Fake Marriage (Indonesia)

Fake Marriage (Indonesia)

last updateTerakhir Diperbarui : 2021-01-08
Oleh:  RenkoTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
46 Peringkat. 46 Ulasan-ulasan
47Bab
49.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Lunar dihadapkan pada pengkhianatan sang calon suami. Dia kabur dan suatu insiden mengharuskannya menikah dengan seorang pebisnis kaya. Arkan sendiri terpaksa mengurungkan niat untuk melamar kekasihnya. Ketika hubungan berkembang menjadi lebih dari sekadar pernikahan palsu, mereka terperangkap di antara perasaan yang rumit. Akankah mimpi buruk mereka berakhir indah?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1. Siapa yang Akan Percaya?

Lunar melihat penampilannya sendiri di depan cermin. Gaun yang dia kenakan tampak begitu indah dengan hiasan manik berwarna putih, potongan gaun pendek pada bagian depan, tetapi dibuat panjang pada bagian belakang, bagaikan burung merak yang menguncupkan ekornya. Gaun itu tidak sampai menyapu lantai sehingga dia masih bisa berjalan tanpa harus mengkhawatirkan gaun pernikahan yang kotor.

Hari ini adalah tanggal pernikahannya dengan Nico, pria yang dikenalkan sang kakak padanya. Oleh sebab itu, penampilannya harus dibuat sangat menawan. Dia adalah pemeran utama dari acara pernikahan dan semua mata akan tertuju ke arahnya, begitu pula dengan Nico. Mereka harus sama-sama terlihat menawan di depan semua orang yang akan menjadi saksi pernikahan.

"Akhirnya anak-anakku sudah menikah semua."

Suara seorang wanita yang dikenali membuat tatapan Lunar beralih pada titik pantulan cermin yang lain. Dari sana tampak ibu, ayah, dan juga kakaknya yaitu Sora sedang berjalan sambil tersenyum lebar, jauh berbeda dari Lunar yang sebenarnya tidak pernah menginginkan pernikahan tanpa dasar cinta itu terjadi. Semua dilakukan terpaksa karena tuntutan keluarga.

"Ibu, Lunar belum resmi menjadi istri Nico. Kita masih harus menunggu acaranya dimulai." Sora berkata, menggelengkan kepala.

"Sama saja. Sekarang atau nanti, Lunar akan tetap menikah dengan Nico," ucap sang ibu yang tidak ingin dibantah perkataannya.

"Bagaimana bisa sama? Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi ke depannya."

Hanya sang ayah saja yang tampak khawatir, anak bungsunya sebentar lagi diserahkan pada pria yang akan menjadi suaminya kelak. Walaupun demikian, tidak menghilangkan kenyataan bahwa kedua orangtua Lunar memaksakan pernikahan. Bagi keluarga Lunar, pernikahan adalah jalan keluar terbaik untuk meringankan beban tanggungan hidup.

Sebelum memutuskan untuk menikah, Lunar sudah memberikan penolakan, tetapi segalanya berakhir pada kata makian yang diterima dari keluarganya sendiri. Dia yang tidak punya kekuasaan apa-apa dan dalam keadaan belum memiliki pekerjaan harus mengalah.

Sora pun memiliki pengalaman yang sama dengan Lunar. Entahlah. Mungkin keberuntungan tidak memihak pada keluarga itu. Hanya saja, dibandingkan Lunar yang menikah dengan pria muda seperti Nico, kakaknya lebih tragis lagi lantaran dinikahkan dengan teman sang ayah.

Tidak seperti dugaan bahwa Sora selalu terlihat bahagia, kebutuhan hidup selalu tercukupi dengan baik, pasti ada saja setiap hari yang dibeli untuk menuntaskan hasrat duniawi. Mungkin itu pula yang menjadi alasan kenapa Sora mendukung keputusan kedua orangtua mereka.

Memang pria yang menikah dengan Sora tergolong kaya, tetapi sudah tidak muda. Lunar sendiri tidak tahu kenapa sang kakak bisa bertahan dengan pria yang sudah seperti bapak-bapak itu. Tidak tahu akan bagaimana kehidupan Lunar jika harus berada di posisi sang kakak.

Beruntung Lunar dikenalkan pada Nico, teman Sora. Setidaknya sang kakak masih memikirkan perasaannya yang tidak ingin hidup bersama pria berumur tua. Kini dia hanya bisa bergantung pada harapan kalau suatu saat perasaannya pada Nico akan tumbuh.

"Ngomong-ngomong, ada di mana Nico? Aku tidak melihatnya sejak tadi," ucap Sora dengan raut wajah kebingungan.

Lunar ingat saat dia masih sibuk dirias oleh penatanya, Nico yang sudah lebih dulu selesai mengatakan kalau ingin ke toilet. Tetapi ini sudah sangat lama hanya untuk sekadar pergi ke toilet. Terlebih sebentar lagi acara pernikahan akan dimulai. Ke mana sebenarnya Nico? Dia juga tidak bisa menghubungi karena ponsel Nico ada bersamanya.

"Tadi Nico berkata akan pergi ke toilet, tapi ini sudah terlalu lama." Lunar ikut gelisah.

Apa mungkin terjadi sesuatu yang buruk pada Nico?

"Aku akan pergi untuk mencarinya," ucap Lunar kembali.

"Oh, baiklah. Lebih baik begitu karena sebentar lagi acara akan dimulai."

Di lorong hotel, Lunar celingak-celinguk mencari keberadaan Nico. Sudah lebih lima menit sejak dia tidak lagi berada di ruang rias dan sampai detik itu masih tidak menemukan apa-apa meski sudah bertanya pada orang yang dia lewati. Tidak ada yang melihat keberadaan Nico yang hilang bagai ditelan bumi.

Dia tidak akan ditinggal menikah, bukan?

Hati Lunar akan sangat senang jika begitu, tetapi pikiran itu ada sebelum mereka mempersiapkan pernikahan dengan matang. Sekarang semua orang sudah berkumpul untuk menanti acara pernikahan mereka, tidak mungkin dibatalkan, karena hal itu hanya akan membuat nama mereka menjadi buruk di mata orang-orang.

Suara berisik terdengar di satu kamar yang terbuka celah pintunya. Sangat jelas karena dia tepat berada di depan pintu itu sekarang. Dia berusaha menenangkan diri untuk tidak memikirkan apa yang didengar, terlebih dia ada di hotel dan hal-hal mengenai hubungan di antara pria dan wanita adalah sesuatu yang tidak mengejutkan lagi terjadi di hotel.

"Nico ...."

Lunar yang ingin melangkahkan kaki, ketika mendengar nama itu langsung melebarkan mata. Dia tidak salah dengar kalau suara wanita yang ada di dalam kamar melirihkan nama Nico, bukan?

Pasti itu bukan Nico yang akan menjadi suaminya. Tidak mungkin Nico yang dia kenal akan melakukan hal gila seperti tidur bersama wanita lain di saat acara pernikahan mereka akan segera berlangsung.

Dia harus menuntaskan kegelisahan yang dirasakannya, memastikan kalau pria yang ada di dalam sana bukan Nico.

Perlahan dia membuka celah pintu lebih lebar dan berusaha mengintip ke dalam kamar. Benar saja kalau sepasang kekasih sedang bergulat di atas ranjang. Dia menelan ludah sambil menanti kebenaran yang ingin dicari, masih saja sampai detik ini dia berharap kalau pria itu bukanlah Nico.

Tepat di saat pria itu membalikkan badan sembari berusaha menciumi wanita di dalam sana, dia membelalakkan mata. Harapannya sia-sia karena pria itu adalah Nico yang akan menikahinya. Tanpa sengaja dia langsung memekik dan memundurkan langkah, lalu pergi dari sana secepat mungkin karena sudah tidak sanggup lagi melihat pemandangan yang menyakiti hati.

Dia sudah berusaha untuk menerima kenyataan yang tidak diinginkan, memilih Nico sebagai pendamping hidupnya kelak. Hari itu pula dia menerima sebuah pengkhianatan atas keputusannya sendiri. Kenapa semua bisa jadi seperti ini? Sungguh sangat menyakitkan untuknya.

"Lunar!"

Tangan Lunar ditarik, mau tidak mau dia harus membalikkan badan. Sangat memuakkan harus berhadapan dengan pria yang sudah berkhianat di belakangnya, apalagi Nico tidak memperlihatkan ekspresi menyesal sedikit pun. Bagaimana dia bisa terkecoh oleh kebaikan Nico selama ini padanya?

"Aku membencimu, Nico! Lepaskan aku!" Lunar berusaha melepaskan cengkeraman Nico pada pergelangan tangannya.

"Berhenti membuat kekacauan."

Lunar ditarik untuk memasuki kamar yang menjadi sumber kesakitan. Setelah berhasil masuk, pintu itu pun ditutup rapat. Sekarang mereka bertiga saling berhadapan.

Begitu miris bagi Lunar yang harus memandangi Nico hanya mengenakan bokser dan kemeja tanpa dikancingkan, ditambah saat memandangi wanita yang masih duduk di atas ranjang dan hanya berusaha menutupi tubuh dengan selimut.

Bukan dia yang membuat kekacauan, melainkan Nico.

Lunar menelusuri pakaian yang tergeletak di lantai dan seketika marahnya semakin membesar. "Kau meniduri pegawai hotel?"

"Ini hanya sebuah kesalahan," ucap Nico dengan entengnya.

"Kesalahan?" Lunar tergelak tidak percaya akan alasan yang dia dengar.

"Kalau semua ini adalah kesalahan, berarti aku harus melaporkan kejadian ini pada pihak hotel agar pegawai yang merayumu segera dipecat." Lunar menunjuk wanita di hadapannya tanpa melirik pada orang yang ditunjuk.

"Aku tidak akan membiarkanmu untuk melakukannya." Nico berucap seraya mengancingi kemeja satu persatu.

"Sebentar lagi acara pernikahan kita akan segera dimulai. Kita harus pergi secepatnya agar tamu undangan tidak menunggu lama," sambung Nico.

Sekali lagi Lunar tergelak akan sikap pria yang dengan entengnya membahas soal pernikahan setelah berkhianat di depan mata.

"Kau pikir setelah aku melihat perselingkuhanmu, aku akan tetap menikah denganmu? Jangan bermimpi, Nico! Aku tidak akan sudi menikah dengan pria sepertimu!"

Lunar langsung berlalu pergi begitu saja dari kamar hotel, tidak memedulikan kalimat Nico yang mencoba untuk menghentikannya.

Sekarang bukan tamu undangan yang harus dipikirkannya, melainkan bagaimana agar pernikahan tidak terjadi. Lunar bergegas menghampiri kamar rias untuk menemui keluarganya dan menceritakan pengkhianatan yang dilakukan oleh Nico. Jelas saja hal itu membuat orangtua Lunar menjadi sangat marah.

"Tidak akan ada pernikahan untuk hari ini," ucap sang ayah sambil mengepalkan tangan.

"Semuanya tidak benar, Ayah."

Di tengah suasana itu, Nico muncul dengan pakaian rapi, setelan formal pria yang akan menikah.

"Lunar hanya ingin membuatku terlihat buruk agar acara pernikahan batal." Nico menjelaskan.

Lunar membelalakkan mata. Apa yang dikatakan Nico barusan jelas fakta sebaliknya. "A-aku benar-benar melihatnya dengan mata kepalaku sendiri kalau Nico meniduri wanita lain. Aku sama sekali tidak berbohong!"

"Sebelumnya Lunar menolak untuk menikah dengan Nico. Mungkin saja ini juga siasatnya untuk membatalkan pernikahan." Sora ikut bersuara.

Lunar yang mengerti ke mana arah pembicaraan Sora langsung menyanggah, "Apa maksudmu? Bukankah keberadaanku di sini sudah bisa membuktikan kalau aku menerima pernikahan?"

Sora mengangkat kedua bahu. "Siapa yang tahu."

Kedua kaki Lunar seakan lemas mengetahui kalau Sora tidak berpihak padanya, lebih memilih Nico yang mana sudah melakukan pengkhianatan. Mereka adalah saudara kandung dan seharusnya saling mendukung satu sama lain. Sora sangat berbeda hari ini dan membuat dia tidak habis pikir kalau kakaknya tidak mempercayainya seperti dia yang mempercayai.

"Pernikahan sudah ada di depan mata. Jangan sampai nama baik tercemar karena alasan yang kau berikan untuk menggagalkan pernikahan. Cepatlah bersiap-siap untuk menyambut hari bahagiamu," ucap sang ibu.

Mereka semua pergi meninggalkan Lunar, kecuali Nico. Pria itu tampak senang karena telah berhasil mengelabui satu keluarga, senyuman kemenangan dipamerkannya sebelum Nico benar-benar pergi dari pandangan.

Kini bagaimana Lunar harus menghadapi pernikahan yang semakin tidak ingin dijalaninya? Kalau dia menikah, entah pengkhianatan apa lagi yang akan diterima. Dia tidak bisa terus-menerus hidup dalam kesakitan jika hidup bersama pria berselingkuh seperti Nico.

Lunar memperhatikan sekeliling, hanya tersisa dirinya dan penata rias di sana. Semua orang tampaknya sudah berada di tempat acara.

"Hei," panggil Lunar setengah berbisik, membuat mereka langsung bertemu tatap. "Bisakah kau membantuku?"

Penata rias terlihat kebingungan ketika dipanggil. Dia melihat-lihat ke sekitarnya dan menemukan jawaban kalau hanya ada mereka berdua saja di sana.

"Saya, Nyonya?" Penata rias bertanya lagi untuk memastikan sembari menunjuk diri sendiri.

***

Lunar berlari keluar dari hotel secepat mungkin. Sepatu tinggi yang dikenakan untuk mempercantik penampilan dibiarkan tinggal begitu saja ketika membuatnya kesulitan melangkah.

Dia tidak bisa membuang-buang waktu karena penata rias yang dimintai bantuan pasti kini sedang sibuk mengulur waktu agar keputusannya untuk kabur tidak ketahuan dengan cepat. Biar bagaimanapun, semua orang pasti akan menyadari kenapa dia tidak kunjung muncul di tempat acara.

Belum lama dia berlari tiba-tiba suara teriakan yang memanggil namanya terdengar. Dia menoleh ke belakang, Nico dan Sora sedang berlari mengejar, tampaknya penata rias itu tidak bisa mengulur waktu lebih lama. Sungguh membuatnya sangat frustrasi bagaimana harus pergi dari hadapan mereka secepatnya. Kalau terus seperti ini dia akan tersusul. Dia tidak ingin menikah dengan pria pengkhianat seperti Nico.

Di basemen parkir dia celingak-celinguk mencari tempat persembunyian, berjalan perlahan sambil membungkukkan badan agar dirinya bisa tertutup semua. Suara entakkan kaki yang riuh rendah di lantai basemen terdengar berhenti kemudian, menandakan kalau orang yang mengejar tidak lagi berlari dan suara terakhir yang dia dengar berada tidak jauh darinya saat ini.

Dia menekuk lutut di lantai, lalu menundukkan kepala di salah satu mobil agar bisa melihat ke mana arah Nico dan Sora melangkah, seperti itu dia bisa memperhitungkan ke mana harus menghindar.

"Lunar, lebih baik kau keluar sekarang. Jangan membuat acara pernikahan menjadi kacau. Nama baik keluarga kita akan tercoreng nanti. Ayah dan ibu juga akan kecewa dengan tindakanmu."

Dua pasang kaki tampak melewati mobil yang dijadikannya sebagai tempat persembunyian. Lunar menegakkan kepalanya kembali sambil menahan tubuh yang berjongkok dengan memegangi bagian belakang mobil.

Mendengar Sora mengatakan tentang kedua orangtua mereka membuat dia terpikir akan hal itu. Meskipun menikah bukanlah keputusan yang dia inginkan, tetap saja dia tidak ingin mengecewakan siapa-siapa, terlebih orangtua mereka.

Namun, dia harus bagaimana lagi? Nico bukanlah pria yang baik seperti yang diperkirakan. Kalau saja ada yang mempercayai perkataannya dan membatalkan pernikahan, mungkin dia tidak akan berpikir untuk kabur.

Dia pun tidak tahu harus ke mana setelah ini. Tujuan yang dia punya setiap hari hanya rumah di mana tempat keluarganya berkumpul. Setelah ini, dia akan hidup luntang-lantung di jalan dengan gaun pernikahan. Orang-orang pasti mengira kalau dia menjadi gila karena gagal menikah.

Dia yang sudah beranjak pindah bersembunyi ke mobil yang lain, terkejut karena tiba-tiba saja tempat sandarannya bergerak dan membuatnya harus menjauhkan tubuh dari sana segera.

Bagasi mobil terbuka dengan sendirinya tanpa bisa dihindari. Dia kewalahan bagaimana harus menutupnya kembali, apalagi suara yang diciptakan bagasi mobil bisa menjadi pusat perhatian di lantai basemen yang hening.

Suara langkah kaki terdengar semakin mendekat. Dia yang tidak tahu harus bersembunyi di mana pun menjadikan bagasi mobil sebagai tempat persembunyian, menggunakan kain berwarna gelap yang ada di dalam bagasi mobil untuk menutupi seluruh tubuh.

Dalam penantian, suara langkah kian mendekat. Dia berharap kalau keberadaannya tidak diketahui oleh orang lain. Tidak ada yang tahu betapa kencang detak jantungnya saat ini.

Suara pintu kabin terdengar membuka dan menutup seolah seseorang baru saja masuk ke dalamnya. Dia berpikir kalau yang datang adalah Nico dan Sora, tetapi sepertinya salah perkiraan.

Saat mendengar suara benda di samping kepalanya, dia melebarkan mata. Ada seseorang yang berada dekat dengannya saat ini. Sepertinya orang itu baru saja meletakkan sesuatu yang tidak diketahuinya dengan jelas.

"Apa selimut ini tadi terbuka seperti ini?"

Lunar membuka mata lebar-lebar saat suara asing tengah membicarakan perihal selimut yang dia pakai untuk menutupi diri. Apakah dia akan ketahuan secepat itu? Dia berharap siapa pun itu tidak mengetahui keberadaannya. Sungguh dia hanya ingin pergi jauh dari hotel saat ini juga.

Di saat yang bersamaan suara pintu kabin terdengar kembali. "Hanya meletakkan koper saja, kenapa lama sekali?"

Lunar berpikir kalau ada dua orang yang dia hadapi saat ini. Mereka adalah pria bersuara lembut dan juga pria bersuara berat yang terdengar maskulin. Tentu saja, untuk saat sekarang bukan saat yang tepat membayangkan seperti apa pria bersuara maskulin itu.

Dia kembali fokus pada harapan di mana dia tidak ingin keberadaannya diketahui, napasnya sampai diembuskan dan dihela lambat-lambat agar tidak menimbulkan kecurigaan.

"Saya akan segera menutup bagasi mobilnya, Tuan."

Suara yang cukup keras terdengar memekakkan telinga setelahnya. Itu adalah suara bagasi mobil yang ditutup. Dia segera membuka selimut untuk melihat situasi. Kini dia terjebak di dalam bagasi mobil dan tidak bisa keluar.

Tidak lama kemudian suara deruan mobil terdengar, membawanya pergi entah ke mana.

Dia bisa bebas dari kejaran Nico dan Sora, tetapi harus menghadapi situasi yang lebih mengerikan lagi. Tidak mungkin hidupnya berhenti di sana setelah kabur dari pernikahan yang tidak diinginkan. Dia harus keluar secepatnya agar tidak mati konyol. Tetapi, bagaimana cara dia keluar dari bagasi mobil?

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

10
98%(45)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
2%(1)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
9.9 / 10.0
46 Peringkat · 46 Ulasan-ulasan
Tulis Ulasan
user avatar
Renko
Novel ini sudah update ke versi 2023, dimulai dari bab 27 merupakan tambahan bab dari novel ini, termasuk 4 extra part sebelumnya. Semoga dengan pembaruan ini, Fake Marriage bisa semakin baik lagi. Terima kasih atas waktumu yang sudah bersedia membaca kisah Lunar Arkan. Gift dan komentarmu juga~
2023-07-05 12:13:50
1
user avatar
Anisah Rahma
akhir yang tidak jelas
2021-07-08 15:17:07
1
user avatar
Syarifah Aira
ceritanya bagus
2021-06-23 23:42:51
2
user avatar
Syarifah Aira
ceritanya bagus
2021-06-23 23:42:23
1
user avatar
icha FS
salam dari malaysia.. saya suka novel karya kamu ni.. bagus alur ceritanya.. tidak bertele2 seperti novel karyawan lain.. good job kak..
2021-06-19 18:09:37
1
user avatar
betty dewi
ceritanya bagus
2021-06-19 06:39:41
1
user avatar
Isnaini Isnaini
baru sempet mampir lagi🙏🙏🙏
2021-06-01 09:50:27
1
user avatar
Sury yani
aku benar2 suka cerita semacam ini.ceritamu sangat bagus
2021-05-22 10:24:59
1
user avatar
Irma W
kak lenko... boleh minta nomor wa? aku mau tanya tanya. ,🙏
2021-04-27 11:46:15
1
user avatar
Jana Indria
waduuuuh kok nganu, aaah bikin penasaran, up yang banyak dong Thor, jangan penasarannya yang di banyakin
2021-04-20 23:25:42
1
user avatar
Authoring
Cerita, alurnya bagus sekali, kak. Dapat salam dari >> My Girl is mine
2021-04-16 12:42:10
0
user avatar
Wahyu nitani
thor membaca cerita ini kok imajinasi ku tempatnya ada d korsel yeah 😁😁😁 benar g sih?
2021-02-16 16:06:41
1
user avatar
Barra Della
bagus ceritanya sangat menarik
2021-01-28 12:59:52
1
user avatar
Elvy Tan
ceritanya bagus..💕💕💕💕
2021-01-24 08:35:08
1
user avatar
Renko
Hai, terima kasih banyak sudah menemani kami di Fake Marriage. Selanjutnya Renko punya judul baru, Second Destiny. Mampir ya~ Semoga satu selera denganmu~
2021-01-15 14:48:09
2
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
47 Bab
Bab 1. Siapa yang Akan Percaya?
Lunar melihat penampilannya sendiri di depan cermin. Gaun yang dia kenakan tampak begitu indah dengan hiasan manik berwarna putih, potongan gaun pendek pada bagian depan, tetapi dibuat panjang pada bagian belakang, bagaikan burung merak yang menguncupkan ekornya. Gaun itu tidak sampai menyapu lantai sehingga dia masih bisa berjalan tanpa harus mengkhawatirkan gaun pernikahan yang kotor. Hari ini adalah tanggal pernikahannya dengan Nico, pria yang dikenalkan sang kakak padanya. Oleh sebab itu, penampilannya harus dibuat sangat menawan. Dia adalah pemeran utama dari acara pernikahan dan semua mata akan tertuju ke arahnya, begitu pula dengan Nico. Mereka harus sama-sama terlihat menawan di depan semua orang yang akan menjadi saksi pernikahan. "Akhirnya anak-anakku sudah menikah semua." Suara seorang wanita yang dikenali membuat tatapan Lunar beralih pada titik pantulan cermin yang lain. Dari sana tampak ibu, ayah, dan juga kakaknya yaitu Sora sedang berjalan sambil tersenyum lebar, jau
last updateTerakhir Diperbarui : 2020-10-14
Baca selengkapnya
Bab 2. Perjodohan Awak Media
Dia meraba-raba bagian bagasi mobil perlahan, berharap ada hal yang bisa dia lakukan agar bisa keluar dari sana. Dia tidak bisa berlama-lama meringkuk dan juga bertahan di ruangan yang pengap. Sekarang saja terasa sesak untuk dia bernapas di ruangan sempit dan gelap, terlebih tubuh yang tidak bisa digerakkan dengan bebas mulai keram karenanya. Bersusah payah dia mencari-cari apa pun yang bisa menolongnya. Bahkan, koper berukuran kecil yang ada di sampingnya juga dibuka. Tidak bisa dilihat jelas apa yang ada di dalam koper, tetapi dia bisa membayangkan apa yang dipegangnya saat ini. Pemilik koper itu sungguh licik karena menyimpan pakaian dalam wanita. Dia berusaha memikirkan sesuatu yang positif mengenai hal itu. Mungkin pria pemilik koper memiliki seorang kekasih, apalagi mobil yang terparkir berada di hotel, maka bukan hal mengejutkan lagi. Tampaknya dia sudah salah bersembunyi di dalam bagasi mobil, meskipun begitu tidak menyesal karena berhasil kabur dari acara pernikahan. Selai
last updateTerakhir Diperbarui : 2020-10-16
Baca selengkapnya
Bab 3. Kekasih Arkan Akhirnya Pulang
Di luar ruangan kini Lunar berdiri, menunggu dua orang pria yang masih berbicara di dalam ruangan. Dia memperhatikan sekeliling yang setiap sudutnya memiliki nilai estetika tersendiri, tidak lagi terkejut kalau pria yang akan menikah dengannya adalah orang kaya karena dia saat ini sedang berurusan dengan pebisnis besar di kota tempat dia tinggal. Apalagi sejak tadi pemandangan yang disuguhkan membuatnya tercengang berulang kali. Dia pernah mendatangi rumah Nico yang juga mewah, tetapi apa yang dilihat sekarang jauh lebih mewah. Dari kaca luar ruangan itu, dia memperhatikan bagaimana Arkan seperti memprotesi keputusan yang dibuat. Memang mereka tidak mengenal sama sekali dan menikah dalam keadaan yang seperti itu adalah sesuatu yang tidak bisa diterima, kecuali dia yang membutuhkan tempat tinggal. Mau tidak mau dia harus membuang harga diri dengan memohon untuk tidak diusir. Lama memandang baru dia sadar setelah perhatian teralih. Penampilannya! Dia merapikan penampilannya yang tampak
last updateTerakhir Diperbarui : 2020-10-18
Baca selengkapnya
Bab 4. Orang Ke 3
"Tentu tidak!" Tanpa sadar Arkan meninggikan suara dan seketika dia menurunkan kembali nada suaranya, "Aku tidak mengenali wanita itu sama sekali. Dia tiba-tiba saja datang ke hidupku dan membuat kekacauan." Raya mengangkat sebelah tangannya untuk menghentikan penjelasan yang semakin berbelit-belit. "Baiklah. Kau sekarang sedang membahas wanita yang bernama Lunar." Melihat anggukan dari Arkan membuatnya bisa mencerna penjelasan satu persatu. "Lunar tiba-tiba datang dalam kehidupanmu, membuat kekacauan di dalam hubungan kita, dan kau memutuskan untuk menikah dengannya. " Satu anggukan lagi dia terima dan setelah itu kebingungan menghampiri. "Kau berselingkuh di belakangku?" Ucapnya mengambil kesimpulan atas tindakan Arkan. Arkan langsung merangkul Raya yang sudah menjatuhkan air mata. "Aku tidak berselingkuh di belakangmu." Mengusap rambut wanita itu untuk menenangkan tangisan. "Hanya satu tahun saja pernikahan ini akan berlangsung. Setelah itu aku dan Lunar akan segera berpisah." Ra
last updateTerakhir Diperbarui : 2020-10-20
Baca selengkapnya
Bab 5. Ciuman Pernikahan
Lunar mengikuti ke mana arah kaki pria yang membawanya menuju tempat tinggal baru. Dia berada di antara dua pria yang tinggi semampai. Di lorong sepi itu mereka bertiga berjalan dengan Arkan sebagai pemandunya. Di belakang ada Sekretaris Ham menggeret koper bernuansa gelap yang tidak diketahui apa isinya. Karpet merah yang dijajakinya sejak tadi menjadi penyambut kedatangannya. Entah mengapa dia merasa sedikit sedih karena harus berada di apartemen seorang diri. Biar bagaimanapun, dia yang tinggal bersama keluarganya selalu memiliki teman untuk diajak bicara. Pembahasan yang terjadi pasti selalu mengenai kapan dia akan mendapatkan pekerjaan atau membahas mengenai pernikahan. Seharusnya dia tidak merindukan pembahasan yang enggan untuk dihadapi itu. Mungkin pula dia hanya merindukan kedua orangtuanya. “Untuk ke depannya, kau akan tinggal di sini.” Lunar memandangi koper yang dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan yang sudah dibuka pintunya. Dia tidak langsung menggubris ucapan Arkan da
last updateTerakhir Diperbarui : 2020-10-21
Baca selengkapnya
Bab 6. Gaun Tidur dari Sekretaris
Apa kecurigaannya benar bahwa Sekretaris Ham menyukai Lunar? Mungkinkah Sekretaris Ham memiliki obsesi yang tidak sehat, karena memberikan gaun tidur yang begitu terbuka secara diam-diam? Arkan tidak pernah mengetahui bagaimana kehidupan percintaan sang sekretaris, termasuk karakter wanita yang disukai. Dia juga tidak menanyakan apa-apa soal itu. Melalui kejadian Lunar, dia berpendapat bahwa sekretarisnya memiliki selera yang ekstrem mengenai hubungan asmara. “Kau membelikan gaun tidur untuk Lunar?” Sekretaris Ham menegakkan kepala, mengerutkan dahi. Gaun tidur? Apa yang dibicarakan atasannya saat ini? pikirnya. Kerutan dalam itu memudar setelah sadar akan apa yang dibicarakan. Dia memang memasukkan gaun tidur ke dalam koper saat mereka pergi membeli pakaian untuk Lunar. “Ya, Tuan." Arkan mengernyitkan alis dalam-dalam. “Kenapa? Aku tidak pernah memintamu untuk membelikannya. Apa kau menyukai Lunar dan ingin melihatnya mengenakan gaun tidur itu?” Sekretaris Ham menggelengkan kepa
last updateTerakhir Diperbarui : 2020-10-23
Baca selengkapnya
Bab 7. Tontonan Gratis Setelah Kesedihan
Lunar menoleh ke asal suara dan dia langsung membalikkan badan memunggungi kamar mandi. Tadi, dia sedikit terpekik melihat Arkan yang setengah telanjang. Dia tidak mengira kalau Arkan benar-benar berada di dalam kamar mandi, karena tidak ada suara air yang terdengar sama sekali. “Aku bertanya, apa yang sedang kau lakukan?” Suara yang terdengar dekat membuat Lunar kewalahan. Dari ekor matanya, dia melihat kalau Arkan kini berdiri di sampingnya. “Kita berbicara nanti saja setelah kau berpakaian.” Lunar yang hendak melangkah digenggam tangannya dan membuat mereka saling berpandangan. “A-ada yang perlu aku bicarakan padamu, tapi nanti saja. Aku akan menunggumu di luar.” “Kita bicarakan sekarang.” Pegangan di tangan Lunar dilepaskan, Arkan duduk di kaki ranjang menanti apa yang ingin dibicarakan padanya. Lunar menghela napas dengan berat. “Tidak bisakah kau berpakaian lebih dulu? Kita akan berbicara nanti setelah kau tidak memamerkan otot yang kau punya.” “Aku lebih suka memamerkannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2020-10-24
Baca selengkapnya
Bab 8. Maniak Pakaian Dalam
Sora tercengang memandangi ponsel keluaran terbaru yang disodorkan. Ponsel itu bahkan belum diperjualbelikan di tempat mereka tinggal. Namun, Lunar sudah mendapatkannya lebih dulu. Beruntung sekali adiknya itu menikah dengan pria tampan, kaya, dan lebih utama yaitu masih muda. Berbanding terbalik dengannya yang harus setiap hari menghabiskan waktu bersama pria berumur. Sejumlah nomor diketik pada ponsel. Dia sengaja tidak memberikan nomor kedua orangtua mereka. Pokoknya, apa pun yang ingin disampaikan harus melalui dia terlebih dahulu. “Aku hanya menyimpan nomorku. Apa pun yang akan kau katakan pada orangtua kita, kau harus memberitahukannya padaku terlebih dahulu, karena aku tidak ingin ada yang pingsan lagi karenamu.” Lunar semakin sedih mendengar kekecewaan yang mendalam. Di dalam hati, dia meminta maaf pada orangtuanya. Tidak ada yang bisa dilakukan sampai pernikahan yang dijalaninya saat ini usai. Selama itu; dia harus bersikap di depan semua orang kalau dia adalah istrinya Ark
last updateTerakhir Diperbarui : 2020-10-25
Baca selengkapnya
Bab 9. Kamar Ini Milikku!
“Tidak, Raya. Aku tidak ingin mengambil risiko seperti seorang penggemar yang menyusup ke dalam apartemenmu. Tinggallah di sini karena rumahku sangat aman untuk kau tempati." Raya tidak membantah perkataan yang membuatnya kembali mengingat kejadian di mana seorang penggemar menyusup untuk bertemu dengannya. Saat itu, adalah kejadian mengerikan baginya sehingga membuat mereka memutuskan agar dirinya tinggal di rumah Arkan, tempat yang baginya juga sangat nyaman untuk ditinggali. "Baiklah." Arkan tahu kalau Raya berusaha menahan kesedihan, tetapi apa yang bisa dia lakukan? Ragu-ragu dia memeluk kekasihnya, mungkin dengan begitu bisa mengurangi kesedihan Raya. Pun dengan dia yang juga merasakan kesedihan itu karena biar bagaimanapun, Raya sudah mengisi hari-harinya. Usai pelukan perpisahan, Arkan pergi dari rumah tanpa Raya yang mengantarkan. Dia berhenti sejenak ketika hendak meraih gagang pintu kabin. Perasaannya campur aduk jika mengingat lagi apa yang terjadi di dalam mobil, sema
last updateTerakhir Diperbarui : 2020-10-26
Baca selengkapnya
Bab 10. Makan Malam Bersama Kekasih
Sampai di kantor pun, Arkan masih tidak bisa menyingkirkan wanita yang berkeliaran di pikirannya, bahkan ketika sudah beranjak malam. Dia masih di kantor, tidak berniat pulang dan mengharuskan dia bertatap muka dengan Lunar. Dia ingin melupakan bayangan Lunar untuk selamanya terlebih dahulu. "Semua pekerjaan telah selesai. Apa ... kita tidak akan pulang?" tanya Sekretaris Ham yang masih setia menemani itu. "Bagaimana aku bisa kembali jika Lunar masih ada di apartemen?" Biasanya Sekretaris Ham yang akan menyingkirkan penghalang Arkan, tetapi kali ini tidak bisa. Dia tidak bisa menyingkirkan istri atasannya sendiri, bukan? "Saya tidak bisa melakukan apa-apa pada nyonya Lunar, Tuan." Arkan melirik sang sekretaris. "Aku juga tidak memintamu untuk melakukan apa-apa pada Lunar." Arkan mengembuskan napas panjang. "Bagaimana dengan keadaan Raya? Aku sama sekali tidak mendapatkan kabar apa pun darinya." Sekretaris Ham terdiam mengingat apa yang terjadi ketika dia mendapatkan pesan untuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2020-10-27
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status