Share

3| Sean Cemen

Author: Vaanella
last update Last Updated: 2022-11-04 12:39:24

Sienna memasuki mobil Sean yang sudah terparkir di depan lobi rumah sakit, dengan banyak bungkusan kertas dengan logo ‘M’ berwarna kuning. Dengan cepat, aroma burger yang sangat terkenal dari merek itu terkuar menggantikan aroma tubuh Sean. Sienna menghadap ke kursi belakang dan meletakkan beberapa bungkusan itu, di sana dan beberapa lagi di pangkuannya.

Mobil yang sangat mahal ini mulai berjalan, karena sebenarnya mobil tidak boleh berhenti di depan lobi.

“Kamu baik-baik saja?” tanya Sean sambil melirik ke arah Sienna yang hanya diam dan memandangi bungkusan kertas berisi makanan itu.

Ia akan membuka lampu mobil karena ingin melihat wajah Sienna, namun wanita itu menahan tangannya. Pada saat itu, Sean tahu kalau Sienna sedang tidak ingin dilihat, bahkan oleh sahabatnya sendiri.

“Aku–” kata Sienna membuka mulutnya, namun ia cepat-cepat menutup mulutnya kembali dengan kedua telapak tangan. Setelah mengatur napasnya, ia kembali melanjutkan, “Kamu tahu rasanya ditanyain kayak gitu di saat kamu lagi sedih?”

Marah, pikir Sean.

Sekarang Sienna sedang marah karena pertanyaan darinya. Namun, itu lebih baik daripada Sienna yang hanya diam dan tidak mengatakan apapun.

“Jangan ke apartemen kamu!” kata Sienna ketika Sean akan berbelok ke kompleks apartemennya.

Dengan patuh, Sean mengikuti keinginan Sienna walaupun ia tidak tahu akan ke mana mereka jika tidak ke apartemennya.

“Aku gak mau melihat sisa kekacauan yang kamu buat dengan domba itu. Kamu pasti belum sempet beresin apartemen kamu,” kata Sienna lagi. “Aku mau makan.”

“Hm..” kata Sean, mempersilakan Sienna untuk makan di dalam mobilnya.

Padahal, Sean tidak mengizinkan siapapun untuk mengotori mobilnya. Ia bahkan tidak pernah memuaskan wanita di dalam mobilnya sendiri. Ia sangat menjaga kebersihan dari mobilnya. Namun, Sienna akan selalu menjadi sebuah pengecualian dalam hidupnya.

“Hiks.. hiks..”

Isak tangis mulai terdengar dari arah Sienna. Karena, walaupun ia mencoba untuk menutupi kesedihannya dengan memakan sesuatu, ternyata pikirannya tidak bisa beralih dari kesedihan yang sedang melandanya.

“Kamu kehilangan seorang pasien?” tanya Sean yang akhirnya memilih untuk memberhentikan mobil di sebuah stasiun minyak yang sekarang cukup sepi.

Sienna menganggukkan kepalanya sambil mengunyah makanan. Sekarang, dirinya pasti terlihat sangat jelek. Wanita berusia dua puluh lima tahun mana yang menangis sambil memakan burger?

“Aku lagi di stase anak. Ada bayi usia satu hari yang terlahir tanpa otak. Walaupun enggak ada kemungkinan untuk bertahan, tapi kami tetap merawatnya. Dia sudah bertahan selama sehari, dan aku sedih banget karena dia bener-bener bayi yang cantik,” jelas Sienna.

Sebagai seorang residen, ada banyak sekali perasaan yang tidak bisa ia tangani sendiri. Selama dua tahun ini, ia hanya melihat beberapa kematian dan selalu membutuhkan waktu lama untuk berhenti bersedih. Dalam setiap prosesnya untuk berhenti bersedih itu, ia sangat membutuhkan Sean.

Entah bagaimana, tanpa adanya kesepakatan di antara mereka berdua, Sean harus selalu ada di sisinya setiap kali dirinya merasa sedang bersedih.

“Dia ngasih kami semua rasa nyaman,” kata Sienna lagi di antara kunyahan dan tangisannya.

Akan tetapi kali ini, Sienna terbatuk. Ada yang mengganjal di tenggorokannya akibat dirinya yang terus menerus bicara sambil makan.

“Sienna?” panggil Sean sambil menepuk leher Sienna perlahan.

“Uhuk.. uhuk..”

Sienna hanya bisa terbatuk sambil berusaha untuk mengatur napasnya. Di saat seperti ini, pernapasan adalah hal yang sangat penting. Namun pada detik berikutnya, ia merasa kalau isi perutnya akan segera keluar. Cepat-cepat ia memberikan kode kepada Sean kalau dirinya akan muntah.

Seharusnya, Sean membuka kunci pintu mobil karena ia harus keluar. Namun, pria tampan itu bersikap sangat bodoh. Ia justru menadahkan kedua telapak tangannya ke arah Sienna.

“Argh!” teriak Sean ketika merasakan sesuatu yang hangat dan lengket di tangannya. “Sienna!”

Sienna tidak bisa melakukan apapun karena isi perutnya memaksa untuk keluar. Bodohnya lagi, Sean tetap bertahan dengan kedua tangan yang menadahi isi perut Sienna.

“Ambil jas aku di belakang!” teriak Sean lagi.

Sienna yang sudah berhasil mengeluarkan isi perutnya pun segera meraih jas Armani yang ada di kursi belakang dan membiarkan jas itu terkena muntahannya yang ada di tangan Sean.

“Ouch Sienna,” kata Sean.

Dengan perasaan yang sangat bersalah, Sienna mengeluarkan semua tisu yang ia miliki dari dalam tasnya dan membantu Sean membersihkan muntahan yang ada di sekitar lengan pria itu.

“Kamu sih.. Kan maksud aku tuh buka pintunya,” kata Sienna dengan nada bersalah.

“...”

“Kamu marah?” tanya Sienna lagi.

Sean masih diam, namun beberapa waktu kemudian, ia berkata, “Ambil tas kamu dan kita akan keluar. Aku akan meminta seseorang untuk membawakan mobil yang lain. Aku tidak bisa mengendarai mobil seperti ini, Sienna.”

Mendengar ucapan itu, Sienna tersenyum. Ia tersenyum karena Sean tidak marah kepadanya. “Aku akan bayar biaya bersihin mobil kamu.”

“Kamu hanya seorang residen. Tidak mungkin aku minta ganti rugi dengan residen yang hanya mendapatkan insentif,” kata Sean.

“Tapi Papa aku adalah pemilik rumah sakitnya,” jawab Sienna.

Setelah itu, mereka keluar dari mobil dan sepertinya benar-benar akan turun hujan karena angin berhembus cukup kencang sekarang. Mereka lalu mulai berjalan sembari menunggu seseorang untuk mengantarkan mobil kepada Sean.

“Kamu tahu? Kadang perasaan aku lebih baik waktu kamu ada. Walaupun gak jarang juga aku menimbulkan masalah,” kata Sienna. “Oh!”

Ia teringat sesuatu. Tangan Sean pasti terasa lengket. Maka, ia menarik lengan pria itu untuk mencucinya di keran air yang ada di stasiun minyak itu.

“Apa jadinya kamu tanpa aku?” tanya Sean sambil menatap wajah Sienna yang terlihat lelah namun selalu saja cantik.

Sean tidak akan pernah memungkiri kalau Sienna adalah wanita yang sangat cantik. Sienna memiliki semua hal yang diinginkan oleh wanita lain. Namun terkadang hal itu justru membuat wanita ini dikelilingi bahaya. Maka, ia selalu berada di sekitar Sienna. Walaupun ia adalah pria brengsek, ia tidak ingin Sienna terluka oleh pria brengsek lainnya.

“Kamu kan memang bertugas untuk menjaga aku,” jawab Sienna sambil tersenyum.

“Apa aku harus berhenti bekerja dan menjadi penjaga kamu saja?”

Sienna langsung menggelengkan kepalanya. “Seorang residen kayak aku enggak akan bisa membayar pria yang menghasilkan seenggaknya enam puluh dolar setiap menitnya.”

Sienna memberikan tisu yang masih ia miliki dari dalam tasnya, dan membiarkan Sean mengeringkan tangannya sendiri.

“Tapi kenapa kamu enggak membiarkan satu wanita untuk sama kamu, daripada menghabiskan waktu sama wanita yang enggak kamu ketahui namanya?” tanya Sienna lagi.

Ia yakin kalau selain dengan keluarganya, ia adalah orang yang sangat dekat dengan Sean. namun, setelah hampir sepuluh tahun mereka berteman, ia tidak pernah tahu kalau Sean menyukai seorang wanita dengan serius.

Untuk menjawab pertanyaan itu, Sean menatap wajah Sienna. Lalu, ia tersenyum. “Karena seseorang.”

"Ivanka?" tanya Sienna lagi.

Jika pun ada wanita yang Sean anggap serius, maka pasti Ivanka adalah orangnya.

"..." Sean diam.

"Kamu menciumnya. Lima tahun yang lalu, di pesta ulang tahun pernikahan orang tua kamu."

Sienna tidak akan puas dengan jawaban yang selalu diberikan oleh Sean setiap kali ia membahas tentang Ivanka Sumumulya. Ia yakin kalau Sean mencintai Ivanka, karena meskipun Sean selalu tidur dengan banyak wanita, hanya Ivanka wanita yang pernah Sean cium di hadapan orang tua pria itu.

"..."

Sean masih diam, membuat Sienna mendengus. “Pria brengsek seperti kamu memang sangat sulit mengakui cinta ya. Cemen kamu.”

***

“Papa?” panggil Sienna ketika ia tiba di kediaman ayahnya.

Sebenarnya, ia sangat gugup sekarang. Ia tahu kalau ketiga kakaknya sedang berada di rumah. Akan tetapi ia tidak memiliki tujuan lain. Ia tidak ingin mengganggu Sean malam ini, dan satu-satunya tempat untuk pulang hanyalah rumah ayahnya.

“Sayang..” kata Anthony.

Sienna tersenyum dan sedikit berlari untuk memeluk ayahnya. “Sienna pulang.”

“Sudah seharusnya kamu pulang,” jawab Anthony dan ia mengajak Sienna untuk berjalan ke dalam.

Sudah hampir satu bulan ia tidak pulang ke rumah ayahnya yang sangat besar sekaligus tidak pernah terasa hangat untuknya ini. Sejak kecil, ia hanya memiliki rumah ini sebagai tempat dirinya bisa menjadi putri dari seorang Anthony Wangsadharma.

“Kamu sudah makan?” tanya Anthony.

Sienna menganggukkan kepalanya. “Aku mau langsung tidur ya, Pa.”

“Baiklah, sayang. Kamu pasti capek. Kita akan bicara lagi besok pagi,” jawab Anthony dan ia membiarkan Sienna berjalan menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya.

Sementara Sienna berusaha keras untuk berjalan secepat mungkin agar kehadirannya tidak disadari oleh salah satu dari kakaknya. Semuanya akan terasa lebih mudah jika mereka tidak tahu kalau ia pulang ke sini.

Ia terus berjalan dengan cepat melewati beberapa kamar hingga ia meraih gagang pintu kamarnya.

Dengan cepat, ia memutar gagang pintu itu dan berjalan masuk. Akan tetapi, ketika ia akan menutup pintunya, ia melihat Theodore menghalangi pintu.

“Masuk,” kata Theodore dengan tatapan dingin.

Dengan tubuh yang bergemetar, Sienna mundur. Theodore masuk dan langsung menutup pintu. Dengan cepat, ia mendorong tubuh Sienna hingga bahunya terbentur ke sudut meja riasnya.

“Sakit?” tanya Theodore sambil mengangkat tubuh Sienna dengan sangat mudah. “Sakit?!”

Sienna memejamkan matanya karena sekarang Theodore mulai meneriakinya. “Lepasin..”

“Sakit yang kamu rasa tidak sebanding dengan sakit hati kami setiap kali melihat kamu bernapas!” kata Theodore yang kali ini mendorong tubuh Sienna ke arah kasur. “Kenapa kamu harus selalu menunjukkan wajah di hadapanku?”

“...”

Sienna masih diam karena ia merasa kalau bahunya sangat sakit.

“Bisa kamu hanya menjauh sementara kami membiarkan Papa memberikan kenyamanan dalam hidup kamu?”

“Kak,” panggil Sienna berusaha keras untuk tidak menangis. Ia tidak ingin menangis di saat seperti ini. “Aku baru aja mengalami hal buruk. Bisa Kakak marahnya nanti aja?”

“Jangan panggil aku Kakak!”

Pada saat itu, pintu kamar Sienna terbuka. Tammy masuk dengan wajah datar dan langsung menutup pintu. “Papa bisa dengar dan aku yakin kalau Papa akan membunuh kamu kalau dia melihat kamu menyiksa anak kesayangannya.”

Theodore terlihat akan marah. Namun ternyata kata-kata Tammy mampu membuatnya berhenti menyiksa Sienna. Pria itu mendengus dan berjalan keluar tanpa menatap Sienna. Sementara Tammy menatap Sienna sesaat dan mengikuti Theodore keluar dari kamar itu.

Sienna mengatur napasnya dan berusaha untuk menekan tangisannya. Kemudian, ia mendengar suara ponselnya. Cepat-cepat ia mengambil ponsel yang ia simpan di tas yang masih ia kenakan.

Di layar ponselnya, ia melihat nama Sean.

Sienna menggigit bibirnya dan memutuskan untuk tidak menerima panggilan telepon itu.

Tidak apa-apa, pikirnya.

Ia tidak akan menerima panggilan telepon dari Sean. karena, ia pasti akan menangis jika mendengar suara sahabatnya itu.

Bersambung

Related chapters

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   4| Rencana

    Sejak empat tahun yang lalu, setelah menyelesaikan kuliahnya Sean langsung duduk di kursi presiden direktur, menggantikan ayahnya yang langsung mundur dari posisi itu dan kini menjadi chairman di Pelltun Ippolito Holdings. Pelltun Ippolito Holdings adalah sebuah perusahaan yang menjadi induk dari beberapa anak perusahaan yang bergerak di berbagai sektor. Mulai dari Pelltun Beton, Ippolito Tol, Energi Ippolito dan juga Pelltun Ippolito Land. Pelltun Ippolito Land adalah anak perusahaan yang bergerak di bidang real estat yang didirikan enam tahun yang lalu oleh Sean sendiri. Saat itu, ia masih berkuliah pada tahun pertamanya. Anak perusahaan ini adalah langkah utamanya untuk bisa menduduki posisi seorang presiden direktur dua tahun setelah ia mendirikan Pelltun Ippolito Land. "Pak," panggil sekretarisnya ketika ternyata, Sean hanya melamun sejak tadi. "Anda memerlukan waktu sebelum melanjutkan rapat ini?" Sean menggelengkan kepalanya. "Saya baik-baik saja. kita bisa lanjutkan."Mes

    Last Updated : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   5| Sean Ingin Mencium Leher Sienna

    Sienna berjalan dengan cepat memasuki pintu utama keluarga Kanaka ini. Rumah ini sangat besar dengan gaya victoria yang berdiri di atas lahan yang sangat luas. Meskipun tidak banyak penghuninya, namun Sienna selalu merasa kalau rumah ini sangat hangat. Ia selalu merasa nyaman jika sedang berada di antara keluarga Sean. Dengan cepat, kakinya yang sudah sangat hapal dengan ruangan yang ada di rumah ini pun melangkah ke arah ruang makan. Ketika ia tiba di ruang makan, ia melihat Sean yang sedang menggendong Blaire. Ia tersenyum dan berjalan lebih cepat. “Sean?” Sean yang sedang berusaha untuk menidurkan Blaire pun menoleh dan tersenyum lega. “Maaf aku harus merepotkan kamu.” Sienna meletakkan tasnya ke atas meja makan dan segera mencuci tangan dengan bersih. Setelah itu, ia mengelap tangannya sampai kering dan berjalan ke arah mereka. “Hi, Bie.” Bayi berusia satu tahun itu menoleh ke arah Sienna dan mengulas senyuman. Sienna mengulurkan tangannya. “Mau aku gendong?” Blaire menu

    Last Updated : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   6| Sean Membingungkan

    Sienna menghabiskan makanannya dengan cepat karena ternyata, ia merasa sangat lapar. Sean yang melihat hal itu hanya menatap dengan heran. Ia sudah berteman dengan Sienna selama sepuluh tahun, dan wanita ini selalu makan dengan sangat banyak. Namun, tubuh Sienna tetap sangat ramping. Entah kemana larinya semua makanan-makanan itu. “Aku udah hubungin beberapa temen aku dan mereka setuju. Sisanya akan aku tanya besok,” kata Sienna setelah ia meminum air putih. “Aku temani kalau begitu.” Kening Sienna berkerut. “Kamu enggak ke kantor?” “Besok hari Sabtu, Sienna,” jawab Sean. “Oh…” Ia lupa kalau besok adalah hari sabtu. Sienna menyentuh bibir gelasnya dengan jari, sementara Sean masih merasa marah setiap kali memikirkan tentang bahu Sienna yang memar. Oleh karena rasa marahnya itu, akhirnya Sean berkata, “Siapa yang membuat bahu kamu seperti itu?” “Aku sendiri. Aku kepeleset..” “Sienna..” “Beneran,” jawab Sienna sambil berdecak. Sienna tidak ingin mengatakan yang sejujur

    Last Updated : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   7| Sienna Selalu Menghancurkan Pakaian Sean

    Di kota Barcelona, Richard dan juga Jacqueline sedang duduk di kursi yang menghadap ke jendela yang menyuguhkan pemandangan kota Barcelona dari ketinggian lantai tiga puluh apartemen ini. Sejak tiba di kota ini beberapa jam yang lalu, Richard langsung disibukkan dengan beberapa pertemuan dan Jacqueline menemani suaminya dengan sangat sabar.Mereka baru bisa beristirahat di apartemen yang beberapa tahun lalu dibeli oleh Richard. “Kamu capek?” tanya Jacqueline sambil menyentuh lengan suaminya. Richard tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Meskipun lelah, ia selalu merasa lebih baik setiap kali bersama dengan istrinya. “Kamu sudah menelepon Sean untuk menanyakan keadaan Bie?” “Ya,” jawab Jacqueline. Kali ini, raut wajah Jacqueline yang awalnya serius berubah menjadi lebih antusias dan penuh senyuman kegembiraan. Melihat raut kegembiraan itu, Richard mengubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Jacqueline. “Kamu bahagia karena Bie tidak menangis?” tanya Richard, berusaha

    Last Updated : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   8| Sandiwara

    Dua hari kemudian, Sean sudah kembali bekerja dan sedang sangat sibuk. Hari Senin adalah hari dimana ia tidak memiliki pertemuan dengan siapapun. Karena, hari Senin ia akan memeriksa semua berkas yang harus ia tandatangani. Juga menyelesaikan permasalahan yang harus segera ia tangani. Meskipun ia tidak memiliki jadwal rapat, namun hari Senin adalah hari yang sama sibuk dengan hari lainnya bagi Sean. Akan tetapi, hari ini terasa lebih ringan baginya. Karena, Sienna berjanji akan memasakkannya makanan untuk makan malam nanti. Ia tidak sabar untuk segera pulang meskipun ia baru tiba tidak lebih dari dua jam yang lalu. Ia juga tidak sabar untuk melihat Blaire. Benar. Aku tidak sabar untuk bertemu dengan Bie. Bukan karena makanan Sienna, pikir Sean. “Pak,” panggil Elijah ketika pria itu memasuki ruang kerja Sean. “Maaf mengganggu. Tapi ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda.” “Minta mereka menunggu sampai besok,” jawab Sean tanpa menatap ke arah Elijah. "Aku yakin kamu ta

    Last Updated : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   9| Bersedih

    Bintang Film Indonesia adalah sebuah acara tahunan yang digelar oleh sebuah stasiun televisi swasta tanah air yang bekerjasama dengan asosiasi film Indonesia untuk acara ini. Oleh karena itu, acara ini merupakan anugerah untuk para penggiat film di Indonesia. Mulai dari aktor dan aktris, penulis, tim produksi, produser, sutradara dan lainnya. Acara ini adalah target bagi semua penggiat film untuk membuktikan hasil karya mereka. Acara ini tidak hanya dinantikan oleh para penggiat film, tapi juga oleh para masyarakat yang ingin melihat aktor dan aktris kesayangan mereka mendapatkan piala penghargaan. "Kita bener-bener pasangan yang serasi, Sean," kata Ivanka sambil tersenyum. Sean membalas senyuman itu dan kembali fokus pada jalan raya. Mereka akan memasuki daerah tempat acara akan digelar, dan barisan panjang mobil yang mengantarkan para tamu mulai memanjang. Malam ini, mereka mengenakan pakaian dengan warna senada. Sean mengenakan tuksedo berwarna biru navy, sementara Ivanka

    Last Updated : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   10| Pemandangan Yang Menenangkan

    Sean tiba di rumah keluarganya pada pukul satu dini hari. Ketika ia memasuki pintu rumah, ia segera melepaskan tuksedo dan dasi kupu-kupu yang terasa mencekiknya selama ia mengenakannya. Sean melangkah ke arah ruangan tamu yang lampunya masih menyala dan terdiam ketika ia melihat siapa yang ada di sana. Di salah satu sofa itu, ia melihat Sienna yang sedang bersandar dan sepertinya sudah terlelap. Wanita itu memeluk Blaire yang terlihat sangat nyaman menengkurap di dada Sienna. Sekali lagi, ia merasa hangat pada hatinya ketika melihat pemandangan itu, padahal sebelumnya ia merasa sangat lelah. Sekarang, ia tidak ingin melakukan apapun dan hanya ingin menatap apa yang sekarang sedang ia lihat dengan lebih lama. “Non Bie nya tadi rewel gak bisa tidur, Den,” kata seseorang di belakang Sean. Sean berbalik dan mendapati Mary yang sudah berada di belakangnya. “Bie demam lagi?” “Enggak panas badannya. Tapi kata Non Sienna, dedeknya mau tumbuh gigi lagi, makanya rewel. Terus Non Sienn

    Last Updated : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   11| Pelajaran Berciuman

    Dua hari kemudian, Sienna sedang bersiap karena malam ini ia akan menghadiri pesta ulang tahun ayahnya, meskipun ia datang hanya sebagai karyawan dari rumah sakit. Ia tidak peduli sebagai apa dirinya datang, karena yang paling penting adalah ia bisa melihat ayahnya. Malam ini, Sean menemaninya karena Sean memang selalu mendapatkan undangan acara apapun dari keluarganya. Beruntungnya lagi, malam ini Blaire terlihat tidak rewel dan bisa ditinggal sebentar dengan Mary. “Kamu sudah siap?” tanya Sean setelah ia mengetuk pintu kamar yang Sienna gunakan untuk berganti pakaian. “Iya. kita bisa pergi sekarang,” jawab Sienna. Malam ini, ia mengenakan sebuah gaun pesta keluaran Burberry yang terlihat sangat sempurna di tubuhnya. Tidak ada aksesoris lain yang ia kenakan selain sebuah kalung berlian yang sangat jarang ia pakai karena itu adalah pemberian dari mendiang ibunya. Sean yang seperti biasa mengenakan setelan tuksedo hitam pun mengajak Sienna untuk keluar. “Kamu tahu kan kalau m

    Last Updated : 2022-11-04

Latest chapter

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   28| Perasaan Yang Berbalas

    Terjadi hujan yang sangat lebat pada pagi itu. Sienna yang lebih awal terjaga memutuskan untuk membuat dua cangkit teh. Untuk dirinya dan juga sean. Pasiennya. Pada dini hari, ia tidak bisa melanjutkan tidurnya karena tiga hal. Pertama, karena bunyi gemuruh yang saling bersahutan, kedua karena bunyi engsel pintu yang berderik di kejauhan karena tertiup angkin kencang, dan ketiga adalah karena Sean terus menerus bergumam dalam tidurnya Sekarang Sean memang adalah pasiennya, karena demam pria itu tak kunjung turun sampai sekarang. Sienna meletakkan dua cangkir teh itu ke atas meja makan karena mendengar suara ponselnya. Ariana yang meneleponnya. “Sienna? Apa kamu dan Sean baik-baik saja di sana?” tanya Ariana yang terdengar sangat khawatir. “Kami semua sudah melakukan tes dan tidak ada yang tertular.”Sienna menghela napas lega karena tidak ada yang tertular lagi. “Kami baik-baik saja, Ariana. Cuma Sean yagn sekarang sedang sangat demam.”“Cucuku akan sangat merepotkan ketika dia de

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   27| Keras Kepala

    Sekarang sudah pukul dua pagi dan Sean sama sekali tidak bisa tidur. Ia sudah memutuskan untuk merawat Sienna, maka ia akan menjadi pria yang siap siaga sekarang. Sienna sekarang tidur. Di dalam pelukannya, setelah dirinya memenangkan perdebatannya dengan wanita ini. “Aku tidak akan pernah tidur di dalam pelukan seorang pria yang memeluk sangat banyak wanita, Sean,” kata wanita itu tadi, dengan sangat keras kepala dan menghempaskan pintu kamar di depan wajah Sean. Walaupun Sienna melarangnya untuk masuk ke dalam kamar wanita itu, namun Sean tetap berjaga di depan pintu. Benar saja, tiga puluh menit kemudian, Sienna batuk dan Sean langsung masuk untuk memberikan bantuan. Ia memberikan Sienna air hangat yang ia pikir bisa membantu meredakan batuk wanita itu. Sean lupa bagaimana sekarang mereka bisa saling memeluk seperti ini. Namun yang pasti ia sangat bahagia. “Kamu tidak tahu kalau aku tidak pernah memeluk wanita lain seperti ini, Sienna,” gumam Sean sambil tersenyum lebar. “Ka

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   26| Terjangkit COVID-19

    Sienna kembali terjaga dan ia tidak tahu kalau dirinya sudah kembali terlelap. Ketika ia membuka matanya, ia mendapati seberkas cahaya dari pintu kamarnya. Seana pasti sudah menghidupkan semua lampu karena hari sudah benar-benar malam sekarang. Perlahan, ia duduk dan entah apakah karena ia tidak minum untuk beberapa waktu, ia merasa tenggorokannya sangat kering dan sedikit perih. “Uhuk-uhuk..” ia terbatuk. Satu detik kemudian, Sean masuk. Pria itu masuk seolah dirinya memang sudah menunggu Sienna di depan pintu kamar wanita itu. “Kamu baik-baik saja?” tanya Sean dengan segelas air di tangannya. Dengan sangat sigap, ia memberikan air itu untuk Sienna minum. “Awas,” kata Sienna setelah ia meminum air dan masih merasa tidak ada perubahan pada tenggorokannya. Ia berjalan menuju ke tasnya, dan mengambil alat tes swab dari dalam sana. Ketika dirinya sedang memeriksakan diri, Sean hanya berdiri di tepi ranjang dan menatap apa yang sedang dilakukan oleh Sienna. “Apakah kamu berpikir k

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   25| Bermalam Di Pondok Yang Sama

    Satu minggu kemudian, Sienna dan Ariana menuju ke rumah perkebunan yang akan menjadi tempat tinggal mereka selama seminggu. Richard, Jacqueline dan Blaire sudah tiba di rumah perkebunan, sementara Sean masih berada di Singapura dan akan sampai beberapa jam lagi. “Ah. aku sangat merindukan tempat ini,” kata Ariana ketika mereka memasuki jalanan berbatu yang mengarahkan mereka pada sebuah gerbang yang sangat besar. “Rumahmu dihitung dari gerbang ini, Ariana?” tanya Sienna. “Ya. dan kebun-kebun yang ada di sini adalah milikku. Tempat ini adalah tempatku menghabiskan waktu sebelum aku memutuskan untuk tinggal di berbagai negara sepuluh tahun yang lalu. Aku tidak menyangka kalau tempat ini masih terasa sama, walaupun sudah berjarak sepuluh tahun.”Sienna tersenyum karena dirinya melihat senyuman tulus di wajah Ariana. Ia juga seolah melihat wajah Ariana pada sepuluh tahun yang lalu. Setelah mobil mereka terus memasuki area kebun sekitar selama lima menit, akhirnya mereka mulai melihat

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   24| Belum Begitu Menyadari Perasaan

    Selama tiga hari berikutnya, Ariana benar-benar menepati janjinya untuk tidak membiarkan Sean masuk ke rumahnya. Ia mengizinkan siapapun untuk masuk dan menemui Sienna, kecuali Sean. Cucunya sendiri. Selama tiga hari pula, Sienna pulang ke rumah Ariana hanya untuk mengganti pakaiannya dan setelah itu ia kembali ke rumah sakit. Namun hari ini, ia mendapatkan cuti dan cuti itu ia gunakan untuk mengisi tenaganya lagi. “Selamat malam, Sienna,” kata Ariana sambil tersenyum. Sienna awalnya ingin melewatkan makan malam, namun ia mendapatkan pesan dari salah satu pelayan bahwa Ariana ingin makan malam bersamanya. Ia merasa sangat nyaman berada di sini, karena Ariana sangat tulus kepadanya. “Hari ini kamu sangat produktif dariku, Ariana. Selamat malam,” Sienna balik menyapa Ariana setelah ia duduk di kursi yang berhadapan dengan wanita itu. Walaupun seharian ini Sienna hanya menghabiskan waktu di dalam kamarnya, namun ia tahu kalau Ariana hari ini sangat sibuk dengan museum baru yang akan

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   23| Semakin Rumit

    Sienna dan Ariana tiba di rumah Ariana yang sangat besar. Sienna tidak pernah datang ke rumah ini, karena selama sepuluh tahun terakhir, Ariana tidak pernah menempati rumah ini. Akan tetapi, meskipun pemilik rumah ini baru saja kembali, Sienna merasa rumah ini tetap hangat. “Rumah kamu sangat indah, Ariana,” kata Sienna yang merasa sangat takjub. Rumah ayahnya mungkin hanya setengah dari luas keseluruhan rumah ini. Di setiap matanya memandang, ia akan selalu tersenyum karena Ariana meletakkan banyak vas bunga mawar dengan berbagai warna di setiap sudut ruangan. “Aku sangat menyukai mawar. Walaupun pria yang memberikanku mawar pertama adalah pria yang sangat kubenci untuk seumur hidupku,” kata Ariana yang tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Sienna. “Aku akan berusaha untuk tidak membuat kamu mengingat hal yang tidak ingin kamu ingat,” jawab Sienna. Lalu, sesaat kemudian ia memikirkan sesuatu. “Walaupun rumah kamu sangat indah, tapi aku merasa kalau ini bukan tempatku, Ariana.”“Mak

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   22| Tak Sesuai Harapan

    Sean sama sekali tidak melepaskan genggaman tangannya pada tangan Sienna ketika ia mengajak Sienna untuk keluar dari ruang kerja Theodore yang ada di rumah sakit Mount-Sien ini. Ia juga tidak berhenti tersenyum karena Sienna yang bersikap cukup manis dengan hanya diam dan mengikuti langkahnya. Wanita itu tidak melepaskan genggaman tangan mereka, walaupun sekarang mereka tengah berada di lobi rumah sakit yang cukup ramai. \Seperti biasa, ketika mereka tiba di mobil, Sean membukakan pintu untuk wanita itu, kemudian ia masuk ke pintu kemudi. “Kamu tidak perlu takut. Aku akan meminta banyak orang untuk menjaga kamu,” kata Sean setelah ia menyadari kalau Sienna hanya diaSementara Sienna sekarang hanya memandangi rumah sakit dan berkata, “Rumah sakit ini..”“Kamu tidak perlu khawatir. Rumah sakit akan baik-baik saja walaupun semua orang tahu siapa kamu sekarang, sienna,” kata Sean lagi dengan sanga yakin. Sienna memalingkan wajahnya untuk menatap wajah Sean yang terlihat sangat bersema

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   21| Janji

    Empat tahun yang lalu..Sean menemui seorang wanita yang sama sekali tidak ia kenali. Ia datang ke sini karena wanita itu mengiriminya pesan yang berisikan kalau ia mengetahui rahasia keluarga Wangsadharma, keluarga Sienna. Awalnya, ia menganggap ini hanyalah pesan iseng, namun kemudian ia berpikir kalau tidak mungkin orang iseng mengirimkan pesan seperti ini kepada dirinya. "halo," kata wanita yang terlihat sangat cantik namun biasa saja di mata Sean. Bagi Sean, wanita yang paling menarik adalah Sienna. "Aku harus ke Singapura tiga jam lagi. Aku berharap kamu bisa mengatakan apa yang kamu ketahui dengan cepat," kata Sean sambil menatap jam tangannya. "Sayang sekali karena kayaknya, pembicaraan kita akan berlangsung lama." Sean hanya diam dan menatap wanita itu dengan dingin. "Mungkin kamu tidak begitu mengenali aku, padahal aku berusaha di dalam pekerjaanku sebagai seorang aktis supaya bisa kamu kenali.." "...""Aku Ivanka, wanita yang sangat sering menjadikan kamu sebagai f

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   20 | Ciuman Pertama

    Sienna menahan napasnya ketika ia merasa kalau Sean mengangkat tubuhnya dan membawanya memasuki bagian dalam apartemen pria itu. Ia tahu kalau dirinya sedang berhadapan dengan singa yang sedang lapar. Ia bisa melihat dari tatapan mata Sean yang tidak akan memberikan pengampunan untuknya. Ia juga tahu kalau apa yang mereka lakukan mungkin akan sangat berbahaya, namun ia menginginkannya. Entah sejak kapan, ia menginginkan Sean. lebih dari sebuah pelajaran berciuman yang pernah mereka sepakati. Sean mendudukkannya di kitchen island yang beruntungnya tidak berisi apapun.“Pelajaran dari mana yang kamu inginkan?” tanya Sean. Sean menatap wajah Sienna, dan ia harus mengingatkan dirinya, beratus kali, kalau ia harus menguasai diri. Ia tidak boleh langsung menerkam tubuh Sienna yang sangat ingin ia nikmati ini. Akan tetapi, sepertinya Sienna berencana untuk menggodanya. Wanita itu berkata, “Aku menginginkan ciuman yang panas. Ciuman yang kamu inginkan. Bukan ciuman yang hanya ingin kamu b

DMCA.com Protection Status