Istri Nakal Anak Ustadz

Istri Nakal Anak Ustadz

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-13
Oleh:  Chely Violet  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Belum ada penilaian
14Bab
1.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Akibat tidak mendengarkan perkataan kedua orang tuanya, Qiana terjerumus ke dalam lubang yang sangat gelap. Masa depannya hancur karena pergaulan bebas dengan seorang pria yang bukan mahramnya. Padahal, Qiana tahu dosa apa yang akan dia tanggung jika berhubungan dengan lelaki yang bukan suaminya. Apa lagi Qiana terlahir dari keluarga yang taat agama, ayahnya seorang ustad dan pimpinan sebuah pondok pesantren ternama. Ibunya juga sering memberikan pengajian pada ibu-ibu sekitar kompleks rumahnya. Tapi Qiana, dia tidak suka dengan peraturan yang ketat, dia yang berjiwa bebas dan ingin menikmati dunia luar ketika sang ayah menyarankan untuk masuk pesantren, Qiana lebih memilih mendaftar pada sekolah negri dan tidak ingin menggunakan kekuasaan serta pengaruh ayahnya dalam hidupnya. Meski sudah mencoba untuk membujuk Qiana, kedua orang tuanya terpaksa mengalah agar sang anak tidak salah langkah dan membiarkan Qiana untuk masuk ke sekolah pilihannya. Akan tetapi, kebebasan yang kedua orang tuanya berikan sudah membuat Qiana salah langkah hingga kejadian itu pun terjadi. Mampukah Qiana mengatasi masalahnya sendiri? Apakah dia bisa menemukan kebahagiaan dengan menikahi seorang pria yang menyukainya dengan tulus dan menerima Qiana apa adanya?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Gagal Nikah

“Jangan mencoba untuk menghentikanku, Umi! Biarkan aku melakukan apa pun yang membuat rasa sakit akibat pengkhianatan ini hilang. Penderitaan ini tidak akan pernah berakhir hanya dengan mengirimku ke pesantren. Aku tidak mau hidup seperti ini, aku mau dia Umi.”Wanita itu berteriak dengan histeris sembari memegang sebilah pisau untuk mengancam keluarganya agar tidak menghalangi niatnya untuk melakukan aksi bunuh diri. Wanita dengan gaun putih bak pengantin itu tampak frustasi akibat calon suaminya tidak hadir pada resepsi pernikahannya.Dia yang sudah terlanjur berbuat dosa sebelum menikah tidak ingin jika kedua orang tuanya yang taat akan agama itu sampai kecewa jika mengetahui dirinya tengah hamil dua minggu. Tentu wanita itu putus asa, menghadapi kenyataan gagal nikah dan bingung harus bagaimana untuk mengatakan kepada keluarganya. Terlebih lagi calon ayah dari anak yang dia kandung lebih memilih untuk pergi dengan wanita lain dari pada menikahinya.“Istighfar, Nak. Saat ini setan

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
14 Bab

Gagal Nikah

“Jangan mencoba untuk menghentikanku, Umi! Biarkan aku melakukan apa pun yang membuat rasa sakit akibat pengkhianatan ini hilang. Penderitaan ini tidak akan pernah berakhir hanya dengan mengirimku ke pesantren. Aku tidak mau hidup seperti ini, aku mau dia Umi.”Wanita itu berteriak dengan histeris sembari memegang sebilah pisau untuk mengancam keluarganya agar tidak menghalangi niatnya untuk melakukan aksi bunuh diri. Wanita dengan gaun putih bak pengantin itu tampak frustasi akibat calon suaminya tidak hadir pada resepsi pernikahannya.Dia yang sudah terlanjur berbuat dosa sebelum menikah tidak ingin jika kedua orang tuanya yang taat akan agama itu sampai kecewa jika mengetahui dirinya tengah hamil dua minggu. Tentu wanita itu putus asa, menghadapi kenyataan gagal nikah dan bingung harus bagaimana untuk mengatakan kepada keluarganya. Terlebih lagi calon ayah dari anak yang dia kandung lebih memilih untuk pergi dengan wanita lain dari pada menikahinya.“Istighfar, Nak. Saat ini setan
Baca selengkapnya

Permintaan Terakhir

Mereka berlari mendorong bad pasien dengan tergesa-gesa. Seorang gadis cantik berkerudung putih lengkap dengan gaun pernikahan yang dikenakannya tak berhenti menangis. Beberapa orang dari keluarga juga tampak khawatir sekali, begitu pula istri dari pria yang sedang terbaring lemah tak berdaya itu. Qiana sangat menyesali perbuatannya itu yang telah membuat sang Abi kembali jatuh sakit.Saat Qiana mengetahui calon suaminya kabur dari pernikahan, tak mampu membuat Qiana bisa mengendalikan dirinya. Ia yang memiliki jiwa lembut sekaligus temperamen itu kehilangan kendali. Qiana mengamuk dan tanpa sengaja mengatakan semuanya kepada sang umi. Alhasil, Qiana yang tahu abinya sedang berdiskusi dengan keluarga pun tanpa sengaja mendengar pembicaraan itu.Sang Abi tampak syok, mengetahui kebenaran tentang putri kesayangannya itu yang telah berbuat dosa. “Bangun, Abi. Maafkan Qiana,” isak gadis itu tanpa henti.“Sebaiknya kalian tunggu di sini, tidak ada satu pun pihak keluarga yang boleh masuk
Baca selengkapnya

Setelah Kepergian Abi

Suatu ketika kehidupan dan kematian bertemu satu sama lain, lantas mereka mengobrol. “Kenapa orang-orang itu menyukaimu, tapi membenci aku?” tanya kematian kepada kehidupan. Kehidupan menjawab sambil tersenyum, “Orang-orang menyukaiku karena aku adalah dusta yang indah, sedangkan mereka membencimu karena kamu adalah kebenaran yang menyakitkan.”Qiana termenung di kamarnya saat mengingat percakapan antara kehidupan dan kematian karya penulis terkenal Tere Liye yang waktu itu pernah dia baca. Pemakaman Ustad Risman sudah dilangsungkan satu jam yang lalu dan Qiana serta umi dan yang lainnya kembali ke rumah mereka.“Manusia terlena akan kehidupan yang hanya sementara. Tanpa mereka sadar telah melupakan kenyataan bahwa kehidupan tengah dijalani tidaklah bersifat tetap, suatu saat kita akan kembali kepada-nya. Hanya menunggu waktu untuk mencabut roh dari raganya.” Ates membelai lembut pucuk kepala Qiana. Meski mereka baru kenal dan menikah karena terpaksa, tapi Ates merasa berkewajiban unt
Baca selengkapnya

Salat Malam

Qiana tak bisa tidur, menatap secarik kertas yang berada di atas amplop biru. Di sebelahnya ada kotak warna biru tua, Qiana sempat membukanya tadi karena penasaran dengan apa isi di dalam kotak itu.“Abi menemukanmu di depan pintu pesantren. Saat itu Abi bertugas untuk mengisi ceramah bulan ramadhan. Wajah polosmu itu tak bisa membuat kami untuk menitipkan bayi mungil itu di panti asuhan. Abi memilih untuk merawat kamu karena sudah lama kami menantikan kehadiran seorang bayi. Mungkin itu cara Allah memberikan kami keturunan, dengan merawatmu seperti anak kami sendiri.”Kalimat yang diucapkan umi tadi masih terngiang-ngiang di telinga Qiana. Betapa tidak bersyukurnya ia karena telah dibesarkan oleh keluarga yang taat pada agama. Memberikannya banyak cinta dan kasih sayang layaknya seorang anak kandung. Tapi, ia malah membuat mereka kecewa dengan segala tindakan dan tingkah lakunya yang tidak pantas mencerminkan seorang anak.“Apa yang telah aku lakukan selama ini? Kenapa tidak bisa men
Baca selengkapnya

Jawaban Yang Tak Seharusnya Didengar

Seperti yang telah Ates katakan tadi malam, bahwa hari ini dia beserta Qiana akan pindah ke rumah yang berada di samping pesantren. Rumah itu saat ini hanya ditempati oleh kedua orang tua Ates, mengingat rumah tersebut adalah salah satu dari sekian unit rumah yang diberikan kepada setiap pengajar yang rumahnya jauh dari pesantren.Sebenarnya Abi Qiana sudah dari dulu mengajak umi pindah ke rumah di sebelah rumah Ates, tapi umi tidak mau meninggalkan rumah yang menjadi warisan dari kedua orang tuanya. Alhasil, Abi lah yang terpaksa bolak balik dari rumah ke pesantren itu.Ates dan Qiana langsung pergi setelah pamit kepada bibinya, karena sang umi beserta Uwak sedang pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan. Mereka akan kembali lagi nanti malam untuk mengambil barang-barang yang Qiana yang diperlukan.“Kita langsung ke alamat ini?” tanya Ates yang fokus mengemudikan mobilnya.“Bisakah kita nanti siang saja ke sana, Mas? Aku mau bertemu dengan umi Mas Ates dulu. Biar bagaimana pun jug
Baca selengkapnya

Cemburu

“Apa arti cinta untukmu? Bukankah kamu sangat memahami bahwa tidak ada cinta yang lebih besar selain cinta untuk Sang Pencipta?” tanya seorang gadis berkerudung merah pada seorang pemuda yang berdiri tak jauh darinya. Jarak ia dengan pemuda itu hanya lah lima langkah. Bila ia melangkahkan kaki sebanyak lima kali, tidak akan ada lagi jarak yang tercipta di antara keduanya.Benarkah tidak ada jarak lagi? Tidak, meskipun ia melangkah untuk menghapus jarak yang tercipta itu, ia tahu jarak yang sesungguhnya tidak akan pernah mungkin terhapus karena jarak itu tidak kasat mata. Setiap ia melangkah maka semakin jauhlah jarak yang tercipta antara dirinya dan si pemuda tersebut.“Aku mencintaimu karena Allah,” ucap pemuda itu dengan sangat lirih. “Aku ingin menjadi imammu.”“Bila kita memang berjodoh, insya Allah, Allah akan mempermudahnya.” Hanya jawaban itulah yang diberikan si wanita. “Aku tidak akan memintamu menunggu karena aku sama sekali tidak memiliki hak untuk itu. Jika kamu sudah mene
Baca selengkapnya

Ustazah Naima

Qiana duduk termenung di pinggiran kasur. Ada yang aneh pada dirinya setelah berbicara dengan Ates tadi. Entah kenapa hari ini ia selalu mengingat Leo? Sudah beberapa hari ini semenjak menikah ia sama sekali tidak memikirkan pria itu, tapi hari ini segala kenangannya bersama Leo datang seperti air hujan.“Qiana, aku mau mengajar dulu di pesantren, ya. Jika kamu ingin menemui kedua orang tuamu, jangan lupa untuk meminta umi menemani ke sana. Aku nggak mau kamu sampai kenapa-kenapa, karena aku yakin kamu pasti belum pernah datang ke alamat itu kan?” ujar Ates yang sudah terlihat tampan dengan baju dinasnya seperti biasa.Qiana mengangguk saja tanpa menanggapi perkataan dari Ates.“Kamu masih marah? Setelah kejadian tadi aku belum mendengar sepatah kata pun yang keluar dari mulutmu.”Qiana menggeleng. Sungguh ia merasa bersalah pada Ates. Kenapa bisa-bisanya cemburu pada hal yang tidak seharusnya dia cemburui. Dan kenapa juga dia kembali mengingat Leo ketika dirinya sudah memiliki Ates
Baca selengkapnya

Egois

Pikiran Ustazah Naima tidak sinkron dengan tubuhnya. Dia melangkahkan kaki ke pesantren tanpa melihat langkahnya itu. Baru kali ini Ustazah Naima bertindak layaknya orang yang sedang patah hati. Biasanya dia tidak pernah seperti itu dan selalu tersenyum saat berpapasan dengan Ustazah lainnya.“Apa ada masalah dengan Ustazah Naima? Beliau sama sekali tidak menjawab salam dari Ustazah lainnya.” Salah satu pengajar di pesantren itu merasakan keanehan pada Naima. Dia gadis yang baik dan lemah lembut, selalu menyapa terlebih dahulu meski orang yang disapanya itu tidak menjawab sekali pun. Wajar saja jika mereka merasa Naima sedang berada dalam masalah.“Coba Ustazah tanya, siapa tahu sehabis pulang liburan ini membuat Ustazah Naima merasa tidak nyaman,” jawab rekannya di ruang guru.“Baiklah, tunggu sebentar.” Wanita itu melangkah perlahan, menghampiri Naima yang masih termenung di meja kerjanya.“Assalamualaikum.”“Walaikumsalam, Ustazah,” jawab Naima sedikit tersentak.“Ustazah kenapa? A
Baca selengkapnya

Permintaan Maaf

Ates menggelar dua sajadah untuk dirinya dan sang istri. Matanya memandang Qiana yang masih berdiri di ambang pintu kamar mandi. Qiana mengenakan gamis berwarna biru tanpa kerudung, rambutnya terlihat habis di keramas. Qiana memilih untuk menyegarkan tubuhnya di kamar mandi setelah apa yang dia lakukan saat makan siang tadi. Ia begitu lama berada di dalam sana hingga Ates setia menunggu istrinya untuk bicara. Ates juga tidak berani mengganggu Qiana yang sedang menenangkan diri di dalam kamar mandi. “Mau sampai kapan kamu berdiri di situ?” pertanyaan yang Ates ajukan sepele, tetapi berhasil membuat Qiana salah tingkah. Dengan langkah pelan, Qiana menghampiri Ates yang sudah berdiri tepat di atas sajadah. “Kamu sudah mengambil wudu?” “Sudah.” Qiana mulai mengenakan mukena yang sudah tersimpan rapi di atas tempat tidur. Sepertinya Ates yang sengaja menaruhnya di sana. Lihatlah, seberapa besar perhatian seorang Ates kepada istrinya. Tetapi, istrinya itu telah membuat kedua orang tuan
Baca selengkapnya

Fatimah, Gadis Kecil Menyebalkan

Qiana menyadari sedari tadi tingkah dan perilaku Fatimah sedikit berbeda. Qiana tanpa sengaja melihat Fatimah yang mengeluh saat sedang bermain di ruang tengah, gadis kecil itu menekan perutnya dengan sangat kuat. Dan saat Qiana muncul, Fatimah malah bersikap biasa saja. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa kepadanya.“Fatimah kenapa, Umi?” tanya Qiana panik dan menghampiri.Umi mertua menggeleng sembari menangis. “Umi tidak tahu, Qiana. Dia sudah seperti ini saat Umi keluar dari dapur.”“Sebaiknya kita bawa ke rumah sakit saja, nanti Qiana akan menghubungi Mas Ates dan juga Abi.”“Cepatlah! Umi takut Fatimah kenapa-kenapa.”Qiana mengangguk dan bergegas mencari ponselnya. Setelah memberitahu Ates dan juga abi mertua, Qiana beserta umi membawa Fatimah ke rumah sakit. Dengan perasaan cemas, mertua Qiana itu berusaha untuk tetap tenang. Tapi, tidak dengan Qiana. Dia merasa ada yang salah setelah pertemuan Fatimah dengan Ustazah Naima. Entahlah, dia mencurigai pujaan hati suaminya itu
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status