" Lho, ini kan Bu Kelvin, ada masalah apa Bu Kelvin di sini?" Tanya pak Matius dengan heran melihat aku di kantornya.
Mati aku, pak Matius teman bermain bulu tangkis Kelvin, bisa satu shift dengan Jordan."Oh ini mau laporan kehilangan pak." Jawabku sedikit gugup." Owh,, apanya yang hilang Bu? Tidak mungkin pak Kelvin kan Bu yang hilang?" Kelakar pak Matius dengan terkekeh sambil memperlihatkan gigi putihnya yang rapi." Hehhehe bapak bisa saja, saya tadi habis dari supermarket kehilangan kartu ATM saya pak. Makanya saya minta surat keterangan hilang agar bisa mengurusi ke bank nanti." Jelasku setenang mungkin. Entah kebohongan apa yang telah aku ucapkan barusan dengan lancar, sehingga membuatku terheran sendiri dengan alasan yang aku buat dengan lancar tanpa ada sedikitpun rasa ragu dalam berbicara. Sepertinya perbuatan terlarang ini juga sudah mencemari otakku untuk terus berbohong."Oh seperti itu,ya sudah kalau begitu saya kemba" Malam pak Jordan, sudah lama tidak muncul, kemana saja." Kelvin menjawab ramah sambil menyeka keringat di keningnya." Baru empat hari juga pak. Hahahhaha. Seperti biasa ya pak cappucino satu." Seru Jordan yang sesekali melihat ke arahku. Aku menatap dengan gemas karena mengingat surat cinta yang dia kasih tadi siang."Siap pak. Oh ya pak, ruko yang pinggir jalan itu serius mau di jual pak? Tempatnya strategis lho." Kelvin seakan sengaja menahan Jordan untuk berlama-lama berdiri di depan aku. "Iya betul pak, dulu saya beli itu kemahalan pak. Jadi saya mau jual harga sama saja dengan harga sewaktu saya beli. Agar uang saya cepat kembali. Buat tambah-tambah modal jualan nyonya. Hehehhehe." "Mungkin sampean mau beli pak buat buka cafe cabang baru. Lokasinya strategis itu. Dekat dengan supermarket dan aneka oleh oleh kota anggur. 50 meter dari ruko tersebut juga ada taman juga. Biasanya banyak anak-anak muda bermain di taman tersebut. Kebetulan da
" Hah,, jangan kak Farhan, mami baru kelar mandi. Tunggu di luar saja ya kak." Aku lekas mematikan panggilanku dengan Jordan tanpa permisi. Setelahnya aku segera mengganti baju dan keluar menemui Farhan yang masih berdiri dekat pintu kamarku. " Hai kak, jam segini dah pulang? Adekmu mana?" " Dek Farah mungkin lagi ada class meeting mam. By the way papi mana mam." Farhan menjawab sambil celingukan ke dalam kamar."Hah,, papi? Ya jelas di cafe lah kak. Ini kan masih jam 11 siang." Aku menjawab dengan gugup khawatir Farhan mendengar aku sedang ngobrol mesra dengan Jordan di telepon." Hmmm,,, memang papi selama ini ada gitu ya mam bohongi mami, atau pergi ninggalin cafe tanpa sepengetahuan mami? " Mendengar pertanyaan dari Farhan, aku mengernyitkan kening dengan curiga. Tidak biasanya Farhan menanyakan hal seperti itu. Seperti ada yang ia sembunyikan. " Kok kamu tanya seperti itu kak? Memangnya ada yang kamu ketahui tentang p
Suara kokok ayam jago tetangga membangunkan aku dari tidur malamku. Sambil mengerjapkan mata yang masih mengantuk, aku menengok ke arah jam dinding di kamarku. Masih pukul 03.30 WIB, terlalu pagi untuk aku memulai aktivitasku. Tapi mau tidak mau terpaksa aku bangkit dari tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi. Karena di rumah ini hanya ada satu kamar mandi saja, dan itu terletak di belakang dekat dapur. Belum sempat kaki ini melangkah ke arah kamar mandi, sayup-sayup aku mendengar suara cekikikan seseorang. Aku terpaku dan menajamkan pendengaranku. Ya, benar saja, suara cekikikan itu berasal dari kamar Kelvin. Sedang sama siapa Kelvin di dalam kamar? Tanpa sadar kakiku melangkah mendekati kamar Kelvin. Ku jongkokkan tubuhku dan melihat dari celah lubang kunci kamar Kelvin. Betapa terkejutnya aku saat melihat Kelvin sedang telanjang bulat sambil melakukan vicall dengan seseorang. ' Astaga,,! aku tidak salah lihat kah?' pekikku tertahan. Aku mundur dan
Aku terpaku menatap kedatangan alexa yang tiba-tiba kerumah. Alexa adalah teman sekolah aku dulu, sama dengan Renata. Hanya saja, saat masih sekolah, aku dan Alexa tidak seakrab seperti aku dengan Renata. Kedekatan aku dengan Alexa itu berawal dari produk skincare yang aku promosikan di grub alumni. Alexa adalah customer tetap aku. " Lexa,, kamu..." Aku menggantung pertanyaanku begitu melihat Alexa menjalankan motornya ke arahku. " Kamu mau membiarkan aku di luar saja fio,,? " ujarnya mengingatkan aku yang masih terpaku tegang. Apakah Alexa tahu ya kalau aku habis memasukkan pria lain ke rumah tanpa sepengetahuan suami. Ah kacau kalau sampai ada yang tahu. " Oh iya...pasti.. bentar, maaf aku kaget melihat kedatangan kamu yang tiba-tiba." Jawabku sambil membuka pintu pagar dengan gugup. Alexa langsung memarkirkan motor maticnya di halaman rumah. "Fioooo,,, aku mau cerita sama kamu." Wajah yang ceria menandakan bahwa Alexa sedang lagi dalam mod
POV FARHANAku Farhan Aditya Putra Pradana. Anak sulung dari pasangan Kelvin Pradana dan Fiona Veronika. Dari kecil aku selalu mendapatkan limpahan kasih sayang oleh mamiku. Wajar juga sih seorang ibu yang sudah pasti akan memberikan seluruh kasih sayangnya terhadap anak-anaknya. Hal itu yang aku alami. Papi aku memiliki sebuah cafe yang sangat ramai pengunjungnya. Hal itu yang membuat papi sejak 4 tahun yang lalu mulai sibuk dan jarang ada waktu bersama untuk keluarga. Kalau dikatakan orang tua aku adalah pasangan yang harmonis, itu juga salah banget. Karena hampir setiap hari aku selalu mendengar percekcokan antara mami dan papi. Entah itu hal yang sepele maupun yang cukup serius untuk di perselisihkan. Hal itu yang membuat aku pada akhirnya memilih jarang tinggal dirumah selama mereka papi masih belum berangkat ke Cafe. Selain itu aku juga punya adik perempuan yang tidak kalah cantik dari mami. Tapi sifat manjanya kadang sering membuat aku kesal. Hingga pada akhirnya jika papi aku
"papi.." gumamku pelan. Tak salah lagi, aku melihat papi nonton bola dengan gadis yang seumuran dengan anaknya. Gila,,! siapa dia? Berbagai pertanyaan melintas dalam benakku. Aku tidak ingin Danu sampai mengetahui keberadaan papi. Bisa malu sampai ke akar-akarnya deh aku. Nggak tahu saja gimana jadinya kalau Danu sampai tahu. Beritanya bisa menyebar seantero sekolahan. Mau ditaruh di mana nanti muka aku kalau sampai teman-teman meledek keluarga aku. "Nu,, pulang yuk.. gerah nih. " Ajakku yang disambut tatapan heran Danu. Pasalnya yang awalnya mengajak nonton bola juga aku. Sekarang tiba-tiba aku yang meminta pulang sebelum acara usai."Lagi PMS kau bro.. keluhanmu dah kayak gadis-gadis yang gak doyan panas saja. Sejak kapan kau bilang kegiatan nonton bola itu gerah. Aneh-aneh saja. Kagak ah, ini sudah nanggung nonton. Pantang pulang sebelum kelar." Ocehnya menolak mentah-mentah ajakan aku. Danu lanjut menyuarakan yel yel tim unggulannya. 'Tingalkan Ras, Tingalkan Suku..Satu tekat
Dengan menggunakan kuda besi yang biasa menjadi tunggangan sehari-hari, akupun melajukan dengan kecepatan sedang ke arah wanita incaranku. Rumah Sofi terbilang lumayan jauh dari tempat tinggalku. Butuh waktu 30menit untuk sampai ke rumahnya. Aku mematikan mesin motorku. Tatapanku tertuju pada rumah sederhana bercat kuning dan pagar abu-abu. Dengan langkah mantap aku menekan bel yang terdapat d tembok samping pintu pagarnya."Assalamualaikum." Sapaku ketika melihat seorang wanita paruh baya sedang melihat ke arahku."Waalaikum salam. Cari siapa ya?" Jawab ibu tersebut dengan sedikit ketus. Aku terkesiap mendengar jawaban yang sama sekali tidak ada ramah-ramahnya."Saya temannya Sofi Tante. Tadi Sofi telpon saya, suruh kesini katanya." Aku menjawab dengan jujur mengenai kedatangan aku kerumah Sofi. Tanpa menjawab lagi, ibu tersebut membuka pintu pagar lebar-lebar. Tanpa disuruh masuk, akupun mengikuti langkah ibu itu dan berhenti di teras rumahnya.
Sofi dengan sigap menyodorkan es teh ke arahku. Aku meminumnya sampai habis. Masih shock dengar cerita Sofi mengenai kakaknya. Benar kan dugaanku, aku pernah melihat mbak Nia. Ya benar, dia cewek yang papi peluk di stadion kemarin. Tadi Sofi bilang pacar kakaknya seorang duda? Busyet dah papi! Berani-beraninya bilang duda! Dianggap apa selama ini mami di mata papi. Aku harus balas pengkhianatan papi. " Kamu baik-baik saja, Han? " Tanya Sofi yang melihatku terlihat murung. " Hmm,,,, aku gak papa kok Sof. Yuk buruan di habiskan. Keburu makin siang sampai rumah Dian. Nanti Dian tidur lagi. " Aku berusaha setenang mungkin di hadapan Sofi. Walaupun hati ini rasanya sakit mendengar penjelasan Sofi. Kasihan sekali mami. Aku akan menyelidiki ini semua. Harus aku hentikan hubungan terlarang papi sebelum terlalu jauh.Pagi ini seperti biasa aku tetap berada di meja makan untuk sarapan bersama. Seperti tidak terjadi apa-apa, aku tetap bersikap