Allard memikirkan perkataan Alland, yang meragukan bahwa yang saat ini tinggal bersamanya bukanlah kakaknya melainkan orang lain. Allard berusaha untuk berfikir jernih, agar dia tidak gegabah dalam memutuskan hal yang sangat sensitif bagi kedua belah pihak, istrinya dan juga Alvian putranya. Allard sendiri juga tidak menyangka, bagaimana bisa Alland bisa berkata seperti itu. Apa yang selama ini terjadi padanya di masa lalu, waktu ketika dirinya tega membuang serta mengusir putra keduanya yang lumpuh karena kecelakaan. Bodohnya dia tidak bisa berfikir jernih, justru mengikuti kehendak anak pertamanya yang sangat dia sayangi. Alland putra keduanya seperti menutup diri padanya, menjauh, dan menciptakan dinding pembatas terhadap dirinya. Allard memijat keningnya, yang terus berdenyut nyeri. Pertanyaan demi pertanyaan yang tidak diketahui jawabannya, muncul secara tiba-tiba dalam pikirannya. Allard sadar bahwa Alland saat ini telah berubah menjadi lebih dingin, tidak tersentuh, cuek, dan tertutup. Allard tidak menyadari kehadiran putri bungsunya, yang berdiri tepat di sampingnya.
Gadis itu tersenyum dan menggenggam erat tangan Allard. "Daddy. Kamu kenapa?"
Allard tersadar dan menatap putrinya sepenuhnya. "Daddy baik-baik saja, My Princess. Kamu belum tidur?"
Gadis itu hanya menggeleng dan tersenyum tipis. "Aku tidak bisa tidur, Daddy. Rindu kakak Alland dan ingin tidur dalam pelukannya."
Allard tersenyum dan menggendong putri kesayangannya. "Untuk sekarang tidur dipelukkan Daddy dulu ya, My Princess. Daddy akan meminta kakak Alland datang besok pagi, lalu menginap di sini bersama-sama."
Gadis itu mengangguk dan tersenyum. "Baiklah, Daddy. Janji ya."
Allard tersenyum dan mengecup kening putrinya dengan penuh cinta. "Daddy berjanji padamu, My Princess. Tidur ya, sekarang sudah malam."
Allard merasakan putrinya sudah tidur dengan nyaman, dengan langkah cepat dia langsung membaringkan putrinya di tempat tidur gadis kecil itu.
"Good Night, Baby Girl. Mimpi yang indah ya," ujar Allard.
Allard mengecup kening putrinya dan pergi. Allard tidak lupa mengunci pintunya dari dalam secara otomatis.
Allard menatap arloji di tangannya dan menghela nafas panjang.
"Anak itu benar-benar. Dia belum juga pulang padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam," ujar Allard.
Allard pun bergegas turun ke ruang tamu, dia akan mengintrogasi Alvian ketika kembali nanti.
***
~ Mansion 567 ~
Seorang pria muda sedang sibuk berbincang-bincang dengan kliennya, pria itu adalah Alvian yang asli. Dia mengenakan setelan jas formal berwarna biru malam itu, dan rekannya mengenakan kemeja putih polos.
Pria yang duduk disebelah Alvian hanya menghela nafas panjang. "Bagaimana dengan sketsanya, Tuan Alvian. Apakah membuatmu tertarik untuk bekerjasama dengan Perusahaan ku?"
"ALV Corporation adalah Perusahaan besar kedua di seluruh dunia setelah Harrison Corporation," lanjutnya.
"Aku akan memikirkan hal ini dan keputusannya baru bisa diberikan besok!" tegas Alvian.
"Tidak masalah. Aku akan menunggu dan kalau begitu saya permisi untuk kembali," ujar pria itu.
Alvian menatap Kenzie Alvaro, tangan kanan sekaligus orang kepercayaannya.
"Temani dia!" tegas Alvian.
Kenzie hanya mengangguk dan menemani kepergian Tuan Orlando Maverick. Setelah kepergian Kenzie, Alvian kembali meninjau berkas-berkas dihadapannya.
"Kenapa aku merasa bimbang untuk bekerja sama dengannya? Apa yang sebenarnya yang akan terungkap?" tanya Alvian.
Alvian menghela nafas panjang, percuma juga dia berfikir bahkan jawabannya tidak pernah ditemukan. Saat sedang asik meninjau berkas tersebut, tiba-tiba saja ponselnya berdering.
Selamat malam, Tuan Alvian...
Saya Jack Archer, orang kepercayaan dari Tuan Erland Dallin Harrison. Tuan Erland ingin mengajak anda bertemu besok pagi, di sebuah Cafe XV 23 yang berada di sebelah Restoran Xavierre Love. Saya harap anda tidak sibuk, agar bisa memenuhi undangan dari Tuan Erland. Terimakasih banyak, Tuan Alvian. Selamat malam.
***
Alvian mengernyitkan dahinya, dia bingung luar biasa mengapa tiba-tiba saja Erland ingin bertemu dengannya. Mereka tidak saling kenal bukan? Mengapa tiba-tiba demikian, sungguh membingungkan untuknya. Alvian menghela nafas panjang, undangan tetaplah undangan. Lagi pula Erland mengundangnya secara hormat, dan dia akan membalas email Harisson Corporation terlebih dahulu.
Selamat malam kembali, Tuan Erland...
Saya adalah Alvian E.E. CEO sekaligus pemilik Perusahaan ALV Corporation, mengenai undangan anda saya sudah menerimanya dengan baik dan akan datang besok pagi. Terimakasih untuk undangannya, selamat malam kembali.
***
Setelah berbalas email Alvian memutuskan untuk kembali ke kamarnya, dia akan menunggu Kenzie di kamarnya saja.
Sesampainya di kamar...
Sontak saja bayangan kedua orangtuanya muncul kembali dipikirannya, hatinya seakan menghangat. Apa lagi saat Carlina membalas pelukannya, dia sudah tidak sabar untuk segera mengungkapkan kebenarannya kepada keluarganya bahwa dialah Alvian yang asli.
"Daddy, Mommy. Aku rindu kalian sangat!" tegas Alvian.
Alvian tersenyum dan langsung membaringkan tubuhnya di tempat tidurnya.
Tak lama kemudian pintu diketuk dari luar, tak lama kemudian Kenzie masuk dengan tatapan tegas.
"Kenzie. Cari tahu tentang Maverick Corporation. Jika sudah mendapatkannya segera kabari saya!" tegas Alvian.
Kenzie tersenyum tipis dan mengangguk patuh, Tuannya ini mirip sekali dengan Allard Edbert Edric. Semua hal yang ada di dalam diri Allard, semuanya ada pada Alvian.
"Tuan. Apa kira-kira reaksi Tuan besar Allard. Saat tahu kalau anda adalah putranya yang asli?" tanya Kenzie.
"Mereka pasti akan senang. Tapi sebelum itu aku harus mencari informasi tentang adikku Alland. Adik malang ku yang menjadi korban dari Bara," balas Alvian.
Alvian menghela nafas panjang, susah sekali menemukan informasi tentang Alland Edbert Edric. Dia sangat ingin bertemu adiknya, menjelaskan semuanya dan menyusun rencana untuk mengalahkan Bara.
"Tuan. Aku mendapatkan informasi kalau Bara sering pulang malam dan membuat Tuan Besar kesal padanya," ujar Kenzie.
"Dia memang merepotkan dan menghamburkan uang Daddy. Aku sangat kasihan pada Daddy," ujar Alvian.
Kenzie mengangguk dan dia setuju dengan pendapat Tuannya itu.
"Kenzie. Siapkan dirimu untuk besok pagi. Kita akan sarapan bersama dengan pemilik Harrison Corporation," ujar Alvian.
"Baik, Tuan. Saya akan menyiapkan segalanya," ujar Kenzie.
"Satu hal lagi informasi yang saya dengar tentang Bara," lanjut Kenzie.
"Apa itu?" tanya Alvian.
"Saya dengar dari maid di Mansion Daddy anda. Bara sering menyiksa Nona Amilia. Maid itu sering melihat jeritan kesakitan dan tangisan dari kamar adik anda," balas Kenzie.
"Apa! Sialan!" umpat Alvian.
Alvian memijat keningnya dan dia tidak menyangka sasaran Bara adalah Princess kecil kesayangannya.
"Terus awasi Amilia, Kenzie. Aku tidak mau dia sampai kenapa-kenapa bahkan Alland pun pasti akan murka mendengar perlakuan Bara kepada adik kesayangannya," ujar Alvian.
"Saya pernah mendengar. Tuan Alland pernah datang mengunjungi Mansion keluarganya bersama dengan seorang gadis. Gadis itu juga sangat menyayangi adik anda Tuan Alvian," ujar Kenzie.
"Siapa dia? Apakah gadis itu Sekretaris Alland?" tanya Alvian.
"Sepertinya begitu, Tuan. Saya tidak tahu pasti dan kalau tidak salah nama gadis itu adalah Vindy Marsella Dafani," balas Kenzie.
Alvian terkejut bukan main.
Dia?
Dia adalah?
Alvian palsu masuk ke dalam Mansion dengan cara bersembunyi, dia berfikir bahwa Allard tidak akan tahu dan sudah tidur terlelap bersama sang istri tercinta. Dari kejauhan Allard tampak tersenyum menyeringai, ketika putra tertuanya itu bersembunyi seperti maling. Perlahan namun pasti, dia mendekat kearah saklar dan tap. Lampu seketika hidup, hal tersebut membuat Alvian palsu salah tingkah dan cemas. Dengan tubuh yang lemah berbau alkohol dan mabuk, Allard pasti menghajarnya habis-habisan karena pria itu tidak suka anak-anaknya menyentuh minuman keras. Suara tepuk tangan tiga kali, yang dilakukan dengan keras membuat Alvian mundur dan ingin kabur. Namun sebuah ancaman tidak terduga dari Allard, membuat Alvian terdiam karena saat ini pria itu menodongkan pistol Glock 17 kepadanya.Alvian palsu mundur beberapa langkah. "BERHENTI! JIKA TIDAK AKAN KU TEMBAK KAMU ALVIAN!"Suara Allard yang tegas dan menggelar itu, membuat Carlina terbangun dan langsung menemui suaminya."Pergi kemana kamu, A
Saat Allard sedang fokus menatap tajam putra tertuanya, tiba-tiba saja muncullah seorang pria yang sangat menyeramkan dan sangat dingin tidak tersentuh. Dialah Aaron Matthew Wycliff berusia 39 tahun, dialah anggota termuda yang Allard miliki di kelompok Gangster Mafia Golden Lion. Gangster Mafia terkuat dan terhebat di dunia, memiliki dua ratus anggota inti dan banyak sekali anggota cadangan yang tersebar di mana-mana. Aaron menatap Bara dengan nada menusuk, seperti sedang merencanakan sesuatu di dalam pikirannya. Bara mulai merasa tidak nyaman ditatap itu, lalu memutuskan untuk mundur beberapa langkah agar tidak berkontak mata dengan Aaron. Aaron yang melihat hal tersebut hanya tersenyum tipis, benar dugaannya pria muda dihadapannya ini bukanlah putra kandung sahabatnya. Aaron mendekati Allard, lalu menepuk pundak pria berusia lima puluh lima tahun itu dengan tegas. "Bagaimana kabarmu, Allard? Maaf aku datang terlambat karena gadisku susah sekali diatur." Allard tersenyum dan mengan
Tak terasa hari sudah pagi, Alland sedang bersiap-siap untuk bertemu dengan seseorang yang memiliki darah sama seperti dirinya. Pagi ini Alland menggenakan setelan jas formal berwarna biru, sepatu hitam mewah, jam tangan mahal, dan kacamata hitam pekat yang selalu menambah ketampanannya. Aroma parfum beraroma mint semakin membuat dirinya wangi, menambah ketegasan, kewibawaan, dan aura kepemimpinannya. Tak lama kemudian Allard, Carlina, dan Amilia datang, gadis itu mengenakan gaun biru panjang dan bando bunga. Amilia menatap kagum Alland, kakaknya itu benar-benar sangat tampan dan penuh wibawa. Allard dan Carlina justru saling pandang, tidak biasanya pria dingin seperti Alland tampil dengan sempurna pagi ini tapi mereka juga pernah muda. Amilia berlari mendekati Alland, lalu memberikan kedua jempolnya. "Kakak sangat tampan sekali. Kakak Vindy pasti langsung terpesona melihat kakak." Alland menggelengkan kepalanya, tidak percaya adiknya bisa bicara seperti itu. "Jangan keras-keras. Jik
Sesampainya di Cafe XV23...Vindy dan Amilia turun duluan, sedangkan Alland memutuskan untuk memarkirkan mobil di tempat khusus. Vindy dan Amilia tampak antusias berada di halaman utama Cafe tersebut, sampai akhirnya Alland datang dan mengajak mereka untuk masuk. Amilia selalu menggenggam erat tangan Vindy, gadis itu seperti tidak mau kehilangan Vindy. Alland yang memperhatikan hal tersebut, diam-diam tersenyum hangat. Vindy tiba-tiba saja menghentikan langkahnya, saat dia melihat pria yang sangat kasar terhadap keponakannya sendiri. Alland yang mengetahui kehadiran pria yang bernama Kelvin, langsung membawa pergi Vindy dan adiknya ke ruangan VIP yang sudah ia pesan.Sesampainya di ruangan VIP...Alland meminta Vindy untuk duduk di sebelahnya, sedangkan Amilia duduk disebelah Vindy. Gadis itu masih memeluk erat tangan Vindy, Vindy hanya tersenyum dan mengusap lembut rambut Amilia.Tak lama kemudian pelayan pun datang, lalu membungkuk hormat kepada Alland."Selamat datang, Tuan Alland.
Allard langsung mengangkat teleponnya dan terdengarlah suara asing dari seberang sana. Allard bahkan tidak mengenali siapa penelepon asing tersebut.[Kau pasti sedang bersenang-senang bukan atas kembalinya Alvian? Dirimu pasti tidak menyadari bahaya yang akan datang kepada Alland dan Vindy! Hahaha!]Pria asing yang menelepon Allard langsung memutuskan sambungan teleponnya. Allard terkejut bukan main, lalu menatap Carlina dan Alvian."Ada apa, Daddy?" tanya Alvian."Iya, Baby. Ada apa dengan kamu?" tanya Carlina."Mereka dalam bahaya. Musuhku yang dulu dia kembali lagi dan aku tidak tahu apa yang direncanakan olehnya," balas Allard.Alvian dan Carlina terkejut bukan main."Seharusnya aku tidak meninggalkan mereka," batin Alvian.Tak lama kemudian telepon Allard berdering kembali.[Bom peledak itu akan segera meledak, Allard! Mereka akan mati, kau tidak akan bisa menyelamatkan keduanya. Hanya ada waktu sepuluh menit lagi. Hahaha!][Brengsek kau!]Allard memutuskan sambungan teleponnya.
Tiga hari pun berlalu dengan sangat cepat, setelah insiden bom peledak yang disimpan di dalam Alland. Alland telah bangkit untuk memperkuat dirinya, melindungi keluarga, membangun kekuatan untuk melawan musuh-musuh besar Allard Edbert Edric, dan menjaga cinta sejatinya. Saat ini Alland sedang duduk bersama ketujuh pria lainnya, di ruangan yang minim penerangan. Tak lama kemudian seorang pria dengan setelan jas formal berwarna hitam bangkit, pria itu mengenakan kacamata hitam. Pria itu tampak sedang memainkan pistol, hingga sebuah letusan peluru mengejutkan sahabat-sahabatnya. Alland mengambil pistol miliknya di meja, tak lama kemudian tersenyum menyeringai. Dia menatap sahabatnya, lalu membisikkan sesuatu hal yang sangat penting."Aku mengerti, Alland. Lebih baik kita memulai rapatnya dan menyusun rencana matang-matang," ujar pria itu.Aldo Mackenzie, pria berusia 29 tahun. Pemilik Perusahaan Mackenzie Corporation, dia ahli dalam hal tembak-menembak dan membuat senjata api legal berba
Alland memperhatikan Vindy yang tampak asik dengan dunianya sendiri, Alland tersenyum dan perlahan-lahan mulai mendekat. Vindy yang menyadari kedatangan Alland, langsung menunduk hormat kepada sang pemilik Mansion itu. Alland menghela nafas panjang, tangan kekarnya menyentuh kedua bahu Vindy lalu berpindah mengusap wajah. Tubuh gadis cantik itu menegang seketika, tangan kekar itu mengelus lembut rambutnya. Alland tersenyum hangat lalu memeluknya dengan erat, Vindy diam seribu bahasa.Alland mengambil sesuatu dari ponselnya, lalu memencet tombol merah pada benda itu. Alland diam-diam mengabadikan momen itu, tanpa sepengetahuan Vindy karena dia tidak ingin gadis itu berfikir dirinya pria kurang ajar, yang mengambil kesempatan dalam kesempitan.Alland memasukkan kembali benda itu, lalu melepaskan pelukannya pada tubuh Vindy. "Aku akan selalu menjaga dirimu!"Vindy hanya diam dan memperhatikan Alland, gadis itu semakin mencintai pria itu. Cinta akan ketulusan, kasih sayang, kebaikan, dan
Saat Alland dan keluarganya sibuk memperkuat diri, dan memperbanyak pasukan khusus untuk menyerang, berbeda halnya dengan Draco Fredrick. Draco sibuk dengan minum-minum, bercinta dengan para pelayan, dan berjoget tidak jelas. Para pengawalnya juga ikut berpesta, Draco tidak tahu bahwa musuh sepuluh langkah lebih maju dari dirinya. Draco pikir dengan membunuh Alland, akan melemah kekuatan pada diri Alland. Allard tidak semudah itu dilemahkan, banyak yang menyayanginya karena kerendahan hati seorang Allard. Draco memiliki seorang istri dan dua orang putra, mereka adalah Demian Frederick dan Darren Frederick. Meski begitu Draco seperti tidak puas pada satu wanita, dia justru bercinta dengan wanita lain dan diam-diam berkhianat pada Diana Frederick istrinya.Draco tidak menyadari bahwa salah satu putranya, mengetahui apa yang selama ini dilakukan oleh Daddy nya."Daddy berselingkuh dengan banyak wanita dibelakang, Mommy. Aku tidak bisa menerima ini!" tegas Demian Frederick. Demian pun me