Share

Cemburu

Penulis: Chely Violet
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Apa arti cinta untukmu? Bukankah kamu sangat memahami bahwa tidak ada cinta yang lebih besar selain cinta untuk Sang Pencipta?” tanya seorang gadis berkerudung merah pada seorang pemuda yang berdiri tak jauh darinya. Jarak ia dengan pemuda itu hanya lah lima langkah. Bila ia melangkahkan kaki sebanyak lima kali, tidak akan ada lagi jarak yang tercipta di antara keduanya.

Benarkah tidak ada jarak lagi? Tidak, meskipun ia melangkah untuk menghapus jarak yang tercipta itu, ia tahu jarak yang sesungguhnya tidak akan pernah mungkin terhapus karena jarak itu tidak kasat mata. Setiap ia melangkah maka semakin jauhlah jarak yang tercipta antara dirinya dan si pemuda tersebut.

“Aku mencintaimu karena Allah,” ucap pemuda itu dengan sangat lirih. “Aku ingin menjadi imammu.”

“Bila kita memang berjodoh, insya Allah, Allah akan mempermudahnya.” Hanya jawaban itulah yang diberikan si wanita. “Aku tidak akan memintamu menunggu karena aku sama sekali tidak memiliki hak untuk itu. Jika kamu sudah menemukan wanita yang tepat, aku dengan senang hati memberikan keyakinan dalam diri bahwa kita tidak ditakdirkan untuk bersatu.”

“Aku butuh kepastian. Bila memang kamu ingin membina rumah tangga bersamaku, izinkan aku untuk mengkhitbahmu.”

“Saat ini aku ingin memperbaiki diri ke arah yang lebih baik lagi karena kecintaanku kepada Allah. Jadi biar lah Allah yang mengatur semuanya.” Si wanita itu berlalu meninggalkan pria yang tadi bersamanya itu.

Suara lembut dari bibir Qiana menyadarkan sang suami dari kenangan masa lalu. Kenangan ketika itu ia mengutarakan cinta dan niatnya untuk melamar seseorang yang dicintainya. Namun, Allah tidak menakdirkan mereka untuk bersama.

“Siapa Ustazah Naima itu, Mas?” tanya Qiana.

“Salah satu staff pengajar di pesantren,” jawab Ates singkat.

“Apa dia calon istrimu? Sepertinya Fatimah sangat menyukai Ustazah Naima.”

“Dia hanya lah anak kecil yang belum tahu tentang urusan orang dewasa. Fatimah memang pernah bertemu dengan Ustazah Naima sekali, dan itu yang membuatnya sangat menyukai beliau.”

Hati Qiana merasa sakit. Tidak seharusnya dia merasakan hal itu karena mereka menikah baru beberapa hari dan bisa jadi Ates sudah memiliki calon istri yang akan dia nikahi sebelum menikah dengannya.

“Apa dia gadis yang ingin kamu nikahi?” tanya Qiana lagi.

Ates terdiam untuk beberapa saat. Matanya berbinar ketika mengingat sang pujaan hati yang tidak bisa dia raih untuk saat ini. Sejenak Ates lupa dan khilaf bahwa tidak seharusnya pria yang sudah menikah memikirkan wanita lain.

“Itu masa lalu, Qiana. Aku tidak ingin membahasnya lagi,” ujar Ates.

“Apa karena aku yang membuat kalian batal nikah?”

“Itu salah, Qiana. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan pernikahan kita.”

“Lalu apa, Mas? Kenapa kamu merahasiakan perasaan itu dariku? Kita memang baru menikah, tapi aku berhak tahu tentang perasaan suamiku yang saat ini mungkin sedang menderita.” Qiana meneteskan air mata dan membuat Ates merasa bersalah atas semua itu.

“Memang benar Ustazah Naima adalah wanita yang ingin aku nikahi dan bahkan aku sudah mengkhitbahnya di hadapan Abi dan Umi. Tapi, itu semua sudah berlalu. Nyatanya kami tidak ditakdirkan untuk bersama.”

Qiana tertegun. “Mungkin karena aku yang membuat kalian tidak jadi menikah. Maafkan aku, Mas.” Qiana merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Ates.

“Mas juga bersalah kepadamu, Qiana. Sampai saat ini hati Mas masih untuk Ustazah Naima. Mas tahu ini tidak sepantasnya terjadi, Mas sangat berdosa karena memikirkan wanita lain yang bukan istriku.”

Mendengar itu, wajah Qiana kembali mendung. Kini, ia mengerti kenapa Allah memberikan ia hukuman seperti ini karena dulu Qiana juga pernah memainkan perasaan seorang pria. Padahal, ia tahu hal itu tidak seharusnya ia lakukan. Namun, Qiana merasa senang karena telah berhasil membuat pria yang mencintainya dengan tulus patah hati.

“Sekarang apa rencanamu untuk ke depannya, Mas?” tanya Qiana setelah menarik napas panjang dan meyakinkan hatinya bahwa dia tidak harus cemburu kepada Ates.

“Tidak ada. Mas hanya ingin menjalankan kewajiban sebagai suami dan ayah yang baik untuk calon anak kita,” jawab Ates.

“Bagaimana dengan Ustazah Naima? Apa kamu tidak ingin menikah dengannya?”

Pertanyaan itu berhasil membuat Ates menatap Qiana lama. Dia tidak menyangka jika istrinya akan berpikiran seperti itu, menawarkannya untuk menikah dengan perempuan lain.

“Aku hanya ingin menikah satu kali dan itu bersamamu. Insyaallah, Allah akan memberikan suami yang baik untuk Ustazah Naima nantinya,” balas Ates.

Kini, Qiana terbungkam mendengar jawaban suaminya itu. Meski Ates berkata bahwa dia tidak akan melakukan poligami, tapi Qiana bisa membaca bahwa di dalam lubuk hati yang terdalam, Ates ingin Ustazah Naima yang menjadi istrinya dan ibu untuk anak-anak mereka nanti. Tapi, kehadiran Qiana sudah membuat harapan dan impian mereka hancur.

“Aku ikhlas jika dimadu, Mas.”

Ates menghentikan langkah ketika hendak keluar dari kamar. Perkataan istrinya membuat Ates tidak bisa memahami bagaimana sifat dan karakter Qiana yang sebenarnya.

“Apa yang barusan kamu katakan?” tanya Ates tak percaya.

“Aku mau kamu melanjutkan impian untuk menikah dengan Ustazah Naima. Aku bisa menerima itu semua nanti karena dari awal pernikahan kita tidak lah di dasari oleh cinta. Kamu terpaksa menikah denganku karena persahabatan orang tua kita. Aku tidak mau terbebani karena hal ini, Mas. Aku tidak bisa menyakiti perasaan seorang wanita.”

“Lalu bagaimana denganku? Apa kamu tidak berpikir terlebih dahulu sebelum mengatakan semua omong kosong ini? Aku tidak ingin menyakiti kalian berdua. Dengan poligami, aku takut tidak bisa berlaku adil antara kamu dan juga Ustazah Naima.”

Niat hati ingin memberikan Ates izin untuk menikah lagi. Tapi, justru dirinya lah yang tidak mau sang suami menikahi wanita lain. Setiap perkataan Ates, membuat Qiana merasakan sesuatu yang berbeda di dalam dirinya. Secepat itu ia bisa berpaling dari Leo dan melabuhkan hati pada sang suami.

Kini, mereka terdiam cukup lama. Duduk di sisi ranjang dengan pikiran masing-masing. Tidak ada perkataan lagi yang keluar dari mulut Qiana sedikit pun. Tidak ada desakan untuk menyuruh Ates menikah dengan wanita pujaannya itu. Ia tidak memiliki keberanian lagi mengutarakan semuanya, karena Qiana justru tidak ingin dipoligami. Ia hanya menguji kesabaran dan kebijakan Ates. Apakah dia akan segera melamar Ustazah Naima dan menikah dengannya? Nyatanya jawaban suaminya itu berhasil membuatnya merasa bersalah.

Ates pun demikian, memilih untuk diam sembari mencari solusi dari masalahnya saat ini. Dia berpikir bahwa Qiana menyuruhnya untuk menikah lagi karena merasa telah merebut calon suami wanita lain. Tapi, yang sebenarnya hal itu tidak lah benar. Walau pun Ates sudah mengutarakan niatnya untuk melamar Ustazah Naima, akan tetapi lamaran itu sampai saat ini belum juga dibalas oleh beliau.

“Maaf...” Hanya kata itulah yang pada akhirnya mampu Qiana ucapkan. Memecahkan keheningan yang tercipta.

“Maaf untuk apa?” Ates bertanya dengan nada yang masih sama seperti biasanya, lembut dan menenangkan.

“Maaf karena aku sudah menyuruhmu untuk melakukan poligami. Padahal, sebenarnya aku cemburu melihat Fatimah lebih menyukai Ustazah Naima dibandingkan aku. Aku takut jika suatu saat nanti kamu akan berubah pikiran dan menikahi Ustazah Naima.

Mendengar kekhawatiran Qiana, membuat Ates perlahan meraih jari jemari Qiana ke dalam genggamannya. Qiana pun membiarkan Ates melakukan hal itu.

“Ada beberapa hal yang membuatku tidak mau menikah lagi. Pertama karena prinsip yang Abi terapkan dari dulu adalah untuk menikah satu kali seumur hidup. Karena poligami itu akan merusak kehidupan dan menyakiti banyak orang. Aku nggak mau kamu atau pun Ustazah Naima tersakiti nantinya. Yang kedua, lamaran yang aku ajukan untuk Ustazah Naima sampai saat ini belum ada balasannya. Ustazah Naima mungkin belum siap untuk membina rumah tangga denganku dan aku pun berharap dia bisa menemukan laki-laki yang lebih baik dariku.”

Qiana merasa lega mendengar penjelasan dari Ates. Dia semakin yakin bahwa rumah tangganya akan baik-baik saja ke depannya tanpa ada gangguan dari orang ketiga.

"Tapi, ada satu hal lagi yang belum kamu ketahui dan aku tidak ingin kamu mengetahuinya sekarang."

Qiana mengerutkan keningnya. "Apa itu, Mas? Rahasia apa lagi yang belum aku ketahui?" Tanya Qiana penasaran.

Bab terkait

  • Istri Nakal Anak Ustadz   Ustazah Naima

    Qiana duduk termenung di pinggiran kasur. Ada yang aneh pada dirinya setelah berbicara dengan Ates tadi. Entah kenapa hari ini ia selalu mengingat Leo? Sudah beberapa hari ini semenjak menikah ia sama sekali tidak memikirkan pria itu, tapi hari ini segala kenangannya bersama Leo datang seperti air hujan.“Qiana, aku mau mengajar dulu di pesantren, ya. Jika kamu ingin menemui kedua orang tuamu, jangan lupa untuk meminta umi menemani ke sana. Aku nggak mau kamu sampai kenapa-kenapa, karena aku yakin kamu pasti belum pernah datang ke alamat itu kan?” ujar Ates yang sudah terlihat tampan dengan baju dinasnya seperti biasa.Qiana mengangguk saja tanpa menanggapi perkataan dari Ates.“Kamu masih marah? Setelah kejadian tadi aku belum mendengar sepatah kata pun yang keluar dari mulutmu.”Qiana menggeleng. Sungguh ia merasa bersalah pada Ates. Kenapa bisa-bisanya cemburu pada hal yang tidak seharusnya dia cemburui. Dan kenapa juga dia kembali mengingat Leo ketika dirinya sudah memiliki Ates

  • Istri Nakal Anak Ustadz   Egois

    Pikiran Ustazah Naima tidak sinkron dengan tubuhnya. Dia melangkahkan kaki ke pesantren tanpa melihat langkahnya itu. Baru kali ini Ustazah Naima bertindak layaknya orang yang sedang patah hati. Biasanya dia tidak pernah seperti itu dan selalu tersenyum saat berpapasan dengan Ustazah lainnya.“Apa ada masalah dengan Ustazah Naima? Beliau sama sekali tidak menjawab salam dari Ustazah lainnya.” Salah satu pengajar di pesantren itu merasakan keanehan pada Naima. Dia gadis yang baik dan lemah lembut, selalu menyapa terlebih dahulu meski orang yang disapanya itu tidak menjawab sekali pun. Wajar saja jika mereka merasa Naima sedang berada dalam masalah.“Coba Ustazah tanya, siapa tahu sehabis pulang liburan ini membuat Ustazah Naima merasa tidak nyaman,” jawab rekannya di ruang guru.“Baiklah, tunggu sebentar.” Wanita itu melangkah perlahan, menghampiri Naima yang masih termenung di meja kerjanya.“Assalamualaikum.”“Walaikumsalam, Ustazah,” jawab Naima sedikit tersentak.“Ustazah kenapa? A

  • Istri Nakal Anak Ustadz   Permintaan Maaf

    Ates menggelar dua sajadah untuk dirinya dan sang istri. Matanya memandang Qiana yang masih berdiri di ambang pintu kamar mandi. Qiana mengenakan gamis berwarna biru tanpa kerudung, rambutnya terlihat habis di keramas. Qiana memilih untuk menyegarkan tubuhnya di kamar mandi setelah apa yang dia lakukan saat makan siang tadi. Ia begitu lama berada di dalam sana hingga Ates setia menunggu istrinya untuk bicara. Ates juga tidak berani mengganggu Qiana yang sedang menenangkan diri di dalam kamar mandi. “Mau sampai kapan kamu berdiri di situ?” pertanyaan yang Ates ajukan sepele, tetapi berhasil membuat Qiana salah tingkah. Dengan langkah pelan, Qiana menghampiri Ates yang sudah berdiri tepat di atas sajadah. “Kamu sudah mengambil wudu?” “Sudah.” Qiana mulai mengenakan mukena yang sudah tersimpan rapi di atas tempat tidur. Sepertinya Ates yang sengaja menaruhnya di sana. Lihatlah, seberapa besar perhatian seorang Ates kepada istrinya. Tetapi, istrinya itu telah membuat kedua orang tuan

  • Istri Nakal Anak Ustadz   Fatimah, Gadis Kecil Menyebalkan

    Qiana menyadari sedari tadi tingkah dan perilaku Fatimah sedikit berbeda. Qiana tanpa sengaja melihat Fatimah yang mengeluh saat sedang bermain di ruang tengah, gadis kecil itu menekan perutnya dengan sangat kuat. Dan saat Qiana muncul, Fatimah malah bersikap biasa saja. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa kepadanya.“Fatimah kenapa, Umi?” tanya Qiana panik dan menghampiri.Umi mertua menggeleng sembari menangis. “Umi tidak tahu, Qiana. Dia sudah seperti ini saat Umi keluar dari dapur.”“Sebaiknya kita bawa ke rumah sakit saja, nanti Qiana akan menghubungi Mas Ates dan juga Abi.”“Cepatlah! Umi takut Fatimah kenapa-kenapa.”Qiana mengangguk dan bergegas mencari ponselnya. Setelah memberitahu Ates dan juga abi mertua, Qiana beserta umi membawa Fatimah ke rumah sakit. Dengan perasaan cemas, mertua Qiana itu berusaha untuk tetap tenang. Tapi, tidak dengan Qiana. Dia merasa ada yang salah setelah pertemuan Fatimah dengan Ustazah Naima. Entahlah, dia mencurigai pujaan hati suaminya itu

  • Istri Nakal Anak Ustadz   Berserah Diri

    Ates menghampiri istrinya yang berada di belakang rumah sakit setelah keluar dari ruangan Fatimah. Qiana tampak begitu sedih, sesekali ia mengusap pipinya yang masih dibanjiri air mata. Perlahan Ates duduk di samping Qiana dan menarik istrinya itu ke dalam pelukannya.“Jangan pikirkan apa yang Fatimah katakan tadi, dia hanya gadis kecil yang belum bisa menilai orang dengan baik. Aku janji akan memberikan pemahaman kepada Fatimah agar dia bisa menerimamu di dalam hidupnya.”Qiana yang mendengar suara lembut Ates itu langsung mendongak dan menatap sang suami. “Aku tidak pernah merasa tersinggung dengan perkataan Fatimah, Mas. Hanya saja aku cemburu akan kedekatannya dengan Ustazah Naima. Fatimah begitu menyayanginya, hingga dia tidak ingin Ustazah Naima pergi dari hidupnya.”Ates tentu sangat mengerti dengan perasaan Qiana. Makanya dia langsung mengejar Qiana saat melihat istrinya itu hampir menitikkan air mata di ruang perawatan Fatimah.“Seharusnya kamu nggak perlu cemburu dengan

  • Istri Nakal Anak Ustadz   Bertemu Kembali

    Dia lari dengan tergopoh-gopoh, di belakangnya banyak warga yang mengejar sembari membawa kayu dan alat untuk menghakiminya. Keringat bercucuran serta darah yang mengalir deras di pelipisnya. Sesekali dia menoleh, memastikan bahwa orang-orang yang mengejarnya itu sudah menjauh.Namun, dugaannya itu salah. Mereka semakin mendekat dengan teriakan yang menggema di kala azan magrib mulai berkumandang. Para warga yang mengejarnya itu tampak marah, jelas sekali dari raut wajah mereka yang tidak bisa diajak untuk bicara baik-baik. Kesalahan besar mungkin telah dia lakukan sehingga menjadi target warga untuk dihakimi.“Jangan sampai pria bejat itu lolos! Kita harus segera menangkapnya dan menghukum pria itu agar tidak menjadi contoh bagi yang lain melakukan kejahatan,” teriak salah satu pria berbadan gembul. Dari suaranya saja sudah membuat orang lain yang mendengar sedikit ketakutan. Ada tekanan dan ancaman dari setiap perkataan yang keluar dari mulutnya itu.“Dia pasti bersembunyi di pes

  • Istri Nakal Anak Ustadz   Pengakuan Cinta

    Dalam keheningan malam, Qiana duduk sendirian di ruang tamu. Merenungi apa yang telah terjadi tadi. Ia masih belum bisa berpikir dengan jernih bahwa masalah yang menimpanya saat ini merupakan teguran atas kesalahan yang telah ia lakukan di masa itu. Qiana juga tidak pernah menyalahkan takdir yang dia ubah sendiri karena egonya terlalu tinggi. Saat ini ia hanya bisa pasrah dan berdoa akan apa yang terjadi pada pernikahannya dengan Ates.“Kesalahan yang telah aku perbuat akan aku tanggung sendiri tanpa melibatkan Mas Ates beserta keluarganya. Tapi, aku tidak akan bisa menghadapi umi beserta Uwak nantinya jika tahu apa yang terjadi hari ini. Mereka pasti akan semakin kecewa dan marah padaku, apa lagi kedua orang tua Mas Ates pasti sangat sedih mendengar kejadian tadi.”Qiana terus saja merutuki dirinya yang tidak bisa memaafkan kesalahan Leo. Ia juga tidak menyangka bahwa ketika Leo memeluknya, Qiana merasa sangat bahagia. Rasa rindu yang ia pendam untuk pria itu telah terbayarkan, mes

  • Istri Nakal Anak Ustadz   Kehilangan

    Isakan tangis atas kepergian Fatimah tak begitu terdengar. Umi dan abi hanya menitikkan air mata saat melihat tubuh Fatimah yang sudah terbaring kaku di ranjang rumah sakit. Tak ada yang perlu ditangisi, meski mereka kehilangan cucu kesayangan dan merupakan satu-satunya di keluarga itu. Umi dan abi harus segera membawa Fatimah pulang, agar besok bisa segera dimakamkan.Ates hanya memiliki satu saudari perempuan, dan itu adalah bundanya Fatimah. Namun, kakak Ates pergi ke Turki mengikuti suami barunya yang merupakan ayah tiri Fatimah. Keluarga suaminya itu tidak ingin jika Fatimah ikut, makanya Ates melarang sang kakak untuk membawanya pergi.Hari ini adalah hari yang dijanjikan untuknya kembali, menemui putri tercinta yang sudah lama dia tinggalkan. Namun, ketika malam itu mendapatkan telepon dari Ates, Zahara langsung memesan tiket dan terbang ke Indonesia.“Mbak Qiana, bolehkah saya melihat jasadnya Fatimah?” Qiana yang sedang menyambut para pelayat itu pun tertegun melihat Ustaz

Bab terbaru

  • Istri Nakal Anak Ustadz   Kehilangan

    Isakan tangis atas kepergian Fatimah tak begitu terdengar. Umi dan abi hanya menitikkan air mata saat melihat tubuh Fatimah yang sudah terbaring kaku di ranjang rumah sakit. Tak ada yang perlu ditangisi, meski mereka kehilangan cucu kesayangan dan merupakan satu-satunya di keluarga itu. Umi dan abi harus segera membawa Fatimah pulang, agar besok bisa segera dimakamkan.Ates hanya memiliki satu saudari perempuan, dan itu adalah bundanya Fatimah. Namun, kakak Ates pergi ke Turki mengikuti suami barunya yang merupakan ayah tiri Fatimah. Keluarga suaminya itu tidak ingin jika Fatimah ikut, makanya Ates melarang sang kakak untuk membawanya pergi.Hari ini adalah hari yang dijanjikan untuknya kembali, menemui putri tercinta yang sudah lama dia tinggalkan. Namun, ketika malam itu mendapatkan telepon dari Ates, Zahara langsung memesan tiket dan terbang ke Indonesia.“Mbak Qiana, bolehkah saya melihat jasadnya Fatimah?” Qiana yang sedang menyambut para pelayat itu pun tertegun melihat Ustaz

  • Istri Nakal Anak Ustadz   Pengakuan Cinta

    Dalam keheningan malam, Qiana duduk sendirian di ruang tamu. Merenungi apa yang telah terjadi tadi. Ia masih belum bisa berpikir dengan jernih bahwa masalah yang menimpanya saat ini merupakan teguran atas kesalahan yang telah ia lakukan di masa itu. Qiana juga tidak pernah menyalahkan takdir yang dia ubah sendiri karena egonya terlalu tinggi. Saat ini ia hanya bisa pasrah dan berdoa akan apa yang terjadi pada pernikahannya dengan Ates.“Kesalahan yang telah aku perbuat akan aku tanggung sendiri tanpa melibatkan Mas Ates beserta keluarganya. Tapi, aku tidak akan bisa menghadapi umi beserta Uwak nantinya jika tahu apa yang terjadi hari ini. Mereka pasti akan semakin kecewa dan marah padaku, apa lagi kedua orang tua Mas Ates pasti sangat sedih mendengar kejadian tadi.”Qiana terus saja merutuki dirinya yang tidak bisa memaafkan kesalahan Leo. Ia juga tidak menyangka bahwa ketika Leo memeluknya, Qiana merasa sangat bahagia. Rasa rindu yang ia pendam untuk pria itu telah terbayarkan, mes

  • Istri Nakal Anak Ustadz   Bertemu Kembali

    Dia lari dengan tergopoh-gopoh, di belakangnya banyak warga yang mengejar sembari membawa kayu dan alat untuk menghakiminya. Keringat bercucuran serta darah yang mengalir deras di pelipisnya. Sesekali dia menoleh, memastikan bahwa orang-orang yang mengejarnya itu sudah menjauh.Namun, dugaannya itu salah. Mereka semakin mendekat dengan teriakan yang menggema di kala azan magrib mulai berkumandang. Para warga yang mengejarnya itu tampak marah, jelas sekali dari raut wajah mereka yang tidak bisa diajak untuk bicara baik-baik. Kesalahan besar mungkin telah dia lakukan sehingga menjadi target warga untuk dihakimi.“Jangan sampai pria bejat itu lolos! Kita harus segera menangkapnya dan menghukum pria itu agar tidak menjadi contoh bagi yang lain melakukan kejahatan,” teriak salah satu pria berbadan gembul. Dari suaranya saja sudah membuat orang lain yang mendengar sedikit ketakutan. Ada tekanan dan ancaman dari setiap perkataan yang keluar dari mulutnya itu.“Dia pasti bersembunyi di pes

  • Istri Nakal Anak Ustadz   Berserah Diri

    Ates menghampiri istrinya yang berada di belakang rumah sakit setelah keluar dari ruangan Fatimah. Qiana tampak begitu sedih, sesekali ia mengusap pipinya yang masih dibanjiri air mata. Perlahan Ates duduk di samping Qiana dan menarik istrinya itu ke dalam pelukannya.“Jangan pikirkan apa yang Fatimah katakan tadi, dia hanya gadis kecil yang belum bisa menilai orang dengan baik. Aku janji akan memberikan pemahaman kepada Fatimah agar dia bisa menerimamu di dalam hidupnya.”Qiana yang mendengar suara lembut Ates itu langsung mendongak dan menatap sang suami. “Aku tidak pernah merasa tersinggung dengan perkataan Fatimah, Mas. Hanya saja aku cemburu akan kedekatannya dengan Ustazah Naima. Fatimah begitu menyayanginya, hingga dia tidak ingin Ustazah Naima pergi dari hidupnya.”Ates tentu sangat mengerti dengan perasaan Qiana. Makanya dia langsung mengejar Qiana saat melihat istrinya itu hampir menitikkan air mata di ruang perawatan Fatimah.“Seharusnya kamu nggak perlu cemburu dengan

  • Istri Nakal Anak Ustadz   Fatimah, Gadis Kecil Menyebalkan

    Qiana menyadari sedari tadi tingkah dan perilaku Fatimah sedikit berbeda. Qiana tanpa sengaja melihat Fatimah yang mengeluh saat sedang bermain di ruang tengah, gadis kecil itu menekan perutnya dengan sangat kuat. Dan saat Qiana muncul, Fatimah malah bersikap biasa saja. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa kepadanya.“Fatimah kenapa, Umi?” tanya Qiana panik dan menghampiri.Umi mertua menggeleng sembari menangis. “Umi tidak tahu, Qiana. Dia sudah seperti ini saat Umi keluar dari dapur.”“Sebaiknya kita bawa ke rumah sakit saja, nanti Qiana akan menghubungi Mas Ates dan juga Abi.”“Cepatlah! Umi takut Fatimah kenapa-kenapa.”Qiana mengangguk dan bergegas mencari ponselnya. Setelah memberitahu Ates dan juga abi mertua, Qiana beserta umi membawa Fatimah ke rumah sakit. Dengan perasaan cemas, mertua Qiana itu berusaha untuk tetap tenang. Tapi, tidak dengan Qiana. Dia merasa ada yang salah setelah pertemuan Fatimah dengan Ustazah Naima. Entahlah, dia mencurigai pujaan hati suaminya itu

  • Istri Nakal Anak Ustadz   Permintaan Maaf

    Ates menggelar dua sajadah untuk dirinya dan sang istri. Matanya memandang Qiana yang masih berdiri di ambang pintu kamar mandi. Qiana mengenakan gamis berwarna biru tanpa kerudung, rambutnya terlihat habis di keramas. Qiana memilih untuk menyegarkan tubuhnya di kamar mandi setelah apa yang dia lakukan saat makan siang tadi. Ia begitu lama berada di dalam sana hingga Ates setia menunggu istrinya untuk bicara. Ates juga tidak berani mengganggu Qiana yang sedang menenangkan diri di dalam kamar mandi. “Mau sampai kapan kamu berdiri di situ?” pertanyaan yang Ates ajukan sepele, tetapi berhasil membuat Qiana salah tingkah. Dengan langkah pelan, Qiana menghampiri Ates yang sudah berdiri tepat di atas sajadah. “Kamu sudah mengambil wudu?” “Sudah.” Qiana mulai mengenakan mukena yang sudah tersimpan rapi di atas tempat tidur. Sepertinya Ates yang sengaja menaruhnya di sana. Lihatlah, seberapa besar perhatian seorang Ates kepada istrinya. Tetapi, istrinya itu telah membuat kedua orang tuan

  • Istri Nakal Anak Ustadz   Egois

    Pikiran Ustazah Naima tidak sinkron dengan tubuhnya. Dia melangkahkan kaki ke pesantren tanpa melihat langkahnya itu. Baru kali ini Ustazah Naima bertindak layaknya orang yang sedang patah hati. Biasanya dia tidak pernah seperti itu dan selalu tersenyum saat berpapasan dengan Ustazah lainnya.“Apa ada masalah dengan Ustazah Naima? Beliau sama sekali tidak menjawab salam dari Ustazah lainnya.” Salah satu pengajar di pesantren itu merasakan keanehan pada Naima. Dia gadis yang baik dan lemah lembut, selalu menyapa terlebih dahulu meski orang yang disapanya itu tidak menjawab sekali pun. Wajar saja jika mereka merasa Naima sedang berada dalam masalah.“Coba Ustazah tanya, siapa tahu sehabis pulang liburan ini membuat Ustazah Naima merasa tidak nyaman,” jawab rekannya di ruang guru.“Baiklah, tunggu sebentar.” Wanita itu melangkah perlahan, menghampiri Naima yang masih termenung di meja kerjanya.“Assalamualaikum.”“Walaikumsalam, Ustazah,” jawab Naima sedikit tersentak.“Ustazah kenapa? A

  • Istri Nakal Anak Ustadz   Ustazah Naima

    Qiana duduk termenung di pinggiran kasur. Ada yang aneh pada dirinya setelah berbicara dengan Ates tadi. Entah kenapa hari ini ia selalu mengingat Leo? Sudah beberapa hari ini semenjak menikah ia sama sekali tidak memikirkan pria itu, tapi hari ini segala kenangannya bersama Leo datang seperti air hujan.“Qiana, aku mau mengajar dulu di pesantren, ya. Jika kamu ingin menemui kedua orang tuamu, jangan lupa untuk meminta umi menemani ke sana. Aku nggak mau kamu sampai kenapa-kenapa, karena aku yakin kamu pasti belum pernah datang ke alamat itu kan?” ujar Ates yang sudah terlihat tampan dengan baju dinasnya seperti biasa.Qiana mengangguk saja tanpa menanggapi perkataan dari Ates.“Kamu masih marah? Setelah kejadian tadi aku belum mendengar sepatah kata pun yang keluar dari mulutmu.”Qiana menggeleng. Sungguh ia merasa bersalah pada Ates. Kenapa bisa-bisanya cemburu pada hal yang tidak seharusnya dia cemburui. Dan kenapa juga dia kembali mengingat Leo ketika dirinya sudah memiliki Ates

  • Istri Nakal Anak Ustadz   Cemburu

    “Apa arti cinta untukmu? Bukankah kamu sangat memahami bahwa tidak ada cinta yang lebih besar selain cinta untuk Sang Pencipta?” tanya seorang gadis berkerudung merah pada seorang pemuda yang berdiri tak jauh darinya. Jarak ia dengan pemuda itu hanya lah lima langkah. Bila ia melangkahkan kaki sebanyak lima kali, tidak akan ada lagi jarak yang tercipta di antara keduanya.Benarkah tidak ada jarak lagi? Tidak, meskipun ia melangkah untuk menghapus jarak yang tercipta itu, ia tahu jarak yang sesungguhnya tidak akan pernah mungkin terhapus karena jarak itu tidak kasat mata. Setiap ia melangkah maka semakin jauhlah jarak yang tercipta antara dirinya dan si pemuda tersebut.“Aku mencintaimu karena Allah,” ucap pemuda itu dengan sangat lirih. “Aku ingin menjadi imammu.”“Bila kita memang berjodoh, insya Allah, Allah akan mempermudahnya.” Hanya jawaban itulah yang diberikan si wanita. “Aku tidak akan memintamu menunggu karena aku sama sekali tidak memiliki hak untuk itu. Jika kamu sudah mene

DMCA.com Protection Status