Amelia duduk di hadapan Lina dan Tania dengan perasaan campur aduk. Lina menatap Amelia lurus. Ia kesampingkan Perasaanya sebagai seorang wanita.
Tania yang berada di samping Lina tersenyum licik. 'Haah sebentar lagi statusmu akan jadi janda Amelia! Batin Tania.
"Amel, bukankah Agama yang kita anut memperbolehkan poligami. Bujuk suamimu menikahi Tania. Mama menginginkan Tania sebagai menantuku. Tapi tenang saja, aku tak menyuruh Ryan menceraikanmu."
Kata yang keluar dari Mama mertuanya menusuk hati dan jantung Amelia. Sakit tapi tak berdarah. Amelia berusaha menahan air matanya supaya tidak keluar. Tegar di hadapan mertua dan Tania. Amelia diam sejenak, menata perasaanya. Antara sakit, kecewa hancur jadi satu. Merasa gamang saat ini.
"N... nanti aku bicarakan sama Mas Ryan Ma." Ucap Amelia menahan sesak di dada. Melihat Amelia pucat terbersit rasa tidak tega di hati Lina &
Amelia menjalani hari dengan semangat. Berusaha melupakan ucapan Ibu mertuanya. Ia berangkat ke rumah sakit, karena sudah di tunggu pasien. Sedang Ryan menuju kampus. Ketika mengajar Ryan mendapat notif pesan dari Tania. Isinya membuat Ryan Shock. Sehabis mengajar ia langsung ke Rumah Ibunya. Untung Ibunya sedang di rumah. Ryan berusaha tenang menahan gejolak hatinya.Ibunya sedang di ruang kerjanya. Ryan mengetok pintu.Tok...tok.."Ini Ryan Ma.""Masuk Nak ...."Ryan duduk di hadapan ibunya. Tapi Lina bangkit beralih duduk di sofa, Agar lebih rilex bicara dengan Ryan.Lina diam, ia ingin tau reaksi anaknya. Dari raut wajahnya ia tau anaknya marah."Ma, apa maksud ucapan Tania?""Ucapan Tania yang mana?" Lina pura- pura tak tau."Yang katanya dia siap di madu! Apa maksudnya? Sampai kapanpun Ryan tak ingin men
Tania memandang Ryan lekat. Ia ingin sekali memiliki Ryan. 'Huufftt.' Tania berusaha menahan Gejolak hati. Menahan rasa yang mengebu."Ryan, aku minta maaf kalau selama ini aku merasa menganggumu." Tania ingin mengengam tangan Ryan. Tapi Ryan segera menarik tanganya dari jangkuan Tania."Iya, ku harap kamu menemukan seseorang yang tulus sama Kamu. Kamu cantik juga calon pengacara pasti banyak yang mengantri mendapatkan Cintamu." Ucap Ryan menatap Tania lekat, yang di tatapnya merasa Grogi. Ryan seakan menasehati adiknya sendiri."Iya, makasih Mas Ryan." "Oke, aku pulang dulu." Ryan kemudian bangkit menuju mobil. Seseorang jaket hitam Tania menghampiri Tania."Gimana foto- fotonya bagus nggak?" Orang itu menyerahkan hasil kerjanya dan Tania puas."Tolong kirimkan padaku !" Orang itu mengirimkan foto ke hp Tania."Baik Mbak."
Amelia tertidur dalam dekapan Ryan, ia menyibakan rambutnya kebelakang. Wajah tenang nan polos, ia menikmati kecantikan alami istrinya.'Tak ku ijinkan siapapun menyakiti dirimu.' Gumam Ryan sambil mengelus pipi Amelia. Ia membopong istrinya ke kamar dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Ryan geram pada Tania. Ingin membuat pelajaran untuk Tania. Ryan mengeluarkan mobilnya menuju rumah Tania.Ting tong.Ryan memencet Bel. Yang keluar menemuinya Ibunya Tania."Selamat malam Tante.""Ada apa Nak Ryan, ada hal pentingkah dari Ibumu. Sampai malam- malam harus ke sini?""Ya penting Tante, aku kepingin ketemu dengan Tania." Ucap Ryan datar."Tapi Tania udah tidur , gimana kalau besok aja."Ryan menengok jam di tanganya menunjukan jam sembilan malam.'Ternyata sudah malam.' Batin Ryan.Geram pada Tania hingga tak sadar ud
Amelia pulang dari Rumah sakit, ia mengajukan pengunduran diri. Untung kepala rumah sakit langsung menyetujuinya. Amelia duduk di sofa sambil menyandarkan kepalanya. Ia memikirkan omongan temen mertuanya semalam.Ryan datang, ia juga dari kampus. Mengabarkan pada kakaknya Sementara tidak mengajar. Univertas itu milik keluarga Ryan dan kakaknya yang menghandlenya."Sayang kenapa, ada yang di pikirkan? Kepikiran semalem?Amelia menganguk tanpa mengeluarkan kata."Sayang, jangan di dengerin omongan temen Mama semalem" ucap Ryan mengengam tangan Amelia.Amelia menatap wajah suaminya sendu."Anak itu rejeki, kita harus sabar dan berusaha."Amelia menganguk mendengar ucapan suamunya. Dirinya juga menginginkan buah hati tumbuh di rahimnya."Iya." Amelia menjawab singkat."Sayang, nanti kita periksa ya ...."
Senyum merekah Clarisa saat di hadapan Lina. Berharap rencanaya berhasil memisahkan Amelia dan Ryan. Tak hanya Tania, Clarisa pun ingin memilikinya."Selamat siang Tante ...." Sapa Clarisa sopan."Iya siang, Maaf kamu siapa?""Aku Clarisa Tante, mantan muridnya Pak Ryan.""Ooh ...."Mereka berdua terlihat ngobrol akrab, di tengah obrolan Clarisa menunjukan foto Amelia makan siang bersama laki laki lain ketika di rumah sakit.Lina geram, bertambah kebencianya pada Amelia."Dari dulu, aku sudah tak setuju Ryan menikahi anak kampung itu, Dia ternyata tak sepolos yang ku kira. Dasar wanita jalang!"Sumpah serapah keluar dari mulut Lina. Clarisa tersenyum devil, ternyata Mertuanya membenci Amelia. Merasa usahanya akan berhasil, ia ingin pulang. Tapi Lina menahanya sebentar."Tante, saya permisi dulu."
Amelia terdiam sejenak melihat Foto di hp suaminya. "Ini tak seperti yang kau pikirkan, sayang." Kata Amelia menatap suaminya lekat."Dia temanku saat sma, kebetulan dia juga dokter di situ.""Sayang, percayalah aku mencintaimu. Tak mungkin ku menduakanmu. Aku tau Mama tak menyukaiku dan berusaha memisahkan kita. Tapi aku tak putus asa, moga berjalanya waktu Mama akan menerimaku." kata Amelia kemudian meninggalkan suaminya masih duduk di sofa.Amelia melangkah menuju kamar. Sesak di dada ingin ia tumpahkan bersama bantal. Ryan menyusul istrinya ke kamar. Ia menarik tubuh Amelia ke dalam dekapanya. Tumpah air mata Amelia di dada bidang Ryan. Ryan mengusap kepala Amelia. Seharusnya ia tak mudah terhasut omongan Ibunya."Maafkan aku, sayang," ucap Ryan menenangkan istrinya."Sekali lagi, Maafkan aku," Ryan mengucapkan kata Maaf berulangkali, merasa bersalah menuduhnya berselingkuh. Dari lubuk hati ya
Ryan merangkulkan tanganya di pundak Amelia. Mereka jalan - jalan sore di sekitaran Marina Bay. Air terpancar dari patung singa. Sesekali foto selfi bersama. Mengabadikan kenangan mereka berdua saat ini. Ryan memandang lega wajah istrinya tampak bersinar. Menampilkan sisi meronanya membuatnya semakin cantik di mata Ryan.Jalan- jalan mereka berakhir foodtruck es krim turkey. Sesekali Amelia senyum simpul karena ulah pedagang memainkan es krimnya. Ryan lega istrinya bisa tersenyum. Saat ini ia hanya ingin membuatnya bahagia, itu merupakan kebahagiaan tersendiri bagi Ryan.Es krim di tangan, mereka menikmatinya duduk tak jauh dari foodtruck. Tak terasa waktu maghrib menyapa. Mereka segera menghabiskan es krimnya dan menuju masjid.
Amelia dan Ryan packing sekedarnya. Mereka akan pulang ke Indonesia. Ada acara Tunangan kakaknya. Kakak di kenalkan oleh gadis pilihan Mama, Yang sesuai kriteria Mama. Gadis cantik anak orang kaya. Mama sangat mengagungkan putri di hadapan Ryan. Ryan hanya mendengarkan kala Mama selalu ngomongin itu.Perjalanan ke Singapore - Indonesia memakan waktu satu jam. Akhirnya mereka sampai di Bandara. Segera menuju parkiran mencari taksi. Beruntung segera mendapatkan. Mereka di sambut Ayahnya Ryan. Sedang Lina biasa sangat cuek, hanya menyapa Ryan saja.Amelia langsung ke kamar Ryan membawa koper, dia mandi. Lina menyuruh Bibi untuk memanggil Amelia."Bi, panggilkan Amelia, suruh bantu bungkusin hantaran. Mertua lagi sibuk malah di kamar aja!""Mungkin Mbak, Amel sibuk. Bu!"