Satu minggu kemudian, Sienna dan Ariana menuju ke rumah perkebunan yang akan menjadi tempat tinggal mereka selama seminggu. Richard, Jacqueline dan Blaire sudah tiba di rumah perkebunan, sementara Sean masih berada di Singapura dan akan sampai beberapa jam lagi. “Ah. aku sangat merindukan tempat ini,” kata Ariana ketika mereka memasuki jalanan berbatu yang mengarahkan mereka pada sebuah gerbang yang sangat besar. “Rumahmu dihitung dari gerbang ini, Ariana?” tanya Sienna. “Ya. dan kebun-kebun yang ada di sini adalah milikku. Tempat ini adalah tempatku menghabiskan waktu sebelum aku memutuskan untuk tinggal di berbagai negara sepuluh tahun yang lalu. Aku tidak menyangka kalau tempat ini masih terasa sama, walaupun sudah berjarak sepuluh tahun.”Sienna tersenyum karena dirinya melihat senyuman tulus di wajah Ariana. Ia juga seolah melihat wajah Ariana pada sepuluh tahun yang lalu. Setelah mobil mereka terus memasuki area kebun sekitar selama lima menit, akhirnya mereka mulai melihat
Sienna kembali terjaga dan ia tidak tahu kalau dirinya sudah kembali terlelap. Ketika ia membuka matanya, ia mendapati seberkas cahaya dari pintu kamarnya. Seana pasti sudah menghidupkan semua lampu karena hari sudah benar-benar malam sekarang. Perlahan, ia duduk dan entah apakah karena ia tidak minum untuk beberapa waktu, ia merasa tenggorokannya sangat kering dan sedikit perih. “Uhuk-uhuk..” ia terbatuk. Satu detik kemudian, Sean masuk. Pria itu masuk seolah dirinya memang sudah menunggu Sienna di depan pintu kamar wanita itu. “Kamu baik-baik saja?” tanya Sean dengan segelas air di tangannya. Dengan sangat sigap, ia memberikan air itu untuk Sienna minum. “Awas,” kata Sienna setelah ia meminum air dan masih merasa tidak ada perubahan pada tenggorokannya. Ia berjalan menuju ke tasnya, dan mengambil alat tes swab dari dalam sana. Ketika dirinya sedang memeriksakan diri, Sean hanya berdiri di tepi ranjang dan menatap apa yang sedang dilakukan oleh Sienna. “Apakah kamu berpikir k
Sekarang sudah pukul dua pagi dan Sean sama sekali tidak bisa tidur. Ia sudah memutuskan untuk merawat Sienna, maka ia akan menjadi pria yang siap siaga sekarang. Sienna sekarang tidur. Di dalam pelukannya, setelah dirinya memenangkan perdebatannya dengan wanita ini. “Aku tidak akan pernah tidur di dalam pelukan seorang pria yang memeluk sangat banyak wanita, Sean,” kata wanita itu tadi, dengan sangat keras kepala dan menghempaskan pintu kamar di depan wajah Sean. Walaupun Sienna melarangnya untuk masuk ke dalam kamar wanita itu, namun Sean tetap berjaga di depan pintu. Benar saja, tiga puluh menit kemudian, Sienna batuk dan Sean langsung masuk untuk memberikan bantuan. Ia memberikan Sienna air hangat yang ia pikir bisa membantu meredakan batuk wanita itu. Sean lupa bagaimana sekarang mereka bisa saling memeluk seperti ini. Namun yang pasti ia sangat bahagia. “Kamu tidak tahu kalau aku tidak pernah memeluk wanita lain seperti ini, Sienna,” gumam Sean sambil tersenyum lebar. “Ka
Terjadi hujan yang sangat lebat pada pagi itu. Sienna yang lebih awal terjaga memutuskan untuk membuat dua cangkit teh. Untuk dirinya dan juga sean. Pasiennya. Pada dini hari, ia tidak bisa melanjutkan tidurnya karena tiga hal. Pertama, karena bunyi gemuruh yang saling bersahutan, kedua karena bunyi engsel pintu yang berderik di kejauhan karena tertiup angkin kencang, dan ketiga adalah karena Sean terus menerus bergumam dalam tidurnya Sekarang Sean memang adalah pasiennya, karena demam pria itu tak kunjung turun sampai sekarang. Sienna meletakkan dua cangkir teh itu ke atas meja makan karena mendengar suara ponselnya. Ariana yang meneleponnya. “Sienna? Apa kamu dan Sean baik-baik saja di sana?” tanya Ariana yang terdengar sangat khawatir. “Kami semua sudah melakukan tes dan tidak ada yang tertular.”Sienna menghela napas lega karena tidak ada yang tertular lagi. “Kami baik-baik saja, Ariana. Cuma Sean yagn sekarang sedang sangat demam.”“Cucuku akan sangat merepotkan ketika dia de
“Sean,” panggil Sienna ketika ia melepaskan sepatu karetnya dan mengganti dengan flat shoes yang ia bawa. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya sebagai seorang residen tahun ke dua di Mont-Sien Medical Center, rumah sakit swasta terbaik dan terbesar yang ada di Jakarta. Rumah sakit ini kini menjadi pilihan bagi para pasien Indonesia yang selama ini berobat ke luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura. "Sean, aku baru selesai kerja," kata Sienna lagi. Oleh karena itu, menjadi residen di rumah sakit ini adalah impian banyak orang, karena jika sudah menjadi residen di sini, maka besar kemungkinan akan langsung bekerja di sini. “Hm?” jawab Sean di ujung sana. Sienna mengerutkan keningnya karena mendengar suara Sean yang cukup aneh di telinganya. Tidak–bukan cukup aneh–ia sudah sangat terbiasa mendengar suara Sean yang seperti ini. Ia hanya tidak menyangka kalau Sean akan melakukannya di sore hari seperti ini. “Kamu lagi sama cewek?” tanya Sienna lagi. Sean tidak perlu menjawab k
“Dokter Sienna?” panggil Viola. Sienna yang baru saja selesai menjadi dokter pendamping untuk operasi transplantasi hati menatap Viola. “Ya, sus?” “Dokter dicari oleh Bapak Dirut di ruangannya,” kata Viola lagi. Sienna menganggukkan kepalanya dan berterima kasih dengan perawat itu. Ia melihat jam pada ponselnya. Masih ada tiga puluh menit sebelum dirinya mengikuti dokter utama untuk melakukan visit kepada para pasien. Seharusnya, ia menggunakan waktu tiga puluh menit itu untuk makan siang, tidur dan menyikat giginya. Namun, ia memutuskan untuk menemui direktur utama rumah sakit ini. Di belakang Sienna, Viola menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Enggak. Enggak mungkin. Aku yakin dokter Sienna bukan tipe cewek simpanan..” “Tapi dokter Sienna cantik, badannya bagus dan masih muda,” jawab Annisa dari belakang. Viola dan Annisa saling pandang, kemudian mereka memutuskan untuk tidak membahas hal itu lagi. Sementara itu, Sienna berbelok ke arah lift dan menekan nomor lantai paling t
Sienna memasuki mobil Sean yang sudah terparkir di depan lobi rumah sakit, dengan banyak bungkusan kertas dengan logo ‘M’ berwarna kuning. Dengan cepat, aroma burger yang sangat terkenal dari merek itu terkuar menggantikan aroma tubuh Sean. Sienna menghadap ke kursi belakang dan meletakkan beberapa bungkusan itu, di sana dan beberapa lagi di pangkuannya. Mobil yang sangat mahal ini mulai berjalan, karena sebenarnya mobil tidak boleh berhenti di depan lobi. “Kamu baik-baik saja?” tanya Sean sambil melirik ke arah Sienna yang hanya diam dan memandangi bungkusan kertas berisi makanan itu. Ia akan membuka lampu mobil karena ingin melihat wajah Sienna, namun wanita itu menahan tangannya. Pada saat itu, Sean tahu kalau Sienna sedang tidak ingin dilihat, bahkan oleh sahabatnya sendiri. “Aku–” kata Sienna membuka mulutnya, namun ia cepat-cepat menutup mulutnya kembali dengan kedua telapak tangan. Setelah mengatur napasnya, ia kembali melanjutkan, “Kamu tahu rasanya ditanyain kayak gitu di
Sejak empat tahun yang lalu, setelah menyelesaikan kuliahnya Sean langsung duduk di kursi presiden direktur, menggantikan ayahnya yang langsung mundur dari posisi itu dan kini menjadi chairman di Pelltun Ippolito Holdings. Pelltun Ippolito Holdings adalah sebuah perusahaan yang menjadi induk dari beberapa anak perusahaan yang bergerak di berbagai sektor. Mulai dari Pelltun Beton, Ippolito Tol, Energi Ippolito dan juga Pelltun Ippolito Land. Pelltun Ippolito Land adalah anak perusahaan yang bergerak di bidang real estat yang didirikan enam tahun yang lalu oleh Sean sendiri. Saat itu, ia masih berkuliah pada tahun pertamanya. Anak perusahaan ini adalah langkah utamanya untuk bisa menduduki posisi seorang presiden direktur dua tahun setelah ia mendirikan Pelltun Ippolito Land. "Pak," panggil sekretarisnya ketika ternyata, Sean hanya melamun sejak tadi. "Anda memerlukan waktu sebelum melanjutkan rapat ini?" Sean menggelengkan kepalanya. "Saya baik-baik saja. kita bisa lanjutkan."Mes
Terjadi hujan yang sangat lebat pada pagi itu. Sienna yang lebih awal terjaga memutuskan untuk membuat dua cangkit teh. Untuk dirinya dan juga sean. Pasiennya. Pada dini hari, ia tidak bisa melanjutkan tidurnya karena tiga hal. Pertama, karena bunyi gemuruh yang saling bersahutan, kedua karena bunyi engsel pintu yang berderik di kejauhan karena tertiup angkin kencang, dan ketiga adalah karena Sean terus menerus bergumam dalam tidurnya Sekarang Sean memang adalah pasiennya, karena demam pria itu tak kunjung turun sampai sekarang. Sienna meletakkan dua cangkir teh itu ke atas meja makan karena mendengar suara ponselnya. Ariana yang meneleponnya. “Sienna? Apa kamu dan Sean baik-baik saja di sana?” tanya Ariana yang terdengar sangat khawatir. “Kami semua sudah melakukan tes dan tidak ada yang tertular.”Sienna menghela napas lega karena tidak ada yang tertular lagi. “Kami baik-baik saja, Ariana. Cuma Sean yagn sekarang sedang sangat demam.”“Cucuku akan sangat merepotkan ketika dia de
Sekarang sudah pukul dua pagi dan Sean sama sekali tidak bisa tidur. Ia sudah memutuskan untuk merawat Sienna, maka ia akan menjadi pria yang siap siaga sekarang. Sienna sekarang tidur. Di dalam pelukannya, setelah dirinya memenangkan perdebatannya dengan wanita ini. “Aku tidak akan pernah tidur di dalam pelukan seorang pria yang memeluk sangat banyak wanita, Sean,” kata wanita itu tadi, dengan sangat keras kepala dan menghempaskan pintu kamar di depan wajah Sean. Walaupun Sienna melarangnya untuk masuk ke dalam kamar wanita itu, namun Sean tetap berjaga di depan pintu. Benar saja, tiga puluh menit kemudian, Sienna batuk dan Sean langsung masuk untuk memberikan bantuan. Ia memberikan Sienna air hangat yang ia pikir bisa membantu meredakan batuk wanita itu. Sean lupa bagaimana sekarang mereka bisa saling memeluk seperti ini. Namun yang pasti ia sangat bahagia. “Kamu tidak tahu kalau aku tidak pernah memeluk wanita lain seperti ini, Sienna,” gumam Sean sambil tersenyum lebar. “Ka
Sienna kembali terjaga dan ia tidak tahu kalau dirinya sudah kembali terlelap. Ketika ia membuka matanya, ia mendapati seberkas cahaya dari pintu kamarnya. Seana pasti sudah menghidupkan semua lampu karena hari sudah benar-benar malam sekarang. Perlahan, ia duduk dan entah apakah karena ia tidak minum untuk beberapa waktu, ia merasa tenggorokannya sangat kering dan sedikit perih. “Uhuk-uhuk..” ia terbatuk. Satu detik kemudian, Sean masuk. Pria itu masuk seolah dirinya memang sudah menunggu Sienna di depan pintu kamar wanita itu. “Kamu baik-baik saja?” tanya Sean dengan segelas air di tangannya. Dengan sangat sigap, ia memberikan air itu untuk Sienna minum. “Awas,” kata Sienna setelah ia meminum air dan masih merasa tidak ada perubahan pada tenggorokannya. Ia berjalan menuju ke tasnya, dan mengambil alat tes swab dari dalam sana. Ketika dirinya sedang memeriksakan diri, Sean hanya berdiri di tepi ranjang dan menatap apa yang sedang dilakukan oleh Sienna. “Apakah kamu berpikir k
Satu minggu kemudian, Sienna dan Ariana menuju ke rumah perkebunan yang akan menjadi tempat tinggal mereka selama seminggu. Richard, Jacqueline dan Blaire sudah tiba di rumah perkebunan, sementara Sean masih berada di Singapura dan akan sampai beberapa jam lagi. “Ah. aku sangat merindukan tempat ini,” kata Ariana ketika mereka memasuki jalanan berbatu yang mengarahkan mereka pada sebuah gerbang yang sangat besar. “Rumahmu dihitung dari gerbang ini, Ariana?” tanya Sienna. “Ya. dan kebun-kebun yang ada di sini adalah milikku. Tempat ini adalah tempatku menghabiskan waktu sebelum aku memutuskan untuk tinggal di berbagai negara sepuluh tahun yang lalu. Aku tidak menyangka kalau tempat ini masih terasa sama, walaupun sudah berjarak sepuluh tahun.”Sienna tersenyum karena dirinya melihat senyuman tulus di wajah Ariana. Ia juga seolah melihat wajah Ariana pada sepuluh tahun yang lalu. Setelah mobil mereka terus memasuki area kebun sekitar selama lima menit, akhirnya mereka mulai melihat
Selama tiga hari berikutnya, Ariana benar-benar menepati janjinya untuk tidak membiarkan Sean masuk ke rumahnya. Ia mengizinkan siapapun untuk masuk dan menemui Sienna, kecuali Sean. Cucunya sendiri. Selama tiga hari pula, Sienna pulang ke rumah Ariana hanya untuk mengganti pakaiannya dan setelah itu ia kembali ke rumah sakit. Namun hari ini, ia mendapatkan cuti dan cuti itu ia gunakan untuk mengisi tenaganya lagi. “Selamat malam, Sienna,” kata Ariana sambil tersenyum. Sienna awalnya ingin melewatkan makan malam, namun ia mendapatkan pesan dari salah satu pelayan bahwa Ariana ingin makan malam bersamanya. Ia merasa sangat nyaman berada di sini, karena Ariana sangat tulus kepadanya. “Hari ini kamu sangat produktif dariku, Ariana. Selamat malam,” Sienna balik menyapa Ariana setelah ia duduk di kursi yang berhadapan dengan wanita itu. Walaupun seharian ini Sienna hanya menghabiskan waktu di dalam kamarnya, namun ia tahu kalau Ariana hari ini sangat sibuk dengan museum baru yang akan
Sienna dan Ariana tiba di rumah Ariana yang sangat besar. Sienna tidak pernah datang ke rumah ini, karena selama sepuluh tahun terakhir, Ariana tidak pernah menempati rumah ini. Akan tetapi, meskipun pemilik rumah ini baru saja kembali, Sienna merasa rumah ini tetap hangat. “Rumah kamu sangat indah, Ariana,” kata Sienna yang merasa sangat takjub. Rumah ayahnya mungkin hanya setengah dari luas keseluruhan rumah ini. Di setiap matanya memandang, ia akan selalu tersenyum karena Ariana meletakkan banyak vas bunga mawar dengan berbagai warna di setiap sudut ruangan. “Aku sangat menyukai mawar. Walaupun pria yang memberikanku mawar pertama adalah pria yang sangat kubenci untuk seumur hidupku,” kata Ariana yang tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Sienna. “Aku akan berusaha untuk tidak membuat kamu mengingat hal yang tidak ingin kamu ingat,” jawab Sienna. Lalu, sesaat kemudian ia memikirkan sesuatu. “Walaupun rumah kamu sangat indah, tapi aku merasa kalau ini bukan tempatku, Ariana.”“Mak
Sean sama sekali tidak melepaskan genggaman tangannya pada tangan Sienna ketika ia mengajak Sienna untuk keluar dari ruang kerja Theodore yang ada di rumah sakit Mount-Sien ini. Ia juga tidak berhenti tersenyum karena Sienna yang bersikap cukup manis dengan hanya diam dan mengikuti langkahnya. Wanita itu tidak melepaskan genggaman tangan mereka, walaupun sekarang mereka tengah berada di lobi rumah sakit yang cukup ramai. \Seperti biasa, ketika mereka tiba di mobil, Sean membukakan pintu untuk wanita itu, kemudian ia masuk ke pintu kemudi. “Kamu tidak perlu takut. Aku akan meminta banyak orang untuk menjaga kamu,” kata Sean setelah ia menyadari kalau Sienna hanya diaSementara Sienna sekarang hanya memandangi rumah sakit dan berkata, “Rumah sakit ini..”“Kamu tidak perlu khawatir. Rumah sakit akan baik-baik saja walaupun semua orang tahu siapa kamu sekarang, sienna,” kata Sean lagi dengan sanga yakin. Sienna memalingkan wajahnya untuk menatap wajah Sean yang terlihat sangat bersema
Empat tahun yang lalu..Sean menemui seorang wanita yang sama sekali tidak ia kenali. Ia datang ke sini karena wanita itu mengiriminya pesan yang berisikan kalau ia mengetahui rahasia keluarga Wangsadharma, keluarga Sienna. Awalnya, ia menganggap ini hanyalah pesan iseng, namun kemudian ia berpikir kalau tidak mungkin orang iseng mengirimkan pesan seperti ini kepada dirinya. "halo," kata wanita yang terlihat sangat cantik namun biasa saja di mata Sean. Bagi Sean, wanita yang paling menarik adalah Sienna. "Aku harus ke Singapura tiga jam lagi. Aku berharap kamu bisa mengatakan apa yang kamu ketahui dengan cepat," kata Sean sambil menatap jam tangannya. "Sayang sekali karena kayaknya, pembicaraan kita akan berlangsung lama." Sean hanya diam dan menatap wanita itu dengan dingin. "Mungkin kamu tidak begitu mengenali aku, padahal aku berusaha di dalam pekerjaanku sebagai seorang aktis supaya bisa kamu kenali.." "...""Aku Ivanka, wanita yang sangat sering menjadikan kamu sebagai f
Sienna menahan napasnya ketika ia merasa kalau Sean mengangkat tubuhnya dan membawanya memasuki bagian dalam apartemen pria itu. Ia tahu kalau dirinya sedang berhadapan dengan singa yang sedang lapar. Ia bisa melihat dari tatapan mata Sean yang tidak akan memberikan pengampunan untuknya. Ia juga tahu kalau apa yang mereka lakukan mungkin akan sangat berbahaya, namun ia menginginkannya. Entah sejak kapan, ia menginginkan Sean. lebih dari sebuah pelajaran berciuman yang pernah mereka sepakati. Sean mendudukkannya di kitchen island yang beruntungnya tidak berisi apapun.“Pelajaran dari mana yang kamu inginkan?” tanya Sean. Sean menatap wajah Sienna, dan ia harus mengingatkan dirinya, beratus kali, kalau ia harus menguasai diri. Ia tidak boleh langsung menerkam tubuh Sienna yang sangat ingin ia nikmati ini. Akan tetapi, sepertinya Sienna berencana untuk menggodanya. Wanita itu berkata, “Aku menginginkan ciuman yang panas. Ciuman yang kamu inginkan. Bukan ciuman yang hanya ingin kamu b