Di tempat yang berbeda Almira termangu dengan tatapan kosong. Pakaian suaminya ia pegang erat dengan menahan emosi yang hampir saja membuncah. Bau parfum wanita menyeruak di seragam kerja suaminya. 'Kurang apa lagi aku sebagai istrimu pa? Teganya kamu mengulangi kesalahan yang sama.' Bathin Almira menjerit menahan sakit yang teramat dalam. "Assalamualaikum, papa pulang." Seru Jordan yang sudah masuk rumah dan segera melepas sepatu kerjanya. "Papaaaa,, Dira sudah siap mau berangkat sekolah. Tapi mampir beli es krim dulu ya pa." Sambut Dira dengan suara khas anak kecil. Anak Jordan yang ke tiga memang masih duduk di kelas TK B. Di antara 3 anaknya Jordan, Dira lah yang paling dekat dengan papanya. Jordan tersenyum melihat putri cantiknya sudah rapi dan siap berangkat sekolah. Dira berhambur kepelukan papanya. Jordan menciumi pipi Dira dengan penuh sayang. "Ini kan masih pagi adek, beli susu sama Snack lainnya saja gimana?" Tawar Jordan pada Dira yang sudah berada dalam pangkuannya.
"Harus sekarang ya?" Tanya Jordan gugup, dan Tamara pun langsung mengangguk pasti.Pertempuran pun terjadi selama seminggu. Jordan sangat menikmati apa yang Tamara suguhkan. Body Tamara yang seperti model, dengan tinggi 165 cm dan berat badan 55 kg membuat Jordan tidak bosan berada di dekatnya. Jordan bahkan sampai lupa untuk pulang ke rumah istrinya tiap akhir pekan. Berbagai alasan Jordan lontarkan pada Almira yang mengharapkan Jordan pulang. Tapi semua hanya tinggal harapan. Karena sejatinya, Jordan masih tetap terlena dengan permainan Tamara. "Mas, besok suamiku kembali ke tanah air. Itu artinya waktu kita sangat sedikit untuk bertemu. Bahkan tidak akan bisa bertemu lagi. Aku ingin hari ini kita semalaman menghabiskan waktu bersama." Ujar Tamara setelah selesai mereka melakukan pergumulan yang menguras energi. Jordan menatap sayu mata Tamara, seolah tidak rela akan jauh dengannya. "Yah kalau memang harus seperti itu, aku bisa apa? Biarlah ini menjadi kisah tersendiri buat aku
" Nak, Rendi masih kecil, tidak boleh bertanya hal seperti itu ya sayang? Satu hal yang perlu Rendi tau, bahwa di dunia ini, hanya Rendi, Dio dan mama yang papa punya. Kalaupun nanti Rendi akan punya adek lagi, itu hanya mama yang akan mengandung adeknya Rendi. Sekarang Rendi sudah paham kan? Kalau sudah paham, Rendi ajak adeknya main lagi ya nak. Papa masih mau beresin rumah yang masih kotor. Mama biar istirahat, jangan di ganggu dulu ya sayang." Ujar Jordan panjang lebar terhadap anaknyaJordan akhirnya kembali ke halaman depan untuk membereskan sisa makan burung yang belum sempat di kembalikan pada tempatnya tadi. Setelah selesai membereskan urusan rumah, Jordan bergegas untuk mandi. Dia tercenung saat ponselnya ia keluarkan dari saku celana. Tanpa pikir panjang Jordan membuka ponsel tersebut dan mencari nomor Tamara. "[Tamara, tolong dengan sangat jangan hubungi aku lagi. Tolong setelah kamu baca pesan aku ini, kamu blokir nomor aku. J
" Lho, ini kan Bu Kelvin, ada masalah apa Bu Kelvin di sini?" Tanya pak Matius dengan heran melihat aku di kantornya. Mati aku, pak Matius teman bermain bulu tangkis Kelvin, bisa satu shift dengan Jordan. "Oh ini mau laporan kehilangan pak." Jawabku sedikit gugup. " Owh,, apanya yang hilang Bu? Tidak mungkin pak Kelvin kan Bu yang hilang?" Kelakar pak Matius dengan terkekeh sambil memperlihatkan gigi putihnya yang rapi. " Hehhehe bapak bisa saja, saya tadi habis dari supermarket kehilangan kartu ATM saya pak. Makanya saya minta surat keterangan hilang agar bisa mengurusi ke bank nanti." Jelasku setenang mungkin. Entah kebohongan apa yang telah aku ucapkan barusan dengan lancar, sehingga membuatku terheran sendiri dengan alasan yang aku buat dengan lancar tanpa ada sedikitpun rasa ragu dalam berbicara. Sepertinya perbuatan terlarang ini juga sudah mencemari otakku untuk terus berbohong. "Oh seperti itu,ya sudah kalau begitu saya kemba
" Malam pak Jordan, sudah lama tidak muncul, kemana saja." Kelvin menjawab ramah sambil menyeka keringat di keningnya." Baru empat hari juga pak. Hahahhaha. Seperti biasa ya pak cappucino satu." Seru Jordan yang sesekali melihat ke arahku. Aku menatap dengan gemas karena mengingat surat cinta yang dia kasih tadi siang."Siap pak. Oh ya pak, ruko yang pinggir jalan itu serius mau di jual pak? Tempatnya strategis lho." Kelvin seakan sengaja menahan Jordan untuk berlama-lama berdiri di depan aku. "Iya betul pak, dulu saya beli itu kemahalan pak. Jadi saya mau jual harga sama saja dengan harga sewaktu saya beli. Agar uang saya cepat kembali. Buat tambah-tambah modal jualan nyonya. Hehehhehe." "Mungkin sampean mau beli pak buat buka cafe cabang baru. Lokasinya strategis itu. Dekat dengan supermarket dan aneka oleh oleh kota anggur. 50 meter dari ruko tersebut juga ada taman juga. Biasanya banyak anak-anak muda bermain di taman tersebut. Kebetulan da
" Hah,, jangan kak Farhan, mami baru kelar mandi. Tunggu di luar saja ya kak." Aku lekas mematikan panggilanku dengan Jordan tanpa permisi. Setelahnya aku segera mengganti baju dan keluar menemui Farhan yang masih berdiri dekat pintu kamarku. " Hai kak, jam segini dah pulang? Adekmu mana?" " Dek Farah mungkin lagi ada class meeting mam. By the way papi mana mam." Farhan menjawab sambil celingukan ke dalam kamar."Hah,, papi? Ya jelas di cafe lah kak. Ini kan masih jam 11 siang." Aku menjawab dengan gugup khawatir Farhan mendengar aku sedang ngobrol mesra dengan Jordan di telepon." Hmmm,,, memang papi selama ini ada gitu ya mam bohongi mami, atau pergi ninggalin cafe tanpa sepengetahuan mami? " Mendengar pertanyaan dari Farhan, aku mengernyitkan kening dengan curiga. Tidak biasanya Farhan menanyakan hal seperti itu. Seperti ada yang ia sembunyikan. " Kok kamu tanya seperti itu kak? Memangnya ada yang kamu ketahui tentang p
Suara kokok ayam jago tetangga membangunkan aku dari tidur malamku. Sambil mengerjapkan mata yang masih mengantuk, aku menengok ke arah jam dinding di kamarku. Masih pukul 03.30 WIB, terlalu pagi untuk aku memulai aktivitasku. Tapi mau tidak mau terpaksa aku bangkit dari tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi. Karena di rumah ini hanya ada satu kamar mandi saja, dan itu terletak di belakang dekat dapur. Belum sempat kaki ini melangkah ke arah kamar mandi, sayup-sayup aku mendengar suara cekikikan seseorang. Aku terpaku dan menajamkan pendengaranku. Ya, benar saja, suara cekikikan itu berasal dari kamar Kelvin. Sedang sama siapa Kelvin di dalam kamar? Tanpa sadar kakiku melangkah mendekati kamar Kelvin. Ku jongkokkan tubuhku dan melihat dari celah lubang kunci kamar Kelvin. Betapa terkejutnya aku saat melihat Kelvin sedang telanjang bulat sambil melakukan vicall dengan seseorang. ' Astaga,,! aku tidak salah lihat kah?' pekikku tertahan. Aku mundur dan
Aku terpaku menatap kedatangan alexa yang tiba-tiba kerumah. Alexa adalah teman sekolah aku dulu, sama dengan Renata. Hanya saja, saat masih sekolah, aku dan Alexa tidak seakrab seperti aku dengan Renata. Kedekatan aku dengan Alexa itu berawal dari produk skincare yang aku promosikan di grub alumni. Alexa adalah customer tetap aku. " Lexa,, kamu..." Aku menggantung pertanyaanku begitu melihat Alexa menjalankan motornya ke arahku. " Kamu mau membiarkan aku di luar saja fio,,? " ujarnya mengingatkan aku yang masih terpaku tegang. Apakah Alexa tahu ya kalau aku habis memasukkan pria lain ke rumah tanpa sepengetahuan suami. Ah kacau kalau sampai ada yang tahu. " Oh iya...pasti.. bentar, maaf aku kaget melihat kedatangan kamu yang tiba-tiba." Jawabku sambil membuka pintu pagar dengan gugup. Alexa langsung memarkirkan motor maticnya di halaman rumah. "Fioooo,,, aku mau cerita sama kamu." Wajah yang ceria menandakan bahwa Alexa sedang lagi dalam mod