Home / Romansa / Terjebak Perangkap Sang CEO / 5. Perubahan Tiba-tiba

Share

5. Perubahan Tiba-tiba

Author: nesitara
last update Last Updated: 2025-02-18 15:22:40

Aruna duduk diam di dalam mobil, menatap kosong ke luar jendela. Ia dan Baskara baru saja selesai mengurus pernikahan mereka di kantor catatan sipil.

Pikiran Aruna masih belum bisa menerima kenyataan ini—dia kini adalah istri Baskara Adiwireja. Seharusnya, ia merasa lega karena ibunya bisa mendapatkan perawatan terbaik. Tapi tetap saja, ada perasaan lain yang mengganjal di hatinya.

Baskara yang duduk di sebelahnya melirik sekilas.

“Aku tahu semuanya di luar akal sehatmu,” katanya santai, seolah pernikahannya dengan Aruna hanya permainan atau bisnis. “Tapi cepat atau lambat, kamu harus beradaptasi. Sekarang kamu adalah istriku.”

Aruna mendengus pelan, masih enggan berbicara. Tidak lama kemudian, mobil mereka berhenti di depan rumah utama keluarga Adiwireja. 

Rumah keluarga Adiwireja berdiri megah di atas lahan luas, mencerminkan status mereka sebagai salah satu keluarga konglomerat terkemuka di negeri ini. Bangunan bergaya klasik modern itu menjulang anggun dengan pilar-pilar tinggi yang putih berkilauan di bawah sinar matahari. Gerbang besi berukir dengan lambang keluarga mereka berdiri kokoh, dijaga oleh beberapa satpam berseragam rapi.

Begitu melewati gerbang, jalan masuk berlapis batu alam mengarah ke halaman depan yang dipenuhi pepohonan rindang dan taman-taman tertata sempurna. Air mancur besar berdiri di tengahnya, airnya berkilauan dan menciptakan suara gemericik lembut.

Pemandangan yang sangat memukau kalau saja tidak dalam situasi seperti ini. Jantung Aruna berdegup dua kali lebih cepat. Di sampingnya, Baskara berjalan dengan santai. Tubuh pria itu menjulang di samping Aruna, terlihat gagah dan mendominasi.

Aruna mengikuti langkah Baskara ke dalam rumah. Aruna melewati pintu kayu mahoni berukiran tangan yang menyambut siapa pun yang datang, membuka jalan ke dalam ruangan luas dengan langit-langit tinggi berhias lampu kristal berkilauan. Di bawah kaki Aruna, lantai marmer dingin memantulkan cahaya dari chandelier, menambah nuansa kemewahan di dalamnya. Belum lagi dinding-dindingnya dihiasi lukisan klasik dan koleksi seni bernilai tinggi, membuat Aruna merasa ia tidak seharusnya berada di sana. Tempat ini terlalu mewah dan megah, berbeda jauh dengan keadaan rumahnya.

Kuatkan dirimu, Aruna! Batinnya menyeruak untuk menyemangati.

Begitu masuk lebih jauh ke dalam rumah, mereka langsung disambut dengan tatapan tajam Riadi dan Kumala. Baskara langsung menyerahkan akta pernikahannya dengan Aruna kepada ayahnya.

“Apa maksud semua ini?” suara Riadi menggelegar saat melihat akta pernikahan itu. Seketika suasana ruangan terasa semakin menegangkan.

Kumala menatap Aruna dari ujung kepala sampai kaki dengan tatapan mencemooh. “Kamu benar-benar menikahinya? Seorang pegawai biasa yang tiba-tiba muncul dengan berita mengejutkan?”

Aruna menelan ludah, merasa tidak nyaman. Namun, sebelum ia sempat membela diri, Baskara sudah lebih dulu berbicara.

“Ya, aku sudah menikah dengannya,” kata Baskara tegas.

“Karena kamu menghamilinya?” Kumala menyipitkan mata penuh kecurigaan.

Riadi menghela napas panjang, berusaha menahan amarah. “Astaga, Baskara! Kamu sudah membuat keputusan paling bodoh dalam hidupmu. Kenapa tidak kamu hilangkan saja bayi itu?”

Aruna mengepalkan tangannya di atas paha. Ingin rasanya ia membantah dan mengatakan bahwa kehamilan itu bohong. Tapi melihat tatapan tajam Baskara, ia tahu pria itu tidak akan membiarkannya.

Lagipula ini konsekuensi yang harus Aruna terima demi menyelamatkan nyawa ibunya.

“Karena itu anakku,” ucap Baskara serius. “Keturunan kalian juga.”

Riadi tentu saja tidak bisa mengelak.

Pada akhirnya, meski dengan keterpaksaan, Riadi dan Kumala menerima pernikahan mereka. Namun dari sikap mereka, jelas bahwa mereka belum benar-benar mengakui Aruna sebagai bagian dari keluarga.

Setelah pertemuan penuh ketegangan itu, Baskara membawa Aruna kembali ke apartemennya.

Aruna masuk ke penthouse milik Baskara yang berdiri di puncak salah satu gedung pencakar langit paling eksklusif di ibu kota, menawarkan pemandangan kota yang spektakuler dari setiap sudutnya. Ruang tamu terbuka lebar, dipenuhi dengan sofa kulit Italia dan perabot mahal lainnya.

Aruna masih berdiri di pintu sementara Baskara melepas jasnya dan duduk di sofa dengan santai. “Sekarang kita telah menikah. Tapi sesuai perjanjian, ada aturan-aturan yang harus dipatuhi.”

“Maaf, Pak Baskara, saya harus bertanya,” ucap Aruna menghela napas berat. “Kenapa Pak Baskara mengatakan kalau saya hamil?”

“Karena itu akan membuat orangtuaku mau tidak mau menerima pernikahan kita.”

“T-tapi bagaimana kelanjutannya nanti? Dalam sembilan bulan, jika tidak ada bayi–”

“Bilang saja kamu keguguran,” ucap Baskara santai. “Kecuali kamu ingin benar-benar hamil, aku bisa membuatnya jadi kenyataan,” sambungnya dengan seringai yang membuat Aruna menatap miring.

Aruna ingin memprotes, memaki, dan berteriak pada bos angkuh yang kini menjadi suaminya itu. Namun ia tahu diri di mana posisinya kini. Ia tidak berkata apa pun kecuali ekspresi wajahnya yang jelas menunjukkan ketidaksukaan.

“Duduk. masih banyak yang harus kita bicarakan,” ucap Baskara lagi, terdapat nada memerintah dalam suaranya.

Aruna melangkah ragu-ragu menuju sofa tempat Baskara duduk.

“Kita berdua akan tidur di ruangan berbeda. Pernikahan kita hanya sebatas sandiwara, jadi jangan berharap aku akan memperlakukanmu sebagai istri,” ujar Baskara menusuk langsung ke jantung Aruna.

Aruna menatap Baskara sejenak. Sebelumnya, pria itu selalu berusaha mendapatkannya, dan sekarang sikapnya berubah. Jadi, apakah ini sifat seorang Baskara yang sebenarnya?

Jika bukan karena biaya pengobatan ibunya, Aruna juga tidak menginginkan pernikahan ini. Namun sebagai wanita, ia juga berandai-andai, jika ia menikah nanti, suaminya akan memperhatikan dan memperlakukannya bagai putri, bukan seperti perjanjian bisnis yang bisa diatur seenaknya.

“Ada yang ingin kamu katakan?” tanya Baskara melihat Aruna hanya diam, sibuk dengan pikirannya.

“Tidak ada.”

“Oh, satu lagi. Meski pernikahan kita hanya di atas kontrak, setidaknya, kita harus terlihat seperti pasangan suami-istri di depan orang lain. Maka dari itu kamu harus berhenti memanggilku bapak dan berhenti bicara formal denganku.”

“Lalu saya harus memanggil Pak Baskara apa?”

Baskara angkat bahu. “Terserahmu. Kamu boleh memanggilku dengan nama, Mas, Sayang…”

“M-mas?” lidah Aruna terasa kelu menyebut kata itu. Rasanya ia tidak lagi mengenali suaranya sendiri. Tapi, ia harus tetap mengikuti keinginan Baskara.

Baskara tersenyum tipis mendengar panggilan Aruna. “Bukan masalah besar, ‘kan? Kamu sudah cukup pintar berbohong tentang kehamilanmu, aku yakin kamu bisa terus melakukan sandiwara ini.”

Aruna mengangguk kikuk, hanya ingin cepat beristirahat dan memejamkan mata, melupakan sejenak apa pun yang terjadi di hidupnya.

Sepertinya apa yang ingin dikatakan Baskara sudah selesai karena pria itu bangkit dari duduknya. Aruna menghembuskan napas lega.

Namun baru saja Aruna melihat Baskara melangkah, pria itu berhenti dan kembali berbalik ke arahnya. “Sekarang segera siap-siap. Kamu akan menemaniku menghadiri jamuan makan malam rekan bisnis malam ini.”

“A-apa?” Aruna terbelalak. “Maksudnya aku akan datang bersamamu…sebagai istrimu?”

Baskara mengangguk tanpa menyadari kepanikan dalam wajah Aruna. “Kenapa? Bukankah kamu memang istriku?”

“Aku sudah memanggil perias dan penata busana. Segera siapkan dirimu dan jangan banyak memprotes,” ucap Baskara lagi, kali ini memberi peringatan.  “Selain itu, kamu juga harus bersikap layaknya istri seorang konglomerat. Akan ada banyak pejabat dan petinggi perusahaan di sana, jangan buat aku malu,” pungkasnya.

Pria itu kemudian kembali melangkah ke ruangan lain, meninggalkan Aruna dengan pikiran yang semakin kusut.

Aruna menghela napas panjang, merasa frustrasi namun tidak bisa melampiaskannya. Rasanya bagai hidup dalam sangkar emas. Ia tahu hidupnya tidak akan pernah sama lagi setelah ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   6. Anggota Keluarga

    Aruna menatap bayangannya di cermin dengan perasaan campur aduk. Gaun malam berwarna merah berbahan satin mahal itu tampak begitu mewah di tubuhnya. Lekuk tubuh Aruna menonjol sempurna namun tidak berlebihan. Rambutnya ditata anggun, riasan di wajahnya mempertegas wajahnya tanpa berlebihan. Ia hampir tidak mengenali dirinya sendiri—seolah ini bukan Aruna yang biasanya.Namun, di balik semua keindahan itu, ada kegelisahan yang menyusup dalam hati Aruna. Ia tidak terbiasa dengan pakaian mahal, tidak terbiasa dengan kehidupan seperti ini. Apakah ia benar-benar pantas berada di sisi Baskara dalam acara malam ini? Bagaimana caranya ia bersikap di hadapan para orang kaya di sana?Kalimat tegas Baskara terngiang dalam kepala Aruna.“Jangan buat aku malu.”Aruna menarik napas dalam-dalam, mengenyahkan rasa gugup yang menyerang. Wajah dan tubuhnya mungkin siap untuk menghadiri acara penting malam ini, tapi tidak dengan hatinya. Ia hanya berharap semua berjalan dengan lancar dan ia tidak membua

    Last Updated : 2025-02-28
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   7. Acara Kantor

    Aruna berkali-kali menelan ludah saat langkahnya mengikuti Baskara memasuki salah satu ballroom hotel ternama di ibu kota. Ruangan itu memiliki langit-langit tinggi dan lampu kristal yang berkilauan. Dentingan gelas, suara obrolan rendah, dan alunan musik klasik mengisi udara, namun semua itu tidak mampu meredakan kegugupan Aruna.Tatapan para tamu yang berbalik ke arah mereka semakin membuat Aruna merasa kecil. Mereka semua pasti orang kaya dan penting. Berbagai bisikan mulai terdengar begitu Baskara dengan percaya diri memperkenalkannya.Tangan Baskara yang melingkari pinggang Aruna terasa hangat, tapi itu tidak cukup untuk meredakan kegugupannya. Apalagi saat mereka melewati beberapa tamu, Aruna bisa merasakan tatapan mereka menyelidik, penuh rasa ingin tahu.“Itu istrinya?” bisik seseorang.“Katanya sih karyawan di kantornya sendiri,” sahut yang lain.“Kudengar dia hamil duluan…” tamu yang lain menimpali.Semakin masuk ke dalam keramaian, semakin Aruna merasa ia tidak pantas berad

    Last Updated : 2025-02-28
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   8. Perintah Suami

    Melihat Aruna yang pucat dan gaunnya yang basah, Baskara membawa sang gadis meninggalkan tempat acara. Aruna hanya mengikuti langkah Baskara yang cepat tanpa suara meski kakinya terasa sakit dengan sepatu hak yang dipakainya.Sampai di parkiran, Baskara membukakan pintu penumpang untuk Aruna. Lagi, sang wanita hanya menurut tanpa suara, bagai raga yang kehilangan jiwanya.Di dalam mobil yang melaju di jalanan malam, suasana terasa begitu sunyi dan menegangkan. Aruna duduk dengan tangan mengepal di pangkuannya, mencoba menahan emosi yang sebenarnya berkecamuk. Gaunnya masih sedikit lembab, meninggalkan rasa dingin yang merayap di kulitnya.Baskara yang sejak tadi diam, akhirnya membuka suara. “Apa yang dia lakukan padamu?” tanya Baskara dingin, tapi Aruna bisa merasakan ketegangan di balik suaranya.Aruna tetap diam, menatap lurus ke luar jendela. Bayangan lampu-lampu kota memantul di kaca, tidak beraturan, terlihat kacau seperti pikirannya.Jika Aruna mengatakan yang sebenarnya, apa y

    Last Updated : 2025-03-02
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   9. Anggota Keluarga Lain

    Aruna menatap amplop berisi surat pengunduran dirinya dengan perasaan berat. Ia menghela napas sebelum melangkah masuk ke kantor. Hari ini akan menjadi hari terakhirnya di sini. Dengan kekuatan Baskara sebagai pimpinan tertinggi yang kini menjadi suaminya, tentu saja Aruna bisa langsung berhenti bekerja hari itu juga. Setelah dari ruangan HR, Aruna segera menuju meja kerjanya untuk mengambil beberapa barang pribadinya. Baskara menyuruh Aruna untuk membiarkan orang lain untuk merapikan mejanya. Namun, Aruna ingin kembali ke mejanya untuk terakhir kali sambil mengucapkan perpisahan pada pekerjaan yang sudah tiga tahun digelutinya ini.Belum sempat Aruna duduk, Hani sudah berdiri di depannya dengan ekspresi kaget dan penuh rasa ingin tahu."Aruna! Jadi beneran, kamu nikah sama Pak Baskara?" Hani bertanya dengan suara setengah berbisik, tapi penuh desakan.Aruna terdiam sejenak sebelum mengangguk pelan. "Iya," jawabnya singkat."Dan… kamu hamil?" lanjut Hani, matanya melebar seolah tidak

    Last Updated : 2025-03-02
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   10. Makan Siang Bersama

    Di sebuah rumah makan yang masih berada dalam gedung kantor Baskara, Aruna menikmati makanannya sambil tersenyum kecil, merasa nyaman dengan percakapan bersama Arga. Sepupu Baskara itu benar-benar ramah dan humoris, membuat suasana makan siang ini terasa lebih ringan meski pikirannya masih melayang ke kejadian di ruangan Baskara.Sepanjang jalan bahkan hingga ia makan, Aruna masih saja memikirkan obrolan Baskara dengan orang-orang di dalam kantornya. Apakah pria itu dalam masalah? Haruskah Aruna menolongnya? Tapi bagaimana?“Kamu pasti kesulitan menghadapi Baskara,” ujar Arga dengan nada bercanda, membuat lamunan Aruna buyar. “Dia memang selalu kaku dan menyebalkan sejak kecil.”Aruna terkekeh, mengenyahkan sejenak pikirannya tentang Baskara. “Kupikir hanya aku yang merasa begitu.”“Tenang saja, dia selalu bersikap seperti itu ke semua orang,” ujar Arga, entah membuat Aruna merasa lebih tenang atau malah semakin bertanya-tanya.Apa yang membuat Baskara bersikap dingin dan kaku kepada

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   11. Acara Oma

    Aruna sedang duduk bersila di atas ranjang, tenggelam dalam halaman buku yang sedang ia baca. Suasana kamar begitu tenang, hanya suara dentingan jam dan hembusan angin dari jendela yang terbuka sedikit. Setelah hari yang melelahkan, ia hanya ingin menikmati sedikit ketenangan.Namun, pintu kamar tiba-tiba terbuka tanpa ketukan.Baskara masuk dengan ekspresi datar, matanya langsung tertuju pada Aruna yang masih sibuk dengan bukunya. "Cepat bersiap. Oma mengundang makan malam," katanya dengan nada ketus, seakan menganggap perintahnya tidak bisa dibantah.Dengan enggan, ia bangkit dari tempat tidur. Namun, sebelum mengambil langkah, ia menatap Baskara. "Setidaknya ketuk pintu dulu sebelum masuk," cibirnya.Baskara terlihat tidak peduli dengan protes sang gadis. Pria itu melihat ke arah Aruna dari atas ke bawah lalu berkomentar sinis. “Ganti pakaianmu dengan sesuatu yang lebih pantas. Kamu ini bagian dari keluarga Adiwireja sekarang, berhenti memakai baju-baju lusuh seperti itu.”Kening A

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   12. Keluarga Aruna

    Aruna menatap layar ponselnya yang masih tidak juga menyala. Ia sedang menunggu balasan dari Baskara. Sudah beberapa kali ia mencoba menghubungi Baskara, tapi pria itu tidak menjawab. Mungkin sibuk. Atau mungkin sengaja mengabaikannya.Menghela napas, Aruna akhirnya mengetik pesan singkat.Aruna: Aku pergi keluar sebentarTanpa menunggu balasan, ia segera mengambil tasnya dan meninggalkan apartemen. Ia tidak mau Baskara tahu tujuannya ke rumah sakit untuk mengecek keadaan ibunya. Jika pria itu tahu, Aruna takut Baskara akan semakin mengontrol hidupnya.Perjalanan ke rumah sakit terasa panjang meski hanya ditempuh dalam hitungan menit. Sesampainya di sana, Aruna langsung menuju kamar perawatan ibunya. Anindya yang menemani sang ibu tersenyum begitu melihat Aruna datang.“Ibu baru aja tidur,” bisik Anindya.Aruna mengangguk dan duduk di samping ranjang, memperhatikan wajah ibunya yang mulai terlihat lebih sehat dibanding terakhir kali ia melihatnya. Mungkin pengobatan ini memang membawa

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   13. Orang Dari Masa Lalu

    Di taman rumah sakit, Aruna duduk bersisian dengan Adrian. Gadis itu membawa Adrian cepat-cepat menjauh dari ibu dan adiknya. Ia tidak mau Adrian membongkar rahasia pernikahannya kepada mereka.Aruna menghela napas panjang, mencoba menahan gejolak emosinya. Ia seharusnya sudah bisa mengabaikan Adrian, tapi pria itu justru makin menjadi."Aku dengar kamu sudah menikah," ujar Adrian, suaranya sarat dengan ketidakpercayaan. Mata pria itu menatap Aruna, seolah menuntut penjelasan.Aruna mengangkat dagunya, menolak menunjukkan kelemahan di depan pria yang telah mengkhianatinya. "Iya, memangnya kenapa?"Adrian tertawa pendek, tapi bukan tawa yang menyenangkan. "Serius, Aruna? Secepat ini kamu menikah? Kamu bahkan bilang belum mau menikah waktu kita masih bersama. Kamu bilang mau membiayai dulu adikmu kuliah."Ya, Adrian benar. Sampai satu hal membuat Aruna terpaksa melakukannya.Aruna mengepalkan tangannya, menahan dorongan untuk memba

    Last Updated : 2025-03-08

Latest chapter

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   70. Vila

    Langit Lombok sore berwarna biru dengan semburat jingga yang mulai menjalar perlahan menyambut kedatangan keluarga Adiwireja ke vila mereka, termasuk Aruna di dalamnya. Angin pantai membawa aroma laut yang asin dan segar, menyapu wajah Aruna saat ia berdiri di ambang pintu vila keluarga Baskara.Vila itu berdiri tenang di tepi pantai, menghadap langsung ke laut lepas. Bangunannya berarsitektur klasik tropis dengan jendela lebar berbingkai kayu, dan balkon luas yang menghadap ombak. Suasana di dalam vila hening, hanya suara debur ombak dan desir angin yang mendominasi.Baskara meletakkan koper di sudut kamar, lalu menghampiri Aruna yang masih berdiri terpaku memandangi pemandangan luar dari balik tirai tipis yang melambai.“Ada apa?” tanya Baskara lembut, memeluk tubuh istrinya dari belakang.Aruna hanya menggeleng pelan. “Tidak apa-apa. Aku cuma... ini terlalu indah. Juga sangat nyaman.”Baskara tersenyum, mengecup pelan pelipis Aruna. “Aku tidak pernah menyadari keindahan tempat ini

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   69. Kebersamaan Hangat

    Menjelang malam, Aruna akhirnya kembali ke apartemen. Begitu pintu dibuka, aroma khas apartemen yang familiar menyambutnya. Di ruang tengah, Baskara sedang duduk di sofa dengan laptop terbuka di pangkuannya, tapi langsung menoleh saat mendengar pintu terbuka.“Aku pulang,” ucap Aruna pelan, senyumnya tipis.Baskara mengangkat wajah. Mata pria itu berbinar begitu melihat Aruna masuk. Ia kemudian bangkit dan mendekat, menyambut Aruna dengan pelukan singkat. “Kamu kelihatan capek.”“Sedikit.” Aruna mengangguk. “Tadi habis dari rumah sekalian antar Anin pulang.”Mereka berdua lalu duduk di sofa, keheningan sejenak mengisi ruang.“Kamu sudah makan malam?” tanya Aruna.Baskara mengangguk. “Ya, aku makan lebih dulu karena kamu sudah makan dengan Anin. Tidak apa-apa?”“Ya, tidak apa-apa, Mas. Aku malah akan khawatir kalau kamu belum makan. Nanti kalau kamu sakit aku juga yang repot merawatmu,” ujar Aruna dengan senyum geli.Alis Baskara naik. “Maksudnya kamu tidak ikhlas merawatku kalau aku s

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   68. Pulang ke Rumah

    Aruna berdiri di depan rumah orang tuanya—rumah yang sudah lama sekali rasanya tidak ia kunjungi meski sebenarnya baru beberapa bulan saja. Banyaknya rentetan kejadian belakangan ini membuat kepergiannya dari rumah itu terasa sudah lama berlalu. Kini, Anindya yang tinggal di sana. Adiknya itu menolak untuk tinggal bersama Aruna dan memilih untuk tinggal sendirian di rumah orang tua mereka.Rumah itu menyimpan begitu banyak kenangan yang melekat dalam setiap dinding dan sudutnya. Udara senja terasa lebih berat ketika Aruna menatap pintu yang kini terbuka oleh Anindya.“Masuk aja, Kak. Mau istirahat dulu?” tanya Anindya sambil melepaskan sepatunya.Aruna mengangguk pelan dan mengikuti adiknya masuk. Saat melangkah melewati ruang tamu yang masih dipenuhi perabot lama, ada desir hangat sekaligus perih yang menghampiri dadanya. Ia merasa seperti kembali ke masa-masa kecil, masa saat semuanya masih utuh.Hidup keluarganya mungkin tidak bergelimang harta. Namun Aruna bisa ingat saat orang tu

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   67. Obrolan Bersama Anindya

    Sambungan terputus begitu saja, menyisakan hening yang menekan telinga Aruna lebih keras dari suara apa pun. Ia masih mematung di kursinya, jari-jarinya menggenggam ponsel dengan kaku. Keringat dingin mulai membasahi tengkuknya, meski udara di restoran tidak panas.Tidak lama denting singkat terdengar. Satu notifikasi masuk.Aruna menunduk dengan detak jantung tidak karuan. Layar ponselnya kembali menyala. Kali ini bukan panggilan, melainkan sebuah pesan dari nomor tak dikenal.Tidak ada teks. Hanya satu file video.Dengan tangan gemetar, Aruna memutar video itu. Butuh waktu beberapa detik hingga gambar mulai bergerak. Seketika saja dunia Aruna seperti jungkir balik.Di layar, tampak seorang pria tua terbaring di atas ranjang besi, dalam sebuah ruangan yang tampak seperti fasilitas medis atau rumah sakit. Dindingnya kusam, pencahayaannya redup. Tidak ada tanda-tanda modernitas atau perawatan profesional. Hanya ranjang sederhana, alat infus menggantung yang tidak terpasang, dan tabung

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   66. Belum Aman

    Aruna baru saja selesai menyiapkan sarapan saat Baskara keluar dari kamar mandi, masih mengenakan handuk dan wajah yang masih terlihat was-was.Pagi ini gerak-gerik Baskara lebih sigap dan waspada, Aruna bisa merasakannya. Sejak Aruna membuka mata, ke mana pun matanya tertuju, pasti ada Baskara di sana. Seakan suaminya itu tidak mau jauh-jauh dari Aruna, ingin memastikan bahwa dirinya bisa terlihat dan terlindungi dalam jangkauan Baskara."Aku bisa kerja dari rumah hari ini," ujar Baskara akhirnya setelah kembali muncul dengan pakaian kerjanya. Sambil berjalan ke arah Aruna dan bergabung di meja makan, ia berkata lagi, "Atau lebih baik aku tidak pergi ke kantor saja dan menemani kamu di sini?"Aruna menoleh, menatap mata suaminya yang menunjukkan kecemasan. Bibirnya tersenyum lembut. Ditambah hatinya terasa hangat karena sangat merasakan usaha Baskara yang masih berusaha menjaganya sejak ia memberitahu tentang teror itu.“Tidak usah, Mas,” ucap Aruna lembut sambil menyiapkan sarapan u

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   65. Lebih Waspada

    Senja mulai merayap perlahan, menggantikan cahaya matahari yang tadi menghangatkan ruangan. Lampu-lampu apartemen menyala lembut saat pintu utama terbuka dan suara langkah kaki Baskara terdengar memasuki apartemen. Aruna, yang sedari tadi menunggu di ruang tamu dengan secangkir teh yang sudah dingin di tangan, segera berdiri dan menyambut sang suami seperti biasa.“Capek, ya?” tanya Aruna sambil mengambil jas yang dikenakan Baskara.Baskara tersenyum kecil, lalu mengecup kening istrinya. “Tidak juga. Aku hanya ingin cepat pulang dan bertemu kamu.”Aruna terkekeh pelan, meski nada tawanya terdengar hampa. Ia berusaha bersikap seperti biasa dengan menyiapkan minuman, bertanya soal pekerjaan, dan menemani Baskara makan malam. Tapi pikirannya tidak pernah benar-benar fokus. Matanya sering melirik ke arah pintu. Tangannya kadang gemetar ringan saat mengambil sendok atau gelas.Baskara menyadarinya, tapi belum berkomentar. Sampai akhirnya mereka duduk berdua di sofa setelah makan, dan pria

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   64. Ketenangan Pagi

    Pagi itu, cahaya matahari yang hangat menyusup masuk lewat celah tirai kamar, menyorot lembut ke arah tempat tidur yang masih berantakan. Di sisi ranjang, Aruna duduk bersandar dengan selimut membungkus tubuhnya, rambutnya sedikit kusut namun wajahnya berseri. Di hadapannya, Baskara tengah mengenakan jasnya, bersiap untuk berangkat kerja.“Kenapa kamu tidak membangunkanku? Aku belum menyiapkan sarapan karena terlambat bangun,” gerutu Aruna, suaranya masih serak karena baru bangun.Tidurnya terlalu nyenyak hingga ia tidak menyadari hari sudah pagi. Ia bahkan tidak menyadari gerak-gerik Baskara yang pasti mengeluarkan suara-suara saat bersiap-siap. Apa yang terjadi semalam benar-benar membuat Aruna lelah dan hatinya penuh hingga tidur lelap.Baskara menoleh, lalu tersenyum kecil. Aruna perlahan mulai terbiasa dengan senyum sang pria yang hanya muncul untuk dirinya. Ia melangkah mendekat dan duduk di tepi ranjang, tangannya menyentuh pipi istrinya dengan lembut.“Kamu tidur nyenyak sekal

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   63. Menyalurkan Perasaan

    Ciuman mereka tidak lagi sekadar sentuhan bibir. Ada hasrat yang tertahan terlalu lama, ada gairah yang meronta untuk dilepaskan. Baskara mendekap Aruna erat, seolah ingin menyatu, bukan hanya tubuhnya, tapi juga hati dan luka-luka yang selama ini mereka simpan dalam diam.Baskara menatap Aruna sejenak, seolah meminta izin, memastikan bahwa ini adalah keinginan mereka berdua. Saat Aruna mengangguk pelan, dengan mata yang berkaca, ia tahu tidak ada lagi yang perlu diragukan.Dengan satu gerakan lembut namun tegas, Baskara mengangkat Aruna ke dalam gendongannya dan membawanya ke kamar. Cahaya temaram lampu tidur menyinari kulit mereka, menciptakan bayang-bayang yang seolah ikut menyaksikan malam yang menjadi momen penting bagi dua insan itu.Begitu Aruna berada di atas ranjang, Baskara bergabung di sana. Tubuhnya bera

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   62. Saling Jujur

    Wajah Baskara maju satu jengkal, menghapus jarak di antara mereka. Napasnya terdengar pelan, dalam, lalu mendadak ia menarik tubuh Aruna ke arahnya dan mencium bibir sang gadis. Ciumannya tidak tergesa, tapi cukup untuk membuat Aruna terhuyung karena tidak siap. Ada kegelisahan yang tersalur lewat sentuhan bibirnya.Aruna yang sempat terkejut perlahan mulai menerima pagutan suaminya. Hatinya ikut larut, meski kepala dan nalurinya tahu ada sesuatu yang disembunyikan Baskara di balik ciuman yang dimulai dengan spontan, dalam, sekaligus memabukkan itu.Ternyata apa yang Baskara inginkan belum selesai hanya sebatas ciuman. Pria itu menarik tubuh Aruna menjadi berada di atas tubuhnya. Dengan sedikit terkesiap Aruna mengikuti arahan Baskara. Gadis itu kini sudah ada di pangkuan Baskara dengan ciuman keduanya yang tidak terlepas.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status