Aku membantu Almira menyiapkan perlengkapan Dira sekolah. Pagi-pagi aku sudah antri membeli sarapan untuk kami bertiga. Almira memang bisa di hitung kalau mau masak. Tidak seperti istri muda aku. Sesibuk apapun, selalu menyempatkan waktunya untuk menyiapkan makan untuk keluarganya. Ups,,, istri muda aku. Kedengarannya sangat menggelitik telinga. " Pa, habis antar Dira, langsung pulang! Jangan mampir kemana-mana dulu." Seru Almira saat aku tengah memanaskan mesin motor. " Iya. Kamu jangan balik tidur lagi. Mandi kek, atau beberes rumah gitu." Balasku dengan mengingatkan Almira akan tugasnya sebagai seorang ibu rumah tangga." Ogah." Cibirnya sambil masuk ke dalam rumah. Istri macam apa yang telah aku nikahi ini. Andai tidak memiliki ke tiga anak, sudah aku kembalikan ke orang tuanya. Hampir semua kerjaan rumah aku yang handle. Kalau aku suami pengangguran mungkin aku tidak akan mengeluh, tapi disini aku sudah menjadi suami yang tidak melalaikan tanggung jawab aku untuk mencukupi kelu
POV Fiona " Mamiii,,," seru Farah lemah ketika melihatku di pintu UGD. Aku menghambur memeluk Farah yang baru sadar. Putri manjaku menangis dalam pelukanku. " Adek apanya yang sakit sayang?" Tanyaku setelah mengurai pelukannya. Aku meneliti setiap inci tubuh anak gadisku. Tangan dan kakinya terdapat luka lecet-lecet. " Tidak apa-apa mi, hanya luka ringan." Jawabnya sambil meringis. Aku mengelus rambut anakku. Mataku menoleh ke ranjang di depan Farah. Ada Farhan yang masih di jahit pelipisnya oleh pihak puskesmas. Aku mendekati Farhan dengan hati yang miris. " Maaf ya mam, Farhan belum bisa jaga adek dengan baik. " Ujarnya setelah selesai ia di jahit. Aku mencium keningnya sesaat. " Tidak ada yang perlu di maafkan kak. Ini musibah. Jangan merasa bersalah begitu. " Jawabku lembut dengan mengelus rambutnya. " Farhan, motor kamu mengalami kerusakan. Papi mau bawa ke bengkel motor langganan kamu. Oh ya, apa kalian sudah hubungin pihak sekolah kalau hari ini tidak bisa masuk?" Kelvin b
Udara malam ini terasa sangat dingin setelah diguyur hujan sejak sore tadi. Suara nyanyian kodok saling bersautan menambah sunyinya suasana di sekitaran perumahan yang aku tempati. Aku termenung seorang diri di teras rumah. Menunggu Kelvin yang sedari tadi susah di hubungi. Ku lirik jam tangan sudah menunjukkan pukul 23.18 WIB. Seharusnya Kelvin sudah sampai rumah sejam yang lalu. Kemana dia?"Mami belum tidur? " Tanya Farhan yang tiba-tiba nongol dengan membawa dua gelas coklat hangat. "Biasanya habis hujan begini enaknya itu minum yang hangat-hangat mi." Ujarnya dengan menyodorkan segelas coklat hangat. Aku menerimanya sambil mengulum senyum. "Makasih ya kak." Farhan membalas dengan senyum. Aku kembali menatap lurus ke arah jalanan. Pikiran yang menumpuk di otak sangat menggangguku." Nungguin papi ya mam?" Tanya Farhan melirikku. "Hu'um." Jawabku sambil menyeruput coklat hangat. " Boleh mami tanya sesuatu kak?""Mau tanya apa mam?" Jawabnya dengan balik bertanya." Kalau boleh
POV Kelvin " sayang,, kamu jangan pulang dulu. Aku masih kangen sama kamu." Rengek Tsania yang sedang bergelayut manja di lenganku. " Beb, jangan begitulah. Kamu tahu aku masih ada istri dan anak yang ada di rumah. Nanti mereka curiga kalau aku tidak pulang malam ini. " Tolakku halus. Sudah setahun lebih aku menjalin hubungan asmara dengan Tsania. Seorang gadis periang yang aku kenal saat motorku mogok kehabisan bensin diwaktu touring ke gunung Ijen. Seorang gadis tiba-tiba berhenti di sampingku dan menawarkan bantuan. Tanpa aku pinta, dia menawarkan diri untuk membelikan aku bensin eceran. Itulah awal pertemuan aku dengan Tsania. Sebagai ucapan rasa terimakasih aku yang sudah di bantu olehnya, aku mengajak Tsania untuk makan nasi goreng keliling yang kebetulan lewat. Siapa sangka, pertemuan yang tak sengaja membawaku pada sebuah hubungan yang terlarang bersama Tsania. Wajahnya yang cantik, periang dan memiliki wawasan yang luas membuat aku terpikat akan pesonanya. Awalnya aku men
"Maafkan aku kalau selama ini aku salah sama kamu, tolong lupakan aku, jangan ada benci dan dendam. Ikuti arus saja, agar keluarga kita sama-sama tetap berjalan baik." Berulangkali Aku membaca isi pesan WhatsApp Jordan. Tanganku bergetar hebat, ada rasa nyeri di dada ini. 'Tuhan, inikah akhir dari sebuah kesalahan besarku?' bathinku mengeluh. Aku Fiona, istri dari lelaki posesif yang bernama Kelvin, pemilik Cafe Merindu. Rumah Tangga yang sudah terjalin selama 19 tahun, harus ternoda dengan suatu kesalahan yang dengan sadar aku lakukan. Jordan Kurniawan, salah satu anggota POLRI yang setahun belakangan ini mampu membuatku lupa akan status Aku yang masih istri orang. Tapi tidak bisa dipungkiri, bahwa Aku menikmati perselingkuhan ini. Aku merasakan benar-benar jatuh cinta dengan Jordan yang selalu memperlakukan Aku dengan baik.======================"Sayang, hari ini aku mau ada acara sama teman-teman club motor. Rencana mau touring ke puncak. Kamu gak keberatan kan kalau jaga cafe
"Kurasakan pudar dalam hatiku, rasa cinta yang ada untuk diriku, ku lelah dengan semua yang ada, ingin ku lepas semuaaaaaa,," Aku bersenandung lirih sambil menggoreng ayam sekaligus menggiling cucian juga.Sebagai seorang istri dan ibu yang baik untuk suami dan anak-anaknya, aku selalu memberikan pelayanan yang terbaik dirumah. Terutama untuk Kelvin suamiku, aku selalu mengenyangkan perutnya, matanya, dan syahwatnya. Agar suamiku tidak mudah tergoda oleh para pelakor di luaran sana. "Ih,, mami kayaknya lagi seneng banget nih... bau-baunya ada yang lagi kasmaran nih.." goda Farah sambil nyomot bakwan jagung yang ada di meja makan."Hahahhaha,,, apaan sih dek. Itu tuh lagu kesukaan mami dari jaman mami masih muda. Masih awal-awal nikah sama papi kamu." Elakku sambil menonyor kening Farah. Yang di tonyor malah cengengesan.Drrrt drrrt drrrt"Mam, ponselnya getar tuh." Farah menunjuk ponselku yang ada d meja makan. Ada panggilan dari nomer tidak dikenal. Tapi setelah ku angkat, baru ak
Banyak perubahan yang terjadi dengan kehidupan Aku saat ini. Pastinya aura positif itu membuat aku menjalani hari-hari dengan penuh bahagia. Entahlah, Aku menganggap ini hal baik. Walaupun tidak dapat aku pungkiri, bahwa aku telah salah melangkah. Malam ini seperti biasa, aku menemani Kelvin di cafe. Hubungan aku dengan Kelvin memang sudah hambar, kerap terjadi perselisihan beda pendapat yang pada ujungnya akan berakhir dengan pertengkaran yang sengit. Tapi demi menutupi sebuah kesalahan, Aku selalu bersikap wajar bahkan kadang sedikit manja terhadap Kelvin. Sama seperti yang terjadi malam ini. "Mi, saladnya Renata emang enak. Berasa banget keju dan susunya." Kelvin bergumam seraya menyantap salad buah yang aku pesan ke sahabatku, Renata. Aku hanya melirik sekilas dan menimpali dengan anggukan kepala. "Mau mi? Nih papi suapin ya. Ayo a,," aku menerima suapan dari Kelvin sambil bilang terima kasih. Entah kenapa, Kelvin malam ini terlihat begitu bersahabat. Lebih kalem dan menyenangk
"Hah,, apa pi,,," dengan sedikit tersentak kaget, aku menoleh ke arah Kelvin yang sedang menatapku curiga." Mami itu kenapa sih, orang tanya begitu saja sudah kaget. Memang ada yang mami sembunyikan dari papi?" Tatapan tajam Kelvin seolah mau menerkam habis aku. "Ya papi bikin kaget mami. Tidak tahu apa sekarang ini mami lagi pusing. Distributor skincare sekarang ngasih peraturan baru lagi. Uang harus lunas di awal. Baru distributor bisa kirim barangnya." Sungutku kesal.Sengaja membuat alasan yang masuk akal. Bukan berbohong, tapi sempat aku baca di grup jualan skincare ku sekilas, bahwa akan ada peraturan baru. Padahal sih itu sama sekali tidak buat aku pusing. Hanya saja itu sebagai alibi untuk menutupi rasa gugup ku."Oh, kirain sial kenapa. Ya sudah kalau gitu papi berangkat kerja dulu ya mi? Masalah jualan mami tidak perlu di pikir dalam begitu. Nanti asam lambung mami kambuh kalau terlalu banyak pikiran." Ujar Kelvin seraya berlalu pergi. Aku melihat chat Jordan, ternyata