Share

4| Rencana

Penulis: Vaanella
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-04 12:41:13

Sejak empat tahun yang lalu, setelah menyelesaikan kuliahnya Sean langsung duduk di kursi presiden direktur, menggantikan ayahnya yang langsung mundur dari posisi itu dan kini menjadi chairman di Pelltun Ippolito Holdings. Pelltun Ippolito Holdings adalah sebuah perusahaan yang menjadi induk dari beberapa anak perusahaan yang bergerak di berbagai sektor. Mulai dari Pelltun Beton, Ippolito Tol, Energi Ippolito dan juga Pelltun Ippolito Land.

Pelltun Ippolito Land adalah anak perusahaan yang bergerak di bidang real estat yang didirikan enam tahun yang lalu oleh Sean sendiri. Saat itu, ia masih berkuliah pada tahun pertamanya. Anak perusahaan ini adalah langkah utamanya untuk bisa menduduki posisi seorang presiden direktur dua tahun setelah ia mendirikan Pelltun Ippolito Land.

"Pak," panggil sekretarisnya ketika ternyata, Sean hanya melamun sejak tadi. "Anda memerlukan waktu sebelum melanjutkan rapat ini?"

Sean menggelengkan kepalanya. "Saya baik-baik saja. kita bisa lanjutkan."

Meskipun ia adalah seorang pewaris dari kerajaan bisnis yang dibangun oleh ayahnya, namun tentu saja ia harus membuktikan dirinya di hadapan ayahnya dan para pemegang saham. Ketika ia berhasil mengembangkan perusahaan Pelltun Ippolito Land, ayahnya dengan senang hati memberikan posisi presiden direktur di perusahaan induk.

Sejak saat itu, kehidupan Sean tidak pernah mudah.

“Antusiasme publik terhadap hunian apartemen yang akan kita bangun sangat baik, Pak. Kita menawarkan seratus unit untuk gedung pertama dan tujuh puluh lima persen sudah terjual bahkan sebelum pembangunannya,” kata Sumuhardjo, direktur pemasaran. “Apa kita harus menambah unit, Pak?”

Sean yang sekarang sedang mengamati presentasi dari tim pemasaran terlihat sangat serius. Sekarang mereka memang sedang berfokus pada pembangunan sebuah apartemen mewah di daerah Jakarta Selatan.

“Fokus saja pada penjualannya,” kata Sean pada akhirnya. “Saya hanya akan menjual produk yang terbatas supaya siapapun yang memilikinya juga merasakan kesan mewah itu. Saya rasa kita bisa mengakhirinya.”

Richard Gordon Tanaka tersenyum karena mendengar keputusan dari putranya. Meskipun usia Sean masih sangat muda, ia tidak menyangka jika putranya mampu menopang beban yang sangat banyak seperti ini.

Semua orang yang mengikuti rapat ini mengemas barang-barang mereka dan satu per satu dari mereka mulai keluar dari ruang rapat ini, untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Sean tidak bergerak hingga hanya ada mereka berdua di ruangan ini.

“Sebentar lagi Mama kamu akan tiba bersama dengan Bie. Itu salahmu karena kamu tidak pernah pulang ke rumah,” kata Richard dengan wajah jenaka.

“Aku akan menerima kemarahan Mama,” jawab Sean membalas senyuman ayahnya.

Dengan cepat, Richard meninggalkan ruangan karena tidak ingin mengganggu istrinya yang sebentar lagi pasti akan tiba. Sementara Sean tidak akan bisa pergi ke manapun dan memutuskan untuk kembali ke ruang kerjanya yang berada di lantai ini.

“Sean?”

Sean baru saja akan duduk di meja kerjanya ketika ia mendengar suara ibunya yang terdengar kesal. Ia tersenyum karena melihat ibunya yang terlihat sangat cantik dengan dress berwarna merah muda.

“Mama terlihat lebih muda dari terakhir kali aku melihat Mama,” kata Sean dengan senyumannya.

Ibunya memang terlihat sangat muda di usianya yang ke empat puluh lima.

“Oh! Berarti kamu sadar kalau kamu sudah lama tidak menemui Mama,” jawab Jacqueline Sea Tanaka sambil meletakkan birkin bag miliknya yang berwarna senada dengan dress yang sedang ia kenakan.

Dari wajahnya, Sean tahu kalau ibunya benar-benar kesal kepadanya. Jika dipikir, ia sendiri tidak ingat kapan terakhir kali dirinya menemui ibunya. Mungkin sekitar tiga bulan yang lalu, sebelum ia melakukan perjalanan bisnisnya ke Boston.

Sean pun berjalan ke arah ibunya dan memeluknya. “Maafkan aku, Ma.”

Meskipun kesal, Jacqueline membalas pelukan dari putranya yang sekarang hampir dua kali lebih tinggi darinya ini. “Mama memutuskan untuk menikah dan mengandung kamu di usia dua puluh tahun karena ingin menghabiskan banyak waktu bersama dengan anak Mama. tapi ternyata, Mama hanya memiliki kamu sampai usia kamu sembilan belas.”

“Tapi Tuhan memberikan Bie untuk menemani Mama,” jawab Sean.

Mereka melepaskan pelukan dan pada saat itu, seorang pengasuh masuk ke ruang kerja Sean sambil membawa seorang bayi berusia satu tahun ke dalam ruangan. Seketika, senyuman Sean semakin mengembang karena melihat adik kecilnya itu.

Ia memang memiliki seorang adik di usianya yang sudah menginjak dua puluh empat tahun. Awalnya, ia merasa aneh karena memikirkan hal itu. Namun, perasaannya berubah ketika ia melihat wajah adiknya.

Ia sangat berterima kasih karena memiliki adik di usia sekarang.

“Mungkin Blaire juga sudah lupa dengan wajah kamu,” kata Jacquelinne.

Akan tetapi, sepertinya Blaire Gumi Tanaka sama sekali tidak melupakan kakaknya, karena bayi itu langsung mengulurkan tangan ke arah Sean dengan wajah antusias, membuat mereka semua tertawa.

“Sepertinya Bie sangat merindukanku, seperti Mama,” jawab Sean sambil menggendong adiknya.

Blaire terlihat sangat nyaman di tubuh kekar Sean. Sementara Jacqueline tersenyum karena tubuh anak bungsunya terlihat sangat kecil di dalam gendongan Sean.

“Mama akan menemani Papa kamu ke Spanyol,” kata Jacqueline setelah mereka semua duduk di sofa ruangan ini.

“Tiba-tiba saja?” tanya Sean bingung. Sekarang, adiknya itu tengah memainkan kerah bajunya.

Jacqueline menganggukkan kepalanya. “Papa kamu lupa kalau dia pernah merintis bisnis di sana. Kami akan pergi besok. Bie sedang tidak sehat dan dokter menyarankan kalau dia tetap tinggal di sini. Kamu tahu kan kalau Papamu tidak akan bisa hidup dengan Mama? Jadi, kita harus berbagi tugas.”

Sean menganggukkan kepalanya. Ibunya tidak akan bisa membiarkan ayahnya pergi sendirian karena itu akan sangat merepotkan. Ayahnya tidak akan pernah bisa berpakaian dengan benar tanpa bantuan ibunya.

“Mama tidak pernah berpikir akan meninggalkan Bie di saat dia sedang demam seperti ini,” kata Jacqueline lagi sambil menatap putri kecilnya yang sekarang mulai menggigit kerah baju Sean.

“Aku bisa menjaganya. Um.. Sienna juga bisa menjaganya. Dia adalah seorang dokter,” jawab Sean. kemudian, Sean menarik kerah bajunya dengan lembut. “Bie, kamu tidak boleh memakan kerah bajuku.”

Seolah mengerti dengan ucapan itu, Blaire mendongakkan kepalanya dan menatap Sean dengan tatapan kecewa. Sean tersenyum melihat wajah lucu Blaire yang seperti boneka ini.

“Apa Sienna punya waktu untuk mengurus Bie? Dia adalah dokter yang sangat sibuk sekarang,” kata Jacqueline khawatir.

“Aku akan bicara dengannya. Mama tentang saja,” jawab Sean.

“Kamu akan membawa Bie ke apartemen kamu?” tanya Jacqueline lagi.

Sean terdiam dan berpikir sesaat. Ditatapnya wajah lucu Blaire yang sekarang sedang memainkan dasinya. Tidak. Ia tidak akan membiarkan adiknya berada di tempat dimana ia sering membawa wanita untuk memuaskan mereka.

“Aku akan tinggal di rumah,” jawab Sean cepat.

Jacqueline menganggukkan kepalanya. “Suster akan membantu kamu menyiapkan beberapa hal. Mama akan pergi kalau begitu, Sean. Kalau kamu harus meeting, kamu bisa titipkan Bie ke suster.”

Sean menganggukkan kepalanya dengan patuh, meskipun ia tidak pernah mendapatkan tugas untuk menjaga adiknya.

Jacqueline mencium kening putrinya dan berjalan meninggalkan ruangan. Ia tersenyum dan ketika dirinya berada di luar ruang kerja putranya, ia mendapati Richard yang sudah menunggunya.

“Kamu tidak meledak-ledak seperti dugaanku,” kata Richard sambil mengalungkan lengan di pinggang istrinya.

Mereka berjalan dengan perlahan, seperti sepasang kekasih meskipun usia pernikahan mereka sudah lebih dari dua puluh enam tahun. “Aku punya ide.”

“Ide?”

Jacqueline menatap suaminya dan menganggukkan kepalanya. “Kita akan ke Spanyol dan aku menitipkan Bie kepada Sean.”

Mata Richard membulat ketika ia mendengarnya. “Sayang, apakah Bie akan baik-baik saja? Bie bisa pergi bersama dengan kita. Aku akan membawa dokter terbaik bersama kita untuk memastikan kesehatan Bie.”

“Sstt..” kata Jacqueline sambil mencium bibir suaminya sekilas. “Aku tahu kalau Sean tidak akan bisa menjaga Blaire sendirian. Aku menitipkan Bie ke Sean karena ingin membuat Sean menyadari perasaannya.”

“Kepada siapa? Suster?” tanya Richard bingung.

Jacqueline dan Richard memasuki lift yang akan membawa mereka ke lobi.

“Kamu tahu alasan kenapa Tuhan mengirimkan Bie kepada kita? Mungkin salah satu alasannya adalah karena Bie bisa membuat kakaknya yang bodoh itu menyadari siapa yang dia cintai,” jawab Jacqueline.

Untuk seumur hidupnya, Richard tahu kalau dirinya ditakdirkan untuk mencintai Jacqueline. Namun terkadang, ia tidak bisa memahami isi kepala wanita yang sangat ia cintai ini. “Kamu ingin membuat Sean menyadari cintanya kepada Ivanka? Tapi Ivanka sedang syuting di Jepang, sayang..”

“Richard,” kata Jacqueline. “Sekarang aku tahu dari mana Sean mendapat rasa tidak peka yang sangat kuat. Ternyata dari kamu.”

Wajah Richard terlihat tidak mengerti.

“Intinya, aku sedang berusaha untuk membuat Sean menyadari perasaannya. Itu saja. Kamu akan paham ketika rencanaku berjalan dengan baik.”

Bersambung

Bab terkait

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   5| Sean Ingin Mencium Leher Sienna

    Sienna berjalan dengan cepat memasuki pintu utama keluarga Kanaka ini. Rumah ini sangat besar dengan gaya victoria yang berdiri di atas lahan yang sangat luas. Meskipun tidak banyak penghuninya, namun Sienna selalu merasa kalau rumah ini sangat hangat. Ia selalu merasa nyaman jika sedang berada di antara keluarga Sean. Dengan cepat, kakinya yang sudah sangat hapal dengan ruangan yang ada di rumah ini pun melangkah ke arah ruang makan. Ketika ia tiba di ruang makan, ia melihat Sean yang sedang menggendong Blaire. Ia tersenyum dan berjalan lebih cepat. “Sean?” Sean yang sedang berusaha untuk menidurkan Blaire pun menoleh dan tersenyum lega. “Maaf aku harus merepotkan kamu.” Sienna meletakkan tasnya ke atas meja makan dan segera mencuci tangan dengan bersih. Setelah itu, ia mengelap tangannya sampai kering dan berjalan ke arah mereka. “Hi, Bie.” Bayi berusia satu tahun itu menoleh ke arah Sienna dan mengulas senyuman. Sienna mengulurkan tangannya. “Mau aku gendong?” Blaire menu

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   6| Sean Membingungkan

    Sienna menghabiskan makanannya dengan cepat karena ternyata, ia merasa sangat lapar. Sean yang melihat hal itu hanya menatap dengan heran. Ia sudah berteman dengan Sienna selama sepuluh tahun, dan wanita ini selalu makan dengan sangat banyak. Namun, tubuh Sienna tetap sangat ramping. Entah kemana larinya semua makanan-makanan itu. “Aku udah hubungin beberapa temen aku dan mereka setuju. Sisanya akan aku tanya besok,” kata Sienna setelah ia meminum air putih. “Aku temani kalau begitu.” Kening Sienna berkerut. “Kamu enggak ke kantor?” “Besok hari Sabtu, Sienna,” jawab Sean. “Oh…” Ia lupa kalau besok adalah hari sabtu. Sienna menyentuh bibir gelasnya dengan jari, sementara Sean masih merasa marah setiap kali memikirkan tentang bahu Sienna yang memar. Oleh karena rasa marahnya itu, akhirnya Sean berkata, “Siapa yang membuat bahu kamu seperti itu?” “Aku sendiri. Aku kepeleset..” “Sienna..” “Beneran,” jawab Sienna sambil berdecak. Sienna tidak ingin mengatakan yang sejujur

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   7| Sienna Selalu Menghancurkan Pakaian Sean

    Di kota Barcelona, Richard dan juga Jacqueline sedang duduk di kursi yang menghadap ke jendela yang menyuguhkan pemandangan kota Barcelona dari ketinggian lantai tiga puluh apartemen ini. Sejak tiba di kota ini beberapa jam yang lalu, Richard langsung disibukkan dengan beberapa pertemuan dan Jacqueline menemani suaminya dengan sangat sabar.Mereka baru bisa beristirahat di apartemen yang beberapa tahun lalu dibeli oleh Richard. “Kamu capek?” tanya Jacqueline sambil menyentuh lengan suaminya. Richard tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Meskipun lelah, ia selalu merasa lebih baik setiap kali bersama dengan istrinya. “Kamu sudah menelepon Sean untuk menanyakan keadaan Bie?” “Ya,” jawab Jacqueline. Kali ini, raut wajah Jacqueline yang awalnya serius berubah menjadi lebih antusias dan penuh senyuman kegembiraan. Melihat raut kegembiraan itu, Richard mengubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Jacqueline. “Kamu bahagia karena Bie tidak menangis?” tanya Richard, berusaha

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   8| Sandiwara

    Dua hari kemudian, Sean sudah kembali bekerja dan sedang sangat sibuk. Hari Senin adalah hari dimana ia tidak memiliki pertemuan dengan siapapun. Karena, hari Senin ia akan memeriksa semua berkas yang harus ia tandatangani. Juga menyelesaikan permasalahan yang harus segera ia tangani. Meskipun ia tidak memiliki jadwal rapat, namun hari Senin adalah hari yang sama sibuk dengan hari lainnya bagi Sean. Akan tetapi, hari ini terasa lebih ringan baginya. Karena, Sienna berjanji akan memasakkannya makanan untuk makan malam nanti. Ia tidak sabar untuk segera pulang meskipun ia baru tiba tidak lebih dari dua jam yang lalu. Ia juga tidak sabar untuk melihat Blaire. Benar. Aku tidak sabar untuk bertemu dengan Bie. Bukan karena makanan Sienna, pikir Sean. “Pak,” panggil Elijah ketika pria itu memasuki ruang kerja Sean. “Maaf mengganggu. Tapi ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda.” “Minta mereka menunggu sampai besok,” jawab Sean tanpa menatap ke arah Elijah. "Aku yakin kamu ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   9| Bersedih

    Bintang Film Indonesia adalah sebuah acara tahunan yang digelar oleh sebuah stasiun televisi swasta tanah air yang bekerjasama dengan asosiasi film Indonesia untuk acara ini. Oleh karena itu, acara ini merupakan anugerah untuk para penggiat film di Indonesia. Mulai dari aktor dan aktris, penulis, tim produksi, produser, sutradara dan lainnya. Acara ini adalah target bagi semua penggiat film untuk membuktikan hasil karya mereka. Acara ini tidak hanya dinantikan oleh para penggiat film, tapi juga oleh para masyarakat yang ingin melihat aktor dan aktris kesayangan mereka mendapatkan piala penghargaan. "Kita bener-bener pasangan yang serasi, Sean," kata Ivanka sambil tersenyum. Sean membalas senyuman itu dan kembali fokus pada jalan raya. Mereka akan memasuki daerah tempat acara akan digelar, dan barisan panjang mobil yang mengantarkan para tamu mulai memanjang. Malam ini, mereka mengenakan pakaian dengan warna senada. Sean mengenakan tuksedo berwarna biru navy, sementara Ivanka

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   10| Pemandangan Yang Menenangkan

    Sean tiba di rumah keluarganya pada pukul satu dini hari. Ketika ia memasuki pintu rumah, ia segera melepaskan tuksedo dan dasi kupu-kupu yang terasa mencekiknya selama ia mengenakannya. Sean melangkah ke arah ruangan tamu yang lampunya masih menyala dan terdiam ketika ia melihat siapa yang ada di sana. Di salah satu sofa itu, ia melihat Sienna yang sedang bersandar dan sepertinya sudah terlelap. Wanita itu memeluk Blaire yang terlihat sangat nyaman menengkurap di dada Sienna. Sekali lagi, ia merasa hangat pada hatinya ketika melihat pemandangan itu, padahal sebelumnya ia merasa sangat lelah. Sekarang, ia tidak ingin melakukan apapun dan hanya ingin menatap apa yang sekarang sedang ia lihat dengan lebih lama. “Non Bie nya tadi rewel gak bisa tidur, Den,” kata seseorang di belakang Sean. Sean berbalik dan mendapati Mary yang sudah berada di belakangnya. “Bie demam lagi?” “Enggak panas badannya. Tapi kata Non Sienna, dedeknya mau tumbuh gigi lagi, makanya rewel. Terus Non Sienn

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   11| Pelajaran Berciuman

    Dua hari kemudian, Sienna sedang bersiap karena malam ini ia akan menghadiri pesta ulang tahun ayahnya, meskipun ia datang hanya sebagai karyawan dari rumah sakit. Ia tidak peduli sebagai apa dirinya datang, karena yang paling penting adalah ia bisa melihat ayahnya. Malam ini, Sean menemaninya karena Sean memang selalu mendapatkan undangan acara apapun dari keluarganya. Beruntungnya lagi, malam ini Blaire terlihat tidak rewel dan bisa ditinggal sebentar dengan Mary. “Kamu sudah siap?” tanya Sean setelah ia mengetuk pintu kamar yang Sienna gunakan untuk berganti pakaian. “Iya. kita bisa pergi sekarang,” jawab Sienna. Malam ini, ia mengenakan sebuah gaun pesta keluaran Burberry yang terlihat sangat sempurna di tubuhnya. Tidak ada aksesoris lain yang ia kenakan selain sebuah kalung berlian yang sangat jarang ia pakai karena itu adalah pemberian dari mendiang ibunya. Sean yang seperti biasa mengenakan setelan tuksedo hitam pun mengajak Sienna untuk keluar. “Kamu tahu kan kalau m

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Terjebak Permainan Mr. Sean   12| Mandi Air Dingin

    Ivanka sudah kembali ke Kyoto dan sedang beristirahat di kamarnya. Ia baru saja melihat foto Sean yang menghadiri pesta ulang tahun Anthony Wangsadharma. Meskipun acara itu diadakan sangat tertutup, namun beberapa temannya mengirimkan foto Sean yang selalu saja terlihat tampan. "Dia sangat tampan," kata Ivanka sambil menatap Vani. "Dia datang dengan Sienna," kata Vani. "aku gak mau mengatakannya. Tapi mereka kelihatan semakin dekat." Benar. Ivanka tahu hal itu. Namun, ia yakin kalau Sean tidak akan berpaling darinya. Mereka sudah berjanji untuk tidak meninggalkan satu sama lain. "Lo enggak bisa terus bertahan di antara cinta semu ini, Ivanka. Semua orang tahu—dan gue yakin kalau lo juga tahu—kalau Sean mencintai siapa," kata Vani lagi. Vani lebih dulu bersahabat dengan Ivanka jauh sebelum ia menjadi manajer wanita ini. Maka, ia tidak akan berpikir dua kali untuk mengatakan apa yang ia rasa benar. "Gue akan bertahan," jawab Ivanka."Ivanka," kata Vani. Ivanka berdiri dan berjala

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-16

Bab terbaru

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   28| Perasaan Yang Berbalas

    Terjadi hujan yang sangat lebat pada pagi itu. Sienna yang lebih awal terjaga memutuskan untuk membuat dua cangkit teh. Untuk dirinya dan juga sean. Pasiennya. Pada dini hari, ia tidak bisa melanjutkan tidurnya karena tiga hal. Pertama, karena bunyi gemuruh yang saling bersahutan, kedua karena bunyi engsel pintu yang berderik di kejauhan karena tertiup angkin kencang, dan ketiga adalah karena Sean terus menerus bergumam dalam tidurnya Sekarang Sean memang adalah pasiennya, karena demam pria itu tak kunjung turun sampai sekarang. Sienna meletakkan dua cangkir teh itu ke atas meja makan karena mendengar suara ponselnya. Ariana yang meneleponnya. “Sienna? Apa kamu dan Sean baik-baik saja di sana?” tanya Ariana yang terdengar sangat khawatir. “Kami semua sudah melakukan tes dan tidak ada yang tertular.”Sienna menghela napas lega karena tidak ada yang tertular lagi. “Kami baik-baik saja, Ariana. Cuma Sean yagn sekarang sedang sangat demam.”“Cucuku akan sangat merepotkan ketika dia de

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   27| Keras Kepala

    Sekarang sudah pukul dua pagi dan Sean sama sekali tidak bisa tidur. Ia sudah memutuskan untuk merawat Sienna, maka ia akan menjadi pria yang siap siaga sekarang. Sienna sekarang tidur. Di dalam pelukannya, setelah dirinya memenangkan perdebatannya dengan wanita ini. “Aku tidak akan pernah tidur di dalam pelukan seorang pria yang memeluk sangat banyak wanita, Sean,” kata wanita itu tadi, dengan sangat keras kepala dan menghempaskan pintu kamar di depan wajah Sean. Walaupun Sienna melarangnya untuk masuk ke dalam kamar wanita itu, namun Sean tetap berjaga di depan pintu. Benar saja, tiga puluh menit kemudian, Sienna batuk dan Sean langsung masuk untuk memberikan bantuan. Ia memberikan Sienna air hangat yang ia pikir bisa membantu meredakan batuk wanita itu. Sean lupa bagaimana sekarang mereka bisa saling memeluk seperti ini. Namun yang pasti ia sangat bahagia. “Kamu tidak tahu kalau aku tidak pernah memeluk wanita lain seperti ini, Sienna,” gumam Sean sambil tersenyum lebar. “Ka

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   26| Terjangkit COVID-19

    Sienna kembali terjaga dan ia tidak tahu kalau dirinya sudah kembali terlelap. Ketika ia membuka matanya, ia mendapati seberkas cahaya dari pintu kamarnya. Seana pasti sudah menghidupkan semua lampu karena hari sudah benar-benar malam sekarang. Perlahan, ia duduk dan entah apakah karena ia tidak minum untuk beberapa waktu, ia merasa tenggorokannya sangat kering dan sedikit perih. “Uhuk-uhuk..” ia terbatuk. Satu detik kemudian, Sean masuk. Pria itu masuk seolah dirinya memang sudah menunggu Sienna di depan pintu kamar wanita itu. “Kamu baik-baik saja?” tanya Sean dengan segelas air di tangannya. Dengan sangat sigap, ia memberikan air itu untuk Sienna minum. “Awas,” kata Sienna setelah ia meminum air dan masih merasa tidak ada perubahan pada tenggorokannya. Ia berjalan menuju ke tasnya, dan mengambil alat tes swab dari dalam sana. Ketika dirinya sedang memeriksakan diri, Sean hanya berdiri di tepi ranjang dan menatap apa yang sedang dilakukan oleh Sienna. “Apakah kamu berpikir k

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   25| Bermalam Di Pondok Yang Sama

    Satu minggu kemudian, Sienna dan Ariana menuju ke rumah perkebunan yang akan menjadi tempat tinggal mereka selama seminggu. Richard, Jacqueline dan Blaire sudah tiba di rumah perkebunan, sementara Sean masih berada di Singapura dan akan sampai beberapa jam lagi. “Ah. aku sangat merindukan tempat ini,” kata Ariana ketika mereka memasuki jalanan berbatu yang mengarahkan mereka pada sebuah gerbang yang sangat besar. “Rumahmu dihitung dari gerbang ini, Ariana?” tanya Sienna. “Ya. dan kebun-kebun yang ada di sini adalah milikku. Tempat ini adalah tempatku menghabiskan waktu sebelum aku memutuskan untuk tinggal di berbagai negara sepuluh tahun yang lalu. Aku tidak menyangka kalau tempat ini masih terasa sama, walaupun sudah berjarak sepuluh tahun.”Sienna tersenyum karena dirinya melihat senyuman tulus di wajah Ariana. Ia juga seolah melihat wajah Ariana pada sepuluh tahun yang lalu. Setelah mobil mereka terus memasuki area kebun sekitar selama lima menit, akhirnya mereka mulai melihat

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   24| Belum Begitu Menyadari Perasaan

    Selama tiga hari berikutnya, Ariana benar-benar menepati janjinya untuk tidak membiarkan Sean masuk ke rumahnya. Ia mengizinkan siapapun untuk masuk dan menemui Sienna, kecuali Sean. Cucunya sendiri. Selama tiga hari pula, Sienna pulang ke rumah Ariana hanya untuk mengganti pakaiannya dan setelah itu ia kembali ke rumah sakit. Namun hari ini, ia mendapatkan cuti dan cuti itu ia gunakan untuk mengisi tenaganya lagi. “Selamat malam, Sienna,” kata Ariana sambil tersenyum. Sienna awalnya ingin melewatkan makan malam, namun ia mendapatkan pesan dari salah satu pelayan bahwa Ariana ingin makan malam bersamanya. Ia merasa sangat nyaman berada di sini, karena Ariana sangat tulus kepadanya. “Hari ini kamu sangat produktif dariku, Ariana. Selamat malam,” Sienna balik menyapa Ariana setelah ia duduk di kursi yang berhadapan dengan wanita itu. Walaupun seharian ini Sienna hanya menghabiskan waktu di dalam kamarnya, namun ia tahu kalau Ariana hari ini sangat sibuk dengan museum baru yang akan

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   23| Semakin Rumit

    Sienna dan Ariana tiba di rumah Ariana yang sangat besar. Sienna tidak pernah datang ke rumah ini, karena selama sepuluh tahun terakhir, Ariana tidak pernah menempati rumah ini. Akan tetapi, meskipun pemilik rumah ini baru saja kembali, Sienna merasa rumah ini tetap hangat. “Rumah kamu sangat indah, Ariana,” kata Sienna yang merasa sangat takjub. Rumah ayahnya mungkin hanya setengah dari luas keseluruhan rumah ini. Di setiap matanya memandang, ia akan selalu tersenyum karena Ariana meletakkan banyak vas bunga mawar dengan berbagai warna di setiap sudut ruangan. “Aku sangat menyukai mawar. Walaupun pria yang memberikanku mawar pertama adalah pria yang sangat kubenci untuk seumur hidupku,” kata Ariana yang tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Sienna. “Aku akan berusaha untuk tidak membuat kamu mengingat hal yang tidak ingin kamu ingat,” jawab Sienna. Lalu, sesaat kemudian ia memikirkan sesuatu. “Walaupun rumah kamu sangat indah, tapi aku merasa kalau ini bukan tempatku, Ariana.”“Mak

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   22| Tak Sesuai Harapan

    Sean sama sekali tidak melepaskan genggaman tangannya pada tangan Sienna ketika ia mengajak Sienna untuk keluar dari ruang kerja Theodore yang ada di rumah sakit Mount-Sien ini. Ia juga tidak berhenti tersenyum karena Sienna yang bersikap cukup manis dengan hanya diam dan mengikuti langkahnya. Wanita itu tidak melepaskan genggaman tangan mereka, walaupun sekarang mereka tengah berada di lobi rumah sakit yang cukup ramai. \Seperti biasa, ketika mereka tiba di mobil, Sean membukakan pintu untuk wanita itu, kemudian ia masuk ke pintu kemudi. “Kamu tidak perlu takut. Aku akan meminta banyak orang untuk menjaga kamu,” kata Sean setelah ia menyadari kalau Sienna hanya diaSementara Sienna sekarang hanya memandangi rumah sakit dan berkata, “Rumah sakit ini..”“Kamu tidak perlu khawatir. Rumah sakit akan baik-baik saja walaupun semua orang tahu siapa kamu sekarang, sienna,” kata Sean lagi dengan sanga yakin. Sienna memalingkan wajahnya untuk menatap wajah Sean yang terlihat sangat bersema

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   21| Janji

    Empat tahun yang lalu..Sean menemui seorang wanita yang sama sekali tidak ia kenali. Ia datang ke sini karena wanita itu mengiriminya pesan yang berisikan kalau ia mengetahui rahasia keluarga Wangsadharma, keluarga Sienna. Awalnya, ia menganggap ini hanyalah pesan iseng, namun kemudian ia berpikir kalau tidak mungkin orang iseng mengirimkan pesan seperti ini kepada dirinya. "halo," kata wanita yang terlihat sangat cantik namun biasa saja di mata Sean. Bagi Sean, wanita yang paling menarik adalah Sienna. "Aku harus ke Singapura tiga jam lagi. Aku berharap kamu bisa mengatakan apa yang kamu ketahui dengan cepat," kata Sean sambil menatap jam tangannya. "Sayang sekali karena kayaknya, pembicaraan kita akan berlangsung lama." Sean hanya diam dan menatap wanita itu dengan dingin. "Mungkin kamu tidak begitu mengenali aku, padahal aku berusaha di dalam pekerjaanku sebagai seorang aktis supaya bisa kamu kenali.." "...""Aku Ivanka, wanita yang sangat sering menjadikan kamu sebagai f

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   20 | Ciuman Pertama

    Sienna menahan napasnya ketika ia merasa kalau Sean mengangkat tubuhnya dan membawanya memasuki bagian dalam apartemen pria itu. Ia tahu kalau dirinya sedang berhadapan dengan singa yang sedang lapar. Ia bisa melihat dari tatapan mata Sean yang tidak akan memberikan pengampunan untuknya. Ia juga tahu kalau apa yang mereka lakukan mungkin akan sangat berbahaya, namun ia menginginkannya. Entah sejak kapan, ia menginginkan Sean. lebih dari sebuah pelajaran berciuman yang pernah mereka sepakati. Sean mendudukkannya di kitchen island yang beruntungnya tidak berisi apapun.“Pelajaran dari mana yang kamu inginkan?” tanya Sean. Sean menatap wajah Sienna, dan ia harus mengingatkan dirinya, beratus kali, kalau ia harus menguasai diri. Ia tidak boleh langsung menerkam tubuh Sienna yang sangat ingin ia nikmati ini. Akan tetapi, sepertinya Sienna berencana untuk menggodanya. Wanita itu berkata, “Aku menginginkan ciuman yang panas. Ciuman yang kamu inginkan. Bukan ciuman yang hanya ingin kamu b

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status