Satu Minggu pun berlalu dengan cepat, setelah pertemuan menegangkan itu keduanya tidak saling bertemu kembali. Erland pergi ke Rusia untuk melakukan pertemuan dengan kliennya, Erland sengaja tidak mengajak Vindy. Jika Vindy ia bawa maka Perusahaan tidak ada yang memimpin, jadi dia memutuskan untuk pergi sendirian saja. Vindy juga jarang sekali bertemu dengan ketiga sahabatnya, mereka seperti disibukkan dengan urusan penting masing-masing. Saat ini Vindy sedang berlibur di Taman Hiburan anak-anak, dia mengenakan pakaian santai tetapi tetap tertutup untuk melindungi dirinya sendiri. Saat dirinya asik mengambil beberapa gambar, tiba-tiba saja seorang anak laki-laki tidak sengaja menabraknya sehingga ponselnya jatuh ke tanah. Anak itu tampak ketakutan, wajahnya pusat pasi, dan tangan mungil itu gemetar hebat.
"Aunty maafkan Robert. Aku tidak sengaja menjatuhkannya. Ada musuh Uncle Kelvin yang mengejar diriku dan ingin menculik Robert," ujar Robert.
Vindy menatap Robert dengan penuh kelembutan, lalu memeluknya dengan erat. Robert merasa nyaman lalu membalas pelukan Vindy, dengan sangat erat.
"Ayo pergi dari sini. Mereka yang ingin menculik kamu bisa saja menemukan kita," ujar Vindy.
Vindy pun menggendong Robert, lalu membawanya pergi ke tempat yang aman. Saat ini Vindy dan Robert berada di toko Ice Cream, Robert tampak senang.
"Aunty. Aku ingin makan Ice Cream rasa coklat apa boleh?" tanya Robert.
"Tentu saja anak manis. Kamu tunggu di sini ya, Aunty mau beli dulu. Jangan kemana-mana ya sayang," balas Vindy.
Vindy pun pergi meninggalkan Robert.
"Daddy kamu di mana? Paman Kelvin meninggalkan aku sendiri," ujar Robert.
Robert menangis tanpa sadar. Di sisi lain pria bernama Kelvin itu sedang sibuk mencari Robert keponakannya yang hilang, dia bisa dipenggal sang kakak karena lalai menjaga anaknya.
"Robert kamu di mana sayang. Uncle bisa dipenggal Daddy mu karena menghilangkan dirimu," ujar Kelvin.
Tak lama kemudian ponselnya berdering, Kelvin menegang saat tahu siapa yang meneleponnya.
[Halo, Kakak. Jangan khawatir Robert aman bersamaku,]
[Dari nada bicaramu tampak gugup, Kelvin. Apa ada masalah dan kau tidak berbohong mengenai Robert kan?]
[Tentu saja tidak kakak. Sudah dulu ya Robert memintaku pergi ke Toko Ice Cream.]
Kelvin memutuskan sambungan teleponnya membuat pria diseberang sana kesal bukan main.
"Toko Ice Cream. Ide bagus untuk mencari Robert di sana," ujar Kelvin.
Kelvin pun memutuskan untuk segera pergi ke toko Ice Cream.
***
Vindy duduk di samping Robert dan memberikan Ice Cream tersebut kepada anak laki-laki itu, Robert tersenyum dan memeluk erat Vindy.
"Terimakasih banyak, Aunty,” ujar Robert.
Vindy diam dia menatap pria yang dia kenal, selama beberapa hari yang lalu sedang asik bercanda dengan seorang gadis kecil.
"Aku seperti mengenal pria itu, dia penyuka anak kecil juga senang melihatnya. Gadis kecil itu siapa ya kira-kira?" tanya Vindy dalam hati.
Vindy tersenyum dan kembali fokus kepada Robert. Dari kejauhan pria itu tampak asik menatap Vindy dan Robert, gadis kecil itu menyadari arah tatapan pria itu lalu tersenyum hangat.
”Kakak sedang jatuh cinta ya pada Kakak Vindy? Mommy bilang Kakak Alland cocok bersanding dengan Kakak Vindy," ujar gadis itu.
"Amilia. Kamu ini bicara apa sayang?" tanya Alland.
Alland malu luar biasa dan menyembunyikan wajahnya yang memerah dengan buku dihadapannya, sang adik hanya tertawa geli dan dengan kejahilannya dia mengabadikan momen tersebut.
"Wajah kakak tidak bisa dibohongi," ujar Amilia.
"Sudahlah habiskan Ice Cream Strawberry dan Coklatnya," ujar Alland.
Alland masih terus mengawasi Vindy, Amilia malah asik menggoda dirinya. Saat Robert akan menikmati Ice Cream nya tiba-tiba saja datang Kelvin, Kelvin langsung membuangnya dan marah-marah.
"Bocah nakal ternyata kamu di sini. Bukankah aku sudah bilang jangan pergi kemana-mana!" bentak Kelvin.
"Tuan. Anda tidak boleh berbicara seperti itu pada anak-anak sebelum mendengarkan penjelasannya," tegur Vindy.
"Dan siapa kau berani mengaturku!" bentak Kelvin.
Dari kejauhan Alland sangat kesal mendengar perlakuan kasar Kelvin, dia langsung mengajak Amilia menemui Vindy.
"Uncle jahat sama Aunty Vindy!" teriak Robert.
"Hebat sekali kamu bocah nakal. Berani berteriak pada Uncle ya?" tanya Kelvin dengan senyuman menyeringai.
Kelvin ingin menampar Robert, tetapi Alland datang secara tiba-tiba dan mencekal lengannya.
"Apa seperti ini caramu memperlakukan anak-anak. Terlebih lagi dia adalah putra dari kakak sepupumu?" tanya Alland dengan nada dingin.
"Siapa kau? Berani sekali mencampuri urusanku dengan keponakanku dan juga gadis kurang ajar ini," balas Kelvin.
Kelvin menunjuk kearah Vindy dengan tatapan tajam dan penuh dengan kebencian.
"Aku adalah Erland Dallin Harrison. Pengusaha terkenal di Eropa dan seluruh dunia sekaligus klien penting kakak sepupu dirimu!" tegas Erland.
Tak lama kemudian datanglah seorang pria dengan setelan jas formal berwarna putih, dia datang bersama istrinya. Pria itu adalah Aidan Maverick Steward, pemilik Perusahaan terkenal nomor dua seluruh dunia yaitu Maverick Corporation dan disampingnya adalah sang istri Alma Aurora Maverick Steward.
"Daddy, Mommy," ujar Robert.
Robert langsung memeluk erat Alma dan menangis.
"Robert. Kamu kenapa sayang?" tanya Alma panik.
"Uncle Kelvin jahat. Dia ingin menamparku karena kesalahannya sendiri," balas Robert.
"Apa!" teriak Aidan.
Alma mengusap punggung Aidan agar tenang dan mengendalikan kemarahannya.
"Jangan percaya pada Robert kakak. Dia masih anak-anak," ujar Kelvin panik, "Nona Vindy ingin menculik Robert dan aku berhasil mencegahnya."
Alland tidak terima dengan kebohongan Kelvin dan langsung angkat bicara.
"Hentikan semua omong kosong mu, Kelvin!" bentak Alland kesal, emosinya benar-benar tidak bisa ditahan lagi.
"Tuan Kelvin berbohong. Aku hanya mengamankan Robert dari musuh anda yang ingin menculiknya, Robert tidak sengaja menabrak ku dan dia sangat ketakutan," jelas Vindy.
Vindy menenangkan dirinya agar selalu tenang dan tidak emosi.
"Aku sudah bertanya pada Robert dan dia berkata Uncle Kelvin sibuk sendiri dengan kekasihnya. Robert merasa diabaikan dan akhirnya anak itu pergi," lanjut Vindy.
Alma menatap Robert dan memeluknya erat.
"Sayang. Apa benar yang dikatakan Aunty Vindy?" tanya Aidan.
"Benar, Daddy. Perkataan Aunty Vindy adalah kebenaran yang sebenarnya," balas Robert.
Aidan mengepalkan tangannya dan menampar Kelvin.
"Pengaruh buruk wanita ular itu sudah membuatmu menjadi pria bodoh. Kau tidak bisa bertanggung jawab ketika diriku menitipkan putraku padamu!" bentak Aidan, "Aku benar-benar kecewa padamu dan semoga, tamparan dariku mampu menyadarkan mu bahwa wanita membawa pengaruh buruk terhadapmu. Sialan kau Kelvin!"
Alland membawa pergi Vindy tanpa sepatah kata pun, keluar dari toko tersebut meninggalkan Aidan, Alma, Robert, dan Kelvin.
"Aku akan memberitahu tentang ini kepada seluruh keluarga!" tegas Aidan.
Aidan pun membawa pergi Alma dan Robert, mereka meninggalkan Kelvin sendirian. Kelvin sangat marah kepada Vindy, dan dia bertekad akan membalas dendam untuk setiap penghinaan serta tamparan Aidan yang dilakukan dihadapan semua orang.
"Aku akan membalas dirimu, Nona ...."
Kelvin tersenyum menyeringai lalu pergi.
Setelah kejadian tadi di Toko Ice Cream, Vindy hanya diam saja tidak ada pembicaraan apa-apa dari ketiganya. Baik Amilia, Vindy, dan Alland semuanya hening. Amilia menatap kedua kakak-kakaknya, dan dia sedang memikirkan sesuatu agar kedua kakaknya itu saling berbincang-bincang satu sama lain. Tak lama kemudian Amilia tersenyum tipis, karena dia telah menemukan ide yang bagus. Amilia mengambil Tablet miliknya lalu bermain game, Vindy mulai tertarik dengan apa yang dimainkan oleh seorang gadis berusia 12 tahun itu. Alland juga mulai tertarik dengan kedua gadis dihadapannya, Amilia bersorak gembira dalam batinnya dan dia mulai mematikan tabletnya. Alland dan Vindy langsung diam seketika, lalu menatap Amilia."Ami. Kenapa dimatikan gamenya?" tanya Vindy."Bosan kakak. Bagaimana kalau kita main di tempat lain saja?" balas Amilia."Mau main di mana? Apa mau ke Toko Bunga," ujar Alland.Amilia menggeleng pelan, Vindy jadi gemas dan memeluk erat Amilia. Amilia tersenyum dan membalas pelukan V
Bara tiba-tiba saja datang dari kamarnya, dia menatap Alland dan Vindy dengan penuh kemarahan. Vindy mundur beberapa langkah, saat Bara mulai berjalan kearahnya. Vindy tidak tahu apa maksud dari Bara, dengan mendekati dirinya seperti ini, menimbulkan rasa takut yang dalam dihatinya. Erland mengerti dengan isyarat tatapan mata Vindy, dengan gerakan cepat dirinya sudah berhadapan dengan Bara. Allard yang merasakan suasana hati Alland yang penuh emosi dan kemarahan langsung mendekat, Carlina juga mendekati Bara. Saat ini ketiga pria dan dua wanita saling berhadapan, Bara tersenyum nakal pada Vindy. Vindy langsung bersembunyi dibalik tubuh kekar, seorang Erland Dallin Harrison. Erland memberikan isyarat kepada Vindy, untuk masuk ke dalam mobil mewah miliknya. Vindy yang mengerti isyarat tersebut, cepat-cepat masuk ke dalam mobil.Erland kembali menatap Bara, kedua tangannya mengepal kuat. "Jangan menatapnya seperti itu. Kau tahu dia tidak nyaman saat ditatap olehmu!"Bara tersenyum menyer
Allard memikirkan perkataan Alland, yang meragukan bahwa yang saat ini tinggal bersamanya bukanlah kakaknya melainkan orang lain. Allard berusaha untuk berfikir jernih, agar dia tidak gegabah dalam memutuskan hal yang sangat sensitif bagi kedua belah pihak, istrinya dan juga Alvian putranya. Allard sendiri juga tidak menyangka, bagaimana bisa Alland bisa berkata seperti itu. Apa yang selama ini terjadi padanya di masa lalu, waktu ketika dirinya tega membuang serta mengusir putra keduanya yang lumpuh karena kecelakaan. Bodohnya dia tidak bisa berfikir jernih, justru mengikuti kehendak anak pertamanya yang sangat dia sayangi. Alland putra keduanya seperti menutup diri padanya, menjauh, dan menciptakan dinding pembatas terhadap dirinya. Allard memijat keningnya, yang terus berdenyut nyeri. Pertanyaan demi pertanyaan yang tidak diketahui jawabannya, muncul secara tiba-tiba dalam pikirannya. Allard sadar bahwa Alland saat ini telah berubah menjadi lebih dingin, tidak tersentuh, cuek, dan t
Alvian palsu masuk ke dalam Mansion dengan cara bersembunyi, dia berfikir bahwa Allard tidak akan tahu dan sudah tidur terlelap bersama sang istri tercinta. Dari kejauhan Allard tampak tersenyum menyeringai, ketika putra tertuanya itu bersembunyi seperti maling. Perlahan namun pasti, dia mendekat kearah saklar dan tap. Lampu seketika hidup, hal tersebut membuat Alvian palsu salah tingkah dan cemas. Dengan tubuh yang lemah berbau alkohol dan mabuk, Allard pasti menghajarnya habis-habisan karena pria itu tidak suka anak-anaknya menyentuh minuman keras. Suara tepuk tangan tiga kali, yang dilakukan dengan keras membuat Alvian mundur dan ingin kabur. Namun sebuah ancaman tidak terduga dari Allard, membuat Alvian terdiam karena saat ini pria itu menodongkan pistol Glock 17 kepadanya.Alvian palsu mundur beberapa langkah. "BERHENTI! JIKA TIDAK AKAN KU TEMBAK KAMU ALVIAN!"Suara Allard yang tegas dan menggelar itu, membuat Carlina terbangun dan langsung menemui suaminya."Pergi kemana kamu, A
Saat Allard sedang fokus menatap tajam putra tertuanya, tiba-tiba saja muncullah seorang pria yang sangat menyeramkan dan sangat dingin tidak tersentuh. Dialah Aaron Matthew Wycliff berusia 39 tahun, dialah anggota termuda yang Allard miliki di kelompok Gangster Mafia Golden Lion. Gangster Mafia terkuat dan terhebat di dunia, memiliki dua ratus anggota inti dan banyak sekali anggota cadangan yang tersebar di mana-mana. Aaron menatap Bara dengan nada menusuk, seperti sedang merencanakan sesuatu di dalam pikirannya. Bara mulai merasa tidak nyaman ditatap itu, lalu memutuskan untuk mundur beberapa langkah agar tidak berkontak mata dengan Aaron. Aaron yang melihat hal tersebut hanya tersenyum tipis, benar dugaannya pria muda dihadapannya ini bukanlah putra kandung sahabatnya. Aaron mendekati Allard, lalu menepuk pundak pria berusia lima puluh lima tahun itu dengan tegas. "Bagaimana kabarmu, Allard? Maaf aku datang terlambat karena gadisku susah sekali diatur." Allard tersenyum dan mengan
Tak terasa hari sudah pagi, Alland sedang bersiap-siap untuk bertemu dengan seseorang yang memiliki darah sama seperti dirinya. Pagi ini Alland menggenakan setelan jas formal berwarna biru, sepatu hitam mewah, jam tangan mahal, dan kacamata hitam pekat yang selalu menambah ketampanannya. Aroma parfum beraroma mint semakin membuat dirinya wangi, menambah ketegasan, kewibawaan, dan aura kepemimpinannya. Tak lama kemudian Allard, Carlina, dan Amilia datang, gadis itu mengenakan gaun biru panjang dan bando bunga. Amilia menatap kagum Alland, kakaknya itu benar-benar sangat tampan dan penuh wibawa. Allard dan Carlina justru saling pandang, tidak biasanya pria dingin seperti Alland tampil dengan sempurna pagi ini tapi mereka juga pernah muda. Amilia berlari mendekati Alland, lalu memberikan kedua jempolnya. "Kakak sangat tampan sekali. Kakak Vindy pasti langsung terpesona melihat kakak." Alland menggelengkan kepalanya, tidak percaya adiknya bisa bicara seperti itu. "Jangan keras-keras. Jik
Sesampainya di Cafe XV23...Vindy dan Amilia turun duluan, sedangkan Alland memutuskan untuk memarkirkan mobil di tempat khusus. Vindy dan Amilia tampak antusias berada di halaman utama Cafe tersebut, sampai akhirnya Alland datang dan mengajak mereka untuk masuk. Amilia selalu menggenggam erat tangan Vindy, gadis itu seperti tidak mau kehilangan Vindy. Alland yang memperhatikan hal tersebut, diam-diam tersenyum hangat. Vindy tiba-tiba saja menghentikan langkahnya, saat dia melihat pria yang sangat kasar terhadap keponakannya sendiri. Alland yang mengetahui kehadiran pria yang bernama Kelvin, langsung membawa pergi Vindy dan adiknya ke ruangan VIP yang sudah ia pesan.Sesampainya di ruangan VIP...Alland meminta Vindy untuk duduk di sebelahnya, sedangkan Amilia duduk disebelah Vindy. Gadis itu masih memeluk erat tangan Vindy, Vindy hanya tersenyum dan mengusap lembut rambut Amilia.Tak lama kemudian pelayan pun datang, lalu membungkuk hormat kepada Alland."Selamat datang, Tuan Alland.
Allard langsung mengangkat teleponnya dan terdengarlah suara asing dari seberang sana. Allard bahkan tidak mengenali siapa penelepon asing tersebut.[Kau pasti sedang bersenang-senang bukan atas kembalinya Alvian? Dirimu pasti tidak menyadari bahaya yang akan datang kepada Alland dan Vindy! Hahaha!]Pria asing yang menelepon Allard langsung memutuskan sambungan teleponnya. Allard terkejut bukan main, lalu menatap Carlina dan Alvian."Ada apa, Daddy?" tanya Alvian."Iya, Baby. Ada apa dengan kamu?" tanya Carlina."Mereka dalam bahaya. Musuhku yang dulu dia kembali lagi dan aku tidak tahu apa yang direncanakan olehnya," balas Allard.Alvian dan Carlina terkejut bukan main."Seharusnya aku tidak meninggalkan mereka," batin Alvian.Tak lama kemudian telepon Allard berdering kembali.[Bom peledak itu akan segera meledak, Allard! Mereka akan mati, kau tidak akan bisa menyelamatkan keduanya. Hanya ada waktu sepuluh menit lagi. Hahaha!][Brengsek kau!]Allard memutuskan sambungan teleponnya.