Home / Romansa / Fake Marriage (Indonesia) / Bab 2. Perjodohan Awak Media

Share

Bab 2. Perjodohan Awak Media

Author: Renko
last update Last Updated: 2020-10-16 19:11:43

Dia meraba-raba bagian bagasi mobil perlahan, berharap ada hal yang bisa dia lakukan agar bisa keluar dari sana. Dia tidak bisa berlama-lama meringkuk dan juga bertahan di ruangan yang pengap. Sekarang saja terasa sesak untuk dia bernapas di ruangan sempit dan gelap, terlebih tubuh yang tidak bisa digerakkan dengan bebas mulai keram karenanya.

Bersusah payah dia mencari-cari apa pun yang bisa menolongnya. Bahkan, koper berukuran kecil yang ada di sampingnya juga dibuka. Tidak bisa dilihat jelas apa yang ada di dalam koper, tetapi dia bisa membayangkan apa yang dipegangnya saat ini. Pemilik koper itu sungguh licik karena menyimpan pakaian dalam wanita.

Dia berusaha memikirkan sesuatu yang positif mengenai hal itu. Mungkin pria pemilik koper memiliki seorang kekasih, apalagi mobil yang terparkir berada di hotel, maka bukan hal mengejutkan lagi. Tampaknya dia sudah salah bersembunyi di dalam bagasi mobil, meskipun begitu tidak menyesal karena berhasil kabur dari acara pernikahan.

Selain pakaian dalam dan alat kosmetik, tidak ada lagi yang bisa dia temukan di sana. Pencariannya berujung pada kata sia-sia. Dia pun menggerak-gerakkan tubuhnya di dalam bagasi dengan brutal, memukul-mukul penutup bagasi yang ada di atasnya dengan kuat, berharap seseorang bisa menolongnya. Dia juga berteriak agar bagasi mobil segera dibuka.

***

Arkan adalah seorang pebisnis ternama di kota tempat dia tinggal. Hari ini dia baru saja selesai menemui klien bisnis di sebuah hotel. Dia yang duduk santai di belakang bangku penumpang, menutup dokumen yang dibaca, lalu melepaskan kacamata yang dikenakan. Kedua benda itu ditempatkan di samping tempat duduknya. Dia bersandar dengan menopang siku di pintu kabin sambil memejamkan mata.

Sebentar saja dia ingin beristirahat sebelum alisnya mengernyit dalam. Dia diam sejenak sambil menelaah suara gaduh yang didengarnya barusan. Kepalanya menoleh untuk melihat bagian belakang mobil yang mana baik-baik saja. Tidak ada mobil lainnya di belakang mereka. Lantas kenapa ada suara gaduh dari arah belakang?

"Apa Tuan baik-baik saja?" tanya Sekretaris Ham yang sedang mengemudikan mobil.

"Apa aku terlihat tidak baik-baik saja?"

Arkan tampak ingin sekali mendengar sebuah jawaban memuaskan dari sekretarisnya, karena dia merasa aneh dengan dirinya saat ini.

“Tuan tampak sedikit pucat, maka dari itu saya bertanya apakah Tuan baik-baik saja?"

Arkan berdeham, melonggarkan dasinya. "Sepertinya aku perlu beristirahat sejenak," ucapnya, menyandarkan diri.

Saat suara berisik terdengar kembali, Arkan mengamati ekspresi sang sekretaris untuk memastikan kalau apa yang didengar hanya halusinasi saja. Sekretaris pribadinya itu tampak fokus mengemudi.

Pada akhirnya, dia bisa mengabaikan suara yang menurutnya sangat asing. Telinganya juga diurut perlahan dengan harapan suara berisik itu cepat pergi dari pendengaran.

Beberapa saat setelah itu dia sampai di depan gedung kantor. Di depan sana sudah banyak wartawan yang berkumpul. Memang berita pernikahannya sangat tiba-tiba sehingga banyak pihak yang ingin menggali informasi mengenai hal itu.

Tidak masalah baginya karena memang dia sudah memutuskan untuk menikahi Raya dalam waktu dekat. Hubungan mereka sudah berjalan lama, tetapi baru sekarang dia berani untuk mengumumkannya pada semua orang.

Sekretaris Ham turun lebih dulu dan membukakan pintu keluar untuknya. Dia turun dari mobil, lalu melangkah ke gedung kantor. Hanya beberapa langkah saja karena setelah itu tanpa diduga para wartawan datang mengerumuni.

Alhasil, dia harus mundur agar keamanannya terjaga. Membiarkan Sekretaris Ham menghadapi mereka di luar, sementara dia kembali masuk ke dalam mobil sampai situasi bisa ditenangkan.

Lagi-lagi dia mendengar suara gaduh dari belakang sana, padahal setelah dilihat tidak ada orang. Apakah suara itu berasal dari para wartawan? Sepertinya dia harus memeriksa kondisi kesehatannya setelah ini. Mungkin saja beban pekerjaan telah membuat halusinasinya meningkat.

Dia menoleh ke luar jendela, kerumunan orang yang tadinya riuh mendadak senyap. Mereka semua menghadap ke satu arah yaitu belakang mobil. Tidak hanya itu saja, karena mereka juga berjalan ke arah bagasi.

Arkan yang dilanda rasa penasaran menarik diri untuk turun dari mobil dan melihat apa yang terjadi.

Seketika semua orang beranjak ketika Arkan ikut di dalam kerumunan. Sekretaris Ham langsung membuka bagasi mobil, perlahan sumber suara semakin jelas terdengar. Mereka melebarkan mata ketika melihat seseorang berada di dalam sana, tidak terkecuali Arkan yang sangat terkejut karena mendapati orang asing berada di dalam bagasi mobilnya.

"Aku hampir saja ... mati ...."

Wanita asing itu terengah-engah dengan keringat yang bercucuran, tampak sedang berusaha mengambil napas, lalu turun dari dalam bagasi dengan gerakan tidak beraturan.

Arkan terpaksa memegangi tubuh yang seolah lemas itu ketika hampir saja terjatuh. Mengalihkan tatapan dari mata wanita itu, dia melirik ke arah bagasi mobil yang isi koper bawaannya sudah berserakan.

Sekretaris Ham yang ikut melihat pemandangan tidak terduga langsung menutup bagasi mobil, tidak membiarkan ada wartawan yang mengambil foto. Setelah itu, dia menarik wanita yang masih bersandar pada Arkan dan membuat wanita itu berdiri tegak kembali.

"A-apakah wanita ini calon istri yang di maksud?" tanya salah seorang wartawan usai selesai menilai penampilan yang dilihat. Tanpa ada yang mengira, pertanyaan itu telah menjadi bumerang dalam kehidupan dua orang yang terlibat dalam kesalahpahaman publik.

***

Siapa yang tidak terkejut dengan kemunculan seseorang dari bagasi mobil? Terlebih mengenakan gaun pengantin membuat berita pernikahan Arkan benar-benar terjadi, yang pasti tidak seperti rencana sebenarnya.

“Anda berpikir untuk menyembunyikan pernikahan dari semua orang?"

Pertanyaan lainnya dilontarkan kepada Arkan, sebuah tape recorder mini itu disodorkan padanya. Sekretaris Ham langsung mengambil peran untuk menghalangi para wartawan mengambil gambar ataupun mencari informasi, merentangkan tangan di depan Arkan agar orang-orang sulit menerobos.

"Apa kalian hari ini akan pergi ke tempat acara pernikahan?"

Para wartawan tidak mudah berputus asa, beralih mempertanyakan perihal pernikahan pada wanita bergaun pengantin yang masih terlihat kebingungan lantaran tidak mendapatkan jawaban dari Arkan. Mereka melontarkan pertanyaan yang sama berulang kali, berharap ada informasi penting yang bisa didapatkannya mengenai Arkan, seorang pria yang selalu menjadi sorotan perhatian setelah mengambil alih untuk mengelola perusahaan besar di kota itu.

"Bolehkah kami tahu siapa nama Anda?"

Suasana menjadi hening usai pertanyaan itu dilontarkan seolah mereka semua di sana sangat penasaran akan jawabannya. Lunar memperhatikan sekeliling dengan mata terbuka lebar. Semua orang mengelilinginya dan juga memelototi tanpa ingin memalingkan perhatian darinya.

"Lunar." Dia berpikir dengan mengatakan namanya, mungkin dia akan berhenti dipelototi.

Sayangnya, Lunar semakin diserbu dengan pertanyaan beruntun yang tidak ada habisnya. Wartawan menanyakan tentang hubungannya dengan pria yang bernama Arkan. Nama itu terdengar sangat asing di telinga Lunar, apalagi mereka baru pertama kali bertemu.

"S-saya tidak kenal dengan pria yang bernama Arkan."

Lunar melirik orang yang berdiri di belakang pria yang merentangkan tangan. Apakah Arkan yang di maksud adalah pria yang mengerutkan dahi tersebut? Dia baru sadar akan siapa orang yang dibahas.

Para wartawan tampak saling berbisik satu sama lain. Mereka yang mendengar pengakuan itu berpikir kalau sang wanita bergaun pengantin hanya membual saja atau bisa jadi siasat agar pernikahan tidak diketahui.

Arkan sudah berusaha keras untuk menyembunyikan siapa calon yang akan dinikahi. Sekarang semuanya telah terbongkar karena mereka akhirnya menemukan siapa calon tersebut. Itu adalah menurut pemikiran mereka.

"Lunar adalah calon pengantin yang disembunyikan oleh Arkan. Kita harus menyebarkan beritanya sekarang juga."

Arkan yang kian marah di belakang sana karena situasi semakin memburuk pun segera menarik Lunar masuk ke dalam mobil bersamanya. Hari itu benar-benar bencana, semua rencana yang disusunnya secara rapi harus berantakan karena kehadiran wanita yang tidak diketahuinya siapa.

Bagaikan hama yang mengganggu, dia sama sekali tidak menginginkan pengacau dalam hidupnya, terlebih di dalam hubungannya dengan Raya.

Arkan ingin melampiaskan segala kemarahannya pada Lunar saat itu juga, tetapi para wartawan masih berada di sana, menggedor-gedor jendela seperti kawanan gagak. Sekretaris Ham sendiri bergegas menyusul dan melajukan mobil, meninggalkan kekacauan yang masih meradang di kerumunan.

"Ke-ke mana kalian akan membawaku? T-turunkan aku!" Lunar berteriak, mencondongkan tubuh ke depan agar bisa menghentikan pria yang mengendarai mobil, menarik lengan pria itu agar berhenti secepatnya. "Berhenti sekarang juga!" teriaknya lagi.

Arkan yang tidak ingin terjadi bencana lainnya menarik Lunar agar menjauh dari Sekretaris Ham. Perlawanan terjadi sehingga dia terpaksa menggunakan kekuatan agar kekacauan tidak bertambah.

Arkan merengkuh wanita yang tidak ingin diam itu menggunakan kedua tangan, menahan berontak sampai Lunar lelah dengan sendirinya. Meskipun begitu, dia tidak melepaskannya, bisa saja Sekretaris Ham diganggu lagi. Itu hanya akan membuat mereka berada dalam bahaya.

"Kalian bisa terkena hukuman penjara karena telah memaksa seseorang untuk pergi bersama kalian. Ini sama saja dengan penculikan!"

Arkan semakin terpancing kemarahannya karena orang yang membuat kekacauan sama sekali tidak memikirkan kesalahan yang dibuat. Dia mengangkat kedua bahu wanita itu agar bisa tampak bagaimana kemarahannya dengan jelas.

"Kau sudah membuatku berada dalam masalah besar! Apa kau sedang bermain petak umpet dan menjadikan bagasi mobilku sebagai tempat persembunyian?"

"A-aku hanya ...."

"Kau pasti seorang wanita gila yang bermain petak umpet dengan gaun pengantin. Dan kenapa kau melibatkan aku dalam permainanmu?"

Lunar meringis kesakitan karena bahunya diremas dengan kuat. Dia dilepaskan setelah itu dan membuatnya mundur ke belakang. Sepertinya memang benar kalau dia telah salah memilih tempat persembunyian. Ternyata dia yang berniat menghindari Nico dan Sora sampai pada melibatkan kehidupan orang lain.

Setelah perdebatan tadi tidak ada kata-kata yang terucap. Suasana di dalam mobil begitu tegang dengan kemarahan Arkan yang semakin terasa. Sekretaris Ham saja tidak berani untuk melirik ke bangku penumpang, sedangkan Lunar hanya bisa diam saja sambil mengurut bahunya yang masih sakit.

Hingga mereka sampai di depan sebuah rumah, Arkan menarik Lunar untuk ikut bersamanya. Tidak menggubris penolakan yang diterima. Dia tetap berjalan sampai mereka bisa berada di dalam sebuah ruangan. Tempat itu adalah ruang duduk yang sering dipakai Arkan ketika ada tamu penting yang datang ke rumahnya. Hari ini dia memakai ruangan itu untuk wanita asing yang telah mengacaukan hidupnya.

Kini mereka hanya berdua saja di dalam sana. Di sana baru Arkan melepaskan cengkeraman tangannya. Dia beralih duduk di sofa tunggal tanpa memedulikan Lunar lagi.

Arkan mengambil ponselnya yang bergetar, seperti dugaan kalau berita mengenai mereka sudah sampai ke telinga ayahnya.

"Sekarang aku berada di rumah bersama wanita yang telah membuat kekacauan,” ucapnya dengan geram tanpa melepaskan tatapan dari Lunar.

Lunar hanya memandang apa yang tampil di hadapannya. Pria itu tidak melepaskan tatapan darinya sejak tadi dan membuatnya diliputi rasa takut seolah dia sedang terdampar di pulau asing seorang diri, tanpa ada orang yang bisa dimintai bantuan. Ke mana dia harus mencari tempat aman untuk berlindung?

"Apa? Aku tidak akan melakukannya, Ayah."

Arkan tidak lagi melihat ke arahnya. Dari sudut pandang Lunar, pria itu kini terlihat gelisah. Tidak tahu hal apa yang membuat kegelisahan tercipta karena dia tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh orang yang menelepon.

Arkan mematikan ponselnya secara total tidak lama kemudian, lalu meletakkannya di atas meja sebelum menatap wanita pembuat kekacauan yang dia sebutkan tadi pada ayahnya. Sekali lagi dia memperhatikan penampilan Lunar dari atas sampai bawah, sangat kotor sebagai seorang pengantin yang akan menikah.

"Apa kau orang gila?"

Lunar menggelengkan kepala sebelum menegakkan tubuhnya yang setengah beringsut. Apa yang dikatakan Arkan padanya jelas sangat menghina. Bagaimana bisa dia yang berdandan cantik dengan gaun pernikahan sebagai penampilan luar biasa, di mana hari ini seharusnya membuat semua orang berdecak kagum dikatakan sebagai orang gila? Dia masih waras!

"Kau yang sudah gila!"

"Baguslah."

Arkan sangat bersyukur akan hal itu, meskipun keputusan sang ayah masih tidak bisa diterima dengan baik. Dia tidak bisa membayangkan akan hidup bersama orang gila untuk ke depannya jika Lunar menganggukkan kepala tadi.

Pintu ruangan yang tadinya tertutup rapat tiba-tiba terbuka sepenuhnya memunculkan sosok pria yang sudah keriput kulitnya, tetapi tetap bugar untuk berjalan dengan tegap. Pria itu adalah Damien, ayahnya Arkan.

Jalannya cepat hingga bisa duduk di kursi yang ditempati anaknya dalam waktu singkat. Damien memperhatikan wanita yang termenung duduk dengan posisi sama sejak dia memasuki ruangan.

"Apa alasanmu tiba-tiba muncul dalam kehidupan anakku? Kau membutuhkan uang?" Damien langsung berucap tanpa ada basa-basi. Dia melirik perut yang tidak terlihat datar. "Arkan menghamilimu?"

Mendengar hal itu membuat Arkan langsung menyanggah, "Aku tidak melakukan hal itu, Ayah."

Bagaimana dia menghamili kalau bertemu saja baru beberapa jam yang lewat. Lagi pula dia tidak mungkin melakukan perbuatan itu pada Lunar yang sama sekali bukan tipenya.

"Kau tidak bisa menjawab?" Damien tampaknya tidak ingin mendengar sanggahan apa pun.

Lunar bingung harus menjawab pertanyaan tersebut bagaimana. Dia sudah tidak lagi mempunyai rumah dan tentu saja dia membutuhkan uang. Tetapi, terlalu licik jika dia memanfaatkan situasi hanya untuk mendapatkan tempat tinggal. Dia harus ingat kalau posisinya saat ini telah membuat kekacauan di kehidupan seseorang yang seharusnya tidak terlibat dalam pelariannya.

"Saya kabur dari pernikahan dan tidak sengaja menjadikan bagasi mobil Ar-kan,"—dia melirik pada orang yang memiliki nama sejenak, memastikan kalau dia tidak salah dalam menyebutkan nama—"sebagai tempat persembunyian. Sungguh, saya tidak tahu kalau situasinya akan menjadi rumit seperti ini. Maafkan atas apa yang telah saya lakukan, T—tuan."

Tanpa dikira keputusan Lunar adalah duduk di lantai sambil memohon. "Tolong jangan usir saya, Tuan. Tidak ada lagi tempat yang bisa saya datangi. Apa saja akan saya lakukan sekalipun harus menjadi pelayan di rumah ini."

Lunar tidak bisa memungkiri kalau dia memang membutuhkan tempat tinggal. Jika luntang-lantung di jalan bisa saja dia tertangkap oleh Nico dan Sora kembali. Melalui pria yang terlihat seperti memiliki kekuasaan untuk melindungi, sepertinya dia bisa menghindari pernikahannya dengan Nico. Tidak apa-apa dia menjadi pelayan, asalkan setelah ini dia bisa bebas. Harga dirinya disingkirkan sementara waktu agar dia mendapatkan tempat tinggal.

Damien melirik anaknya yang tampak sangat marah. Dia juga begitu kalau tidak karena harus mencari jalan keluar permasalahan yang terjadi. Jika dia meloloskan wanita asing itu, bisa saja media datang menemui untuk menggali informasi dan bisa saja hal yang tidak-tidak dikatakan wanita asing itu. Sebaliknya jika dia tidak meloloskan, semua berita akan segera mereda.

"Untuk sekarang pilihan terbaik adalah pernikahan. Kalian akan menikah secepatnya."

"Apa?! Me-menikah?" Lunar membelalakkan mata.

Arkan yang sudah mengetahui keputusan itu lebih dulu tidak terlalu terkejut lagi. Dia masih tetap tidak menerima kalau dia akan menikah dengan wanita yang tidak dikenali, apalagi dia sudah memiliki pilihan sendiri untuk pendamping hidup. Semua hancur dalam sekali hantaman saja. Apa dia benar-benar harus menikahi Lunar? Tidak adakah jalan yang lebih baik dari itu?

Damien yang memahami kalau mereka yang direncanakan untuk menikah tidak setuju langsung mengatakan maksudnya lebih jelas, "Hanya satu tahun saja sampai perpisahan kalian diumumkan.”

Itu adalah keputusan final yang tidak bisa diganggu gugat. Mereka berdua harus menikah.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Renko
Thank you ...️
goodnovel comment avatar
Novita Novie
it's great story
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Fake Marriage (Indonesia)   Bab 3. Kekasih Arkan Akhirnya Pulang

    Di luar ruangan kini Lunar berdiri, menunggu dua orang pria yang masih berbicara di dalam ruangan. Dia memperhatikan sekeliling yang setiap sudutnya memiliki nilai estetika tersendiri, tidak lagi terkejut kalau pria yang akan menikah dengannya adalah orang kaya karena dia saat ini sedang berurusan dengan pebisnis besar di kota tempat dia tinggal. Apalagi sejak tadi pemandangan yang disuguhkan membuatnya tercengang berulang kali. Dia pernah mendatangi rumah Nico yang juga mewah, tetapi apa yang dilihat sekarang jauh lebih mewah. Dari kaca luar ruangan itu, dia memperhatikan bagaimana Arkan seperti memprotesi keputusan yang dibuat. Memang mereka tidak mengenal sama sekali dan menikah dalam keadaan yang seperti itu adalah sesuatu yang tidak bisa diterima, kecuali dia yang membutuhkan tempat tinggal. Mau tidak mau dia harus membuang harga diri dengan memohon untuk tidak diusir. Lama memandang baru dia sadar setelah perhatian teralih. Penampilannya! Dia merapikan penampilannya yang tampak

    Last Updated : 2020-10-18
  • Fake Marriage (Indonesia)   Bab 4. Orang Ke 3

    "Tentu tidak!" Tanpa sadar Arkan meninggikan suara dan seketika dia menurunkan kembali nada suaranya, "Aku tidak mengenali wanita itu sama sekali. Dia tiba-tiba saja datang ke hidupku dan membuat kekacauan." Raya mengangkat sebelah tangannya untuk menghentikan penjelasan yang semakin berbelit-belit. "Baiklah. Kau sekarang sedang membahas wanita yang bernama Lunar." Melihat anggukan dari Arkan membuatnya bisa mencerna penjelasan satu persatu. "Lunar tiba-tiba datang dalam kehidupanmu, membuat kekacauan di dalam hubungan kita, dan kau memutuskan untuk menikah dengannya. " Satu anggukan lagi dia terima dan setelah itu kebingungan menghampiri. "Kau berselingkuh di belakangku?" Ucapnya mengambil kesimpulan atas tindakan Arkan. Arkan langsung merangkul Raya yang sudah menjatuhkan air mata. "Aku tidak berselingkuh di belakangmu." Mengusap rambut wanita itu untuk menenangkan tangisan. "Hanya satu tahun saja pernikahan ini akan berlangsung. Setelah itu aku dan Lunar akan segera berpisah." Ra

    Last Updated : 2020-10-20
  • Fake Marriage (Indonesia)   Bab 5. Ciuman Pernikahan

    Lunar mengikuti ke mana arah kaki pria yang membawanya menuju tempat tinggal baru. Dia berada di antara dua pria yang tinggi semampai. Di lorong sepi itu mereka bertiga berjalan dengan Arkan sebagai pemandunya. Di belakang ada Sekretaris Ham menggeret koper bernuansa gelap yang tidak diketahui apa isinya. Karpet merah yang dijajakinya sejak tadi menjadi penyambut kedatangannya. Entah mengapa dia merasa sedikit sedih karena harus berada di apartemen seorang diri. Biar bagaimanapun, dia yang tinggal bersama keluarganya selalu memiliki teman untuk diajak bicara. Pembahasan yang terjadi pasti selalu mengenai kapan dia akan mendapatkan pekerjaan atau membahas mengenai pernikahan. Seharusnya dia tidak merindukan pembahasan yang enggan untuk dihadapi itu. Mungkin pula dia hanya merindukan kedua orangtuanya. “Untuk ke depannya, kau akan tinggal di sini.” Lunar memandangi koper yang dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan yang sudah dibuka pintunya. Dia tidak langsung menggubris ucapan Arkan da

    Last Updated : 2020-10-21
  • Fake Marriage (Indonesia)   Bab 6. Gaun Tidur dari Sekretaris

    Apa kecurigaannya benar bahwa Sekretaris Ham menyukai Lunar? Mungkinkah Sekretaris Ham memiliki obsesi yang tidak sehat, karena memberikan gaun tidur yang begitu terbuka secara diam-diam? Arkan tidak pernah mengetahui bagaimana kehidupan percintaan sang sekretaris, termasuk karakter wanita yang disukai. Dia juga tidak menanyakan apa-apa soal itu. Melalui kejadian Lunar, dia berpendapat bahwa sekretarisnya memiliki selera yang ekstrem mengenai hubungan asmara. “Kau membelikan gaun tidur untuk Lunar?” Sekretaris Ham menegakkan kepala, mengerutkan dahi. Gaun tidur? Apa yang dibicarakan atasannya saat ini? pikirnya. Kerutan dalam itu memudar setelah sadar akan apa yang dibicarakan. Dia memang memasukkan gaun tidur ke dalam koper saat mereka pergi membeli pakaian untuk Lunar. “Ya, Tuan." Arkan mengernyitkan alis dalam-dalam. “Kenapa? Aku tidak pernah memintamu untuk membelikannya. Apa kau menyukai Lunar dan ingin melihatnya mengenakan gaun tidur itu?” Sekretaris Ham menggelengkan kepa

    Last Updated : 2020-10-23
  • Fake Marriage (Indonesia)   Bab 7. Tontonan Gratis Setelah Kesedihan

    Lunar menoleh ke asal suara dan dia langsung membalikkan badan memunggungi kamar mandi. Tadi, dia sedikit terpekik melihat Arkan yang setengah telanjang. Dia tidak mengira kalau Arkan benar-benar berada di dalam kamar mandi, karena tidak ada suara air yang terdengar sama sekali. “Aku bertanya, apa yang sedang kau lakukan?” Suara yang terdengar dekat membuat Lunar kewalahan. Dari ekor matanya, dia melihat kalau Arkan kini berdiri di sampingnya. “Kita berbicara nanti saja setelah kau berpakaian.” Lunar yang hendak melangkah digenggam tangannya dan membuat mereka saling berpandangan. “A-ada yang perlu aku bicarakan padamu, tapi nanti saja. Aku akan menunggumu di luar.” “Kita bicarakan sekarang.” Pegangan di tangan Lunar dilepaskan, Arkan duduk di kaki ranjang menanti apa yang ingin dibicarakan padanya. Lunar menghela napas dengan berat. “Tidak bisakah kau berpakaian lebih dulu? Kita akan berbicara nanti setelah kau tidak memamerkan otot yang kau punya.” “Aku lebih suka memamerkannya

    Last Updated : 2020-10-24
  • Fake Marriage (Indonesia)   Bab 8. Maniak Pakaian Dalam

    Sora tercengang memandangi ponsel keluaran terbaru yang disodorkan. Ponsel itu bahkan belum diperjualbelikan di tempat mereka tinggal. Namun, Lunar sudah mendapatkannya lebih dulu. Beruntung sekali adiknya itu menikah dengan pria tampan, kaya, dan lebih utama yaitu masih muda. Berbanding terbalik dengannya yang harus setiap hari menghabiskan waktu bersama pria berumur. Sejumlah nomor diketik pada ponsel. Dia sengaja tidak memberikan nomor kedua orangtua mereka. Pokoknya, apa pun yang ingin disampaikan harus melalui dia terlebih dahulu. “Aku hanya menyimpan nomorku. Apa pun yang akan kau katakan pada orangtua kita, kau harus memberitahukannya padaku terlebih dahulu, karena aku tidak ingin ada yang pingsan lagi karenamu.” Lunar semakin sedih mendengar kekecewaan yang mendalam. Di dalam hati, dia meminta maaf pada orangtuanya. Tidak ada yang bisa dilakukan sampai pernikahan yang dijalaninya saat ini usai. Selama itu; dia harus bersikap di depan semua orang kalau dia adalah istrinya Ark

    Last Updated : 2020-10-25
  • Fake Marriage (Indonesia)   Bab 9. Kamar Ini Milikku!

    “Tidak, Raya. Aku tidak ingin mengambil risiko seperti seorang penggemar yang menyusup ke dalam apartemenmu. Tinggallah di sini karena rumahku sangat aman untuk kau tempati." Raya tidak membantah perkataan yang membuatnya kembali mengingat kejadian di mana seorang penggemar menyusup untuk bertemu dengannya. Saat itu, adalah kejadian mengerikan baginya sehingga membuat mereka memutuskan agar dirinya tinggal di rumah Arkan, tempat yang baginya juga sangat nyaman untuk ditinggali. "Baiklah." Arkan tahu kalau Raya berusaha menahan kesedihan, tetapi apa yang bisa dia lakukan? Ragu-ragu dia memeluk kekasihnya, mungkin dengan begitu bisa mengurangi kesedihan Raya. Pun dengan dia yang juga merasakan kesedihan itu karena biar bagaimanapun, Raya sudah mengisi hari-harinya. Usai pelukan perpisahan, Arkan pergi dari rumah tanpa Raya yang mengantarkan. Dia berhenti sejenak ketika hendak meraih gagang pintu kabin. Perasaannya campur aduk jika mengingat lagi apa yang terjadi di dalam mobil, sema

    Last Updated : 2020-10-26
  • Fake Marriage (Indonesia)   Bab 10. Makan Malam Bersama Kekasih

    Sampai di kantor pun, Arkan masih tidak bisa menyingkirkan wanita yang berkeliaran di pikirannya, bahkan ketika sudah beranjak malam. Dia masih di kantor, tidak berniat pulang dan mengharuskan dia bertatap muka dengan Lunar. Dia ingin melupakan bayangan Lunar untuk selamanya terlebih dahulu. "Semua pekerjaan telah selesai. Apa ... kita tidak akan pulang?" tanya Sekretaris Ham yang masih setia menemani itu. "Bagaimana aku bisa kembali jika Lunar masih ada di apartemen?" Biasanya Sekretaris Ham yang akan menyingkirkan penghalang Arkan, tetapi kali ini tidak bisa. Dia tidak bisa menyingkirkan istri atasannya sendiri, bukan? "Saya tidak bisa melakukan apa-apa pada nyonya Lunar, Tuan." Arkan melirik sang sekretaris. "Aku juga tidak memintamu untuk melakukan apa-apa pada Lunar." Arkan mengembuskan napas panjang. "Bagaimana dengan keadaan Raya? Aku sama sekali tidak mendapatkan kabar apa pun darinya." Sekretaris Ham terdiam mengingat apa yang terjadi ketika dia mendapatkan pesan untuk

    Last Updated : 2020-10-27

Latest chapter

  • Fake Marriage (Indonesia)   Bab 47. Tidak Akan Pernah Putus

    Lunar berubah pikiran. Dia membalikkan badan, kemudian dia menjewer telinga Arkan dan menyeret suaminya itu pergi bersamanya. Berbeda dengan Raya yang tidak ingin melihat Sekretaris Ham. Dua wanita itu memilih untuk membiarkan mereka tidur terpisah dengan sang suami. Sebelum pergi ke penginapan, Lunar sempat memarahi para wanita yang tidak memulangkan putrinya, padahal sudah jelas mereka terpisah. Para wanita itu merasa bersalah, tetapi dia juga menyalahkan Lunar yang lalai mengawasi anak. Mereka berdebat panjang dan dilerai oleh penjaga pantai. Penjaga pantai berkata akan memberikan pengarahan pada para wanita itu agar ke depannya tidak terjadi hal yang sama. Dia juga memohon agar Lunar tetap memperhatikan anaknya selama di pantai. Kasus kehilangan Elya selesai sampai di sana. Sekarang beralih pada kasus kedua di mana Arkan dan Sekretaris Ham harus berusaha keras untuk membujuk istri mereka supaya tidak marah lagi. Namun, tidak mudah seperti yang dibayangkan. Dalam satu lorong, Ar

  • Fake Marriage (Indonesia)   Bab 46. Enam Orang Wanita

    Sesampainya di pantai, sungguh di luar dugaan melihat Lunar memakai handuk di tengah hawa yang panas ini. Wanita itu sepertinya akan masak, ditambah keringat yang terlihat sangat banyak. "Lunar, kau tidak kepanasan?" tanya Raya. Dia saja harus beradu argumen dengan suaminya sebelum berangkat, lalu mendapatkan toleransi untuk mengenakan pakaian yang memperlihatkan perutnya. Lunar menurunkan kacamata hitamnya, lalu menemukan pasangan yang sudah menikah baru saja datang. Mereka memang berada di bawah payung lebar, tapi hawa panas masih jelas terasa di tepi pantai. "Tanyakan saja pada Arkan." Arkan tersenyum dengan bangga karena dia sudah berhasil melindungi sang istri dari mata para pria. Dia memang sensitif soal pakaian wanita, saat bersama Raya menoleransinya sebagai pekerjaan, meskipun mereka juga sempat berdebat sebelumnya. Ternyata ada yang lebih parah dari Sekretaris Ham. "Kami rasa tidak perlu menanyakannya lagi," ucap Raya, dibenarkan oleh Sekretaris Ham, karena mereka tentu

  • Fake Marriage (Indonesia)   Bab 45. Aku Saja yang Boleh Melihatnya

    Sekretaris Ham membuka bagasi mobil, meletakkan koper. Tidak lama setelah itu, Raya muncul penuh semangat dengan topi pantainya dan gaun di bawah lutut yang tampak santai. Raya berputar, membuat gaunnya mengembang. Saat itu, Sekretaris Ham segera berlutut untuk menutupnya. Dia tidak ingin orang lain melihat aset berharganya. Tahu akan hal itu, Raya langsung berhenti, menatap Sekretaris Ham yang berlutut sambil memegangi gaunnya. "Kau ini sedang apa?" Sekretaris Ham mengembuskan napas, lalu berdiri. "Orang lain akan melihat celana dalammu jika kau berputar begitu." Raya berpikir sesaat, lalu berkata, "Kita akan ke pantai, Sayang. Hal seperti ini bukan rahasia umum lagi. Kau juga akan melihat para wanita mengenakan bikini dan berjalan saat kau berselonjor. Jangan berpikir seperti orang lama, karena zaman sudah berkembang. Ok?" Sekretaris Ham menggelengkan kepala. "Berapa kali pun aku memikirkannya, itu tetap tidak benar. Aku tidak ingin tubuh istriku dilihat oleh pria lain." Sekre

  • Fake Marriage (Indonesia)   Bab 44. Dua Insan Menjadi Satu

    Sekretaris Ham begitu gugup, tidak pernah membayangkan kalau dia akan mencapai sesuatu yang bahkan rasanya mustahil. Dia akan menikah dengan wanita yang hanya disukainya secara diam-diam selama hitungan tahun. Selain itu, Raya bagaikan permata yang tidak semua orang dapat miliki. Dia beruntung. "Ternyata kau berkhianat di belakangku selama ini." Sekretaris Ham menolehkan kepala, menemukan Arkan datang bersama Lunar dengan perut besar dan juga seorang anak perempuan. Gadis mungil yang tersenyum cerah padanya adalah anak pertama bosnya, sedangkan Lunar sedang hamil anak kedua sekarang. "Kau diam-diam menyukai Raya di belakangku ketika kami masih menjalin hubungan. Kenapa aku tidak mengetahuinya sama sekali, ya? Dan sekarang kau mengambil kesempatan di saat aku sudah melepaskannya. Kata apa yang baik untuk menyebutkan tindakanmu? Pengkhianatan?" "Anda juga berkhianat di belakang nona Raya dan perlu saya tegaskan kalau saya tidak merebutnya, jadi saya tidak berkhianat pada bos sendiri.

  • Fake Marriage (Indonesia)   Bab 43. Aku Ingin Menjadi Istrimu!

    Sekretaris Ham kesulitan membawa barang-barang dalam jumlah yang sangat banyak. Dia tidak mengeluh soal itu, karena semua demi wanita pujaan hati. Langka sekali melihat Raya bisa berekspresi dengan bebas seperti sekarang. Setelah menyatakan perasaan pada Raya, mereka jadi sering jalan bersama. Pastinya selesai Sekretaris Ham bekerja dan tidak jarang mencuri kesempatan untuk bertemu. Perusahaan seperti ditebarkan bunga-bunga setiap hari, karena baik Arkan mau pun Sekretaris Ham tidak berhenti memikirkan seorang wanita di benak masing-masing. Pekerjaan jadi lebih cepat prosesnya ketika mengharapkan waktu yang banyak untuk pertemuan dengan kekasih hati. "Sekretaris Ham, bagaimana menurutmu yang ini?" Sekretaris Ham memperhatikan bagaimana indahnya kaki Raya saat mengenakan high heels. Tentu bukan hanya sekali dia memperhatikan hal itu, siapa saja akan mengatakan kalau Raya sangat cantik dengan kulit bersih bersinarnya. "Cantik," ucap Sekretaris Ham. Namun, komentar itu tidak membuat

  • Fake Marriage (Indonesia)   Bab 42. Mengidam di Tengah Malam

    Suara gerakan di atas ranjang berpadu dengan desahan yang begitu panjang. Tubuh mereka sudah dipenuhi keringat yang banyak. Percintaan sudah dilakukan berulang kali, tetapi rasanya mereka tidak pernah puas untuk saling memiliki. "Pelan-pelan," ucap Lunar dengan suara lirih. Mau tidak mau, Arkan harus melambatkan gerakannya. Dia sudah terbakar oleh hasrat dan tanpa sadar berbuat lebih dalam kondisi kehamilan istrinya. Meskipun intensitasnya pelan, tetapi dia terus mengerang. "Aku terpikirkan seafood saat ini." Lunar berkata dengan wajah yang sudah merona merah dan jeritan tertahan. Seketika suara riuh di dalam kamar terhenti. Arkan beringsut ke samping hingga terlentang. Tadi dia merasakan semangat yang luar biasa akan percintaan mereka, tetapi perkataan Lunar membuat dirinya seolah diguyur air dingin pada malam itu. Arkan melirik jam dinding sambil menghela napas panjang. "Ini sudah lewat tengah malam. Di mana aku akan menemukan seafood?" Lunar mencebik. "Aku menginginkannya seka

  • Fake Marriage (Indonesia)   Bab 41. Pergilah Sebelum Menyesal

    "Ini laporan keuangan beberapa bulan terakhir, Sir Arkan." Arkan meraih map berwarna biru gelap itu, lalu membuka lembaran di dalamnya. Dia mengusap bibir sembari membaca isinya dengan saksama. Tidak lama kemudian, dia menyelesaikan urusan membaca, lalu dia meletakkannya di meja. "Kerja bagus." Lunar mengerutkan dahi, merasa aneh lantaran laporan yang dia berikan dibaca begitu cepat, padahal butuh waktu lama baginya menyelesaikan laporan tersebut. "Apa Anda benar-benar membacanya?" Arkan menghampiri istrinya. Dia bersandar di tepi meja dan merangkul pinggang Lunar dengan lembut. "Tidak perlu bersikap formal padaku saat kita sedang berdua saja. Semua orang tahu kalau kau adalah istriku." Dia menyandarkan kepala di dada sang istri. "Baiklah, Arkan. Sekarang lepaskan aku. Jam kerja masih belum usai." Arkan cemberut kesal. Dia menengadahkan kepala tanpa membuat mereka menjauh. "Aku harus menemui klien nanti. Kita tidak bisa makan siang bersama." Lunar mengusap kepala suaminya lamba

  • Fake Marriage (Indonesia)   Bab 40. Jangan Sampai Terulang Kembali

    Sekretaris Ham baru sadar dengan apa yang dia lakukan, memegangi kedua bahu Raya dan menatap mata wanita itu begitu dekat. Dia terbawa suasana setelah tadi begitu emosional, lantas membuat dia menarik diri untuk duduk di kursinya kembali. “M—maaf. Saya tidak bermaksud melakukan hal itu pada Anda. Hanya saja, perkataan saya serius bahwa saya tidak ingin Anda pergi menemui Sir Arkan.” “Itu tidak akan terjadi hari ini. Kau tenang saja. Aku perlu melakukan pemotretan dan sekarang sudah hampir waktunya. Kau bisa melajukan mobilnya kembali.” Sekretaris Ham menuruti keinginan Raya. Dia mengantarkan wanita itu menuju studio. Mereka berpisah dalam keadaan yang buruk, karena masing-masing merasa bahwa tadi adalah sikap paling emosional yang pernah diperlihatkan oleh mereka. Sejauh ini, mereka selalu bersenang-senang dan sekarang rasanya cukup janggal. Raya melirik mobil yang dikendarai Sekretaris Ham pergi begitu saja. “Ada apa dengannya? Kenapa begitu emosional? Aku hanya ingin bertemu, lal

  • Fake Marriage (Indonesia)   Bab 39. Aku Tidak Ingin Kau Bersedih

    Sekretaris Ham menawarkan diri untuk mengantarkan Raya ke studio. Dia sangat senang, karena Raya tidak menolak tawarannya. Apa bisa dikatakan kalau hubungan mereka semakin dekat? Di berniat untuk memberitahukan soal perasaannya, nanti ketika waktunya sudah tepat. Untuk sekarang, dia akan fokus dengan jalinan hubungan yang seperti ini ketimbang terburu-buru mendapatkan Raya. "Anda akan melakukan pemotretan dengan konsep apa hari ini?" "Hmm, mereka menyiapkan konsep peri di hutan. Ini adalah tayangan untuk sebuah iklan shampo." "Oh, Anda mendapatkan tawaran iklan sekarang?" "Aku selalu mendapatkannya, tapi jadwal yang padat membuat manajerku harus menolak banyak tawaran. Semua itu tidak mudah, karena kami harus memilah pekerjaan mana yang rasanya bisa diambil." "Anda memang sangat hebat. Fakta bahwa wanita karier yang sukses di samping saya membuat perasaan saya menjadi bangga." Raya tersenyum, berpikir untuk beberapa lama, kemudian berkata, "Jarang ada yang bangga padaku, karena

DMCA.com Protection Status