Saat Allard sedang fokus menatap tajam putra tertuanya, tiba-tiba saja muncullah seorang pria yang sangat menyeramkan dan sangat dingin tidak tersentuh. Dialah Aaron Matthew Wycliff berusia 39 tahun, dialah anggota termuda yang Allard miliki di kelompok Gangster Mafia Golden Lion. Gangster Mafia terkuat dan terhebat di dunia, memiliki dua ratus anggota inti dan banyak sekali anggota cadangan yang tersebar di mana-mana. Aaron menatap Bara dengan nada menusuk, seperti sedang merencanakan sesuatu di dalam pikirannya. Bara mulai merasa tidak nyaman ditatap itu, lalu memutuskan untuk mundur beberapa langkah agar tidak berkontak mata dengan Aaron. Aaron yang melihat hal tersebut hanya tersenyum tipis, benar dugaannya pria muda dihadapannya ini bukanlah putra kandung sahabatnya. Aaron mendekati Allard, lalu menepuk pundak pria berusia lima puluh lima tahun itu dengan tegas. "Bagaimana kabarmu, Allard? Maaf aku datang terlambat karena gadisku susah sekali diatur." Allard tersenyum dan mengan
Tak terasa hari sudah pagi, Alland sedang bersiap-siap untuk bertemu dengan seseorang yang memiliki darah sama seperti dirinya. Pagi ini Alland menggenakan setelan jas formal berwarna biru, sepatu hitam mewah, jam tangan mahal, dan kacamata hitam pekat yang selalu menambah ketampanannya. Aroma parfum beraroma mint semakin membuat dirinya wangi, menambah ketegasan, kewibawaan, dan aura kepemimpinannya. Tak lama kemudian Allard, Carlina, dan Amilia datang, gadis itu mengenakan gaun biru panjang dan bando bunga. Amilia menatap kagum Alland, kakaknya itu benar-benar sangat tampan dan penuh wibawa. Allard dan Carlina justru saling pandang, tidak biasanya pria dingin seperti Alland tampil dengan sempurna pagi ini tapi mereka juga pernah muda. Amilia berlari mendekati Alland, lalu memberikan kedua jempolnya. "Kakak sangat tampan sekali. Kakak Vindy pasti langsung terpesona melihat kakak." Alland menggelengkan kepalanya, tidak percaya adiknya bisa bicara seperti itu. "Jangan keras-keras. Jik
Sesampainya di Cafe XV23...Vindy dan Amilia turun duluan, sedangkan Alland memutuskan untuk memarkirkan mobil di tempat khusus. Vindy dan Amilia tampak antusias berada di halaman utama Cafe tersebut, sampai akhirnya Alland datang dan mengajak mereka untuk masuk. Amilia selalu menggenggam erat tangan Vindy, gadis itu seperti tidak mau kehilangan Vindy. Alland yang memperhatikan hal tersebut, diam-diam tersenyum hangat. Vindy tiba-tiba saja menghentikan langkahnya, saat dia melihat pria yang sangat kasar terhadap keponakannya sendiri. Alland yang mengetahui kehadiran pria yang bernama Kelvin, langsung membawa pergi Vindy dan adiknya ke ruangan VIP yang sudah ia pesan.Sesampainya di ruangan VIP...Alland meminta Vindy untuk duduk di sebelahnya, sedangkan Amilia duduk disebelah Vindy. Gadis itu masih memeluk erat tangan Vindy, Vindy hanya tersenyum dan mengusap lembut rambut Amilia.Tak lama kemudian pelayan pun datang, lalu membungkuk hormat kepada Alland."Selamat datang, Tuan Alland.
Allard langsung mengangkat teleponnya dan terdengarlah suara asing dari seberang sana. Allard bahkan tidak mengenali siapa penelepon asing tersebut.[Kau pasti sedang bersenang-senang bukan atas kembalinya Alvian? Dirimu pasti tidak menyadari bahaya yang akan datang kepada Alland dan Vindy! Hahaha!]Pria asing yang menelepon Allard langsung memutuskan sambungan teleponnya. Allard terkejut bukan main, lalu menatap Carlina dan Alvian."Ada apa, Daddy?" tanya Alvian."Iya, Baby. Ada apa dengan kamu?" tanya Carlina."Mereka dalam bahaya. Musuhku yang dulu dia kembali lagi dan aku tidak tahu apa yang direncanakan olehnya," balas Allard.Alvian dan Carlina terkejut bukan main."Seharusnya aku tidak meninggalkan mereka," batin Alvian.Tak lama kemudian telepon Allard berdering kembali.[Bom peledak itu akan segera meledak, Allard! Mereka akan mati, kau tidak akan bisa menyelamatkan keduanya. Hanya ada waktu sepuluh menit lagi. Hahaha!][Brengsek kau!]Allard memutuskan sambungan teleponnya.
Tiga hari pun berlalu dengan sangat cepat, setelah insiden bom peledak yang disimpan di dalam Alland. Alland telah bangkit untuk memperkuat dirinya, melindungi keluarga, membangun kekuatan untuk melawan musuh-musuh besar Allard Edbert Edric, dan menjaga cinta sejatinya. Saat ini Alland sedang duduk bersama ketujuh pria lainnya, di ruangan yang minim penerangan. Tak lama kemudian seorang pria dengan setelan jas formal berwarna hitam bangkit, pria itu mengenakan kacamata hitam. Pria itu tampak sedang memainkan pistol, hingga sebuah letusan peluru mengejutkan sahabat-sahabatnya. Alland mengambil pistol miliknya di meja, tak lama kemudian tersenyum menyeringai. Dia menatap sahabatnya, lalu membisikkan sesuatu hal yang sangat penting."Aku mengerti, Alland. Lebih baik kita memulai rapatnya dan menyusun rencana matang-matang," ujar pria itu.Aldo Mackenzie, pria berusia 29 tahun. Pemilik Perusahaan Mackenzie Corporation, dia ahli dalam hal tembak-menembak dan membuat senjata api legal berba
Alland memperhatikan Vindy yang tampak asik dengan dunianya sendiri, Alland tersenyum dan perlahan-lahan mulai mendekat. Vindy yang menyadari kedatangan Alland, langsung menunduk hormat kepada sang pemilik Mansion itu. Alland menghela nafas panjang, tangan kekarnya menyentuh kedua bahu Vindy lalu berpindah mengusap wajah. Tubuh gadis cantik itu menegang seketika, tangan kekar itu mengelus lembut rambutnya. Alland tersenyum hangat lalu memeluknya dengan erat, Vindy diam seribu bahasa.Alland mengambil sesuatu dari ponselnya, lalu memencet tombol merah pada benda itu. Alland diam-diam mengabadikan momen itu, tanpa sepengetahuan Vindy karena dia tidak ingin gadis itu berfikir dirinya pria kurang ajar, yang mengambil kesempatan dalam kesempitan.Alland memasukkan kembali benda itu, lalu melepaskan pelukannya pada tubuh Vindy. "Aku akan selalu menjaga dirimu!"Vindy hanya diam dan memperhatikan Alland, gadis itu semakin mencintai pria itu. Cinta akan ketulusan, kasih sayang, kebaikan, dan
Saat Alland dan keluarganya sibuk memperkuat diri, dan memperbanyak pasukan khusus untuk menyerang, berbeda halnya dengan Draco Fredrick. Draco sibuk dengan minum-minum, bercinta dengan para pelayan, dan berjoget tidak jelas. Para pengawalnya juga ikut berpesta, Draco tidak tahu bahwa musuh sepuluh langkah lebih maju dari dirinya. Draco pikir dengan membunuh Alland, akan melemah kekuatan pada diri Alland. Allard tidak semudah itu dilemahkan, banyak yang menyayanginya karena kerendahan hati seorang Allard. Draco memiliki seorang istri dan dua orang putra, mereka adalah Demian Frederick dan Darren Frederick. Meski begitu Draco seperti tidak puas pada satu wanita, dia justru bercinta dengan wanita lain dan diam-diam berkhianat pada Diana Frederick istrinya.Draco tidak menyadari bahwa salah satu putranya, mengetahui apa yang selama ini dilakukan oleh Daddy nya."Daddy berselingkuh dengan banyak wanita dibelakang, Mommy. Aku tidak bisa menerima ini!" tegas Demian Frederick. Demian pun me
Rudolf, Ronald, dan Arnold menunduk hormat kepada calon nyonya mereka."Izinkan kami memperkenalkan diri nona," ujar Rudolf."Silahkan. Kalian bebas ketika sedang bersamaku," ujar Vindy ramah.Rudolf mundur beberapa langkah, lalu membungkuk hormat kepada Vindy."Nona. Perkenalkan saya Rudolf Donovan Abyan. Bodyguard pertama yang menemani tuan Alland sejak masih kecil," ujar Rudolf."Berarti kamu sudah mengenal kebiasaan Tuan Alland selama ini ya, Kakak Rudolf?" tanya Vindy."Benar, nona. Saya akan ceritakan tentang Tuan Alland mulai dari apa yang dia sukai dan juga tidak disukai olehnya," balas Rudolf.Vindy mengangguk dan tersenyum hangat.Rudolf kembali duduk di sofa, lalu menatap kearah Ronald."Nona. Perkenalkan nama saya Ronald Reagan Michael. Saya adalah tangan kanan kedua setelah Rudolf, sekaligus mata-mata terbaik yang dimiliki Tuan Alland," ujar Ronald."Apa anda sudah punya kekasih?" tanya Vindy."Belum, Nona. Hehehe ...," balas Ronald.Rudolf hanya menghela nafas panjang, p