Alland Edbert Edric dan Jack Archer kini saling berhadapan, dua mafia terkenal di Kota New York Amerika Serikat itu saling berjabat tangan karena hari ini adalah pertemuan pertama mereka, setelah sekian lama tidak bertemu. Kedua nya di dampingi oleh pasangan masing-masing, berbeda dengan anggota mereka yang hanya datang sendirian tanpa ada yang menemani.Vindy tersenyum melihat gadis yang lebih muda dihadapannya."Kita bertemu lagi, Alland. Sudah berapa lama kita tidak bertemu?" tanya Jack dengan nada tenang, akan tetapi sangat waspada."Sepertinya sudah dua belas tahun kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu sahabatku?" tanya Alland."Pelayan," ujar Jack.Tak lama kemudian pelayan pun datang, mereka menundukkan kepalanya sebagai tanda menghormati."Bawakan makanan serta minuman untuk sahabatku ini. Katakan pada para pengawal untuk selalu memperketat penjagaan!" tegas Jack."Baik, Tuan."Para pelayan pun pergi meninggalkan Jack Archer."Jack. Kenalkan dia adalah istriku tersayang, Vindy
Pesta untuk merayakan kehadiran pewaris keluarga Edric, berlangsung dengan sangat meriah. Alland mengundang teman-teman dan klien bisnisnya, Allard pun mengundang seluruh anggota mafia yang bersahabat dengannya. Jack Archer mendekati Alland, lalu membisikkan sesuatu hal penting. Alland hanya mengangguk saja, mempertajam pandangan dan pendengaran. Alland menatap anak buahnya, tatapan itu dimengerti oleh para penjaga nya, mereka langsung menyebar ke seluruh Mansion.Para tamu mulai mendatangi Vindy, bersalaman dan memberikan ucapan selamat. Vindy merasa sangat bahagia, dia telah memberikan yang terbaik untuk keluarga besarnya. Alland tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah istrinya, mereka akan segera menjadi orang beberapa bulan lagi dan hal itu semakin membuatnya menjadi pria yang sangat ketat.Malam ini Alland mengenakan jas formal berwarna biru, yang senada dengan gaun pesta milik istrinya."Kamu sangat cantik hari ini sayang," bisik Alland."Kamu juga terlihat lebih
"Mereka sudah masuk dalam jebakan kita, Alland. Kakak Alvian kau sudah siap menyambut mereka bukan?" tanya Jack."Tenang saja Jack. Aku sudah siap dengan senjataku dan menyambut mereka," balas Alvian.Alland melihat musuh sudah masuk ke dalam Mansion, mereka tampak tertawa terbahak-bahak."Lihatlah teman-teman. Keluarga Edric sangat bodoh sekali, mereka bahkan tidak menjaga Mansion nya dengan pengawalan. Kesempatan bagi kita untuk mencabut nyawa mereka!"Alland tersenyum menyeringai dan menatap musuh dengan tatapan tajam."Mereka sombong sekali!" tegas Alland."Kesombongan adalah awal dari kehancuran, Alland. Mereka akan hancur dengan sifat mereka!" tegas Jack."Aku akan bergerak mendekat tanpa disadari oleh mereka!" tegas Alvian."Hati-hati Kakak Alvian. Tetaplah waspada!" tegas Jack dan Alland."Aku akan baik-baik saja. Jangan terlalu khawatir!" tegas Alvian.Alvian pun bergerak perlahan mendekati musuh, pria berambut pirang itu menodong pistol pada pria tua berkepala botak."Kakek t
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, berbulan-bulan telah dilewati oleh Alland dan Vindy. Mereka merasa sangat bahagia, dalam kedamaian dan ketenangan kehidupan mereka. Malam ini tampak sangat cerah, karena diterangi oleh sinar bulan purnama. Alland dan Vindy sedang menikmati suasana malam, yang terlihat sangat romantis. Keduanya menikmati susu jahe dan kue jahe, Alland mengusap lembut kedua tangan lalu menciumnya.Tatapan mata keduanya terlihat saling mengikat satu sama lain, debaran jantung mereka berdetak seirama. Tatapan Alland beralih pada perut Vindy yang semakin besar, tidak akan lama lagi anak kembarnya akan segera terlahir ke dunia ini dan membuat suasana semakin ramai dengan tangisan bayi."Sayang. Pada akhirnya semua berjalan dengan baik, tidak ada lagi penghalang atau musuh yang akan menganggu hubungan kita. Terimakasih telah mendampingi diriku dan selalu bersabar dengan sikap dan sifat yang ku miliki," ujar Alland."Sayang. Pada dasarnya aku pun memiliki banyak kekur
~ New York, Amerika Serikat ~Vindy Marsela Dafani berjalan terburu-buru menuju sebuah ruangan yang diperintahkan oleh manager pemasaran, untuk menyerahkan surat pengunduran diri kepada pemilik Perusahaan Harrison Corporation. Vindy sengaja berlari menuju lift, karena sebentar lagi jam makan siang. Jika dia tidak buru-buru lift akan penuh sesak, dia bisa saja telat menyerahkan tugas kepada sang pemimpin. Sesampainya di lorong ruangan tertinggi di Perusahaan tersebut, dia langsung melirik ke kanan dan ke kiri. Vindy bingung luar biasa, karena di sana banyak sekali pintu ruangan yang tertutup. Vindy memejamkan matanya, lalu menghela napas panjang dan mengetuk pintu ruangan berwarna hitam pekat, terdapat ukiran singa emas yang sangat indah."Semoga saja benar ini ruangannya. Jika tidak habislah aku," batin Vindy.Vindy kembali menghela napas panjang dan mengetuk pintunya dengan penuh kelembutan. Lama ia menunggu, tetapi ketukan pertama di pintu tersebut tidak dihiraukan sama sekali."Apa
Carlina syok bukan main dengan perilaku kasar putra pertamanya, Allard wajahnya memerah dan siap meledakkan amarah luar biasa. Carlina tidak menyangka Alvian bisa berubah menjadi kasar, dan kini dia mulai meragukan bahwa yang ada dihadapannya saat ini adalah putra kandung pertamanya. Carlina menatap putranya dengan pandangan tidak percaya, tidak terasa air mata mengalir deras lalu Carlina pergi begitu saja meninggalkan suami dan putra pertamanya. Tatapan tajam Allard membuat Bara sedikit takut, tapi pria muda itu kembali menguasai dirinya. Allard sekali lagi melayangkan tamparan keras, tepat dikedua pipi Bara. Bara hanya tersenyum dan tertawa terbahak-bahak, seolah-olah mengatakan tamparan itu tidak ada apa-apanya."Kasar sekali kamu pada Ibunda sendiri. Jika saja Tuan Alland tahu tentang hal ini dia pasti akan marah besar!” tegas Rudolf."Aku tidak perduli sama sekali yang diriku inginkan saat ini hanyalah kekayaan Daddy Allard. Kau hanya orang luar tidak perlu ikut campur!" bentak B
Alland dan Vindy saat ini sedang berada di ruangan pertemuan, suasana di ruangan itu terasa dingin dan sunyi. Banyak sekali barang-barang mewah dan megah yang tertata rapi, belum lagi toples-toples cantik berisi kue yang menghiasi meja. Bunga Lily, Matahari, Mawar, dan Tulip juga ikut menghias agar ruangan itu terasa indah. Di dalam ruangan itu keduanya disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing, Alland dengan laptopnya sementara Vindy sibuk dengan berkas-berkasnya. Tak lama kemudian pintu ruangan diketuk dari luar, dengan tegas Alland menyuruh orang itu untuk masuk. Alland menatap Vindy yang sibuk dengan berkas-berkas dihadapannya, pintu kemudian terbuka dan menampilkan sosok pria muda yang Alland kenal.”bagaimana kabarmu, Alland?" tanya pria itu.”Seperti yang kamu lihat, Aaron," balas Alland, "Bagaimana kabarmu sendiri?""Ya, diriku baik-baik saja. Aku kemari untuk mengundang dirimu makan malam di sebuah Restoran terkenal," ujar pria itu.”Kapan itu?" tanya Alland dingin."Besok
Satu Minggu pun berlalu dengan cepat, setelah pertemuan menegangkan itu keduanya tidak saling bertemu kembali. Erland pergi ke Rusia untuk melakukan pertemuan dengan kliennya, Erland sengaja tidak mengajak Vindy. Jika Vindy ia bawa maka Perusahaan tidak ada yang memimpin, jadi dia memutuskan untuk pergi sendirian saja. Vindy juga jarang sekali bertemu dengan ketiga sahabatnya, mereka seperti disibukkan dengan urusan penting masing-masing. Saat ini Vindy sedang berlibur di Taman Hiburan anak-anak, dia mengenakan pakaian santai tetapi tetap tertutup untuk melindungi dirinya sendiri. Saat dirinya asik mengambil beberapa gambar, tiba-tiba saja seorang anak laki-laki tidak sengaja menabraknya sehingga ponselnya jatuh ke tanah. Anak itu tampak ketakutan, wajahnya pusat pasi, dan tangan mungil itu gemetar hebat."Aunty maafkan Robert. Aku tidak sengaja menjatuhkannya. Ada musuh Uncle Kelvin yang mengejar diriku dan ingin menculik Robert," ujar Robert.Vindy menatap Robert dengan penuh kelemb