Share

Terjebak cinta semu sang polisi
Terjebak cinta semu sang polisi
Penulis: ning idos

bab 1

Penulis: ning idos
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Maafkan aku kalau selama ini aku salah sama kamu, tolong lupakan aku, jangan ada benci dan dendam. Ikuti arus saja, agar keluarga kita sama-sama tetap berjalan baik." Berulangkali Aku membaca isi pesan W******p Jordan. Tanganku bergetar hebat, ada rasa nyeri di dada ini.

'Tuhan, inikah akhir dari sebuah kesalahan besarku?' bathinku mengeluh.

Aku Fiona, istri dari lelaki posesif yang bernama Kelvin, pemilik Cafe Merindu. Rumah Tangga yang sudah terjalin selama 19 tahun, harus ternoda dengan suatu kesalahan yang dengan sadar aku lakukan.

Jordan Kurniawan, salah satu anggota POLRI yang setahun belakangan ini mampu membuatku lupa akan status Aku yang masih istri orang. Tapi tidak bisa dipungkiri, bahwa Aku menikmati perselingkuhan ini. Aku merasakan benar-benar jatuh cinta dengan Jordan yang selalu memperlakukan Aku dengan baik.

======================

"Sayang, hari ini aku mau ada acara sama teman-teman club motor. Rencana mau touring ke puncak. Kamu gak keberatan kan kalau jaga cafe dua hari ini saja tanpa aku?" Tanya Kelvin sembari menikmati sarapan pagi hari ini.

"Kamu kan cuma duduk manis di meja kasir sambil mantau Deni dan Irfan kerja." Sambungnya lagi setelah melihat reaksiku yang masih diam tak menjawab.

Ya, Aku capek dengan hobi Kelvin yang seperti anak muda saja. Padahal usia sudah kepala empat. Tapi percuma saja aku melarang, dia akan tetap pergi setuju atau tidaknya aku.

"Mami, Farhan berangkat sekolah dulu ya." Pamit putra sulungku itu yang sekarang sudah kelas 1 SMA.

"Aku juga mam, berangkat dulu ya." Sambung Farah adiknya yang hanya terpaut 2 tahun dengan Farhan. Mereka akan selalu berangkat sekolah bersama. Karena sekolah mereka satu arah. Aku bersyukur memiliki ke dua anak yang saling akur satu sama lain.

"Ya udah, hati-hati di jalan ya sayang." Ujarku seraya mencium kening kedua anakku itu.

Suasana cafe sangat ramai dari siang sampai menjelang sore ini. Banyak pemuda pemudi yang sedang menikmati malam Minggu di cafe merindu. Bahkan tidak jarang, banyak keluarga yang membawa serta keluarganya untuk sekedar ngopi disini. Aku tersenyum getir, mengingat nasib rumah tanggaku yang sudah lama terasa hambar. Kelvin seorang suami yang cuek dengan keluarga. Menurut Kelvin, yang penting anak istri tidak kekurangan materi, itu sudah cukup. Tapi Kelvin lupa, bahwa Aku dan anak-anak juga butuh waktu yang namanya quality time.

"Kamu gak usah aneh-aneh deh dengan permintaanmu itu. Kita tiap hari juga bareng. Kerja bareng, juga tinggal satu rumah. Itu udah lebih dari cukup. Ngapain masih nuntut quality time segala. Kamu tau kan, cafe tiap hari ramenya kayak gimana? Tidak mungkin juga aku meninggalkan begitu saja cafe tanpa pengawasan kita." Sungutnya panjang lebar saat aku ngajak Kelvin untuk sesekali liburan sebentar dengan anak-anak. Tapi jawaban Kelvin yang selalu sama itu, membuat aku juga berhenti untuk membahas masalah itu lagi.

"Pak Kelvin kok gak kelihatan Bu, kemana beliau?" Tanya seseorang yang menyadarkan aku dari lamunanku.

"Ah... Oh...iya pak, suami saya lagi ada acara sama teman-teman motornya." Jawabku sedikit gelagapan.

"Ooh,, jadi ibu sendiri jaga cafe ini?" Tanyanya lagi. Aku hanya menjawab dengan mengangguk dan tersenyum ramah.

Lelaki tersebut seakan masih betah saja berdiri di depan kasir. Membuat aku sedikit risih dalam melayani pembeli yang lainnya. Lelaki yang berseragam coklat itu sesekali menengok kearah luar. Seperti ada yang di tunggu.

Tanpa sengaja mata kami bersirobok. Aku buru-buru mengalihkan pandanganku kearah pengunjung lain. Aku sadar, polisi itu sering mencuri pandang ke arahku . Namun aku pura-pura cuek saja.

"Pak, ini dompetnya yang ketinggalan di kantor. Kebiasaan lupa terus kamu pak. " Oceh lelaki yang sama berseragam coklat itu menghampiri lelaki yang ada di depanku. Lelaki itu hanya tertawa lebar mendengar ocehan temannya.

"Berapa total semuanya Bu?" Tanyanya sambil mengambil uang pecahan lima puluh ribuan.

"Total semua tiga puluh tujuh ribu pak." Ucapku seramah mungkin.

Polisi itu bukan sekali ini saja datang kesini. Hampir seminggu sekali dia pasti kesini. Kadang bersama teman-temannya, tapi lebih sering dia datang seorang diri. Tidak heran, kalau dia terlihat akrab dengan suamiku dan dua pegawaiku.

"Kembaliannya ambil saja Bu". Ujarnya lagi. Hendak aku tolak, tapi polisi itu keburu pergi dengan temannya dan memasuki mobil patrolinya. Aku menghembuskan napas dengan kasar. Tatapan polisi tadi benar-benar membuat jantungku berdegup kencang.

'Ah,, apaan sih, jangan gila kau Fiona. Ingat umur.' rutukku dalam hati.

Cafe baru saja tutup. Dua pegawaiku pun pamit pulang setelah aku berhasil mengunci pintu. Aku menghampiri motorku, dan sialnya ternyata ban motorku kempes lagi. Aku ambil handphone untuk menghubungi Farhan, agar segera menjemputku. Tapi berulang kali tidak tersambung. Bahkan kedua pegawai ku juga susah aku hubungi.

'Jam 10 malam, mana ada tukang tambal ban yang masih buka.' sungutku kesal.

Aku mondar mandir di depan cafe sambil mikir nyari jalan keluar. Emang sih, jarak rumah dengan cafe tidak terlalu jauh. Kalau jalan kaki paling juga butuh waktu 15 menit saja. Tapi tetap saja, malam-malam begini takut juga jalan kaki sendirian. Ya meskipun daerah sini cukup aman, tapi tidak ada salahnya waspada juga.

"Lho, kok belum pulang Bu?" Tanya polisi itu yang mendadak berhenti tepat di sampingku. Aku menoleh kaget. Kok dia lagi..

" Iya pak, ini ban motor saya bocor. Telpon orang rumah juga tidak di angkat." Jawabku sedikit cemberut. Polisi itu membuka maskernya. Dengan senyum simpul dia turun dari mobil patroli.

"Ya sudah kalau gitu saya antar saja Bu. Tidak baik seorang wanita sendirian malam-malam diluar begini." Ucapnya yang membawa angin segar. Mataku berbinar mendapatkan tawarannya. Akhirnya aku bisa pulang tanpa jalan kaki.

"Tidak merepotkan bapak ini ceritanya?" Tanyaku memastikan.

"Sama sekali tidak Bu. Itu sudah tugas Kami melayani masyarakat." Jawabnya dengan ramah. Senyumnya yang baru kali ini aku perhatikan dengan seksama, bikin jantungku berdetak kencang.

"Kalau gitu, saya masukkan motor saya dulu ke dalam pak." Aku cepat-cepat membuka lagi pintu cafe untuk memasukkan motorku. Biar besok Deni aku suruh ke bengkel. Tapi dengan sigap, polisi tersebut sudah menuntun motorku dan siap memasukkan ke dalam.

"Makasih ya pak. Maaf udah bikin repot." Ujarku saat sudah sampai depan pintu.

"Iya sama-sama. Oh ya, boleh saya minta nomer what**pnya? Jadi misal ada apa-apa, masalah keamanan. Bisa langsung hubungi saya." Tanpa pikir panjang aku kasih nomer w******p ku.

Aku melangkah masuk rumah dengan perasaan hati yang tak menentu. Gila,,, kenapa aku bisa sebahagia ini ya? Apa mungkin aku lagi mengalami yang namanya masa puber kedua?

'Tidaaaaaaaakkkk,,,,,,,,! ' pekikku tertahan.

Bab terkait

  • Terjebak cinta semu sang polisi   bab 2

    "Kurasakan pudar dalam hatiku, rasa cinta yang ada untuk diriku, ku lelah dengan semua yang ada, ingin ku lepas semuaaaaaa,," Aku bersenandung lirih sambil menggoreng ayam sekaligus menggiling cucian juga.Sebagai seorang istri dan ibu yang baik untuk suami dan anak-anaknya, aku selalu memberikan pelayanan yang terbaik dirumah. Terutama untuk Kelvin suamiku, aku selalu mengenyangkan perutnya, matanya, dan syahwatnya. Agar suamiku tidak mudah tergoda oleh para pelakor di luaran sana. "Ih,, mami kayaknya lagi seneng banget nih... bau-baunya ada yang lagi kasmaran nih.." goda Farah sambil nyomot bakwan jagung yang ada di meja makan."Hahahhaha,,, apaan sih dek. Itu tuh lagu kesukaan mami dari jaman mami masih muda. Masih awal-awal nikah sama papi kamu." Elakku sambil menonyor kening Farah. Yang di tonyor malah cengengesan.Drrrt drrrt drrrt"Mam, ponselnya getar tuh." Farah menunjuk ponselku yang ada d meja makan. Ada panggilan dari nomer tidak dikenal. Tapi setelah ku angkat, baru ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 3

    Banyak perubahan yang terjadi dengan kehidupan Aku saat ini. Pastinya aura positif itu membuat aku menjalani hari-hari dengan penuh bahagia. Entahlah, Aku menganggap ini hal baik. Walaupun tidak dapat aku pungkiri, bahwa aku telah salah melangkah. Malam ini seperti biasa, aku menemani Kelvin di cafe. Hubungan aku dengan Kelvin memang sudah hambar, kerap terjadi perselisihan beda pendapat yang pada ujungnya akan berakhir dengan pertengkaran yang sengit. Tapi demi menutupi sebuah kesalahan, Aku selalu bersikap wajar bahkan kadang sedikit manja terhadap Kelvin. Sama seperti yang terjadi malam ini. "Mi, saladnya Renata emang enak. Berasa banget keju dan susunya." Kelvin bergumam seraya menyantap salad buah yang aku pesan ke sahabatku, Renata. Aku hanya melirik sekilas dan menimpali dengan anggukan kepala. "Mau mi? Nih papi suapin ya. Ayo a,," aku menerima suapan dari Kelvin sambil bilang terima kasih. Entah kenapa, Kelvin malam ini terlihat begitu bersahabat. Lebih kalem dan menyenangk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 4

    "Hah,, apa pi,,," dengan sedikit tersentak kaget, aku menoleh ke arah Kelvin yang sedang menatapku curiga." Mami itu kenapa sih, orang tanya begitu saja sudah kaget. Memang ada yang mami sembunyikan dari papi?" Tatapan tajam Kelvin seolah mau menerkam habis aku. "Ya papi bikin kaget mami. Tidak tahu apa sekarang ini mami lagi pusing. Distributor skincare sekarang ngasih peraturan baru lagi. Uang harus lunas di awal. Baru distributor bisa kirim barangnya." Sungutku kesal.Sengaja membuat alasan yang masuk akal. Bukan berbohong, tapi sempat aku baca di grup jualan skincare ku sekilas, bahwa akan ada peraturan baru. Padahal sih itu sama sekali tidak buat aku pusing. Hanya saja itu sebagai alibi untuk menutupi rasa gugup ku."Oh, kirain sial kenapa. Ya sudah kalau gitu papi berangkat kerja dulu ya mi? Masalah jualan mami tidak perlu di pikir dalam begitu. Nanti asam lambung mami kambuh kalau terlalu banyak pikiran." Ujar Kelvin seraya berlalu pergi. Aku melihat chat Jordan, ternyata

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 5

    Malam ini seperti biasa aku tidur sendirian tanpa Kelvin. Termenung meratapi nasib yang seolah mempermainkan hatiku. Entah sampai kapan aku akan bertahan dalam rumah tangga yang seperti ini. Setiap malam selalu kesepian. Tidak ada tempat untuk berbagi keluh kesah. Jordan..Sebuah nama yang saat ini mampu mengubah segala kehidupanku. Membuat hari-hari penuh senyum dan bahagia. Jordan selalu pandai untuk mengembalikan mood aku menjadi baik. Dengan obrolan yang kocak, mampu membuat aku terhibur dan balas dengan saling bercanda. Ya walaupun semua hanya lewat telpon atau sekedar chat unfaedah. Tapi bersamanya aku merasa bahagia."Sayang, ayolah kapan-kapan kita keluar bukan sekedar makan. Aku ingin lebih leluasa memandang wajah kamu." Ujar Jordan di ujung seberang. Aku menghela nafas kasar. Haruskah ini akan terjadi?"Sayang? Kamu masih disana kah? Kok diem?" Tuturnya lagi. "Iya mas, aku di sini kok. Hmm, masalah itu aku pikirkan dulu ya?" Jawabku lirih dan sangat hati-hati takut menying

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 6

    Di tempat yang berbeda Almira termangu dengan tatapan kosong. Pakaian suaminya ia pegang erat dengan menahan emosi yang hampir saja membuncah. Bau parfum wanita menyeruak di seragam kerja suaminya. 'Kurang apa lagi aku sebagai istrimu pa? Teganya kamu mengulangi kesalahan yang sama.' Bathin Almira menjerit menahan sakit yang teramat dalam. "Assalamualaikum, papa pulang." Seru Jordan yang sudah masuk rumah dan segera melepas sepatu kerjanya. "Papaaaa,, Dira sudah siap mau berangkat sekolah. Tapi mampir beli es krim dulu ya pa." Sambut Dira dengan suara khas anak kecil. Anak Jordan yang ke tiga memang masih duduk di kelas TK B. Di antara 3 anaknya Jordan, Dira lah yang paling dekat dengan papanya. Jordan tersenyum melihat putri cantiknya sudah rapi dan siap berangkat sekolah. Dira berhambur kepelukan papanya. Jordan menciumi pipi Dira dengan penuh sayang. "Ini kan masih pagi adek, beli susu sama Snack lainnya saja gimana?" Tawar Jordan pada Dira yang sudah berada dalam pangkuannya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 7

    "Harus sekarang ya?" Tanya Jordan gugup, dan Tamara pun langsung mengangguk pasti.Pertempuran pun terjadi selama seminggu. Jordan sangat menikmati apa yang Tamara suguhkan. Body Tamara yang seperti model, dengan tinggi 165 cm dan berat badan 55 kg membuat Jordan tidak bosan berada di dekatnya. Jordan bahkan sampai lupa untuk pulang ke rumah istrinya tiap akhir pekan. Berbagai alasan Jordan lontarkan pada Almira yang mengharapkan Jordan pulang. Tapi semua hanya tinggal harapan. Karena sejatinya, Jordan masih tetap terlena dengan permainan Tamara. "Mas, besok suamiku kembali ke tanah air. Itu artinya waktu kita sangat sedikit untuk bertemu. Bahkan tidak akan bisa bertemu lagi. Aku ingin hari ini kita semalaman menghabiskan waktu bersama." Ujar Tamara setelah selesai mereka melakukan pergumulan yang menguras energi. Jordan menatap sayu mata Tamara, seolah tidak rela akan jauh dengannya. "Yah kalau memang harus seperti itu, aku bisa apa? Biarlah ini menjadi kisah tersendiri buat aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 8

    " Nak, Rendi masih kecil, tidak boleh bertanya hal seperti itu ya sayang? Satu hal yang perlu Rendi tau, bahwa di dunia ini, hanya Rendi, Dio dan mama yang papa punya. Kalaupun nanti Rendi akan punya adek lagi, itu hanya mama yang akan mengandung adeknya Rendi. Sekarang Rendi sudah paham kan? Kalau sudah paham, Rendi ajak adeknya main lagi ya nak. Papa masih mau beresin rumah yang masih kotor. Mama biar istirahat, jangan di ganggu dulu ya sayang." Ujar Jordan panjang lebar terhadap anaknyaJordan akhirnya kembali ke halaman depan untuk membereskan sisa makan burung yang belum sempat di kembalikan pada tempatnya tadi. Setelah selesai membereskan urusan rumah, Jordan bergegas untuk mandi. Dia tercenung saat ponselnya ia keluarkan dari saku celana. Tanpa pikir panjang Jordan membuka ponsel tersebut dan mencari nomor Tamara. "[Tamara, tolong dengan sangat jangan hubungi aku lagi. Tolong setelah kamu baca pesan aku ini, kamu blokir nomor aku. J

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 9

    " Lho, ini kan Bu Kelvin, ada masalah apa Bu Kelvin di sini?" Tanya pak Matius dengan heran melihat aku di kantornya. Mati aku, pak Matius teman bermain bulu tangkis Kelvin, bisa satu shift dengan Jordan. "Oh ini mau laporan kehilangan pak." Jawabku sedikit gugup. " Owh,, apanya yang hilang Bu? Tidak mungkin pak Kelvin kan Bu yang hilang?" Kelakar pak Matius dengan terkekeh sambil memperlihatkan gigi putihnya yang rapi. " Hehhehe bapak bisa saja, saya tadi habis dari supermarket kehilangan kartu ATM saya pak. Makanya saya minta surat keterangan hilang agar bisa mengurusi ke bank nanti." Jelasku setenang mungkin. Entah kebohongan apa yang telah aku ucapkan barusan dengan lancar, sehingga membuatku terheran sendiri dengan alasan yang aku buat dengan lancar tanpa ada sedikitpun rasa ragu dalam berbicara. Sepertinya perbuatan terlarang ini juga sudah mencemari otakku untuk terus berbohong. "Oh seperti itu,ya sudah kalau begitu saya kemba

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 38

    POV Kelvin " sayang,, kamu jangan pulang dulu. Aku masih kangen sama kamu." Rengek Tsania yang sedang bergelayut manja di lenganku. " Beb, jangan begitulah. Kamu tahu aku masih ada istri dan anak yang ada di rumah. Nanti mereka curiga kalau aku tidak pulang malam ini. " Tolakku halus. Sudah setahun lebih aku menjalin hubungan asmara dengan Tsania. Seorang gadis periang yang aku kenal saat motorku mogok kehabisan bensin diwaktu touring ke gunung Ijen. Seorang gadis tiba-tiba berhenti di sampingku dan menawarkan bantuan. Tanpa aku pinta, dia menawarkan diri untuk membelikan aku bensin eceran. Itulah awal pertemuan aku dengan Tsania. Sebagai ucapan rasa terimakasih aku yang sudah di bantu olehnya, aku mengajak Tsania untuk makan nasi goreng keliling yang kebetulan lewat. Siapa sangka, pertemuan yang tak sengaja membawaku pada sebuah hubungan yang terlarang bersama Tsania. Wajahnya yang cantik, periang dan memiliki wawasan yang luas membuat aku terpikat akan pesonanya. Awalnya aku men

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 37

    Udara malam ini terasa sangat dingin setelah diguyur hujan sejak sore tadi. Suara nyanyian kodok saling bersautan menambah sunyinya suasana di sekitaran perumahan yang aku tempati. Aku termenung seorang diri di teras rumah. Menunggu Kelvin yang sedari tadi susah di hubungi. Ku lirik jam tangan sudah menunjukkan pukul 23.18 WIB. Seharusnya Kelvin sudah sampai rumah sejam yang lalu. Kemana dia?"Mami belum tidur? " Tanya Farhan yang tiba-tiba nongol dengan membawa dua gelas coklat hangat. "Biasanya habis hujan begini enaknya itu minum yang hangat-hangat mi." Ujarnya dengan menyodorkan segelas coklat hangat. Aku menerimanya sambil mengulum senyum. "Makasih ya kak." Farhan membalas dengan senyum. Aku kembali menatap lurus ke arah jalanan. Pikiran yang menumpuk di otak sangat menggangguku." Nungguin papi ya mam?" Tanya Farhan melirikku. "Hu'um." Jawabku sambil menyeruput coklat hangat. " Boleh mami tanya sesuatu kak?""Mau tanya apa mam?" Jawabnya dengan balik bertanya." Kalau boleh

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 36

    POV Fiona " Mamiii,,," seru Farah lemah ketika melihatku di pintu UGD. Aku menghambur memeluk Farah yang baru sadar. Putri manjaku menangis dalam pelukanku. " Adek apanya yang sakit sayang?" Tanyaku setelah mengurai pelukannya. Aku meneliti setiap inci tubuh anak gadisku. Tangan dan kakinya terdapat luka lecet-lecet. " Tidak apa-apa mi, hanya luka ringan." Jawabnya sambil meringis. Aku mengelus rambut anakku. Mataku menoleh ke ranjang di depan Farah. Ada Farhan yang masih di jahit pelipisnya oleh pihak puskesmas. Aku mendekati Farhan dengan hati yang miris. " Maaf ya mam, Farhan belum bisa jaga adek dengan baik. " Ujarnya setelah selesai ia di jahit. Aku mencium keningnya sesaat. " Tidak ada yang perlu di maafkan kak. Ini musibah. Jangan merasa bersalah begitu. " Jawabku lembut dengan mengelus rambutnya. " Farhan, motor kamu mengalami kerusakan. Papi mau bawa ke bengkel motor langganan kamu. Oh ya, apa kalian sudah hubungin pihak sekolah kalau hari ini tidak bisa masuk?" Kelvin b

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 35

    Aku membantu Almira menyiapkan perlengkapan Dira sekolah. Pagi-pagi aku sudah antri membeli sarapan untuk kami bertiga. Almira memang bisa di hitung kalau mau masak. Tidak seperti istri muda aku. Sesibuk apapun, selalu menyempatkan waktunya untuk menyiapkan makan untuk keluarganya. Ups,,, istri muda aku. Kedengarannya sangat menggelitik telinga. " Pa, habis antar Dira, langsung pulang! Jangan mampir kemana-mana dulu." Seru Almira saat aku tengah memanaskan mesin motor. " Iya. Kamu jangan balik tidur lagi. Mandi kek, atau beberes rumah gitu." Balasku dengan mengingatkan Almira akan tugasnya sebagai seorang ibu rumah tangga." Ogah." Cibirnya sambil masuk ke dalam rumah. Istri macam apa yang telah aku nikahi ini. Andai tidak memiliki ke tiga anak, sudah aku kembalikan ke orang tuanya. Hampir semua kerjaan rumah aku yang handle. Kalau aku suami pengangguran mungkin aku tidak akan mengeluh, tapi disini aku sudah menjadi suami yang tidak melalaikan tanggung jawab aku untuk mencukupi kelu

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 34

    POV JORDANSetelah kejadian di puncak, aku semakin mencintai Fiona. Bukan hanya karena nafsu, tapi memang aku benar-benar mencintai dia. Karena kepribadian Fiona yang sangat menyenangkan. Bersama Fiona, aku merasa menjadi diri sendiri. Fiona yang humoris bisa mengimbangi sifat aku yang sebenarnya suka bercanda. Tapi sayangnya aku hidup dengan istri yang selalu serius dalam hidup. Susah diajak bercanda. Yang ada omelan yang kerap aku dapatkan. Tapi aku adalah seorang suami yang tidak suka mencari keributan, jadi jika istriku Almira suka uring-uringan, aku tidak pernah menanggapi. Memilih keluar rumah mencari ketenangan dengan kumpul bersama para pecinta burung.Sore ini Dira memaksa makan di gacoan. Almira juga merengek mengajak jalan-jalan. Kebetulan aku sedang tidak dinas, jadi aku menyanggupi ajakan Almira dan Dira. Kami menikmati makan dengan santai. Sesekali Dira bertingkah berlarian kecil. Aku hanya memantau saja. Wajar menurut aku,anak sekecil Dira bertingkah seperti itu. Tapi s

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 33

    Aku, Renata, dan Laras sebenarnya memiliki masalah yang sama. Kami sama-sama sedang bermain api dalam rumah tangga kami. Entah sampai kapan permainan ini akan berakhir. Dan entah api ini akan padam dengan sendirinya, atau apa justru akan membakar diri kami sendiri. Kami tidak tahu. Biarlah ini berjalan dengan seiring berjalannya waktu. Kami tahu ini salah. Tapi kami terlanjur masuk dalam kubangan dan sulit untuk bangkit. " Kita tidak akan menjadi buaya betina seperti ini kalau suami kita tidak egois dengan dirinya sendiri. Kita akan menjadi ratu di kerajaan rumah tangga kita, jika kita berada dalam genggaman lelaki yang tepat." Ucapan Laras tadi siang masih terngiang di telingaku. Apa betul selama ini aku berada dalam genggaman lelaki yang salah? Tanpa sadar, aku sudah menghabiskan waktu satu jam lamanya di dalam kamar mandi tanpa melakukan apa-apa. Jika tidak karena Farhan yang menggedor pintu kamar mandi, mungkin aku masih tetap bertapa didalam. " Mami tumbenan lama banget di dal

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 32

    Siang ini aku kedatangan Renata di rumah. Kami mengobrol lama sambil uprek di dapur membuat cemilan. Aku dan Renata memang sudah dari remaja hobi masak. Jadi kegiatan di dapur sangat menyenangkan tersendiri bagi aku dan Renata." Re, hubungan gelap kamu sama Ahmad gimana? Masih lanjut?" Tanyaku saat ingat bahwa Renata juga tidak jauh beda kelakuannya dengan aku. Bedanya, dulu saat Renata curhat tentang perselingkuhannya, aku selalu menasehati Renata. Tapi sekarang justru aku yang mengikuti jejak Renata yang keliru." Entahlah fio, aku sekarang sedang berada di titik jenuh dengan Ahmad maupun suamiku. Sepertinya menjadi janda itu lebih menyenangkan ya fio?" Jawabnya ambigu. " Lha kok kamu ngomongnya begitu? Tidak baik bilang mau jadi janda. Ntar di aminkan malaikat nangis kejer kamu." Omelku menasehati Renata. Ia hanya tersenyum kecut mendengar ocehan aku. Aku dan Renata kembali berkutat membuat cemilan tahu walik. Renata sibuk menggoreng. Dan aku sudah menyelesaikan membuat saos sam

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 31

    Setelah dua Minggu tanpa melakukan pekerjaan rumah, pagi ini aku kembali ke aktivitas sebelumnya. Beberes rumah yang mulai banyak debu bersarang di beberapa tempat. Mungkin Farhan atau Kelvin menyapu bagian pentingnya saja. Sampai kolong meja sudah tebal oleh gumpalan debu. Aku mengerjakan pekerjaan rumah dengan cekatan dan cepat. Sehingga saat anak-anak berangkat sekolah, semua sudah kelar. " Mi, aku mau ngomong sama mami. Ada hal penting yang harus kita bahas. Mumpung anak-anak sudah berangkat." Kelvin memulai obrolan disaat aku tengah merapikan etalase kecil yang menyimpan berbagai skincare jualanku. Tanganku terhenti dan menoleh heran. Ada gurat gelisah di wajah Kelvin saat aku tatap." Mau ngomong apa pi? Ngomong saja. Sepenting apa sih yang mau dibahas? Kok mukanya tegang gitu." Jawabku sengaja menyindir. Kelvin tengah mengelap keringatnya dengan lengannya. "Emh begini, mami masih ingat ruko yang di jual oleh pak Jordan itu? Ternyata suami Renata tidak mau dengan ruko yang ak

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 30

    "Apaan sih... Ngaco deh... Dah ah aku lapar, mau makan. Mbak masak apa sekarang?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan. Tidak habis pikir dengan mbak Ambar. Bisa-bisanya dia yang dulunya pendiam, bahkan sangat tabu membahas urusan ranjang secara terang-terangan, sekarang bisa bar - bar begitu. Apa karena si Ryan pacar barunya itu yang membawa dampak buruk.. ah biarlah. Itu urusan mbak Ambar. "Huh,, orang pingin tahu juga Segede apa pistolnya. Pelit amat kamu dek." Sungutnya sambil melempar bantal kecil ke arahku. Aku membalas dengan menjulurkan lidah. " Mbak, sampean ini kesambet setan mana, kok Sekarang gaya bicaranya bar-bar gitu? Serius tanya aku!" Sambil mencomot perkedel singkong aku kembali bertanya tentang perubahan mbak Ambar. " Semua orang itu ada fasenya dek. Dulu saat aku sama papanya Rinda, masih sangat malu dan riskan membahas urusan ranjang secara blak-blakan. Permainan ranjang kami juga monoton. Dan hal itulah yang membuat papanya Rinda mencari pelampiasan di luar. Aku

DMCA.com Protection Status