkeping-keping di l

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Singa yang bertemu lawan

    Elera mendengus kesal, duduk di atas ranjang empuk dengan tangan terlipat di dada. Safe house? Tempat ini lebih mirip hotel bintang lima ketimbang tempat persembunyian. Tetapi meskipun ranjangnya nyaman, ia tetap merasa seperti tahanan mewah."Astaga, kenapa aku bisa terjebak dalam kekacauan ini?" gumamnya, memijat pelipis.Di luar kamarnya, terdengar suara langkah kaki mendekat. Elera segera merapatkan selimutnya dan menajamkan pendengaran.~~~~~~~Di ruang kerja Leon…Leon duduk di kursi besar di balik meja kayu gelap, matanya menelusuri dokumen laporan terbaru. Namun, pikirannya terus melayang pada kejadian malam itu—baku tembak, luka yang ia alami, dan… Elera.Pintu terbuka, dan seorang pria masuk tanpa izin, langsung menjatuhkan dirinya ke sofa."Gawat, Leon. Aku baru dengar kabar ini, dan aku harus lihat dengan mataku sendiri."Leon mendesah tanpa melihat. "Gabriel, tutup pintu dan berhenti berisik."Gabriel Moretti, sahabat sekaligus penasihat strateginya, menyeringai. "Aku tid

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya    Dokter Keras Kepala vs Pasien Mafia

    Di sudut ruangan, Dante hanya bisa tersenyum lebar. Sepertinya, untuk pertama kalinya, ada seseorang yang benar-benar bisa menantang bosnya tanpa takut kehilangan nyawa.Dan jujur saja, dia cukup menikmati melihatnya.Elera melepas sarung tangannya dan membereskan peralatan medis seadanya yang baru saja digunakan untuk menangani luka Leon. Tangannya masih sedikit gemetar, bukan karena takut, melainkan karena frustrasi."Baiklah, aku sudah melakukan tugasku." Ia menatap Leon yang kini duduk bersandar di sofa dengan mata tertutup. "Sekarang aku akan pulang."Leon membuka matanya, menatapnya sekilas sebelum dengan santai menjawab, "Tidak."Elera mengerutkan kening. "Apa maksudmu tidak?"Leon menghembuskan napas pelan, lalu duduk lebih tegak. "Kau tidak bisa pergi sekarang. Itu terlalu berbahaya."Elera mendengus. "Bahaya? Aku bukan bagian dari ini semua. Aku hanya kebetulan lewat, menyelamatkanmu, dan sekarang tugasku sudah selesai. Aku harus pulang, Leon."Dante yang berdiri di sudut rua

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Peluru, Darah dan Takdir

    Hujan turun deras malam itu. Kota diterangi oleh lampu jalan yang berpendar suram, aspal basah memantulkan cahaya merah dari lampu lalu lintas. Elera baru saja menyelesaikan shift panjang di rumah sakit. Matanya lelah, tubuhnya ingin segera beristirahat, tetapi semua itu sirna ketika suara tembakan pertama meledak di kejauhan.Dor! Dor! Dor!Elera langsung menoleh. Sumber suara itu berasal dari gang sempit di seberang jalan, hanya beberapa blok dari rumah sakit. Lampu-lampu jalan berkedip, bayangan hitam dari beberapa pria bersenjata tampak berlarian di balik gedung.Jantungnya berdebar cepat. Apa itu? Polisi? Perampokan?Tetapi saat ia hendak berpaling dan berjalan cepat ke arah mobilnya, sosok pria tinggi berjas hitam muncul dari salah satu gang.Ia berjalan tertatih, jasnya berlumuran darah yang semakin lama semakin pekat terkena air hujan. Tangan kirinya mencengkeram perutnya yang terluka, sementara tangan kanannya masih menggenggam pistol dengan erat.Elera membeku.Pria itu berusa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status