Sofi dengan sigap menyodorkan es teh ke arahku. Aku meminumnya sampai habis. Masih shock dengar cerita Sofi mengenai kakaknya. Benar kan dugaanku, aku pernah melihat mbak Nia. Ya benar, dia cewek yang papi peluk di stadion kemarin.
Tadi Sofi bilang pacar kakaknya seorang duda? Busyet dah papi! Berani-beraninya bilang duda! Dianggap apa selama ini mami di mata papi. Aku harus balas pengkhianatan papi." Kamu baik-baik saja, Han? " Tanya Sofi yang melihatku terlihat murung." Hmm,,,, aku gak papa kok Sof. Yuk buruan di habiskan. Keburu makin siang sampai rumah Dian. Nanti Dian tidur lagi. " Aku berusaha setenang mungkin di hadapan Sofi.Walaupun hati ini rasanya sakit mendengar penjelasan Sofi. Kasihan sekali mami. Aku akan menyelidiki ini semua. Harus aku hentikan hubungan terlarang papi sebelum terlalu jauh.Pagi ini seperti biasa aku tetap berada di meja makan untuk sarapan bersama. Seperti tidak terjadi apa-apa, aku tetap bersikap" Oh ini aku lagi nonton mama Lela. Lucu ceritanya, jadi senyum-senyum deh. " Dengan lancar aku memberi alasan palsu pada Kelvin. Secepat kilat, aku membuka aplikasi YouTube dan langsung mencari channel komedi mama Lela. "Oh,, ya sudah. Malam ini kamu gak perlu ke cafe ya mi. Kamu istirahat dulu buat persiapan besok. Jadi pagi-pagi berangkat dengan stamina yang prima." Ujarnya sambil berlalu ke kamar tamu. Kamar yang dijadikan tempat tidurnya setahun belakangan ini." Ok deh, kebetulan kalau gitu pi. Aku mau beresin pesenan reseller aku sebelum berangkat ke Surabaya. " "Ya, baguslah." Serunya lagi.Aku kembali memainkan ponselku dan terus saling bertukar pesan dengan Jordan. Kalau dengan Jordan, mau tiap jam ngobrol, berasa tidak ada habisnya bahan untuk dibuat ngobrol. Beda dengan Kelvin. Dari dulu jamannya pacaran,Kelvin selalu cuek dan ngomong seperlunya saja. Jarang banget ngajak bercanda aku maupun ke dua anaknya. Selalu garing tema obrolan
Sang fajar mulai menampakkan dirinya dengan malu-malu. Embun pagi yang sangat sejuk menghasilkan udara semakin terasa dingin. Membuat aku enggan untuk beranjak dari empuknya ranjang tidurku. Aku memilih berdiam di balik selimut yang tebal. Kicauan burung yang riang gembira menyambut pagi, tak membuatku beranjak. Aku tetap terlena dalam hangatnya selimut. Andai aku tidak ingat akan kewajiban aku sebagai muslim, mungkin aku akan melanjutkan tidurku hingga matahari benar-benar tampak dengan sempurna. Ku raih ponsel di atas nakas. Waktu menunjukkan jam 04.30. Aku membuka pesan di aplikasi hijau. Bibirku tersenyum senang melihat chat Jordan yang selalu mengingatkan aku tentang ibadah subuh. Bukan kali ini saja Jordan mengirim pesan ajakan untuk sholat. Tapi setiap hari selalu mengirim pesan.[Ayo sholat][Mari menunaikan ibadah sholat subuh][Banguuuun ayaaaank.... Kita sholat bareng - bareng ya?! ]Itulah serentetan pesan Jordan jika membang
Aku dan Farah menapakkan kaki di stasiun Gubeng Surabaya. Udara dan cuaca di Surabaya memang sangat jauh berbeda dengan kota tempat tinggal aku saat ini. Udara disini cukup panas karena sedikitnya pepohonan. Yang ada hanya bangunan pabrik dan gedung yang megah. Beda dibanding daerah yang saat ini aku tempati. Masih banyak pepohonan hijau di pinggir jalan,masih banyak sawah juga. Meskipun sudah banyak sawah yang berubah menjadi perumahan bersubsidi. Kami_ Aku dan Farah memilih jalan kaki dari stasiun Gubeng kerumah orang tuaku, di karenakan jarak stasiun dan rumah sangat dekat. "Assalamualaikum." Kami bersamaan mengucapkan salam sebelum akhirnya membuka pintu pagar rumah yang tidak di kunci. "Waalaikum salam, lho cucu yangti yang cantik sudah sampai toh.. Kung.. ini lho cucumu wes datang. " Teriak ibu dengan memanggil bapak yang ada di dalam.Aku menyalami ibu dan bapak dengan takzim dan penuh haru. Dua tahun kami tidak berkunjung ke Surabaya ka
[Halo mas][Ayank jam berapa nyampai stasiun Gubeng?] Suara lirih Jordan terdengar lembut.[Jam 9 an kayaknya mas. Lagi dirumah atau diluar rumah ini? Kok berani telpon aku! Kan mas baru pulang piket?] Cecarku penasaran.[Lagi ngajak Dira jalan jalan beli es krim. Makanya bisa telepon ayank. Kangen mas yank. ] Rengeknya lagi. Hmmm kumat.. dasar bayi gede. Sungutku dalam hati. [Kangen apanya? Palingan juga kangen kepingin cepat besok ya mas?] Kekehku menggoda dengan suara manja. [Hahahahha salah satunya sih itu yank! Mas sudah gak sabar pingin nerkam kamu.] [Dasar tirex jantan. Pinter suruh gombal.] Ledekku lagi. Jordan terdengar tertawa ketika aku menyangkal semua gombalannya. [Yank, vicall ya? Bentar! Kangen mas.!]Aku pun mengalihkan panggilan menjadi video call. [Kok ada dalam mobil yank? Mau kemana lagi itu?] Tanyanya heran. [ Gak ada, aku cuma pengen di dalam mobil. Biar gak ketahuan orang rumah kalau aku lagi teleponan sama suami orang.] Jelasku dengan merapikan anak rambu
Suara adzan subuh berkumandang beberapa menit yang lalu. Tapi mataku serasa enggan untuk bangun. Aku baru tertidur di jam 3 dini hari. Saking asyiknya aku teleponan sama Jordan, sampai tidak sadar kalau sudah menghabiskan waktu ngobrol dan bercanda selama kurang lebih 5 jam. Suara ketukan pintu dari luar memaksa aku untuk segera bangun dari tidur singkatku. "Fi, sudah subuh. Ayo bangun. "" Nggeh Bu, sebentar.." aku bangkit dari tempat tidur dan bergegas menunaikan shalat subuh." Kamu itu semalam telponan kok sampai malam fi! Apa tiap hari seperti itu kebiasaan kamu? Kalau ada waktu kosong, gunakan istirahat sebaik mungkin. Kalau kebangun tengah malam, usahakan untuk sholat tahajjud." Bapak yang baru pulang dari masjid menegurku."Nggeh pak. Semalaman lagi telponan sama beberapa reseller buat persiapan acara pagi ini. Kebetulan acaranya di adakan di Pasuruan pak. Jadi kami semalam bahas itu." Elakku menanggapi teguran bapak. "Lha mosok pembahasane akeh guyone. Jaman Saiki ancen bed
Lagi-lagi Jordan membuatku malu dengan candaannya. Aku mencubit kecil pinggang Jordan, sampai ia meringis menahan sakit. " Istri mudaku mulai nakal ya.. udah buruan kalau mau pipis atau mules ke kamar mandi. Gantian. " " Idih... Siapa yang mules.. " jawabku terus melangkah ke kamar mandi. Setelah merasa bersih, aku mengganti bajuku dengan lingerie berwarna dusty pemberian Jordan kala itu. Kulangkahkan kaki seanggun mungkin menuju ranjang yang di bungkus sprei warna putih bersih. Jordan menatapku tanpa berkedip sedikit pun. Aku melingkarkan tanganku ke lehernya, dan disambut remasan lembut di kedua sisi pinggangku. Ku tundukkan kepalaku menyentuh kepala Jordan. Hidung kami menyatu. Hembusan nafas beraroma mint menguar dari bibir tebalnya. "Aku sudah siap kamu miliki mas." Desahku di sela kecupan lembut bibirnya. Jordan menatapku dengan sayu dan penuh nafsu. Dagunya yang di tumbuhi bulu kasar menggesek di bagian leherku, membuat aku makin menggelinjang menahan gejolak nafsu yang mul
Matahari mulai tenggelam, aku ingin beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tapi tangan Jordan menahan gerakan ku."Yank, pulang besok subuh ya?sekalian langsung dinas akunya." Pintanya dengan mengendus-endus leher jenjangku. " Tapi aku tidak bilang kalau nginap mas ke orang tuaku."" Astaga...! Ponselku dari tadi pagi belum aku charger! Pasti orang rumah kepikiran aku gak ada kabar seharian. Mas bawa charger gak?" Seruku panik sambil mencari ponsel dalam tas aku. " Ada dalam tas aku itu sayang. Ambil saja sudah." Jawabnya dengan santai dan menatapku yang tanpa busana dengan nakal. " Ih.. mas ngapain liatin aku seperti itu.. nih tasnya, aku gak berani buka tas mas." Aku melotot dan pura-pura ketus ke Jordan, tapi yang ada malah Jordan tertawa melihat aku melotot seperti itu." Hahahahah, kamu lucu sayang. Ngapain malu mas liatin kamu. Telat kalau malu. Sudah dua ronde baru bilang malu. Hahhahaha." Aku melempar tas Jordan ke perutnya dengan kesal.. gegas aku pakai lingerik
Aku melirik jam di kamar villa, sudah jam 22.00 WIB. Aku mematikan ponsel dan langsung membaur dengan Jordan yang tengah duduk di luar kamar. Memandangi keindahan alam saat malam hari. Kilauan lampu jalanan dan rumah penduduk yang dibawah puncak, terlihat seperti kerlipan cahaya yang indah menghiasi indahnya malam. Ku jatuhkan kepalaku di pundak tegap Jordan, sedangkan tanganku melingkar di pinggangnya. "Sudah telponnya?" Tanyanya dengan merengkuh tubuhku makin erat dalam dekapan hangat Jordan. Aku mengangguk mengiyakan. Berkali-kali aku menciumi dada bidangnya. Wangi parfum Jordan membuat aku semakin ingin memeluk erat. " Kita seperti pengantin baru ya yank. Yang lagi menikmati honeymoon. Hehehehhe. Makasih ya yank, mas bahagia hari ini bisa berduaan lama tanpa rasa takut ketahuan sama orang yang mengenal kita." Dengan lembut Jordan merapikan anak rambutku yang menutupi pipi, mengecup pucuk kepalaku berulangkali. " Iya mas, aku merasakan sensasi yang berbeda disaat aku disamping k