Tiba-tiba saja terlontar ke masa lalu dan hidup dalam tubuh seorang wanita yang memiliki nama serupa dengannya, membuat Carla frustasi. Dari zaman canggih yang penuh teknologi, sekarang dirinya harus hidup di zaman kuno yang bahkan tidak pernah dia bayangkan akan begitu membosankan. Ia mulai frustasi, terlebih setelah takdir mempertemukannya dengan Cruz, si Marquis arogan yang posesif. Sialnya lagi, pria itu merupakan tunangannya! Lantas, bagaimana nasib Carla? Apakah dia berhasil kembali ke tubuh aslinya...? Story & Illustration Cover by: Bintang Hamal
View MoreWanita itu membuka kedua matanya secara spontan ketika sebuah tangan besar tiba-tiba saja meraba tubuhnya. Hal pertama yang dilihatnya adalah seorang pria tampan yang kini berada dalam posisi menindih tubuhnya. Wanita itu spontan membelalakkan mata. Kedua tangannya refleks mendorong tubuh pria itu lalu menamparnya.
Plakk!
Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi kirinya. Lelaki itu terkejut bukan main. Ia terdiam sesaat dengan otak yang masih berusaha memproses setiap kejadian yang baru saja dia alami.
"Brengsek! Apa yang kau lakukan!" pekik Carla dengan wajah kesal. Dengan segera, dia bangun dan duduk sambil membenahi pakaiannya yang tampak berantakan. Namun begitu menunduk, ia mendapati hal yang terasa ganjil.
A-apa ini? Kenapa aku berpakaian seperti ini? pikir Carla.
"Shh... Menurutmu apa yang aku lakukan? Tentu saja aku ingin memilikimu. Berhentilah memberontak, dan jadilah milikku!" Lelaki itu kembali mendekatkan tubuhnya ke arah Carla. Karena kaget, Carla tanpa sadar mendorong tubuh lelaki itu sampai dia terlempar ke arah dinding yang posisinya tidak terlalu jauh dari tempat mereka berada. Hal itu sekali lagi membuatnya meringis menahan sakit. Akan tetapi kali ini rasa sakit yang dia rasakan berasal dari punggungnya yang berbenturan cukup keras dengan dinding.
Sementara lelaki itu meringis kesakitan, Carla melihat adanya celah untuknya melarikan diri. Dengan segera wanita itu bangkit dari ranjang lantas bergegas lari menuju arah pintu keluar yang dilihatnya. Dia berlalu dengan cukup terseok akibat gaun panjang yang dikenakannya cukup membuatnya kesulitan untuk bergerak. Walaupun demikian, hal itu sama sekali tak membuat Carla lantas menyerah begitu saja untuk melarikan diri. Dengan sekuat tenaga, dia berusaha menghiraukan gaun itu dan terus melangkah.
"Berhenti kau, Jangan lari?!" teriak pria itu begitu dia sadar Carla berusaha melarikan diri dari kamarnya. Lelaki itu bangkit dengan tertatih. Ia langsung mengejar Carla guna menghentikannya, dan tepat diambang pintu yang tertutup, dia berhasil tiba lebih dulu dan menghentikan Carla untuk membukanya.
Brakk!
Dia menahan pintu yang belum sempat di buka dengan menggunakan tangannya. Carla spontan berhenti ketika dia sadar lelaki itu berhasil menahan pintunya. "Memangnya kau pikir kau mau pergi kemana? Kau tidak akan bisa melarikan diri dengan mudah. Di luar sana ada banyak penjaga yang siap untuk menangkapmu begitu kau keluar dari sini," katanya sambil tersenyum miring.
Carla membalikkan tubuhnya, beradu pandangan tajam dengan lelaki itu. Kini posisi wanita itu terkurung diantara kedua tangan kokohnya yang masih berusaha menahan pintu di belakangnya.
"Menyingkir dariku! Siapa kau sebenarnya, dan kenapa kau membawaku kemari?!" pekik Carla dengan penuh amarah. Sungguh dirinya tidak mengerti kenapa tiba-tiba ada di tempat seperti ini, padahal seingatnya terakhir kali dia sedang bersama Crystal, sahabatnya. Dan entah apa serta bagaimana, dirinya mendadak bangun di tempat yang antah berantah dalam keadaan seperti ini. Siapa lelaki ini dan dimana sahabatnya, Carla sama sekali tidak tahu.
"Tega sekali kau melupakanku begitu saja. Padahal aku ini adalah mantan tunanganmu. Orang yang paling mencintaimu!"
"Apa—" Carla membelalakan mata. Menurutnya imajinasi lelaki itu sudah benar-benar di luar nalar, bagaimana mungkin dirinya punya seorang mantan tunangan sedangkan dia saja belum pernah menjalin hubungan yang lebih serius dibandingkan pacaran dengan lelaki manapun.
"Mungkin dengan aku menciummu, kau akan ingat padaku!" Tanpa aba-aba, lelaki itu menyambar bibirnya. Melumatnya dengan begitu ganas, sambil terus memojokkan Carla sampai membuat wanita itu semakin terpojokkan olek aksinya. Carla tidak mungkin tinggal diam. Tangannya dengan sekuat tenaga terkepal erat, dan berusaha mendorong tubuh lelaki itu agar menjauh. Alih-alih merasa kesakitan, lelaki itu justru langsung menahan tengkuk Carla, dan memperdalam ciumannya.
Brengsek! Siapa sebenarnya pria mesum ini?! Carla semakin merasa kesal dibuatnya. Dalam situasi ini, Carla sebisa dan secepat mungkin segera berusaha mencari cara agar bisa meloloskan diri dan menghentikan aksi bejat lelaki itu sebelum semakin melebihi batas. Setelah beberapa saat berjuang mencari ide, akhirnya Carla mendapatkan satu yang paling ampuh. Dia menghentakkan kakinya, menginjak lelaki itu hingga sekali lagi membuatnya meringis kesakitan. Karena rasa sakit yang dia rasakan pada kakinya, lelaki itu secara refleks melepaskan ciumannya. Dia mengaduh kesakitan seraya memegangi kakinya yang baru diinjak Carla.
"Dasar brengsek. Beraninya kau menciumku!" umpat Carla penuh emosi. Ingin sekali rasanya dia menghajar lelaki itu lebih keras lagi. Mungkin dengan memberikannya sebuah tendangan di antara dua telur puyuhnya, atau sebuah tunju di antara hidung bangirnya. Sayangnya, situasi tidak menguntungkan baginya. Terlebih ketika Carla mengingat ucapan lelaki itu bahwa di luar kamar mereka itu ada penjaga yang dia tugaskan untuk mengawasi keadaan. Kalau Carla sampai nekat menyerangnya, mungkin justru malah dirinya yang terjebak dalam masalah lain. Justru hal itu akan lebih menguntungkan serta akan lebih mempermudah si mesum itu melakukan aksinya. Tanpa pikir lebih lama lagi, Carla segera berlari ke arah lain. Mencari jalan lain yang bisa dia gunakan untuk melarikan diri. Sampai pada akhirnya Carla melihat sebuah jendela. Dengan segera Carla menghampiri jendela, membukanya, lalu menatap keluar guna memastikan bagaimana kondisi luar dari kamar tempatnya berada. Apakah kondisinya memungkinkan baginya untuk melompat atau tidak.
Begitu melihat keluar jendela, Carla sempat ragu dan nyaris mengurungkan niatnya begitu dia sadar kalau posisi kamar tempatnya berada terletak di lantai atas, dan bukan di lantai dasar. S-sial! Aku ada di lantai berapa ini? Tinggi sekali. Sekarang bagaimana caranya aku bisa melarikan diri kalau posisi kamarnya saja berada di tempat yang setinggi ini? Kalau aku langsung melompat, bisa-bisa aku mati.
Carla terdiam sesaat dengan otak yang tak berhenti memikirkan ide untuk meloloskan diri. Akan tetapi, di tengah usahanya memfokuskan diri, atensi Carla langsung buyar saat pria itu kembali berteriak guna menahannya. Carla menoleh dan mendapati lelaki itu sudah berjalan menuju arahnya dengan sebelah kaki terseret karena tadi diinjaknya. Carla semakin bertambah panik, dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling area luar kamar, dan kali ini Carla berhasil menemukan cara agar dirinya bisa lari. Tanpa sedikitpun rasa ragu, wanita itu langsung melangkah naik ke atas jendela, lalu dengan kedua tangannya, Carla berpegangan setelah menjatuhkan tubuhnya hingga bergelantungan pada jendela. Dengan segera Carla mengayunkan tubuhnya ke arah dimana dia melihat sebuah pijakan dari desain bangunan yang mereka tempati. Begitu perhitungannya tepat, Carla segera melemparkan tubuhnya ke arah pijakan tersebu dan berhasil mendarat dengan kedua kakinya. Tepat sebelum pria tadi berhasil menangkapnya.
"Arrgghhh! Sial. Carla, sayang! Jangan melarikan diri dariku!" Pria itu berteriak sambil menggeram penuh kesal dari arah jendela begitu sadar wanita yang katanya mantan tunangannya itu berhasil meloloskan diri. Lagi. Sebenarnya ini bukan yang pertama.
Carla tak mengindahkan kalimat yang terlontar dari mulut si mesum itu dan terus bergerak menyusuri ujung pijakan. Dia melangkah sambil merapatkan tubuhnya pada dinding, dan sebisa mungkin Carla menghindari untuk melihat ke bawah serta terus berjalan. Di sisi lain, Carla bisa mendengar si mesum tadi mulai berteriak pada anak buahnya yang katanya menunggu di luar kamar, dia berteriak meminta mereka untuk datang dan membantu menangkap mantan tunangannya tersebut.
***
Waktu berlalu. Sejak pertemuannya dengan pria misterius yang memberikannya sebuah ramalan itu, Carla sama sekali tidak pernah bisa berhenti memikirkannya. Terkadang ada momen dimana Carla terus dibuat kepikirkan dengan setiap kalimat yang terlontar dari bibir lelaki itu, terlebih ramalannya mengenai musuh yang selama ini mengintai.Carla terus bertanya-tanya, siapa yang sebenarnya dimaksud oleh pria itu, dan apakah benar dirinya memiliki musuh. Semua pertanyaan itu bermunculan, dan setiap kali dia merasa kepikiran dengan semua itu, Carla malah jadi semakin bingung, terlebih di tubuhnya saat ini, sama sekali tidak ada ingatan sedikitpun yang berhubungan dengan musuh keluarganya.Hari berganti, dan bulan pun berlalu. Sudah banyak waktu yang Carla lalui, dan semakin lama, kandungannya semakin membesar hingga membuat Carla tidak bisa bergerak dengan bebas. Dia harus ekstra hati-hati dalam melakukan segala kegiatannya karena tidak ingin sampai membuat kandungannya mengalami hal yang tidak
Carla melangkah dengan langkah yang cepat. Berjalan menyusuri jalan kecil di desa. Saat ini dirinya sedang jalan-jalan sembari menghirup udara segar di desa yang tenang, menikmati langit senja yang memerah dan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Langit senja memberikan sentuhan keemasan pada pemandangan sekitarnya. Dia menikmati kesunyian dan ketenangan, terbuai oleh keindahan alam. Di belakangnya, Hélie dan Susan tampak sangat kesulitan untuk menyamai langkahnya karena Carla berjalan terlalu cepat. Bahkan kini Hélie dan Susan tampak tertinggal jauh di belakang.“Memang tidak ada yang lebih baik dibandingkan berjalan-jalan sambil menikmati sore,” gumam Carla dengan suara pelan. Ketika wanita itu berniat untuk berbelok di jalan di hadapannya, Carla secara tidak sengaja menabrak seorang pria tua hingga membuatnya hampir saja jatuh.“Astaga, maafkan aku,” ucap Carla dengan cemas. “Aku sungguh tidak sengaja. Apakah kau baik-baik saja, tuan?”"Tidak apa-apa, nona. Aku baik-baik saja.” Pria
Dua bulan berlalu sejak mereka berdua mendapatkan kabar kehadiran buah hati mereka, dam setelah Carla mulai terbiasa dengan kondisinya, Cruz lantas menggelar pesta seperti apa yang mereka inginkan. Malam pesta pun tiba, acara malam itu dihiasi dengan lentera-lentera gemerlap dan bunga-bunga yang melimpah. Rumah Carla dan Cruz berubah menjadi tempat magis yang penuh kebahagiaan. Tamu-tamu yang datang sudah mulai berkumpul, dan suasana pesta terasa semakin meriah.Carla, mengenakan gaun yang memperlihatkan kebahagiaan dan kesejahteraannya, memandang sekeliling dengan mata penuh sukacita. Cruz berdiri di sisinya, menatapnya dengan bangga. Mereka berdua berencana untuk membuat pesta ini tak terlupakan."Kau terlihat begitu cantik malam ini," ucap Cruz sambil mencium pipi Carla."Terima kasih, Cruz. Aku tidak sabar untuk mengumumkan kabar baik kita pada semuanya," ujar Carla dengan senyuman bahagia.Pintu rumah terbuka, menyambut kedatangan tamu-tamu yang datang dengan penuh antusiasme. Me
Suasana senja menyelimuti rumah Carla dan Cruz dengan kehangatan. Cruz, yang baru saja mengetahui bahwa Carla mengandung anaknya, begitu bersemangat untuk memberikan kejutan yang tak terlupakan. Dengan senyum cerah di wajahnya, Cruz mengajak Carla ke ruang makan yang dihiasi dengan lilin-lilin beraroma wangi dan bunga-bunga segar."Aku ingin membuat malam ini istimewa untuk kita berdua," ucap Cruz sambil menarik kursi untuk Carla begitu mereka tiba di sana."Apa yang ada di pikiranmu?" Cruz senyuman misterius. Mereka duduk di meja yang indah dengan cahaya lilin yang lembut memancar. Cruz memandang Carla dengan penuh cinta, "Sebenarnya, aku sangat senang mengetahui kita akan menjadi orangtua.""Aku juga, Cruz. Ini berita yang luar biasa.""Ketika aku tahu tentang kehamilanmu, aku ingin memberikan yang terbaik untukmu. Jadi, malam ini adalah permulaan dari serangkaian momen romantis yang akan kita alami bersama."Makan malam mereka disajikan dengan hidangan favorit Carla dan Cruz. Setia
Sesampainya di rumah setelah bulan madu yang penuh kebahagiaan, Carla dan Cruz kembali ke rutinitas keseharian mereka. Cruz mulai sibuk dengan pekerjaannya yang memakan banyak waktu dan energi. Namun, di sela-sela kesibukannya, ia selalu menyempatkan diri untuk mencurahkan perhatian kepada Carla.Sementara itu, Carla dengan sabar senantiasa menanti kepulangannya di rumah. Setelah menikah, dia kini jadi memiliki tujuan lain dengan menanti kepulangan Cruz setiap saat.Malam tiba, suasana rumah mereka berdua diisi dengan cahaya lilin lembut. Carla duduk di sofa, membaca buku sambil menunggu kepulangan Cruz. Setelah sepanjang hari berkejaran dengan tugas dan pertemuan, Cruz akhirnya tiba di rumah dengan senyuman lelah namun penuh cinta."Kau merindukan aku?" tanya Cruz begitu tiba di rumah. Pria itu berjalan menghampiri Carla dengan senyuman di wajahnya. Tiba di dekatnya, Cruz memeluk Carla seraya mencium keningnya. Carla mengangguk dengan wajahnya yang langsung berseri-seri begitu meliha
Pulau kecil yang belum tersentuh oleh keramaian, sebuah surga tersembunyi di tengah lautan, menjadi destinasi liburan romantis bagi Carla dan Cruz. Cruz dengan senyuman misteriusnya memandu Carla keluar dari dermaga, mengungkapkan pemandangan keindahan pulau tersebut.Pulau yang mereka kunjungi terletak di semenanjung barat kerajaan yang memang sudah sering menjadi tujuan wisata untuk para bangsawan dari berbagai kerajaan. Tempatnya yang nyaman di tambah dengan pemandangan yang indah selalu bisa membuat setiap mata terpikat melihatnya."Selamat datang di pulau impian kita," ucap Cruz dengan mata yang berbinar melihat kekaguman di wajah Carla. Wanita itu tampak begitu takjub begitu menyaksikan pemandangan pulau yang tampak begitu indah. Dia bahkan baru sampai, dan Carla sudah bisa melihat keindahan pulau itu.Begitu turun dari kapal, Carla dan Cruz lantas berjalan sebentar. Mereka berdua melewati jalan setapak yang dikelilingi oleh bunga-bunga warna-warni, sampai akhirnya mereka tiba d
“Argghhh…” Cruz melenguh panjang ketika akhirnya dia mencapai kepuasannya. Sementara itu, Carla sama sekali tidak memiliki tenaga dan bahkan hanya bisa terpejam dengan napas terengah-engah. Dia sungguh sudah sangat lelah sejak tadi, tapi Cruz sama sekali tidak mau mendengarkan kalimatnya.Cruz menumpahkan seluruh cairan putih dari kejantanannya di dalam tubuh Carla. Wanita itu bisa merasakan semburannya yang begitu banyak dengan sensasi hangat yang luar biasa. Entah sudah berapa banyak pria itu keluar di dalam. Carla tidak berniat menghitungnya.Cruz mencabut kejantanannya dari kewanitaan Carla lalu berbaring di sisinya dengan napas tersengal. Dia terdiam sambil mencoba mengatur napas. Setelah beberapa saat, Cruz lantas melirik Carla yang kini tampak sudah tak berdaya. Wanita itu sudah kehilangan banyak tenaga akibat pergumulan mereka sepanjang malam. Bahkan saat ini, malam sudah hampir berakhir, Carla dan Cruz bisa melihat langit di luar sudah mulai sedikit terang.Cruz yang lelah me
Carla dan Cruz duduk bersama di balkon yang dihiasi lentera memancarkan suasana yang intim. Mereka tertawa dan bercanda, membagi kisah-kisah lucu dari masa lalu. Cruz menggenggam tangan Carla dengan lembut, menatapnya dengan mata penuh kehangatan.Waktu berlalu, dan mereka sudah menghabiskan dua hari masa pernikahan mereka. Setelah resmi menjadi suami-istri, Cruz jadi lebih sering merindukan Carla. Dia ingin menghabiskan banyak waktu bersamanya. Akan tetapi karena Cruz memiliki banyak pekerjaan yang menuntut untuk di selesaikan, Cruz jadi harus sedikit bersabar. Terlebih dia juga jadi harus menunda rencana mereka untuk melakukan bulan madu.Sejak berhasil mengalahkan Enrique dan membongkar semua kejahatannya, Cruz mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari raja, dan itu membuatnya jadi memiliki lebih banyak pekerjaan. Bahkan seharian ini, Cruz jadi harus menghabiskan banyak waktu di dalam ruang kerjanya, walaupun dia sangat ingin untuk menghabiskan waktu bersama Carla.Sementara it
Waktu berlalu, dan malam pun tiba. Carla dan Cruz duduk di tepi tempat tidur mereka, wajah penuh kebahagiaan. Ruangan yang dihiasi dengan bunga-bunga segar menciptakan atmosfer romantis. Mereka menatap satu sama lain dengan mata penuh kasih, menyelipkan tawa kecil di antara percakapan mereka."Kau tahu, ini adalah malam yang luar biasa," kata Cruz sambil tersenyum manis. Matanya menatap Carla lekat. Pria itu kemudian meraih tangan Carla, dan menggenggamnya erat."Ini akan menjadi malam terbaik dalam hidupku.” Cruz mencium punggung tangan Carla, membuat wajah wanita itu berubah merah merona saat Cruz bersikap begitu manis terhadapnya. Carla terdiam; mereka saling pandang, penuh dengan rasa cinta yang tak terucapkan.Sinar bulan menerangi ruangan melalui jendela, menciptakan bayangan lembut di sekitar mereka. Cruz menyentuh wajah Carla dengan lembut, dan membelai pipinya. Mereka terdiam sejenak, menikmati keheningan yang dipenuhi oleh getaran asmara yang tak terkalahkan.Carla terseny
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments