Share

Terjebak Permainan Mr. Sean
Terjebak Permainan Mr. Sean
Author: Vaanella

1 | Sienna Adelaide

Author: Vaanella
last update Last Updated: 2022-11-04 12:33:52

“Sean,” panggil Sienna ketika ia melepaskan sepatu karetnya dan mengganti dengan flat shoes yang ia bawa.

Ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya sebagai seorang residen tahun ke dua di Mont-Sien Medical Center, rumah sakit swasta terbaik dan terbesar yang ada di Jakarta. Rumah sakit ini kini menjadi pilihan bagi para pasien Indonesia yang selama ini berobat ke luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura.

"Sean, aku baru selesai kerja," kata Sienna lagi.

Oleh karena itu, menjadi residen di rumah sakit ini adalah impian banyak orang, karena jika sudah menjadi residen di sini, maka besar kemungkinan akan langsung bekerja di sini.

“Hm?” jawab Sean di ujung sana.

Sienna mengerutkan keningnya karena mendengar suara Sean yang cukup aneh di telinganya. Tidak–bukan cukup aneh–ia sudah sangat terbiasa mendengar suara Sean yang seperti ini. Ia hanya tidak menyangka kalau Sean akan melakukannya di sore hari seperti ini.

“Kamu lagi sama cewek?” tanya Sienna lagi. Sean tidak perlu menjawab karena Sienna mendengar suara desahan seorang wanita. “Oh.. kamu lagi main?”

Lalu, ia mendengar Sean yang terdengar kesal. “Ya. Kamu sangat mengganggu.”

“Aku mau ke apartemen kamu,” kata Sienna yang tidak terima dengan ucapan Sean. “Aku enggak mengganggu. Buktinya aku telepon dulu sebelum dateng.”

“Rumah aku sedang berantakan, Sienna.”

Sienna mengambil tasnya dan berjalan keluar dari ruang piket yang selama tiga hari berturut-turut sudah menjadi tempatnya tidur untuk beberapa jam. Profesinya sebagai seorang residen terkadang membuatnya tidak bisa beristirahat.

“Kamu punya waktu untuk membersihkannya dulu,” jawab Sienna yang tidak mau tahu alasan apapun.

Setelah itu, ia mematikan sambungan telepon karena ia sudah keluar dari lift dan sudah tiba di lobi. Ternyata cuaca sore ini cukup mendung. Sangat jarang ia melihat awan Jakarta sangat gelap seperti ini.

“Dokter Sienna?” panggil seorang perawat.

Sienna menoleh dan tersenyum ke arah dua orang perawat yang bernama Viola dan Anisa. Ia sangat mengenali dua perawat ini karena mereka sering bekerjasama.

“Ya, sus?” tanya Sienna.

“Dokter sudah mau pulang, ya?” tanya Viola.

Sienna tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Lalu, Annisa berkata, “Seneng banget karena melihat dokter Sienna pulang. Kita bahkan lupa kapan terakhir kali ngeliat dokter pakai baju biasa kayak gini.”

Mereka sedikit mengobrol dan pada saat itu, seorang perawat lainnya datang menghampiri mereka.

“Dokter Sienna. Bapak Presdir mau ketemu,” kata perawat itu yang sepertinya sejak tadi memang sudah mencari Sienna.

Ketika mendengar hal itu, Sienna langsung tersenyum dan berpamitan kepada tiga orang perawat yang ada di hadapannya. Ia berbalik dan kembali memasuki lift untuk menuju ke lantai tertinggi dari gedung rumah sakit ini.

Ketiga perawat itu memperhatikan Sienna yang sudah masuk ke lift dengan bingung. “Kalian udah berapa kali dapat pesan dari sekretaris pak presdir untuk cari Dokter Sienna?”

Annisa menjawab, “Aku sudah lebih dari tiga kali.”

Viola menambahkan, “Aku kayaknya udah mau sepuluh kali.”

“Aku gak mau suudzon. Tapi.. apa pak Presdir sama dokter Sienna ada sesuatu?” tanya perawat lainnya.

“Hus udah jangan gitu ah..”

Kemudian, mereka pun bubar untuk mengerjakan tugas masing-masing.

***

Setelah selesai menemui pemilik rumah sakit, kini Sienna sudah berada di luar rumah sakit. Hanya membutuhkan beberapa menit dengan menaiki gojek untuk tiba di apartemen Sean. Namun karena cuaca sangat bagus seperti ini, ia memutuskan untuk berjalan saja. Selama di perjalanan, ia tidak bisa berhenti memandangi langit dan selalu tersenyum. Angin Jakarta yang berpolusi terasa sedikit sejuk karena cuaca mendung ini.

"Langit Jakarta ternyata enggak terlalu menyebalkan sekarang," gumam Sienna yang lagi-lagi tidak menghilangkan senyumannya.

Tidak berapa lama kemudian, ia berbelok ke arah kompleks apartemen Sean. Setelah ia memasuki lift dan menekan angka lantai Sean, ia menatap dirinya di pantulan cermin. Sepertinya ia benar-benar membutuhkan istirahat.

Pintu lift membuka dan ia segera keluar untuk menuju ke pintu apartemen milik Sean. ia bahkan sudah tahu kata sandi apartemen milik sahabatnya ini. Ketika ia memasuki apartemen, ia langsung disambut dengan suara jeritan seorang wanita.

“Tangan kamu sangat—” kata wanita itu yang pinggulnya bergerak mengikuti irama jari-jari Sean.

Sementara Sean terlihat senang karena wanita itu terlihat menikmati permainannya. “Kamu harus mengingat tanganku setiap kali membayangkan diriku.”

Kepala Sean lalu menunduk dan ia memainkan salah satu bagian yang paling menggoda dari tubuh wnita itu, membuat wanita itu kembali bergerak di bawah tubuh Sean. kemudian, Sean menarik tangannya dari tubuh bagian bawah wanita itu dan memberikan jarinya yang tadi memainkan tubuh wanita itu.

“Suck this,” kata Sean dengan nada yang sangat mendominasi.

“Iyuh..” kata Sienna ketika ia mendapati Sean sedang bermain dengan seorang wanita yang sudah tidak mengenakan pakaian apapun lagi. “Kamu bisa bermain di salah satu kamar kamu. Aku jadi enggak nafsu untuk makan di atas meja itu.”

Wanita cantik yang tadinya terlihat menikmati permainan tangan Sean kini terlihat sangat terkejut karena melihat orang lain yang sedang mengganggu kebahagiaannya. Sementara Sienna hanya menatap wajah wanita yang terlihat kesal itu dengan tatapan dingin.

Ia tidak tahu sudah berapa banyak wanita yang dibawa oleh Sean, dan semua wanita itu tidak pernah sama. Ia mengambil kemeja biru milik Sean yang tergeletak di lantai dan memberikannya kepada wanita itu.

Lalu, Sienna menatap Sean yang masih mengenakan celana panjang. Wajah pria itu juga terlihat sangat kesal sekarang.

“Aku harus tidur!” decak Sienna yang terlihat lebih kesal. “Aku enggak tidur dengan benar selama tiga hari. Kalau dihitung, aku cuma tidur empat jam selama tiga hari!”

“Dia siapa, beb?” tanya wanita yang sudah selesai mengenakan kemeja Sean untuk menutupi tubuhnya.

“Pengganggu,” jawab Sean pada wanita itu.

Wanita yang tidak Sienna ketahui namanya itu mengalungkan lengannya ke leher Sean dan mengecupnya singkat. “Kita akan ketemu lagi, kan?”

“Aku akan ke tempat tadi untuk menemui kamu lagi,” jawab Sean yang kembali menyentuh wanita itu hingga membuat wanita itu tertawa geli.

Sienna yang mendengar jawaban itu hanya tersenyum, membuat wanita itu kembali menatapnya. “Dia bahkan enggak memberikan kamu nomornya karena dia enggak akan menemui kamu lagi.”

Setelah itu, Sienna berbalik menuju ke arah kulkas, sementara Sean mengantar wanita itu ke luar. Di dalam kulkas, ia melihat ada kotak yang berisikan pasta. Ia tersenyum dan membawanya ke atas pantry dan segera membukanya. Tentu saja ia tidak akan memakai meja makan yang sudah tidak suci itu lagi. Sekali lagi, ia tersenyum ketika mencium aroma pasta yang sangat ia sukai.

“Aku sudah mengatakan kalau kamu tidak bisa datang,” kata Sean yang ternyata sudah kembali. Ia datang sambil membawa kursi dan meminta Sienna untuk duduk di kursi itu. “Aku tidak menodai kursi ini.”

“Aku perlu tidur dan makan. Aku enggak mau pulang dan ketemu dengan tiga Kakak aku,” jawab Sienna sambil mengaduk pasta-nya.

Sean merebut pasta itu dan berjalan untuk memasukkannya ke dalam microwave. “Kamu adalah seorang dokter tapi memakan makanan dingin.”

“Kamu enggak tahu kalau perut aku bisa menghangatkan makanan apapun,” jawab Sienna kesal. “Itu tadi siapa?”

“Kura-kura,” jawab Sean ringan.

“Memangnya ada manusia yang pakai nama hewan?” tanya Sienna bingung.

Sean hanya menganggukkan kepalanya. “Kamu kelihatan lelah.”

“Aku enggak tidur selama tiga hari,” jawab Sienna. “Aku harus bekerja keras untuk masa depan aku. Bahkan di umur dua lima aku masih harus kayak gini. Sementara kamu sekarang adalah seorang pebisnis muda yang bisa tidur dengan semua wanita yang ada di Jakarta ini.”

Mendengar ucapan itu, Sean tersenyum. “Semua? Termasuk kamu?”

“Kecuali aku. Aku enggak akan pernah tidur dengan seorang bastard seperti kamu,” jawab Sienna. Lalu, microwave berdenting, menandakan kalau pasta miliknya sudah siap untuk dikeluarkan. “Ambilin dong.”

Sean tidak beranjak dan ia hanya menatap Sienna. “Aku adalah seorang pebisnis kaya yang baru saja dinobatkan oleh Time.”

“Tapi bagi aku kamu cuma seorang pria aneh yang tidur dengan semua wanita yang kamu jumpai,” jawab Sienna. “Kecuali aku.”

Sienna sama sekali tidak mengetahui, mengapa Sean selalu mendapatkan wanita untuk ia ajak tidur bersama. Mungkin karena Sean adalah pria yang sangat mapan dan tampan bagi semua orang. Namun sekali lagi, baginya Sean hanyalah teman yang bisa ia suruh-suruh.

“Cuma kamu yang tidak pernah tertarik dengan aku,” kata Sean yang akhirnya mengambilkan pasta miliknya yang sekarang sudah diambil Sienna.

“Ya karena aku adalah satu-satunya cewek waras di antara semua cewek yang ada di Jakarta.”

***

Sienna tidak tahu sejak kapan dirinya tertidur. Ia hanya ingat kalau setelah menghabiskan pasta, ia mandi dengan cepat dan berbaring di sebuah kamar yang sudah ia anggap seperti kamarnya sendiri. Namun, ketika ia membuka matanya, ia tahu kalau matahari sudah meninggi.

Ia sudah akan menghabiskan libur sehari yang ia dapatkan dengan susah payah ini.

Sienna mengubah posisinya menjadi menelentang dan tahu kalau sekarang ia sedang kelaparan. Maka, ia memutuskan untuk keluar dari kamar yang ia rasa adalah tempat paling suci dari semua ruangan yang ada di apartemen milik Sean ini.

"Sienna?" panggil Sean ketika Sienna menerima panggilan telepon dari pria itu.

"Hm?" tanya Sienna. "Aku baru bangun."

Di ujung sana, Sean tahu kalau Sienna baru bangun. tanpa wanita itu beritahu pun, ia tahu. Suara serak wanita itu membuatnya tahu, dan membuat bagian lain dalam dirinya tahu.

"Aku harus ke Singapura. Maaf.."

"Enggak apa-apa. Kamu adalah orang paling sibuk," jawab Sienna.

"Aku sudah bersihkan meja makan—dengan antiseptik—kalau kamu bertanya-tanya," kata Sean lagi.

Mendengar ucapan itu, Sienna tertawa. "Bagus. Kamu memang harus membersihkannya."

Ketika keluar dari kamarnya, Sienna langsung menuju ke dapur dan mendapati makanan di atas pantry. Ada secarik kertas yang bertuliskan 'aku tidak meletakkan makanan ini di atas meja makan.'

"Kamu masakin aku juga?" tanya Sienna senang.

"Ya. Aku tida mau melihat dapur aku berantakan karena kamu memaksa untuk masak."

"Ya udah aku makan dulu. Bye."

Setelah itu, ia mematikan sambungan teleponnya.

Ia tersenyum dan membawa nampan makanan itu ke ruang TV. Ia ingin menikmati sisa siangnya dengan sangat nyaman. Namun, ketika ia menyalakan televisi, ia menatap sebuah saluran televisi yang menyiarkan wawancara bersama dengan seorang pebisnis.

Ia ingin memindahkan ke saluran televisi lain, namun ia terlanjur mendengar sebuah pertanyaan dari si pembawa acara.

“Apakah benar rumor kalau Anda memiliki saudari perempuan yang tidak diketahui publik?” tanya pembawa acara itu.

Pebisnis pria itu tertawa. “Tidak. Kami tidak pernah memiliki adik lain. Ibuku hanya melahirkan tiga anak sebelum dia meninggal.”

Dengan lemas, Sienna mematikan televisi dan menatap makanannya. Sekarang, ia tidak lagi ingin makan. Ia berbaring di sofa dan meringkuk memeluk tubuhnya sendiri. Tidak ada suara apapun di sini. Ia bahkan bisa mendengar suara napasnya sendiri dengan sangat jelas.

Jangan nangis, katanya kepada dirinya sendiri.

Akan tetapi, semakin ia mengatakan hal itu kepada dirinya, air matanya semakin membendung dan mengalir keluar dengan derasnya.

Bersambung

Related chapters

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   2| Apakah Sienna Adalah Simpanan Presdir?

    “Dokter Sienna?” panggil Viola. Sienna yang baru saja selesai menjadi dokter pendamping untuk operasi transplantasi hati menatap Viola. “Ya, sus?” “Dokter dicari oleh Bapak Dirut di ruangannya,” kata Viola lagi. Sienna menganggukkan kepalanya dan berterima kasih dengan perawat itu. Ia melihat jam pada ponselnya. Masih ada tiga puluh menit sebelum dirinya mengikuti dokter utama untuk melakukan visit kepada para pasien. Seharusnya, ia menggunakan waktu tiga puluh menit itu untuk makan siang, tidur dan menyikat giginya. Namun, ia memutuskan untuk menemui direktur utama rumah sakit ini. Di belakang Sienna, Viola menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Enggak. Enggak mungkin. Aku yakin dokter Sienna bukan tipe cewek simpanan..” “Tapi dokter Sienna cantik, badannya bagus dan masih muda,” jawab Annisa dari belakang. Viola dan Annisa saling pandang, kemudian mereka memutuskan untuk tidak membahas hal itu lagi. Sementara itu, Sienna berbelok ke arah lift dan menekan nomor lantai paling t

    Last Updated : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   3| Sean Cemen

    Sienna memasuki mobil Sean yang sudah terparkir di depan lobi rumah sakit, dengan banyak bungkusan kertas dengan logo ‘M’ berwarna kuning. Dengan cepat, aroma burger yang sangat terkenal dari merek itu terkuar menggantikan aroma tubuh Sean. Sienna menghadap ke kursi belakang dan meletakkan beberapa bungkusan itu, di sana dan beberapa lagi di pangkuannya. Mobil yang sangat mahal ini mulai berjalan, karena sebenarnya mobil tidak boleh berhenti di depan lobi. “Kamu baik-baik saja?” tanya Sean sambil melirik ke arah Sienna yang hanya diam dan memandangi bungkusan kertas berisi makanan itu. Ia akan membuka lampu mobil karena ingin melihat wajah Sienna, namun wanita itu menahan tangannya. Pada saat itu, Sean tahu kalau Sienna sedang tidak ingin dilihat, bahkan oleh sahabatnya sendiri. “Aku–” kata Sienna membuka mulutnya, namun ia cepat-cepat menutup mulutnya kembali dengan kedua telapak tangan. Setelah mengatur napasnya, ia kembali melanjutkan, “Kamu tahu rasanya ditanyain kayak gitu di

    Last Updated : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   4| Rencana

    Sejak empat tahun yang lalu, setelah menyelesaikan kuliahnya Sean langsung duduk di kursi presiden direktur, menggantikan ayahnya yang langsung mundur dari posisi itu dan kini menjadi chairman di Pelltun Ippolito Holdings. Pelltun Ippolito Holdings adalah sebuah perusahaan yang menjadi induk dari beberapa anak perusahaan yang bergerak di berbagai sektor. Mulai dari Pelltun Beton, Ippolito Tol, Energi Ippolito dan juga Pelltun Ippolito Land. Pelltun Ippolito Land adalah anak perusahaan yang bergerak di bidang real estat yang didirikan enam tahun yang lalu oleh Sean sendiri. Saat itu, ia masih berkuliah pada tahun pertamanya. Anak perusahaan ini adalah langkah utamanya untuk bisa menduduki posisi seorang presiden direktur dua tahun setelah ia mendirikan Pelltun Ippolito Land. "Pak," panggil sekretarisnya ketika ternyata, Sean hanya melamun sejak tadi. "Anda memerlukan waktu sebelum melanjutkan rapat ini?" Sean menggelengkan kepalanya. "Saya baik-baik saja. kita bisa lanjutkan."Mes

    Last Updated : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   5| Sean Ingin Mencium Leher Sienna

    Sienna berjalan dengan cepat memasuki pintu utama keluarga Kanaka ini. Rumah ini sangat besar dengan gaya victoria yang berdiri di atas lahan yang sangat luas. Meskipun tidak banyak penghuninya, namun Sienna selalu merasa kalau rumah ini sangat hangat. Ia selalu merasa nyaman jika sedang berada di antara keluarga Sean. Dengan cepat, kakinya yang sudah sangat hapal dengan ruangan yang ada di rumah ini pun melangkah ke arah ruang makan. Ketika ia tiba di ruang makan, ia melihat Sean yang sedang menggendong Blaire. Ia tersenyum dan berjalan lebih cepat. “Sean?” Sean yang sedang berusaha untuk menidurkan Blaire pun menoleh dan tersenyum lega. “Maaf aku harus merepotkan kamu.” Sienna meletakkan tasnya ke atas meja makan dan segera mencuci tangan dengan bersih. Setelah itu, ia mengelap tangannya sampai kering dan berjalan ke arah mereka. “Hi, Bie.” Bayi berusia satu tahun itu menoleh ke arah Sienna dan mengulas senyuman. Sienna mengulurkan tangannya. “Mau aku gendong?” Blaire menu

    Last Updated : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   6| Sean Membingungkan

    Sienna menghabiskan makanannya dengan cepat karena ternyata, ia merasa sangat lapar. Sean yang melihat hal itu hanya menatap dengan heran. Ia sudah berteman dengan Sienna selama sepuluh tahun, dan wanita ini selalu makan dengan sangat banyak. Namun, tubuh Sienna tetap sangat ramping. Entah kemana larinya semua makanan-makanan itu. “Aku udah hubungin beberapa temen aku dan mereka setuju. Sisanya akan aku tanya besok,” kata Sienna setelah ia meminum air putih. “Aku temani kalau begitu.” Kening Sienna berkerut. “Kamu enggak ke kantor?” “Besok hari Sabtu, Sienna,” jawab Sean. “Oh…” Ia lupa kalau besok adalah hari sabtu. Sienna menyentuh bibir gelasnya dengan jari, sementara Sean masih merasa marah setiap kali memikirkan tentang bahu Sienna yang memar. Oleh karena rasa marahnya itu, akhirnya Sean berkata, “Siapa yang membuat bahu kamu seperti itu?” “Aku sendiri. Aku kepeleset..” “Sienna..” “Beneran,” jawab Sienna sambil berdecak. Sienna tidak ingin mengatakan yang sejujur

    Last Updated : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   7| Sienna Selalu Menghancurkan Pakaian Sean

    Di kota Barcelona, Richard dan juga Jacqueline sedang duduk di kursi yang menghadap ke jendela yang menyuguhkan pemandangan kota Barcelona dari ketinggian lantai tiga puluh apartemen ini. Sejak tiba di kota ini beberapa jam yang lalu, Richard langsung disibukkan dengan beberapa pertemuan dan Jacqueline menemani suaminya dengan sangat sabar.Mereka baru bisa beristirahat di apartemen yang beberapa tahun lalu dibeli oleh Richard. “Kamu capek?” tanya Jacqueline sambil menyentuh lengan suaminya. Richard tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Meskipun lelah, ia selalu merasa lebih baik setiap kali bersama dengan istrinya. “Kamu sudah menelepon Sean untuk menanyakan keadaan Bie?” “Ya,” jawab Jacqueline. Kali ini, raut wajah Jacqueline yang awalnya serius berubah menjadi lebih antusias dan penuh senyuman kegembiraan. Melihat raut kegembiraan itu, Richard mengubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Jacqueline. “Kamu bahagia karena Bie tidak menangis?” tanya Richard, berusaha

    Last Updated : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   8| Sandiwara

    Dua hari kemudian, Sean sudah kembali bekerja dan sedang sangat sibuk. Hari Senin adalah hari dimana ia tidak memiliki pertemuan dengan siapapun. Karena, hari Senin ia akan memeriksa semua berkas yang harus ia tandatangani. Juga menyelesaikan permasalahan yang harus segera ia tangani. Meskipun ia tidak memiliki jadwal rapat, namun hari Senin adalah hari yang sama sibuk dengan hari lainnya bagi Sean. Akan tetapi, hari ini terasa lebih ringan baginya. Karena, Sienna berjanji akan memasakkannya makanan untuk makan malam nanti. Ia tidak sabar untuk segera pulang meskipun ia baru tiba tidak lebih dari dua jam yang lalu. Ia juga tidak sabar untuk melihat Blaire. Benar. Aku tidak sabar untuk bertemu dengan Bie. Bukan karena makanan Sienna, pikir Sean. “Pak,” panggil Elijah ketika pria itu memasuki ruang kerja Sean. “Maaf mengganggu. Tapi ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda.” “Minta mereka menunggu sampai besok,” jawab Sean tanpa menatap ke arah Elijah. "Aku yakin kamu ta

    Last Updated : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   9| Bersedih

    Bintang Film Indonesia adalah sebuah acara tahunan yang digelar oleh sebuah stasiun televisi swasta tanah air yang bekerjasama dengan asosiasi film Indonesia untuk acara ini. Oleh karena itu, acara ini merupakan anugerah untuk para penggiat film di Indonesia. Mulai dari aktor dan aktris, penulis, tim produksi, produser, sutradara dan lainnya. Acara ini adalah target bagi semua penggiat film untuk membuktikan hasil karya mereka. Acara ini tidak hanya dinantikan oleh para penggiat film, tapi juga oleh para masyarakat yang ingin melihat aktor dan aktris kesayangan mereka mendapatkan piala penghargaan. "Kita bener-bener pasangan yang serasi, Sean," kata Ivanka sambil tersenyum. Sean membalas senyuman itu dan kembali fokus pada jalan raya. Mereka akan memasuki daerah tempat acara akan digelar, dan barisan panjang mobil yang mengantarkan para tamu mulai memanjang. Malam ini, mereka mengenakan pakaian dengan warna senada. Sean mengenakan tuksedo berwarna biru navy, sementara Ivanka

    Last Updated : 2022-11-04

Latest chapter

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   28| Perasaan Yang Berbalas

    Terjadi hujan yang sangat lebat pada pagi itu. Sienna yang lebih awal terjaga memutuskan untuk membuat dua cangkit teh. Untuk dirinya dan juga sean. Pasiennya. Pada dini hari, ia tidak bisa melanjutkan tidurnya karena tiga hal. Pertama, karena bunyi gemuruh yang saling bersahutan, kedua karena bunyi engsel pintu yang berderik di kejauhan karena tertiup angkin kencang, dan ketiga adalah karena Sean terus menerus bergumam dalam tidurnya Sekarang Sean memang adalah pasiennya, karena demam pria itu tak kunjung turun sampai sekarang. Sienna meletakkan dua cangkir teh itu ke atas meja makan karena mendengar suara ponselnya. Ariana yang meneleponnya. “Sienna? Apa kamu dan Sean baik-baik saja di sana?” tanya Ariana yang terdengar sangat khawatir. “Kami semua sudah melakukan tes dan tidak ada yang tertular.”Sienna menghela napas lega karena tidak ada yang tertular lagi. “Kami baik-baik saja, Ariana. Cuma Sean yagn sekarang sedang sangat demam.”“Cucuku akan sangat merepotkan ketika dia de

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   27| Keras Kepala

    Sekarang sudah pukul dua pagi dan Sean sama sekali tidak bisa tidur. Ia sudah memutuskan untuk merawat Sienna, maka ia akan menjadi pria yang siap siaga sekarang. Sienna sekarang tidur. Di dalam pelukannya, setelah dirinya memenangkan perdebatannya dengan wanita ini. “Aku tidak akan pernah tidur di dalam pelukan seorang pria yang memeluk sangat banyak wanita, Sean,” kata wanita itu tadi, dengan sangat keras kepala dan menghempaskan pintu kamar di depan wajah Sean. Walaupun Sienna melarangnya untuk masuk ke dalam kamar wanita itu, namun Sean tetap berjaga di depan pintu. Benar saja, tiga puluh menit kemudian, Sienna batuk dan Sean langsung masuk untuk memberikan bantuan. Ia memberikan Sienna air hangat yang ia pikir bisa membantu meredakan batuk wanita itu. Sean lupa bagaimana sekarang mereka bisa saling memeluk seperti ini. Namun yang pasti ia sangat bahagia. “Kamu tidak tahu kalau aku tidak pernah memeluk wanita lain seperti ini, Sienna,” gumam Sean sambil tersenyum lebar. “Ka

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   26| Terjangkit COVID-19

    Sienna kembali terjaga dan ia tidak tahu kalau dirinya sudah kembali terlelap. Ketika ia membuka matanya, ia mendapati seberkas cahaya dari pintu kamarnya. Seana pasti sudah menghidupkan semua lampu karena hari sudah benar-benar malam sekarang. Perlahan, ia duduk dan entah apakah karena ia tidak minum untuk beberapa waktu, ia merasa tenggorokannya sangat kering dan sedikit perih. “Uhuk-uhuk..” ia terbatuk. Satu detik kemudian, Sean masuk. Pria itu masuk seolah dirinya memang sudah menunggu Sienna di depan pintu kamar wanita itu. “Kamu baik-baik saja?” tanya Sean dengan segelas air di tangannya. Dengan sangat sigap, ia memberikan air itu untuk Sienna minum. “Awas,” kata Sienna setelah ia meminum air dan masih merasa tidak ada perubahan pada tenggorokannya. Ia berjalan menuju ke tasnya, dan mengambil alat tes swab dari dalam sana. Ketika dirinya sedang memeriksakan diri, Sean hanya berdiri di tepi ranjang dan menatap apa yang sedang dilakukan oleh Sienna. “Apakah kamu berpikir k

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   25| Bermalam Di Pondok Yang Sama

    Satu minggu kemudian, Sienna dan Ariana menuju ke rumah perkebunan yang akan menjadi tempat tinggal mereka selama seminggu. Richard, Jacqueline dan Blaire sudah tiba di rumah perkebunan, sementara Sean masih berada di Singapura dan akan sampai beberapa jam lagi. “Ah. aku sangat merindukan tempat ini,” kata Ariana ketika mereka memasuki jalanan berbatu yang mengarahkan mereka pada sebuah gerbang yang sangat besar. “Rumahmu dihitung dari gerbang ini, Ariana?” tanya Sienna. “Ya. dan kebun-kebun yang ada di sini adalah milikku. Tempat ini adalah tempatku menghabiskan waktu sebelum aku memutuskan untuk tinggal di berbagai negara sepuluh tahun yang lalu. Aku tidak menyangka kalau tempat ini masih terasa sama, walaupun sudah berjarak sepuluh tahun.”Sienna tersenyum karena dirinya melihat senyuman tulus di wajah Ariana. Ia juga seolah melihat wajah Ariana pada sepuluh tahun yang lalu. Setelah mobil mereka terus memasuki area kebun sekitar selama lima menit, akhirnya mereka mulai melihat

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   24| Belum Begitu Menyadari Perasaan

    Selama tiga hari berikutnya, Ariana benar-benar menepati janjinya untuk tidak membiarkan Sean masuk ke rumahnya. Ia mengizinkan siapapun untuk masuk dan menemui Sienna, kecuali Sean. Cucunya sendiri. Selama tiga hari pula, Sienna pulang ke rumah Ariana hanya untuk mengganti pakaiannya dan setelah itu ia kembali ke rumah sakit. Namun hari ini, ia mendapatkan cuti dan cuti itu ia gunakan untuk mengisi tenaganya lagi. “Selamat malam, Sienna,” kata Ariana sambil tersenyum. Sienna awalnya ingin melewatkan makan malam, namun ia mendapatkan pesan dari salah satu pelayan bahwa Ariana ingin makan malam bersamanya. Ia merasa sangat nyaman berada di sini, karena Ariana sangat tulus kepadanya. “Hari ini kamu sangat produktif dariku, Ariana. Selamat malam,” Sienna balik menyapa Ariana setelah ia duduk di kursi yang berhadapan dengan wanita itu. Walaupun seharian ini Sienna hanya menghabiskan waktu di dalam kamarnya, namun ia tahu kalau Ariana hari ini sangat sibuk dengan museum baru yang akan

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   23| Semakin Rumit

    Sienna dan Ariana tiba di rumah Ariana yang sangat besar. Sienna tidak pernah datang ke rumah ini, karena selama sepuluh tahun terakhir, Ariana tidak pernah menempati rumah ini. Akan tetapi, meskipun pemilik rumah ini baru saja kembali, Sienna merasa rumah ini tetap hangat. “Rumah kamu sangat indah, Ariana,” kata Sienna yang merasa sangat takjub. Rumah ayahnya mungkin hanya setengah dari luas keseluruhan rumah ini. Di setiap matanya memandang, ia akan selalu tersenyum karena Ariana meletakkan banyak vas bunga mawar dengan berbagai warna di setiap sudut ruangan. “Aku sangat menyukai mawar. Walaupun pria yang memberikanku mawar pertama adalah pria yang sangat kubenci untuk seumur hidupku,” kata Ariana yang tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Sienna. “Aku akan berusaha untuk tidak membuat kamu mengingat hal yang tidak ingin kamu ingat,” jawab Sienna. Lalu, sesaat kemudian ia memikirkan sesuatu. “Walaupun rumah kamu sangat indah, tapi aku merasa kalau ini bukan tempatku, Ariana.”“Mak

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   22| Tak Sesuai Harapan

    Sean sama sekali tidak melepaskan genggaman tangannya pada tangan Sienna ketika ia mengajak Sienna untuk keluar dari ruang kerja Theodore yang ada di rumah sakit Mount-Sien ini. Ia juga tidak berhenti tersenyum karena Sienna yang bersikap cukup manis dengan hanya diam dan mengikuti langkahnya. Wanita itu tidak melepaskan genggaman tangan mereka, walaupun sekarang mereka tengah berada di lobi rumah sakit yang cukup ramai. \Seperti biasa, ketika mereka tiba di mobil, Sean membukakan pintu untuk wanita itu, kemudian ia masuk ke pintu kemudi. “Kamu tidak perlu takut. Aku akan meminta banyak orang untuk menjaga kamu,” kata Sean setelah ia menyadari kalau Sienna hanya diaSementara Sienna sekarang hanya memandangi rumah sakit dan berkata, “Rumah sakit ini..”“Kamu tidak perlu khawatir. Rumah sakit akan baik-baik saja walaupun semua orang tahu siapa kamu sekarang, sienna,” kata Sean lagi dengan sanga yakin. Sienna memalingkan wajahnya untuk menatap wajah Sean yang terlihat sangat bersema

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   21| Janji

    Empat tahun yang lalu..Sean menemui seorang wanita yang sama sekali tidak ia kenali. Ia datang ke sini karena wanita itu mengiriminya pesan yang berisikan kalau ia mengetahui rahasia keluarga Wangsadharma, keluarga Sienna. Awalnya, ia menganggap ini hanyalah pesan iseng, namun kemudian ia berpikir kalau tidak mungkin orang iseng mengirimkan pesan seperti ini kepada dirinya. "halo," kata wanita yang terlihat sangat cantik namun biasa saja di mata Sean. Bagi Sean, wanita yang paling menarik adalah Sienna. "Aku harus ke Singapura tiga jam lagi. Aku berharap kamu bisa mengatakan apa yang kamu ketahui dengan cepat," kata Sean sambil menatap jam tangannya. "Sayang sekali karena kayaknya, pembicaraan kita akan berlangsung lama." Sean hanya diam dan menatap wanita itu dengan dingin. "Mungkin kamu tidak begitu mengenali aku, padahal aku berusaha di dalam pekerjaanku sebagai seorang aktis supaya bisa kamu kenali.." "...""Aku Ivanka, wanita yang sangat sering menjadikan kamu sebagai f

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   20 | Ciuman Pertama

    Sienna menahan napasnya ketika ia merasa kalau Sean mengangkat tubuhnya dan membawanya memasuki bagian dalam apartemen pria itu. Ia tahu kalau dirinya sedang berhadapan dengan singa yang sedang lapar. Ia bisa melihat dari tatapan mata Sean yang tidak akan memberikan pengampunan untuknya. Ia juga tahu kalau apa yang mereka lakukan mungkin akan sangat berbahaya, namun ia menginginkannya. Entah sejak kapan, ia menginginkan Sean. lebih dari sebuah pelajaran berciuman yang pernah mereka sepakati. Sean mendudukkannya di kitchen island yang beruntungnya tidak berisi apapun.“Pelajaran dari mana yang kamu inginkan?” tanya Sean. Sean menatap wajah Sienna, dan ia harus mengingatkan dirinya, beratus kali, kalau ia harus menguasai diri. Ia tidak boleh langsung menerkam tubuh Sienna yang sangat ingin ia nikmati ini. Akan tetapi, sepertinya Sienna berencana untuk menggodanya. Wanita itu berkata, “Aku menginginkan ciuman yang panas. Ciuman yang kamu inginkan. Bukan ciuman yang hanya ingin kamu b

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status