Share

Kamu Hebat, Mas!

"Siap?"

Bian menelan ludah. Tatapannya bergeser dari Luna ke palang, lalu kembali ke wanita itu.

"Aku tidak yakin."

"Ini bukan masalah besar, Mas. Berdiri saja, jangan mencoba berjalan dulu. Biarkan kakimu terbiasa menopang bobotmu. Ayo, Mas, kamu pasti bisa!" Luna memamerkan senyum terbaiknya.

Bian menatap senyum tersebut, yang berhasil menjadi mantara. Ia mengeraskan rahang dan mengulurkan tangan ke palang. Setelah menggenggam palang kuat-kuat, dia menarik tubuhnya bangkit dari atas kursi roda.

Upaya mengangkat bobot berjalan mudah dengan menggunakan kekuatan bahu dan tangan. Bian mulai pucat dan peluhnya mulai menetes di wajahnya saat Luna mulai memposisikan kaki Bian dengan mantap di bawah tubuh.

"Sekarang, Mas," kata Luna dengan lembut. "Lepaskan tanganmu dari tugas menyanggah tubuh. Biarkan kakimu yang menopang. Kamu mungkin akan jatuh, jangan khawatirkan hal itu. Kata Julian, semua pasien jatuh ketika tiba di fase terapi ini."

Bian menelan ludah, napasnya berat. Ia tidak yakin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status