Terjebak Perangkap Sang CEO

Terjebak Perangkap Sang CEO

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-18
Oleh:  nesitaraOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
71Bab
416Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Setelah putus cinta karena diselingkuhi sang mantan kekasih, Aruna memilih menghapus kesedihannya dengan pergi ke klub malam. Di sana ia bertemu dengan seorang pria yang terus menggodanya hingga Aruna luluh dan menghabiskan malam dengan pria itu. Namun keesokan harinya, Aruna hampir terkena serangan jantung saat mengetahui bahwa pria itu adalah presiden direktur baru di kantornya. Lebih parahnya lagi, tiba-tiba saja pria itu mengajaknya untuk menikah.

Lihat lebih banyak

Bab 1

1. Pria Asing di Bar

“Kamu yakin ingin terus melanjutkannya?” tanya Baskara memastikan. Ada perasaan bersalah karena ia memanfaatkan kelemahan Aruna yang sedang tidak sadar demi memuaskan nafsunya. Tapi dalam pembelaannya, Baskara hanya menyambut apa yang Aruna berikan. Dan jika bicara teknis, Aruna yang memulai lebih dulu.

Bagai gayung bersambut, Aruna mengangguk kecil. Gerakan itu sudah cukup membuat Baskara yakin bahwa gadis itu juga menginginkan hal yang sama.

Tidak menunda lagi, Baskara kembali melanjutkan aksinya. Stimulus demi stimulus ia berikan pada Aruna hingga gadis itu kewalahan dalam gairahnya. Tidak ada bagian dari tubuh sang gadis yang Baskara lewatkan. Setiap sentuhan Baskara tepat di titik sensitif Aruna, membuat sang gadis merintih dan mendesah yang membuat Baskara semakin semangat.

“A–ku…nggak kuat!” jerit Aruna saat Baskara terus memainkan bibir dan lidahnya tepat di pusat sensitif sang gadis di bawah sana.

“Keluarkan saja, Sayang,” titah Baskara dengan nada sensual.

Lenguhan panjang memenuhi kamar apartemen Baskara. Untuk sesaat, Baskara membiarkan dulu Aruna menikmati puncak gairahnya. Ia juga mengambil pengaman di nakas lalu memasangkan pada dirinya. Ia mungkin gegabah karena tidur dengan wanita asing, hal yang sebenarnya tidak pernah ia lakukan. Namun ia masih berpikir rasional untuk tidak menambah masalah di masa depan.

Setelah pengaman terpasang sempurna, Baskara kembali memposisikan dirinya dan Aruna agar penyatuan mereka lebih mudah.

Perlahan tapi pasti, Baskara tenggelam dalam tubuh Aruna. Pria itu mengerang saat merasakan sensasi tubuh Aruna pada dirinya. Baskara terasa begitu dijepit di bawah sana, membuat perutnya diremas kuat.

“Ah…” desah Aruna saat tubuh keduanya berhasil menyatu.

Tanpa menunggu lagi, Baskara mulai beraksi. Ia bergerak maju-mundur ke dalam tubuh Aruna. Tiap gerakan hanya menambah hasrat pada dirinya, dan juga Aruna. Terlihat dari sang gadis yang semakin bergerak tidak karuan, mencengkram apa pun yang bisa diraihnya. Baskara bisa merasakan kuku-kuku Aruna tertancap di bahu dan punggungnya. Suara gadis itu juga semakin lantang, menyuarakan gairah yang ingin segera dicapainya.

“Ah! Ah…” jeritan panjang Aruna terdengar di telinga Baskara begitu sang gadis akhirnya kembali menemukan pelepasan.

Tidak ingin kalah, Baskara semakin cepat memompa dirinya ke dalam tubuh sang gadis, mencari juga pelepasannya. Suara keduanya berbaur dalam ruangan, menjadi musik indah yang mengalun sensual, membuat suasana semakin erotis.

“Aruna!” erang Baskara, merasakan puncak gairahnya juga.

Malam ini, Baskara baru saja mendapatkan ide bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Jalan keluar dari masalahnya adalah wanita yang baru saja ia tiduri.

***

Aruna terbangun dengan kepala yang berdenyut hebat. Cahaya matahari yang menerobos masuk melalui jendela membuat matanya menyipit, menambah rasa pusing yang sudah cukup menyiksanya. Ia mengerang pelan, mencoba mengumpulkan kesadaran.

Bantal di bawah kepalanya terasa asing. Begitu pula dengan selimut yang melingkari tubuhnya. Ini bukan kamarnya.

Kesadarannya perlahan kembali, dan saat ia menoleh ke samping, napasnya hampir tercekat.

Seorang pria tertidur di sana.

Dada bidang yang terbuka, napas yang teratur, dan wajah yang terasa familiar namun samar dalam ingatannya. Aruna mengerjapkan mata, berusaha mengingat apa yang terjadi semalam.

Bayangan Adrian, mantan kekasihnya, yang ketahuan berselingkuh dengan Yura, sahabat baiknya, masih terpatri jelas di benaknya. Itu sebabnya ia menghabiskan malam di bar, menenggelamkan diri dalam minuman keras sampai perasaannya mati rasa. Namun, alih-alih mengalihkan diri, Aruna malah bertemu dengan pria asing di hadapannya hingga menghabiskan malam di apartemennya.

Siapa nama pria ini?

Sial! Aruna tidak bisa mengingatnya.

Ia duduk dengan cepat, namun kepalanya kembali berdenyut, membuatnya mengusap pelipis dengan frustasi. Pikirannya mencoba menghubungkan kepingan-kepingan yang hilang, tapi tidak ada yang benar-benar jelas. Yang ia tahu hanyalah ia ada di sini sekarang—di tempat tidur pria asing yang baru ia temui semalam.

Menyadari sesuatu, Aruna mengecek arloji yang masih dipakainya. Ia segera bergegas karena ia tidak punya waktu untuk berlama-lama. Ia harus segera bersiap ke kantor.

Dengan hati-hati, Aruna menyibak selimut dan turun dari tempat tidur. Langkahnya ringan, hampir tanpa suara saat ia mengumpulkan barang-barangnya yang tersebar di sekitar ruangan. Blouse-nya di sandaran kursi, tas kecilnya di meja, dan sepatunya entah di mana.

Ia melirik ke arah tempat tidur sekali lagi. Pria itu masih tertidur, napasnya stabil, ekspresinya begitu tenang. Tidak ada tanda-tanda pria itu akan terbangun dalam waktu dekat.

Bagus.

Aruna akhirnya menemukan sepatunya di dekat pintu dan segera memakainya. Ia harus pulang. Hari ini ia masih harus bekerja, dan ia tidak punya waktu untuk memikirkan bagaimana ia bisa berakhir di sini.

Tanpa melihat ke belakang lagi, ia membuka pintu apartemen dengan pelan dan menyelinap keluar, meninggalkan malam yang tak sepenuhnya bisa ia ingat.

***

Beberapa hari setelah kejadian tak terduga di malam itu, Aruna terus berusaha melupakannya. Namun sialnya, kepala Aruna malah melakukan hal sebaliknya. Ingatannya terus memunculkan kegiatan panas yang dilakukannya dengan pria itu. Aruna mengingat saat mereka bercumbu di dalam mobil lalu menghabiskan malam dengan bercinta di apartemen sang pria.

Aruna seketika mengingat tiap sentuhan dan sensasi yang diberikan sang pria padanya. Hal itu membuat perutnya tergelitik.

Untung saja pikiran kotornya langsung teralihkan ketika Hani, rekan kerjanya, tiba-tiba menghampiri dengan ekspresi penuh semangat.

“Aruna! Kamu sudah tahu kabar yang beredar?” tanyanya antusias.

Aruna menatap Hani dengan wajah yang masih lelah. “Kabar tentang apa?”

Hani menarik kursi di sebelahnya dan duduk, matanya berbinar. “CEO baru! Dia akhirnya diperkenalkan hari ini.”

Aruna mengernyit. Memang sudah ada rumor tentang pergantian kepemimpinan di perusahaan ini, tapi ia tidak terlalu memperhatikannya. “Jadi siapa CEO barunya?”

Hani bersandar ke mejanya, suaranya lebih dramatis. “Putra Pak Riadi, pemilik perusahaan. Dia baru pulang dari luar negeri dan akan mengambil alih jabatan ayahnya.”

Aruna hanya mengangguk datar. Ia tidak terlalu peduli. Yang penting baginya adalah pekerjaannya tetap berjalan lancar. Maka dari itu, setelah Hani puas memberitahu informasi yang ia tahu tentang CEO baru, Aruna kembali bekerja tanpa banyak berkomentar.

Namun kemudian, suasana kantor tiba-tiba menjadi hening. Bisikan-bisikan terdengar di seluruh ruangan, beberapa karyawan bahkan berdiri dari meja mereka, memperhatikan sosok pria yang baru saja memasuki area kantor.

Aruna yang awalnya tidak terlalu tertarik, ikut melirik. Ia melihat ke arah ruang Pak Riadi, sama seperti karyawan yang lain. Dari ruangan itu, Pak Riadi tampak berjalan dengan seorang pria muda bertubuh tegap dengan pakaian formal. Aruna tidak bisa melihat dengan jelas siapa pria itu.

Lalu saat Pak Riadi dan pria itu berjalan mendekat, mata Aruna bertemu dengan sang pria. Seluruh tubuh Aruna seketika langsung membeku.

Pria itu pun berhenti melangkah, tidak lagi berjalan di samping Pak Riadi.

Napas Aruna tercekat, sementara otaknya mencoba memproses apa yang sedang terjadi. Wajah pria itu terlihat familiar–

“Dia …” gumam Aruna pelan.

Ini pasti lelucon, kan? Tidak mungkin CEO baru yang dibicarakan Hani adalah pria yang menghabiskan malam panas dengannya. Tidak mungkin!

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
71 Bab
1. Pria Asing di Bar
“Kamu yakin ingin terus melanjutkannya?” tanya Baskara memastikan. Ada perasaan bersalah karena ia memanfaatkan kelemahan Aruna yang sedang tidak sadar demi memuaskan nafsunya. Tapi dalam pembelaannya, Baskara hanya menyambut apa yang Aruna berikan. Dan jika bicara teknis, Aruna yang memulai lebih dulu.Bagai gayung bersambut, Aruna mengangguk kecil. Gerakan itu sudah cukup membuat Baskara yakin bahwa gadis itu juga menginginkan hal yang sama.Tidak menunda lagi, Baskara kembali melanjutkan aksinya. Stimulus demi stimulus ia berikan pada Aruna hingga gadis itu kewalahan dalam gairahnya. Tidak ada bagian dari tubuh sang gadis yang Baskara lewatkan. Setiap sentuhan Baskara tepat di titik sensitif Aruna, membuat sang gadis merintih dan mendesah yang membuat Baskara semakin semangat.“A–ku…nggak kuat!” jerit Aruna saat Baskara terus memainkan bibir dan lidahnya tepat di pusat sensitif sang gadis di bawah sana.“Keluarkan saja, Sayang,” titah Baskara dengan nada sensual.Lenguhan panjang m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya
2. Ajakan Tidak Terduga
Ruang konferensi penuh dengan para karyawan yang sudah duduk rapi, menunggu dengan antusias. Riadi, ayah Baskara, CEO lama sekaligus pendiri perusahaan, berdiri di depan ruangan dengan mikrofon di tangannya. Senyum bangga terukir di wajahnya saat ia melirik ke arah putra kebanggaannya.Aruna duduk dengan gelisah, jari-jarinya saling memilin. Kepalanya dipenuhi pikiran-pikiran yang semakin membuat dadanya sesak. Dunia rasanya terlalu kecil jika pria yang pernah berbagi malam dengannya kini duduk di panggung utama, diperkenalkan sebagai CEO baru perusahaan tempatnya bekerja.Baskara Adiwireja, nama pria itu.“Saya tahu transisi kepemimpinan bisa menjadi hal yang sulit,” ucap Baskara di hadapan para karyawan. “Tapi saya ingin kalian tahu bahwa saya di sini bukan untuk mengubah segalanya secara tiba-tiba. Saya di sini untuk mendukung, memperbaiki yang perlu diperbaiki, dan memastikan bahwa kita semua bisa berkembang bersama.”Namun Aruna tidak lagi bisa fokus mendengarkan. Kekhawatiran me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya
3. Tindakan Gegabah
Baskara menatap Aruna dengan ekspresi penuh percaya diri, sementara gadis itu hanya bisa mengerjap, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Ia hampir yakin bahwa pendengarannya mungkin bermasalah.“Menikah? Pak Baskara bercanda, kan?” Aruna mengerjap setelah beberapa detik hanya bergeming di tempat. Suaranya terdengar sedikit tinggi karena keterkejutan.Baskara menggeleng santai. “Aku serius.”Aruna menghembuskan napas kasar, lalu menatap pria itu dengan tajam. “Kita bahkan tidak saling mengenal!”Bisa-bisanya pria itu berkata akan menikahinya ketika mereka hanya bertemu satu kali. Apakah ini lelucon? Tapi lelucon macam apa yang sedang dilakukan Baskara kini? Atau pria itu sedang mengejek Aruna setelah mengetahui bahwa wanita yang ditidurinya hanya karyawan biasa yang bisa diperintah seenaknya?Baskara menyandarkan punggungnya ke kursi, tampak santai seperti sedang membahas hal yang ringan. “Kita bisa saling mengenal setelah menikah.”Aruna mendengus, merasa pria i
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya
4. Mengambil Keputusan
“Apa?!”Baik itu Kumala maupun Aruna, keduanya sama-sama terkejut mendengar ucapan Baskara.Aruna ingin membantah, tetapi Baskara semakin mengeratkan tangannya pada Aruna, seakan tidak membiarkan gadis itu mengucap kata apapun.“Kamu bercanda ‘kan, Baskara?” tanya Kumala dengan penuh ketidakpercayaan.Baskara tersenyum singkat pada Aruna untuk menunjukkan keseriusannya di hadapan sang ibu. “Aku serius, Ma. Aku akan menikahi Aruna.”Aruna semakin panik. Ia ingin memberontak, tetapi rasanya sangat sulit karena Baskara terus menekannya. Akhirnya, Aruna hanya bisa menahan kekesalannya dalam diam. “Tapi dia karyawanmu?! Kamu seharusnya menikah dengan wanita yang setara denganmu, bukan dengan pegawai rendahan seperti dia ini!” hardik Kumala. “Ma!” sentak Baskara, ia maju satu langkah, dan melepas rengkuhannya pada pinggang Aruna. “Aku tidak mau mendengar Mama berbicara jelek tentang Aruna.” Tatapan Kumala beralih pada Aruna. Seketika Aruna merasa dilecehkan hanya dengan ditatap oleh wani
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya
5. Perubahan Tiba-tiba
Aruna duduk diam di dalam mobil, menatap kosong ke luar jendela. Ia dan Baskara baru saja selesai mengurus pernikahan mereka di kantor catatan sipil.Pikiran Aruna masih belum bisa menerima kenyataan ini—dia kini adalah istri Baskara Adiwireja. Seharusnya, ia merasa lega karena ibunya bisa mendapatkan perawatan terbaik. Tapi tetap saja, ada perasaan lain yang mengganjal di hatinya.Baskara yang duduk di sebelahnya melirik sekilas.“Aku tahu semuanya di luar akal sehatmu,” katanya santai, seolah pernikahannya dengan Aruna hanya permainan atau bisnis. “Tapi cepat atau lambat, kamu harus beradaptasi. Sekarang kamu adalah istriku.”Aruna mendengus pelan, masih enggan berbicara. Tidak lama kemudian, mobil mereka berhenti di depan rumah utama keluarga Adiwireja. Rumah keluarga Adiwireja berdiri megah di atas lahan luas, mencerminkan status mereka sebagai salah satu keluarga konglomerat terkemuka di negeri ini. Bangunan bergaya klasik modern itu menjulang anggun dengan pilar-pilar tinggi ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya
6. Anggota Keluarga
Aruna menatap bayangannya di cermin dengan perasaan campur aduk. Gaun malam berwarna merah berbahan satin mahal itu tampak begitu mewah di tubuhnya. Lekuk tubuh Aruna menonjol sempurna namun tidak berlebihan. Rambutnya ditata anggun, riasan di wajahnya mempertegas wajahnya tanpa berlebihan. Ia hampir tidak mengenali dirinya sendiri—seolah ini bukan Aruna yang biasanya.Namun, di balik semua keindahan itu, ada kegelisahan yang menyusup dalam hati Aruna. Ia tidak terbiasa dengan pakaian mahal, tidak terbiasa dengan kehidupan seperti ini. Apakah ia benar-benar pantas berada di sisi Baskara dalam acara malam ini? Bagaimana caranya ia bersikap di hadapan para orang kaya di sana?Kalimat tegas Baskara terngiang dalam kepala Aruna.“Jangan buat aku malu.”Aruna menarik napas dalam-dalam, mengenyahkan rasa gugup yang menyerang. Wajah dan tubuhnya mungkin siap untuk menghadiri acara penting malam ini, tapi tidak dengan hatinya. Ia hanya berharap semua berjalan dengan lancar dan ia tidak membua
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya
7. Acara Kantor
Aruna berkali-kali menelan ludah saat langkahnya mengikuti Baskara memasuki salah satu ballroom hotel ternama di ibu kota. Ruangan itu memiliki langit-langit tinggi dan lampu kristal yang berkilauan. Dentingan gelas, suara obrolan rendah, dan alunan musik klasik mengisi udara, namun semua itu tidak mampu meredakan kegugupan Aruna.Tatapan para tamu yang berbalik ke arah mereka semakin membuat Aruna merasa kecil. Mereka semua pasti orang kaya dan penting. Berbagai bisikan mulai terdengar begitu Baskara dengan percaya diri memperkenalkannya.Tangan Baskara yang melingkari pinggang Aruna terasa hangat, tapi itu tidak cukup untuk meredakan kegugupannya. Apalagi saat mereka melewati beberapa tamu, Aruna bisa merasakan tatapan mereka menyelidik, penuh rasa ingin tahu.“Itu istrinya?” bisik seseorang.“Katanya sih karyawan di kantornya sendiri,” sahut yang lain.“Kudengar dia hamil duluan…” tamu yang lain menimpali.Semakin masuk ke dalam keramaian, semakin Aruna merasa ia tidak pantas berad
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya
8. Perintah Suami
Melihat Aruna yang pucat dan gaunnya yang basah, Baskara membawa sang gadis meninggalkan tempat acara. Aruna hanya mengikuti langkah Baskara yang cepat tanpa suara meski kakinya terasa sakit dengan sepatu hak yang dipakainya.Sampai di parkiran, Baskara membukakan pintu penumpang untuk Aruna. Lagi, sang wanita hanya menurut tanpa suara, bagai raga yang kehilangan jiwanya.Di dalam mobil yang melaju di jalanan malam, suasana terasa begitu sunyi dan menegangkan. Aruna duduk dengan tangan mengepal di pangkuannya, mencoba menahan emosi yang sebenarnya berkecamuk. Gaunnya masih sedikit lembab, meninggalkan rasa dingin yang merayap di kulitnya.Baskara yang sejak tadi diam, akhirnya membuka suara. “Apa yang dia lakukan padamu?” tanya Baskara dingin, tapi Aruna bisa merasakan ketegangan di balik suaranya.Aruna tetap diam, menatap lurus ke luar jendela. Bayangan lampu-lampu kota memantul di kaca, tidak beraturan, terlihat kacau seperti pikirannya.Jika Aruna mengatakan yang sebenarnya, apa y
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya
9. Anggota Keluarga Lain
Aruna menatap amplop berisi surat pengunduran dirinya dengan perasaan berat. Ia menghela napas sebelum melangkah masuk ke kantor. Hari ini akan menjadi hari terakhirnya di sini. Dengan kekuatan Baskara sebagai pimpinan tertinggi yang kini menjadi suaminya, tentu saja Aruna bisa langsung berhenti bekerja hari itu juga. Setelah dari ruangan HR, Aruna segera menuju meja kerjanya untuk mengambil beberapa barang pribadinya. Baskara menyuruh Aruna untuk membiarkan orang lain untuk merapikan mejanya. Namun, Aruna ingin kembali ke mejanya untuk terakhir kali sambil mengucapkan perpisahan pada pekerjaan yang sudah tiga tahun digelutinya ini.Belum sempat Aruna duduk, Hani sudah berdiri di depannya dengan ekspresi kaget dan penuh rasa ingin tahu."Aruna! Jadi beneran, kamu nikah sama Pak Baskara?" Hani bertanya dengan suara setengah berbisik, tapi penuh desakan.Aruna terdiam sejenak sebelum mengangguk pelan. "Iya," jawabnya singkat."Dan… kamu hamil?" lanjut Hani, matanya melebar seolah tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya
10. Makan Siang Bersama
Di sebuah rumah makan yang masih berada dalam gedung kantor Baskara, Aruna menikmati makanannya sambil tersenyum kecil, merasa nyaman dengan percakapan bersama Arga. Sepupu Baskara itu benar-benar ramah dan humoris, membuat suasana makan siang ini terasa lebih ringan meski pikirannya masih melayang ke kejadian di ruangan Baskara.Sepanjang jalan bahkan hingga ia makan, Aruna masih saja memikirkan obrolan Baskara dengan orang-orang di dalam kantornya. Apakah pria itu dalam masalah? Haruskah Aruna menolongnya? Tapi bagaimana?“Kamu pasti kesulitan menghadapi Baskara,” ujar Arga dengan nada bercanda, membuat lamunan Aruna buyar. “Dia memang selalu kaku dan menyebalkan sejak kecil.”Aruna terkekeh, mengenyahkan sejenak pikirannya tentang Baskara. “Kupikir hanya aku yang merasa begitu.”“Tenang saja, dia selalu bersikap seperti itu ke semua orang,” ujar Arga, entah membuat Aruna merasa lebih tenang atau malah semakin bertanya-tanya.Apa yang membuat Baskara bersikap dingin dan kaku kepada
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status