Share

bab 2

"Kurasakan pudar dalam hatiku, rasa cinta yang ada untuk diriku, ku lelah dengan semua yang ada, ingin ku lepas semuaaaaaa,," Aku bersenandung lirih sambil menggoreng ayam sekaligus menggiling cucian juga.

Sebagai seorang istri dan ibu yang baik untuk suami dan anak-anaknya, aku selalu memberikan pelayanan yang terbaik dirumah. Terutama untuk Kelvin suamiku, aku selalu mengenyangkan perutnya, matanya, dan syahwatnya. Agar suamiku tidak mudah tergoda oleh para pelakor di luaran sana.

"Ih,, mami kayaknya lagi seneng banget nih... bau-baunya ada yang lagi kasmaran nih.." goda Farah sambil nyomot bakwan jagung yang ada di meja makan.

"Hahahhaha,,, apaan sih dek. Itu tuh lagu kesukaan mami dari jaman mami masih muda. Masih awal-awal nikah sama papi kamu." Elakku sambil menonyor kening Farah. Yang di tonyor malah cengengesan.

Drrrt drrrt drrrt

"Mam, ponselnya getar tuh." Farah menunjuk ponselku yang ada d meja makan.

Ada panggilan dari nomer tidak dikenal. Tapi setelah ku angkat, baru aku tau, kalau itu adalah pak polisi yang tiga hari yang lalu mengantarku pulang.

"Jangan panggil aku bapak dunk, memang aku terlalu tua ya di mata mbaknya?" Protes polisi yang baru aku tau dia bernama Jordan Kurniawan itu.

"Hehehehe ya udah aku manggil mas saja ya. Kan kamu manggil aku mbak." Jawabku kemudian dan langsung disetujui oleh Jordan.

Kami terus ngobrol basa basi tanya tentang keluarga masing-masing.

Ternyata baru aku tau, kalau Jordan sudah punya tiga anak yang keduanya juga seumuran Farhan dan Farah. Hanya saja kedua anak Jordan tinggal sama neneknya di kota yang mempunyai julukan Kota Apel.

"Maamiiiiiiii,,,,,,, ikan lautnya kok ditinggal, kan gosong! Haduuuuuuuh." Teriak Farah yang baru keluar dari kamar mandi dengan panik begitu melihat kepulan asap dan bau gosong dari dapur.

Aku yang masih asyik telpon dengan Jordan sambil jemur pakaian pun langsung lari ke arah dapur dan lupa menutup sambungan telponku.

Aku dengan sigap membereskan semua yang berantakan di dapur sambil mendengar omelan Kelvin yang juga kaget dengar ribut-ribut.

"Masak gitu aja gak becus kamu itu. Ngapain aja dari tadi? Ngelamun apa ketiduran kamu itu. Tiap kerja gak pernah beres." Cicit Kelvin sengit. Aku hanya diam, malas juga menanggapi pria tempramen macam Kelvin. Lebih tepatnya, aku sudah kebal menghadapi watak Kelvin. Masalah kecil bisa jadi besar bagi Kelvin.

"Heh, orang tanya itu dijawab gobl*k, bukan diam saja, bud*k telingamu hah!." Lanjutnya sambil melempar tempe ke kepalaku.

"Aku jemur pakaian, sampai lupa kalau lagi goreng ikan. Ya udahlah, ngapain sih di besar-besarkan. Orang cuma ikan 4 biji aja, masih banyak juga nih di meja yang udah matang." Jawabku dengan kesal. Suami model begini gak bisa di diamkan saja. Yang ada makin ngelunjak dan menindas kita.

Memang dia kira aku istri pemain sinetron yang ada di tv udang terbang.

"Jadi malas mau sarapan, pagi-pagi sudah bikin emosi orang saja." Sungutnya sambil mengeluarkan motor dan berlalu. Rasanya ingin aku balas ucapannya, tapi keburu Farhan dan Farah mencegahku.

"Mami, berapa kali aku bilang, gak perlu ladenin omongan papi. Ngapain? Gak ada gunanya. Biarkan papi ngomel apa saja, mami ngalah saja." Nasehat Farhan yang ikut di timpali oleh Farah.

"Maaf ya mam, gara-gara Farah jerit-jerit tadi bikin mami kena omel papi." Ujar Farah dengan mata berkaca-kaca. Aku hanya tersenyum getir sambil mengelus kepala kedua anakku yang sangat perhatian ke aku. Mereka juga kesal dengan sikap papinya yang kadang baik, namun tak jarang prilakunya sudah mirip Dajjal.

Aku mengeluarkan hp yang ada disaku, setelah kepergian Farhan dan Farah. Alamaaaaak, rasanya aku ingin pingsan saja. Kenapa bisa lupa aku mematikan telponku,,

Dengan gemetar aku dekatkan hp ke telinga. Dan benar saja, Jordan masih hidup diseberang. Gila, dari tadi aku berantem dan ngobrol sama anak-anak, Jordan tau. Malu rasanya.

"Ehem,,, mas Jordan belum mutusin sambungan telpon ya?maaf ya, harus dengar keributan tadi." Ucapku lirih. Untung di telpon, coba kalau berhadapan langsung, dia pasti tau kalau wajahku udah kayak kepiting rebus.

"Iya tadi kan tidak ngomong mau ditutup telponnya. Jadi ya aku tunggu. Maaf sempat nguping masalah keluarganya mbak." Jawab Jordan tenang.

Aku menghembuskan nafas dengan kasar. Sesak di dada rasanya perlu aku tumpahkan. Jordan pun paham, dia menawarkan untuk menjadi pendengar yang baik. Hingga tak terasa 2 jam aku curhat tentang rumah tanggaku ke Jordan.

"Maaf ya mas, aku jadi curhat gak penting ke masnya." Lanjutku.

"Santai saja, tugasku kan untuk melayani dan mengayomi masyarakat" ujarnya sambil terkekeh. Ternyata polisi satu ini humoris juga.

Sebulan telah berlalu, hubungan aku dan Jordan makin dekat. Jordan pun sering cerita tentang keluarganya. Terutama istrinya yang galaknya bukan main. Ternyata Aku dan Jordan sama-sama memiliki masalah keluarga yang tidak jauh beda.

Ada hikmahnya juga Aku tidak tidur sekamar dengan Kelvin. Sudah 4 tahun Kelvin memilih tidur di kamar terpisah dengan alasan yang tidak jelas. Kelvin akan tidur dengan aku jika kebutuhan syahwatnya harus tersalurkan.

Tapi setahun belakangan ini, Kelvin jarang sekali minta jatah bathin. Terkadang, jika aku yang merayunya, dia malah menolak dan tak segan marah-marah. Sehingga buat aku tersinggung. Sampai pada akhirnya aku sudah kebal dan mati rasa. Melayani Kelvin di atas ranjang, begitu bukan lagi hal yang indah. Melainkan hanya sekedar gugur kewajiban sebagai seorang istri. Soal kepuasan, jangan ditanya, aku sama sekali tidak merasakan bahagia.

Sampai pada puncaknya, Jordan merayu aku untuk keluar jalan bareng. Alasannya agar aku tidak terlalu stress menghadapi hidup. Terasa seperti terhipnotis, aku menyanggupi ajakan Jordan, asal tidak jalan-jalan di dekat daerah tempat kami tinggal. Dan Jordan menyanggupinya.

"Hai, maaf nunggu lama ya? " Ucapku setelah memarkirkan motor di area parkir rumah sakit. Sengaja aku parkir di rumah sakit, karena aku rasa aman menaruh motor kesayangan disana.

"Ah, nggak juga kok. Aku baru lima menit sampe. Yuk masuk!" Jawabnya sambil membuka pintu mobil Pajero sport nya.

Lama kami terdiam dengan pikiran masing-masing. Jujur saja, ini kali pertama aku jalan denga pria tanpa ijin suami dan pastinya dengan sembunyi-sembunyi.

"Pamit kemana tadi ke pak Kelvin?" Akhirnya Jordan membuka suara duluan.

"Nggak pamit, Kelvin kan ada di cafe. Dan aku hanya menemani Kelvin di cafe kalau malam hari. Kalau siang mah dirumah. Jadi kaum rebahan." Jawabku nyengir kuda. Sesekali aku melirik Jordan disampingku. Ada getaran yang tak bisa aku artikan. Entah ini apa namanya.

"Mas Jordan libur kerja? Pamit kemana ke istrinya?" Tanyaku balik.

"Aku libur. Tadi alasan nge-PAM, dia percaya aja. Heheheheh." Jawabnya sambil noleh ke aku. Tatapannya yang dalam dan teduh, membuatku grogi dan salah tingkah.

"Nggak nyangka, wanita secantik kamu, menyimpan luka dalam rumah tangganya. Kenapa kita harus ketemu di waktu yang salah. Andai ketemunya dulu, udah pasti aku yang akan nikahin kamu." Ujar Jordan sambil meraih tanganku dan membawanya nempel di dadanya yang bidang. Keringat dingin mulai membasahi keningku. Padahal mobil ini ber-AC, tapi aku berasa gerah dengan perlakuan Jordan.

"Mas, jangan gini dong, aku takut." Jawabku polos berusaha menarik tanganku. Tapi Jordan makin menggenggam erat tanganku.

"Fiona, mau nggak kita lebih dari sekedar teman?" Tanyanya setelah dia menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Mas, kita kan,,,”

"Aku tau kita sudah punya keluarga masing-masing, kita punya masalah yang sama. Sama-sama jenuh dengan pasangan kita. Sebulan kita dekat, kita berbagi cerita, dan jujur,,,, aku nyambung ngobrol sama kamu. Aku ingin kita lebih dari sekedar teman. Please..." Sela Jordan seraya mencium tanganku. Aku tau bahwa Jordan juga gemetar saat memegang tanganku. Jantungnya juga berdetak cepat.

Aku menunduk diam. Karena aku juga bingung harus menjawab apa. Di satu sisi aku juga nyaman ngobrol dengannya. Di sisi lain, aku sadar kalau ini hubungan tidak sehat. Jika sampai Kelvin tau, habis sudah riwayatku. Memikirkan saja, aku sudah ngeri.

"Fio sayang,,, gimana hmmm?" Jordan mengangkat dagu Aku dan mata kita saling bertemu. Mata itu, begitu damai aku memandangnya.

"Aku takut suamiku tau mas. Kalo mas Kelvin tau, bisa di bunuh aku mas." Akhirnya mencelos juga kalimat ketakutan itu.

"Kita main cantik sayang, agar pasangan kita dan orang-orang tidak ada yang tau hubungan kita. Di luar kita biasa saja. Aku juga tidak mau keluarga kita hancur. Kita ikuti arus. Jangan melawan arus. Mau ya?" Rayunya dengan meyakinkan aku.

Aku mengangguk ragu menerima ajakan Jordan. Dengan tersenyum lebar, Jordan memeluk Aku erat. Mencium keningku berkali-kali.

"Makasih sayang , aku bahagia sekali." Ujarnya sambil terus mendekap aku.

"Hemm mas, Aku bisa mati kehabisan oksigen kalau kamu peluk kenceng gini." Cicitku dengan suara manja. Jordan hanya tersenyum mendengarnya.

Hari itu adalah hari bersejarah buat aku. Hari dimana aku menodai kesucian pernikahan. Tapi entah kenapa, jadian dengan Jordan membuat semangat hidupku berkobar lagi. Aku menjalani hari-hari dengan senang dan bahagia.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ifitatur Riska
ayo lanjutin lagi kak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status