Home / Romansa / Terjebak Perangkap Sang CEO / 2. Ajakan Tidak Terduga

Share

2. Ajakan Tidak Terduga

Author: nesitara
last update Last Updated: 2025-02-18 15:21:59

Ruang konferensi penuh dengan para karyawan yang sudah duduk rapi, menunggu dengan antusias. Riadi, ayah Baskara, CEO lama sekaligus pendiri perusahaan, berdiri di depan ruangan dengan mikrofon di tangannya. Senyum bangga terukir di wajahnya saat ia melirik ke arah putra kebanggaannya.

Aruna duduk dengan gelisah, jari-jarinya saling memilin. Kepalanya dipenuhi pikiran-pikiran yang semakin membuat dadanya sesak. Dunia rasanya terlalu kecil jika pria yang pernah berbagi malam dengannya kini duduk di panggung utama, diperkenalkan sebagai CEO baru perusahaan tempatnya bekerja.

Baskara Adiwireja, nama pria itu.

“Saya tahu transisi kepemimpinan bisa menjadi hal yang sulit,” ucap Baskara di hadapan para karyawan. “Tapi saya ingin kalian tahu bahwa saya di sini bukan untuk mengubah segalanya secara tiba-tiba. Saya di sini untuk mendukung, memperbaiki yang perlu diperbaiki, dan memastikan bahwa kita semua bisa berkembang bersama.”

Namun Aruna tidak lagi bisa fokus mendengarkan. Kekhawatiran menyesakkan dadanya. Jika pria di hadapannya ini mengingat malam itu, apa yang akan terjadi? Apakah pria itu akan memecat Aruna? Menganggapnya tidak profesional? Atau lebih buruk lagi—menyebarkan sesuatu yang bisa menghancurkan reputasi sang gadis?

Kini, Aruna hanya berharap Baskara tidak mengingatnya, atau meski mengingatnya, Aruna berharap pria itu tidak menghiraukan keberadaannya di sini. Biar saja malam itu Aruna anggap tidak pernah terjadi. Lagipula pria seperti Baskara pasti sering melakukan hal seperti yang dilakukannya malam itu, ‘kan? Mengingat bagaimana pria itu mahir menggoda dan sangat hebat di ranjang, Baskara pasti pria yang senang melakukan hubungan satu malam.

Jika seperti itu kenyataannya, maka Aruna akan aman. Pekerjaannya di sini tidak akan terganggu dengan keberadaan Baskara. Aruna juga tidak akan membiarkan fokus bekerjanya teralihkan hanya karena ia pernah tidur dengan bosnya sendiri.

Jantung Aruna berdegup semakin cepat saat pria itu melayangkan pandangannya ke arah Aruna. Mata mereka bertemu sekejap, dan Aruna buru-buru menunduk, pura-pura sibuk dengan apa pun yang bisa dikerjakannya, meski hanya kembali meremas jari-jarinya.

‘Apakah dia mengingatku?’ Aruna membatin.

Aruna menggeleng pelan, mencoba mengusir pikiran-pikiran buruk yang terus menyerang. Tidak mungkin. Namun, setiap kali ia mengangkat wajah, pria itu masih menatapnya. Tatapan yang tajam, seolah menembus pertahanannya dan menyiratkan sesuatu.

Waktu terasa berjalan begitu lambat. Setiap detik yang berlalu terasa seperti hukuman. Aruna hanya bisa berharap, berdoa dalam diam.

‘Tolong, jangan ingat aku,’ batin Aruna berulang-ulang, berharap Tuhan mendengar doanya.

***

Namun, doa Aruna tidak terkabul. Segera setelah acara perkenalan CEO baru selesai, seseorang memanggil namanya.

“Aruna.”

Jantungnya mencelos.

Aruna mengangkat wajah, lalu kemudian napasnya berhembus lega. Karena terlalu memikirkan bosnya, untuk sesaat Aruna mengira suara itu adalah milik Baskara. Baru saja Aruna bertekad untuk tidak terganggu dengan kehadiran Baskara, tapi pikirannya sudah penuh dengan pria itu.

“Ya?” sahut Aruna pada Yasmin, asisten Pak Riadi.

Eh, tunggu dulu–

Jika Pak Riani sudah mengundurkan diri sebagai CEO, berarti Yasmin kini bertindak sebagai sekretaris bagi Baskara. Nama itu muncul lagi dalam kepala Aruna, semakin memenuhi pikirannya dengan ribuan dugaan dan pertanyaan yang menggantung.

Bayangan terburuk Aruna menjadi nyata saat Yasmin berkata, “Kamu dipanggil Pak Baskara.”

“Kenapa?”

Yasmin angkat bahu. “Nggak tahu. Kamu temui aja dia sekarang.”

Menghela napas berat, Aruna menurut. Ia bangkit dari kursinya dan berjalan menuju ruangan CEO. Sepanjang langkahnya, Aruna bisa merasakan beberapa rekan kerja di sekitarnya mulai memperhatikan. Posisi Aruna yang hanya sebagai staff biasa dan tidak langsung berurusan dengan para petinggi pasti membuat rekan kerjanya bingung. Tentu saja Aruna tidak mau menjadi pusat perhatian, apalagi setelah kejadian malam itu. 

Sampai di depan ruangan, Aruna mengetuk pintu dua kali. Setelahnya ia masuk. Begitu pintu tertutup, Aruna berdiri canggung di dekat meja, sementara Baskara bersandar di kursinya, menatapnya dengan intens.

“Aruna,” suara Baskara yang berat menyebut namanya. Seketika Aruna mengingat sesuatu tentang malam itu, saat Baskara menyebut namanya di kala pria itu menemukan pelepasan dalam tubuhnya.

Cepat-cepat Aruna mengenyahkan pikiran itu sebelum tubuhnya bereaksi dan Baskara menyadarinya.

“Jadi,” ucap Baskara, suaranya lebih rendah, “sepertinya kita tidak menyangka akan bertemu lagi di situasi seperti ini.”

Aruna mengalihkan pandangannya. “Tentang malam itu….”

“Kamu ingat dengan apa yang kita lakukan malam itu?” tanya Baskara.

Aruna menghela napas berat. “Sebenarnya, saya tidak begitu ingat apa saja yang terjadi malam itu. Tapi saya ingat, kamu, eh, Pak Baskara–”

Baskara mengamati ekspresi Aruna, lalu menyeringai kecil. “Tidak usah terlalu formal, Aruna. Kita hanya mengobrol. Kamu terlihat tidak nyaman, berbeda sekali dengan sikapmu malam itu.”

“Tentu saja saya tidak nyaman,” balas Aruna cepat. “Saya terbangun di tempat asing bersama pria yang ternyata adalah bos saya? Pak Baskara juga pasti berpikir situasi kita ini aneh, ‘kan?”

Baskara menatapnya sejenak sebelum akhirnya tertawa pelan. “Tidak juga. Aku rasa situasi kita bukan hal yang aneh, tapi lebih seperti….takdir.”

Takdir yang bisa menyelesaikan masalah Baskara lebih tepatnya.

Alis Aruna naik, menatap heran pada bosnya.

“Bukankah sebuah kebetulan malam itu kita bertemu? Dari banyaknya klub di kota ini, aku memilih mendatangi klub itu, klub murahan yang tidak pernah aku datangi sebelumnya. Lalu dari sekian banyaknya hari, malam tadi kamu datang ke klub itu sendirian, tidak bersama teman yang selingkuh dengan kekasihmu–oh, mantan kekasihmu, kuharap?”

Sebanyak apa Baskara mengetahui masalahnya? Apakah Aruna banyak bercerita tentang masalahnya pada pria itu? Aruna seketika menyesali sikapnya saat terlalu banyak minum yang senang meracau.

Aruna menegang, namun ia mencoba tetap tenang dan bicara formal. “Pak Baskara, dengan hormat, saya tidak ingin kejadian malam itu mempengaruhi posisi saya di kantor. Saya berjanji apa yang terjadi di antara kita tidak akan mengurangi profesionalitas saya dalam bekerja.”

“Bagaimana kalau aku tidak setuju?” Baskara berdiri dari kursinya, berjalan mendekati Aruna dengan langkah santai. Pria itu seketika saja mengambil oksigen di sekitar Aruna.

“Maksudnya?” Aruna semakin panik.

“Karena sekarang aku tahu sesuatu yang orang lain di kantor ini tidak tahu,” kata Baskara pelan, mata gelapnya mengunci milik Aruna. “Aku tahu bagaimana ketika kamu bersikap tidak profesional. Dan sepertinya aku lebih tertarik dengan versi Aruna yang malam itu kulihat.”

Aruna menggigit bibirnya, berusaha menjaga ekspresinya tetap netral meski tubuhnya mulai menegang. “Saya tidak mengerti maksud Pak Baskara.”

Baskara menegakan tubuh. “Berapa lama kamu bekerja di sini?”

“Eh… tiga tahun?” Aruna mengingat-ingat untuk memastikan.

Baskara mengangguk-angguk dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca oleh Aruna. Pria itu kemudian berbicara lagi. “Kamu tahu sekarang aku yang menjadi pimpinan di perusahaan ini, ‘kan?”

Aruna mengangguk tanpa suara.

“Jika begitu, kamu tahu perintahku valid dan tidak bisa ditolak, ‘kan?”

Alis Aruna bertaut, tidak mengerti dengan arah pembicaraan bosnya. Namun untuk menghindari konflik, Aruna hanya merespon dengan anggukan lain.

“Bagus,” sahut Baskara. Suara menggelap dan penuh dengan paksaan. “Kalau begitu saya akan memberikanmu perintah dan kamu harus menurutinya.”

“M-maksudnya perintah apa Pak—”

Belum sempat Aruna mencerna ucapan Baskara dan bertanya, pria itu berkata lagi. “Kamu harus menikah denganku.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   3. Tindakan Gegabah

    Baskara menatap Aruna dengan ekspresi penuh percaya diri, sementara gadis itu hanya bisa mengerjap, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Ia hampir yakin bahwa pendengarannya mungkin bermasalah.“Menikah? Pak Baskara bercanda, kan?” Aruna mengerjap setelah beberapa detik hanya bergeming di tempat. Suaranya terdengar sedikit tinggi karena keterkejutan.Baskara menggeleng santai. “Aku serius.”Aruna menghembuskan napas kasar, lalu menatap pria itu dengan tajam. “Kita bahkan tidak saling mengenal!”Bisa-bisanya pria itu berkata akan menikahinya ketika mereka hanya bertemu satu kali. Apakah ini lelucon? Tapi lelucon macam apa yang sedang dilakukan Baskara kini? Atau pria itu sedang mengejek Aruna setelah mengetahui bahwa wanita yang ditidurinya hanya karyawan biasa yang bisa diperintah seenaknya?Baskara menyandarkan punggungnya ke kursi, tampak santai seperti sedang membahas hal yang ringan. “Kita bisa saling mengenal setelah menikah.”Aruna mendengus, merasa pria i

    Last Updated : 2025-02-18
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   4. Mengambil Keputusan

    “Apa?!”Baik itu Kumala maupun Aruna, keduanya sama-sama terkejut mendengar ucapan Baskara.Aruna ingin membantah, tetapi Baskara semakin mengeratkan tangannya pada Aruna, seakan tidak membiarkan gadis itu mengucap kata apapun.“Kamu bercanda ‘kan, Baskara?” tanya Kumala dengan penuh ketidakpercayaan.Baskara tersenyum singkat pada Aruna untuk menunjukkan keseriusannya di hadapan sang ibu. “Aku serius, Ma. Aku akan menikahi Aruna.”Aruna semakin panik. Ia ingin memberontak, tetapi rasanya sangat sulit karena Baskara terus menekannya. Akhirnya, Aruna hanya bisa menahan kekesalannya dalam diam. “Tapi dia karyawanmu?! Kamu seharusnya menikah dengan wanita yang setara denganmu, bukan dengan pegawai rendahan seperti dia ini!” hardik Kumala. “Ma!” sentak Baskara, ia maju satu langkah, dan melepas rengkuhannya pada pinggang Aruna. “Aku tidak mau mendengar Mama berbicara jelek tentang Aruna.” Tatapan Kumala beralih pada Aruna. Seketika Aruna merasa dilecehkan hanya dengan ditatap oleh wani

    Last Updated : 2025-02-18
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   5. Perubahan Tiba-tiba

    Aruna duduk diam di dalam mobil, menatap kosong ke luar jendela. Ia dan Baskara baru saja selesai mengurus pernikahan mereka di kantor catatan sipil.Pikiran Aruna masih belum bisa menerima kenyataan ini—dia kini adalah istri Baskara Adiwireja. Seharusnya, ia merasa lega karena ibunya bisa mendapatkan perawatan terbaik. Tapi tetap saja, ada perasaan lain yang mengganjal di hatinya.Baskara yang duduk di sebelahnya melirik sekilas.“Aku tahu semuanya di luar akal sehatmu,” katanya santai, seolah pernikahannya dengan Aruna hanya permainan atau bisnis. “Tapi cepat atau lambat, kamu harus beradaptasi. Sekarang kamu adalah istriku.”Aruna mendengus pelan, masih enggan berbicara. Tidak lama kemudian, mobil mereka berhenti di depan rumah utama keluarga Adiwireja. Rumah keluarga Adiwireja berdiri megah di atas lahan luas, mencerminkan status mereka sebagai salah satu keluarga konglomerat terkemuka di negeri ini. Bangunan bergaya klasik modern itu menjulang anggun dengan pilar-pilar tinggi ya

    Last Updated : 2025-02-18
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   6. Anggota Keluarga

    Aruna menatap bayangannya di cermin dengan perasaan campur aduk. Gaun malam berwarna merah berbahan satin mahal itu tampak begitu mewah di tubuhnya. Lekuk tubuh Aruna menonjol sempurna namun tidak berlebihan. Rambutnya ditata anggun, riasan di wajahnya mempertegas wajahnya tanpa berlebihan. Ia hampir tidak mengenali dirinya sendiri—seolah ini bukan Aruna yang biasanya.Namun, di balik semua keindahan itu, ada kegelisahan yang menyusup dalam hati Aruna. Ia tidak terbiasa dengan pakaian mahal, tidak terbiasa dengan kehidupan seperti ini. Apakah ia benar-benar pantas berada di sisi Baskara dalam acara malam ini? Bagaimana caranya ia bersikap di hadapan para orang kaya di sana?Kalimat tegas Baskara terngiang dalam kepala Aruna.“Jangan buat aku malu.”Aruna menarik napas dalam-dalam, mengenyahkan rasa gugup yang menyerang. Wajah dan tubuhnya mungkin siap untuk menghadiri acara penting malam ini, tapi tidak dengan hatinya. Ia hanya berharap semua berjalan dengan lancar dan ia tidak membua

    Last Updated : 2025-02-28
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   7. Acara Kantor

    Aruna berkali-kali menelan ludah saat langkahnya mengikuti Baskara memasuki salah satu ballroom hotel ternama di ibu kota. Ruangan itu memiliki langit-langit tinggi dan lampu kristal yang berkilauan. Dentingan gelas, suara obrolan rendah, dan alunan musik klasik mengisi udara, namun semua itu tidak mampu meredakan kegugupan Aruna.Tatapan para tamu yang berbalik ke arah mereka semakin membuat Aruna merasa kecil. Mereka semua pasti orang kaya dan penting. Berbagai bisikan mulai terdengar begitu Baskara dengan percaya diri memperkenalkannya.Tangan Baskara yang melingkari pinggang Aruna terasa hangat, tapi itu tidak cukup untuk meredakan kegugupannya. Apalagi saat mereka melewati beberapa tamu, Aruna bisa merasakan tatapan mereka menyelidik, penuh rasa ingin tahu.“Itu istrinya?” bisik seseorang.“Katanya sih karyawan di kantornya sendiri,” sahut yang lain.“Kudengar dia hamil duluan…” tamu yang lain menimpali.Semakin masuk ke dalam keramaian, semakin Aruna merasa ia tidak pantas berad

    Last Updated : 2025-02-28
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   8. Perintah Suami

    Melihat Aruna yang pucat dan gaunnya yang basah, Baskara membawa sang gadis meninggalkan tempat acara. Aruna hanya mengikuti langkah Baskara yang cepat tanpa suara meski kakinya terasa sakit dengan sepatu hak yang dipakainya.Sampai di parkiran, Baskara membukakan pintu penumpang untuk Aruna. Lagi, sang wanita hanya menurut tanpa suara, bagai raga yang kehilangan jiwanya.Di dalam mobil yang melaju di jalanan malam, suasana terasa begitu sunyi dan menegangkan. Aruna duduk dengan tangan mengepal di pangkuannya, mencoba menahan emosi yang sebenarnya berkecamuk. Gaunnya masih sedikit lembab, meninggalkan rasa dingin yang merayap di kulitnya.Baskara yang sejak tadi diam, akhirnya membuka suara. “Apa yang dia lakukan padamu?” tanya Baskara dingin, tapi Aruna bisa merasakan ketegangan di balik suaranya.Aruna tetap diam, menatap lurus ke luar jendela. Bayangan lampu-lampu kota memantul di kaca, tidak beraturan, terlihat kacau seperti pikirannya.Jika Aruna mengatakan yang sebenarnya, apa y

    Last Updated : 2025-03-02
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   9. Anggota Keluarga Lain

    Aruna menatap amplop berisi surat pengunduran dirinya dengan perasaan berat. Ia menghela napas sebelum melangkah masuk ke kantor. Hari ini akan menjadi hari terakhirnya di sini. Dengan kekuatan Baskara sebagai pimpinan tertinggi yang kini menjadi suaminya, tentu saja Aruna bisa langsung berhenti bekerja hari itu juga. Setelah dari ruangan HR, Aruna segera menuju meja kerjanya untuk mengambil beberapa barang pribadinya. Baskara menyuruh Aruna untuk membiarkan orang lain untuk merapikan mejanya. Namun, Aruna ingin kembali ke mejanya untuk terakhir kali sambil mengucapkan perpisahan pada pekerjaan yang sudah tiga tahun digelutinya ini.Belum sempat Aruna duduk, Hani sudah berdiri di depannya dengan ekspresi kaget dan penuh rasa ingin tahu."Aruna! Jadi beneran, kamu nikah sama Pak Baskara?" Hani bertanya dengan suara setengah berbisik, tapi penuh desakan.Aruna terdiam sejenak sebelum mengangguk pelan. "Iya," jawabnya singkat."Dan… kamu hamil?" lanjut Hani, matanya melebar seolah tidak

    Last Updated : 2025-03-02
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   10. Makan Siang Bersama

    Di sebuah rumah makan yang masih berada dalam gedung kantor Baskara, Aruna menikmati makanannya sambil tersenyum kecil, merasa nyaman dengan percakapan bersama Arga. Sepupu Baskara itu benar-benar ramah dan humoris, membuat suasana makan siang ini terasa lebih ringan meski pikirannya masih melayang ke kejadian di ruangan Baskara.Sepanjang jalan bahkan hingga ia makan, Aruna masih saja memikirkan obrolan Baskara dengan orang-orang di dalam kantornya. Apakah pria itu dalam masalah? Haruskah Aruna menolongnya? Tapi bagaimana?“Kamu pasti kesulitan menghadapi Baskara,” ujar Arga dengan nada bercanda, membuat lamunan Aruna buyar. “Dia memang selalu kaku dan menyebalkan sejak kecil.”Aruna terkekeh, mengenyahkan sejenak pikirannya tentang Baskara. “Kupikir hanya aku yang merasa begitu.”“Tenang saja, dia selalu bersikap seperti itu ke semua orang,” ujar Arga, entah membuat Aruna merasa lebih tenang atau malah semakin bertanya-tanya.Apa yang membuat Baskara bersikap dingin dan kaku kepada

    Last Updated : 2025-03-07

Latest chapter

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   70. Vila

    Langit Lombok sore berwarna biru dengan semburat jingga yang mulai menjalar perlahan menyambut kedatangan keluarga Adiwireja ke vila mereka, termasuk Aruna di dalamnya. Angin pantai membawa aroma laut yang asin dan segar, menyapu wajah Aruna saat ia berdiri di ambang pintu vila keluarga Baskara.Vila itu berdiri tenang di tepi pantai, menghadap langsung ke laut lepas. Bangunannya berarsitektur klasik tropis dengan jendela lebar berbingkai kayu, dan balkon luas yang menghadap ombak. Suasana di dalam vila hening, hanya suara debur ombak dan desir angin yang mendominasi.Baskara meletakkan koper di sudut kamar, lalu menghampiri Aruna yang masih berdiri terpaku memandangi pemandangan luar dari balik tirai tipis yang melambai.“Ada apa?” tanya Baskara lembut, memeluk tubuh istrinya dari belakang.Aruna hanya menggeleng pelan. “Tidak apa-apa. Aku cuma... ini terlalu indah. Juga sangat nyaman.”Baskara tersenyum, mengecup pelan pelipis Aruna. “Aku tidak pernah menyadari keindahan tempat ini

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   69. Kebersamaan Hangat

    Menjelang malam, Aruna akhirnya kembali ke apartemen. Begitu pintu dibuka, aroma khas apartemen yang familiar menyambutnya. Di ruang tengah, Baskara sedang duduk di sofa dengan laptop terbuka di pangkuannya, tapi langsung menoleh saat mendengar pintu terbuka.“Aku pulang,” ucap Aruna pelan, senyumnya tipis.Baskara mengangkat wajah. Mata pria itu berbinar begitu melihat Aruna masuk. Ia kemudian bangkit dan mendekat, menyambut Aruna dengan pelukan singkat. “Kamu kelihatan capek.”“Sedikit.” Aruna mengangguk. “Tadi habis dari rumah sekalian antar Anin pulang.”Mereka berdua lalu duduk di sofa, keheningan sejenak mengisi ruang.“Kamu sudah makan malam?” tanya Aruna.Baskara mengangguk. “Ya, aku makan lebih dulu karena kamu sudah makan dengan Anin. Tidak apa-apa?”“Ya, tidak apa-apa, Mas. Aku malah akan khawatir kalau kamu belum makan. Nanti kalau kamu sakit aku juga yang repot merawatmu,” ujar Aruna dengan senyum geli.Alis Baskara naik. “Maksudnya kamu tidak ikhlas merawatku kalau aku s

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   68. Pulang ke Rumah

    Aruna berdiri di depan rumah orang tuanya—rumah yang sudah lama sekali rasanya tidak ia kunjungi meski sebenarnya baru beberapa bulan saja. Banyaknya rentetan kejadian belakangan ini membuat kepergiannya dari rumah itu terasa sudah lama berlalu. Kini, Anindya yang tinggal di sana. Adiknya itu menolak untuk tinggal bersama Aruna dan memilih untuk tinggal sendirian di rumah orang tua mereka.Rumah itu menyimpan begitu banyak kenangan yang melekat dalam setiap dinding dan sudutnya. Udara senja terasa lebih berat ketika Aruna menatap pintu yang kini terbuka oleh Anindya.“Masuk aja, Kak. Mau istirahat dulu?” tanya Anindya sambil melepaskan sepatunya.Aruna mengangguk pelan dan mengikuti adiknya masuk. Saat melangkah melewati ruang tamu yang masih dipenuhi perabot lama, ada desir hangat sekaligus perih yang menghampiri dadanya. Ia merasa seperti kembali ke masa-masa kecil, masa saat semuanya masih utuh.Hidup keluarganya mungkin tidak bergelimang harta. Namun Aruna bisa ingat saat orang tu

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   67. Obrolan Bersama Anindya

    Sambungan terputus begitu saja, menyisakan hening yang menekan telinga Aruna lebih keras dari suara apa pun. Ia masih mematung di kursinya, jari-jarinya menggenggam ponsel dengan kaku. Keringat dingin mulai membasahi tengkuknya, meski udara di restoran tidak panas.Tidak lama denting singkat terdengar. Satu notifikasi masuk.Aruna menunduk dengan detak jantung tidak karuan. Layar ponselnya kembali menyala. Kali ini bukan panggilan, melainkan sebuah pesan dari nomor tak dikenal.Tidak ada teks. Hanya satu file video.Dengan tangan gemetar, Aruna memutar video itu. Butuh waktu beberapa detik hingga gambar mulai bergerak. Seketika saja dunia Aruna seperti jungkir balik.Di layar, tampak seorang pria tua terbaring di atas ranjang besi, dalam sebuah ruangan yang tampak seperti fasilitas medis atau rumah sakit. Dindingnya kusam, pencahayaannya redup. Tidak ada tanda-tanda modernitas atau perawatan profesional. Hanya ranjang sederhana, alat infus menggantung yang tidak terpasang, dan tabung

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   66. Belum Aman

    Aruna baru saja selesai menyiapkan sarapan saat Baskara keluar dari kamar mandi, masih mengenakan handuk dan wajah yang masih terlihat was-was.Pagi ini gerak-gerik Baskara lebih sigap dan waspada, Aruna bisa merasakannya. Sejak Aruna membuka mata, ke mana pun matanya tertuju, pasti ada Baskara di sana. Seakan suaminya itu tidak mau jauh-jauh dari Aruna, ingin memastikan bahwa dirinya bisa terlihat dan terlindungi dalam jangkauan Baskara."Aku bisa kerja dari rumah hari ini," ujar Baskara akhirnya setelah kembali muncul dengan pakaian kerjanya. Sambil berjalan ke arah Aruna dan bergabung di meja makan, ia berkata lagi, "Atau lebih baik aku tidak pergi ke kantor saja dan menemani kamu di sini?"Aruna menoleh, menatap mata suaminya yang menunjukkan kecemasan. Bibirnya tersenyum lembut. Ditambah hatinya terasa hangat karena sangat merasakan usaha Baskara yang masih berusaha menjaganya sejak ia memberitahu tentang teror itu.“Tidak usah, Mas,” ucap Aruna lembut sambil menyiapkan sarapan u

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   65. Lebih Waspada

    Senja mulai merayap perlahan, menggantikan cahaya matahari yang tadi menghangatkan ruangan. Lampu-lampu apartemen menyala lembut saat pintu utama terbuka dan suara langkah kaki Baskara terdengar memasuki apartemen. Aruna, yang sedari tadi menunggu di ruang tamu dengan secangkir teh yang sudah dingin di tangan, segera berdiri dan menyambut sang suami seperti biasa.“Capek, ya?” tanya Aruna sambil mengambil jas yang dikenakan Baskara.Baskara tersenyum kecil, lalu mengecup kening istrinya. “Tidak juga. Aku hanya ingin cepat pulang dan bertemu kamu.”Aruna terkekeh pelan, meski nada tawanya terdengar hampa. Ia berusaha bersikap seperti biasa dengan menyiapkan minuman, bertanya soal pekerjaan, dan menemani Baskara makan malam. Tapi pikirannya tidak pernah benar-benar fokus. Matanya sering melirik ke arah pintu. Tangannya kadang gemetar ringan saat mengambil sendok atau gelas.Baskara menyadarinya, tapi belum berkomentar. Sampai akhirnya mereka duduk berdua di sofa setelah makan, dan pria

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   64. Ketenangan Pagi

    Pagi itu, cahaya matahari yang hangat menyusup masuk lewat celah tirai kamar, menyorot lembut ke arah tempat tidur yang masih berantakan. Di sisi ranjang, Aruna duduk bersandar dengan selimut membungkus tubuhnya, rambutnya sedikit kusut namun wajahnya berseri. Di hadapannya, Baskara tengah mengenakan jasnya, bersiap untuk berangkat kerja.“Kenapa kamu tidak membangunkanku? Aku belum menyiapkan sarapan karena terlambat bangun,” gerutu Aruna, suaranya masih serak karena baru bangun.Tidurnya terlalu nyenyak hingga ia tidak menyadari hari sudah pagi. Ia bahkan tidak menyadari gerak-gerik Baskara yang pasti mengeluarkan suara-suara saat bersiap-siap. Apa yang terjadi semalam benar-benar membuat Aruna lelah dan hatinya penuh hingga tidur lelap.Baskara menoleh, lalu tersenyum kecil. Aruna perlahan mulai terbiasa dengan senyum sang pria yang hanya muncul untuk dirinya. Ia melangkah mendekat dan duduk di tepi ranjang, tangannya menyentuh pipi istrinya dengan lembut.“Kamu tidur nyenyak sekal

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   63. Menyalurkan Perasaan

    Ciuman mereka tidak lagi sekadar sentuhan bibir. Ada hasrat yang tertahan terlalu lama, ada gairah yang meronta untuk dilepaskan. Baskara mendekap Aruna erat, seolah ingin menyatu, bukan hanya tubuhnya, tapi juga hati dan luka-luka yang selama ini mereka simpan dalam diam.Baskara menatap Aruna sejenak, seolah meminta izin, memastikan bahwa ini adalah keinginan mereka berdua. Saat Aruna mengangguk pelan, dengan mata yang berkaca, ia tahu tidak ada lagi yang perlu diragukan.Dengan satu gerakan lembut namun tegas, Baskara mengangkat Aruna ke dalam gendongannya dan membawanya ke kamar. Cahaya temaram lampu tidur menyinari kulit mereka, menciptakan bayang-bayang yang seolah ikut menyaksikan malam yang menjadi momen penting bagi dua insan itu.Begitu Aruna berada di atas ranjang, Baskara bergabung di sana. Tubuhnya bera

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   62. Saling Jujur

    Wajah Baskara maju satu jengkal, menghapus jarak di antara mereka. Napasnya terdengar pelan, dalam, lalu mendadak ia menarik tubuh Aruna ke arahnya dan mencium bibir sang gadis. Ciumannya tidak tergesa, tapi cukup untuk membuat Aruna terhuyung karena tidak siap. Ada kegelisahan yang tersalur lewat sentuhan bibirnya.Aruna yang sempat terkejut perlahan mulai menerima pagutan suaminya. Hatinya ikut larut, meski kepala dan nalurinya tahu ada sesuatu yang disembunyikan Baskara di balik ciuman yang dimulai dengan spontan, dalam, sekaligus memabukkan itu.Ternyata apa yang Baskara inginkan belum selesai hanya sebatas ciuman. Pria itu menarik tubuh Aruna menjadi berada di atas tubuhnya. Dengan sedikit terkesiap Aruna mengikuti arahan Baskara. Gadis itu kini sudah ada di pangkuan Baskara dengan ciuman keduanya yang tidak terlepas.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status