"Aku akan melepaskannya seperti yang kau ingin kan, tapi kau bisa keluar sebentar, kan? Aku akan menggantinya segera," tuturnya dengan panik. Tubuhnya bahkan sampai gemetar. Sama gemetarnya dengan suara yang keluar dari mulutnya. Perlahan Cruz melunak. Pria itu melepaskan cengkraman tangannya dari Carla lalu bergerak mundur, memberikan ruang untuknya bergerak.
"Akan aku panggilkan maid untuk membantumu," katanya. Cruz beranjak dari tempatnya, menarik pintu itu lantas melangkah pergi meninggalkan Carla yang masih berusaha menenangkan diri di dalam kamarnya. Carla termangu, dia kini di buat bingung dengan kalimat yang dituturkan Cruz barusan. "Apa maksud dari perkataannya? Maid?"
Carla mengedikan bahu, berusaha menghiarukan kalimatnya. Sekarang yang terpenting baginya adalah pria itu telah meninggalkannya, dan sekarang dia merasa aman. Dengan segera setelah Cruz pergi, Carla menutup pintu dan berjalan menghampiri sofa yang sama yang tadi mereka duduki. Dia duduk terhenyak, berusaha mengatur napasnya yang masih tersengal akibat lari-larian. "Dia memang tampan, tapi sikapnya benar-benar aneh. Selain itu, ekspresinya ketika marah benar-benar menakutkan..."
Setelah merasa cukup tenang, Carla bangkit dari kursinya dan menatap penampilannya lewat pantulan cermin. Dari cermin, Carla melihat gaunnya semakin kacau karena kejadian tadi. Bukan lagi karena dia berlari dan gaunnya kotor, tapi sampai gaunnya robek dan penampilannya kacau balau. "Kalau dia bilang ini adalah kamar pemilik tubuh ini, seharusnya di sini ada baju ganti, mungkin aku bisa mengenakan itu," gumamnya.
Carla baru saja hendak menghampiri lemari untuk mengecek gaun untuk dia kenakan. Namun langkahnya mendadak berhenti ketika telinganya mendengar suara seseorang yang mengetuk pintu. Tidak lama setelah itu, beberapa orang wanita yang mengenakan gaun bergaya maid classical masuk ke dalam kamarnya, Carla tercengang saat melihat banyaknya orang yang datang. Tiba di dalam, mereka membungkuk dan segera mengahampirinya dengan raut wajah cemas. Beberapa maid menanyakan bagaimana keadaannya, karena dari yang mereka dengar dari Susan, Carla menghilang di pasar. Saat itu, Carla hanya bisa membalas seadanya. Dia tidak ingin ambil pusing siapa mereka atau apa hubungan mereka. Yang terpenting baginya sekarang hanyalah membalas pertanyaan mereka yang sejak tadi terus bertanya sudah seperti seorang reporter.
"Kami datang atas perintah dari tuan, beliau meminta kami membantu tuan putri untuk berganti pakaian," ucap salah satu maid begitu Carla akhirnya menanyakan alasan merea datang. Dia terkejut dengan jawaban yang baru saja dilontarkannya. Dalam hati, Carla berkata, Ini tidak salah? Mereka datang hanya karena mendengar lelaki tadi ingin aku ganti baju? Sungguh?
"Kami akan siapkan tuan putri air untuk mandi, dan kami juga akan membantu anda berdandan."
"A-aku rasa, itu tidak perlu..." ujar Carla dengan terbata. Baru saja ia menolak, para maid itu langsung bergerak seolah tak mendengarkan ucapannya. Mereka langsung menyiapkan kamar mandi dan air hangat untuknya, setelah itu menyiapkan segala perlengkapannya untuk mandi dan berpakaian. Carla di bantu oleh banyak maid, mereka membawanya ke kamar mandi dan membantunya melepaskan pakaian. Mendapati perlakukan itu, Carla langsung panik. Ia sungguh merasa tidak nyaman dengan semua perlakuan itu, terlebih dari tempatnya berasal dia memang terbiasa menjalani kehidupan dengan sangat mandiri.
Carla berulang kali menolak dan meminta para maid yang ada untuk pergi meninggalkannya seorang diri di kamar mandi. Namun sama sekali ucapannya tak dipedulikan mereka. "Aku mohon, tolong keluar! Aku akan mandi sendiri. Kalian tidak perlu membantuku, Sungguh."
"Tapi, jika anda mandi sendiri, tuan akan marah pada kami."
"Jangan mempersulitku! Tolonglah keluar, cepat!" Carla mendorong para maid itu keluar dari dalam kamar mandinya lalu menutup pintu kamar mandi itu rapat-rapat. Mereka sempat protes, tapi sama sepertib yang telah para maid itu perbuat padanya, Carla tak mau mendengarkan protes mereka. Setelah berhasil mendorong mereka pergi, Carla kemudian bersandar pada pintu yang baru saja dia kunci. Ini membuatku gila. Aku benar-benar tidak habis pikir, kenapa hidupku bisa jadi seperti ini?
Setelah di rasa aman, ia lalu beranjak menghampiri bathtub yang telah disiapkan maid tadi. Ia melangkah masuk ke dalam, dan lantas merendam tubuhnya di dalam sana. Carla bersandar dengan nyaman. Untuk sekarang, Carla merasa sedikit lebih baik. Carla menengadahkan kepalanya. Menatap langit-langit kamar mandi tempatnya berada sekarang ini. Akhirnya aku bisa memiliki waktu sendiri seperti ini...
***
Carla menghela napas panjang. Ia membuka lemari pakaian yang ada di dalam kamarnya. Begitu pintu itu terbuka dan dirinya melangkah masuk, Carla bisa melihat ruangan yang di buat khusus untuk pakaiannya. Di dalam sana yang bisa Carla lihat hanyalah gaun, gaun, dan gaun. Tidak ada pakaian lain selain gaun yang super panjang hingga menutupi kakinya. Layaknya gaun yang semula dia kenakan. Selain itu, dia juga melihat sepatu, pakaian dalam dan aksesoris tambahan lainnya. Di etalase khusus yang terbuat dari kaca, Carla melihat ada begitu banyak perhiasan cantik yang belum pernah dilihatnya. Etalase itu terletak di tengah-tengah ruangan. Setelah melihat semua ini, Carla semakin merasa jelas bahwa dirinya memang tinggal di rumah ini bersama Cruz. Jadi... Ini semua adalah pakaian milik gadis pemilik tubuh ini? Carla melangkah secara perlahan dengan mata yang kini terus menatap sekeliling dengan begitu takjub, semua gaun yang dilihatnya terlihat mewah. Ini adalah pertama kalinya Carla melihat
Cruz melangkah masuk ke dalam kamar Carla yang berada dalam keadaan tidak terkunci. Dan di sana dia tidak melihat Carla maupun para maid yang dia perintahkan. Ruangannya kosong, dan menyadari hal itu membuat Cruz kebingungan. Pria itu lantas berjalan sambil terus menatap ke sekeliling. "Kemana dia pergi? Para jug maid tidak ada, apakah dia memutuskan untuk jalan-jalan? Tapi tidak mungkin." Cruz memonolog. Lelaki itu baru saja berbalik hendak melangkah pergi, namun langkahnya langsung terhenti saat kedua telinganya secara tidak sengaja mendengar suara Carla yang bergumam di balik layar tempat berganti pakaian. Cruz yang menyadari hal itu spontan terdiam dan menoleh ke arah dimana siluet Carla terlihat secara samar. Lelaki itu beranjak dari tempatnya, melangkah menghampiri suara yang dia dengar. "Aduh, pakaian ini benar-benar menyiksaku. Kenapa aku harus mengenakan pakaian seperti ini? Ini sungguh berbanding terbalik dengan apa yang aku bayangkan, ternyata gaunnya tidak semudah itu un
"Hmph—!" Carla membelalakkan matanya begitu Cruz tanpa aba-aba mencium dan melumat bibirnya dengan begitu intens. Apa yang dia lakukan? Berengsek! Ternyata dia tidak ada bedanya dengan pria tadi. Carla membatin. Ia menggunakan kedua tangannya untuk mendorong dada bidang Cruz supaya menjauh darinya. Namun sial, tubuh pria itu terlalu kokoh. Bahkan tenaganya tidak terlalu kuat untuk melawannya. Sementara itu, Cruz yang menyadari adanya perlawanan dari Carla lalu mencengkram tangan wanita itu dan secara perlahan mendorong tubuhnya hingga berbenturan dengan tembok. Cruz mengurung tubuh mungilnya di antara kedua tangan kokohnya. Sementara bibirnya terus bergerak, bermain dengan mulut Carla yang mulai kewalahan menghadapi serangannya. Menyingkir dariku! batin Carla. Ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana, tubuhnya terkurung sementara lelaki itu terus menyerang bibirnya. Brakk! Suara pintu yang di buka mendadak membuyarkan perhatian mereka. Bersamaan dengan terbukanya pintu, Carla bisa
Hélie dan Susan yang menyadari hal itu mendadak bangkit dari posisinya, mereka menghampiri Carla kini sedang memegangi pelipisnya. “Tuan putri, anda baik-baik saja?” tanya mereka yang ikut khawatir dengan kondisinya.“Carla?” Cruz memanggil wanita itu sekali lagi, menatapnya sembari berusaha memastikan keadaannya baik-baik saja. Carla mendongak, beradu tatap dengan mereka yang tampak sangat mencemaskan dirinya. “Aku baik-baik saja, tapi bisakah kalian meninggalkan aku sendiri? Aku butuh waktu untuk merenung.”“Apa?”“Jangan ganggu aku untuk sementara waktu, aku sungguh ingin sendiri dulu.” Carla berusaha mengusir mereka secara halus.“Tapi&hell
“Jelaskan padaku, aku ini orang yang seperti apa,” ucap Carla sambil memperhatikan wajah Susan lewat cermin. Wanita itu terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, “Anda adalah orang yang sangat baik hati, lembut, dan juga ramah. Banyak orang yang menyukai tuan putri, dan banyak orang pula yang ingin dekat dengan anda.”“Sungguh?”Susan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Kali ini Carla yang termangu memikirkan kalimat Susan barusan. Kalau sifat dari pemilik tubuh itu memang seperti apa yang dia katakan, maka akan lebih mudah bagiku untuk berpura-pura menjadinya. Namun setelah mengetahui hal ini bukan berarti aku hanya harus diam saja. Aku tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu, dan siapa tahu saja kan ada orang yang membenci pemilik tubuh ini, atau b
“Memangnya kapan kita akan menikah?”“Dalam waktu dekat, setelah semua persiapannya selesai, kita akan segera melangsungkan pernikahan. Tapi tunggu, kenapa kau terkejut begitu seolah-olah kau baru tahu mengenai hal ini? Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Apakah kau tidak ingat apa-apa mengenai rencana pernikahan kita?” Cruz semakin merasa aneh dengan wanita yang kini duduk tepat berhadapan dengannya. Wanita itu sungguh bersikap seolah dia baru tahu semuanya.“A-aku baik-baik saja…” balas Carla.Ini gawat. Kalau sampai aku tidak kembali ke tempat asalku sebelum acara pernikahannya di gelar, maka bisa-bisa aku terjebak selamanya di sini. Aku harus mencari cara untuk kembali secepatnya! Kalau begitu hari ini aku harus mencari petu
Ini gawat. Kalau memang tidak ada buku yang bisa menjelaskan mengenai perjalanan waktu, lalu bagaimana aku bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi denganku? Carla berpikir keras.“Tunggu, kalian bilang di sini ada banyak mengenai buku tentang sihir kan? Kalau begitu cari semua buku yang berhubungan dengan sihir dan kumpulkan di meja. Mungkin saja di salah satu buku itu ada yang menjelaskan mengenai teleportasi atau semacamnya..”“Baik, akan kami lakukan.” Hélie dan Susan menganggukkan kepalanya dan bergegas mencari segala buku yang berhubungan dengan sihir, begitu juga dengan Carla. Wanita itu tidak tinggal diam dan membantu mereka untuk mencari. Mungkin saja kedatangannya ke masa ini juga ada kaitannya dengan sihir, mungkin semacam teleportasi atau se
Hari berganti. Seperti yang sudah Carla rencanakan, hari ini dia akan pergi ke kota untuk mencari buku yang mungkin bisa membantunya. Setelah semalaman dirinya merenung, Carla lantas berniat untuk menelusuri kembali jejaknya lagi. Mungkin dengan datang ke tempat dimana wanita itu sempat berpisah dengan Susan dan Hélie, mereka bisa mengetahui apa yang terjadi pada pemilik tubuhnya dan kenapa dia bisa tiba-tiba saja tertukar dengan Carla.Seperti kemarin, Susan dan Hélie mendatangi kamarnya dan membantunya bersiap, setelah itu mengantarkannya hingga ke ruang makan dimana Cruz telah menunggunya. Carla segera menghampiri kursi yang menjadi tempat biasa dirinya makan, lalu menikmati sarapannya begitu selesai membicarakan sebuah topik ringan dengan Cruz, bagaimanapun Carla harus bersikap senatural mungkin agar tidak ada yang curiga.
Waktu berlalu. Sejak pertemuannya dengan pria misterius yang memberikannya sebuah ramalan itu, Carla sama sekali tidak pernah bisa berhenti memikirkannya. Terkadang ada momen dimana Carla terus dibuat kepikirkan dengan setiap kalimat yang terlontar dari bibir lelaki itu, terlebih ramalannya mengenai musuh yang selama ini mengintai.Carla terus bertanya-tanya, siapa yang sebenarnya dimaksud oleh pria itu, dan apakah benar dirinya memiliki musuh. Semua pertanyaan itu bermunculan, dan setiap kali dia merasa kepikiran dengan semua itu, Carla malah jadi semakin bingung, terlebih di tubuhnya saat ini, sama sekali tidak ada ingatan sedikitpun yang berhubungan dengan musuh keluarganya.Hari berganti, dan bulan pun berlalu. Sudah banyak waktu yang Carla lalui, dan semakin lama, kandungannya semakin membesar hingga membuat Carla tidak bisa bergerak dengan bebas. Dia harus ekstra hati-hati dalam melakukan segala kegiatannya karena tidak ingin sampai membuat kandungannya mengalami hal yang tidak
Carla melangkah dengan langkah yang cepat. Berjalan menyusuri jalan kecil di desa. Saat ini dirinya sedang jalan-jalan sembari menghirup udara segar di desa yang tenang, menikmati langit senja yang memerah dan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Langit senja memberikan sentuhan keemasan pada pemandangan sekitarnya. Dia menikmati kesunyian dan ketenangan, terbuai oleh keindahan alam. Di belakangnya, Hélie dan Susan tampak sangat kesulitan untuk menyamai langkahnya karena Carla berjalan terlalu cepat. Bahkan kini Hélie dan Susan tampak tertinggal jauh di belakang.“Memang tidak ada yang lebih baik dibandingkan berjalan-jalan sambil menikmati sore,” gumam Carla dengan suara pelan. Ketika wanita itu berniat untuk berbelok di jalan di hadapannya, Carla secara tidak sengaja menabrak seorang pria tua hingga membuatnya hampir saja jatuh.“Astaga, maafkan aku,” ucap Carla dengan cemas. “Aku sungguh tidak sengaja. Apakah kau baik-baik saja, tuan?”"Tidak apa-apa, nona. Aku baik-baik saja.” Pria
Dua bulan berlalu sejak mereka berdua mendapatkan kabar kehadiran buah hati mereka, dam setelah Carla mulai terbiasa dengan kondisinya, Cruz lantas menggelar pesta seperti apa yang mereka inginkan. Malam pesta pun tiba, acara malam itu dihiasi dengan lentera-lentera gemerlap dan bunga-bunga yang melimpah. Rumah Carla dan Cruz berubah menjadi tempat magis yang penuh kebahagiaan. Tamu-tamu yang datang sudah mulai berkumpul, dan suasana pesta terasa semakin meriah.Carla, mengenakan gaun yang memperlihatkan kebahagiaan dan kesejahteraannya, memandang sekeliling dengan mata penuh sukacita. Cruz berdiri di sisinya, menatapnya dengan bangga. Mereka berdua berencana untuk membuat pesta ini tak terlupakan."Kau terlihat begitu cantik malam ini," ucap Cruz sambil mencium pipi Carla."Terima kasih, Cruz. Aku tidak sabar untuk mengumumkan kabar baik kita pada semuanya," ujar Carla dengan senyuman bahagia.Pintu rumah terbuka, menyambut kedatangan tamu-tamu yang datang dengan penuh antusiasme. Me
Suasana senja menyelimuti rumah Carla dan Cruz dengan kehangatan. Cruz, yang baru saja mengetahui bahwa Carla mengandung anaknya, begitu bersemangat untuk memberikan kejutan yang tak terlupakan. Dengan senyum cerah di wajahnya, Cruz mengajak Carla ke ruang makan yang dihiasi dengan lilin-lilin beraroma wangi dan bunga-bunga segar."Aku ingin membuat malam ini istimewa untuk kita berdua," ucap Cruz sambil menarik kursi untuk Carla begitu mereka tiba di sana."Apa yang ada di pikiranmu?" Cruz senyuman misterius. Mereka duduk di meja yang indah dengan cahaya lilin yang lembut memancar. Cruz memandang Carla dengan penuh cinta, "Sebenarnya, aku sangat senang mengetahui kita akan menjadi orangtua.""Aku juga, Cruz. Ini berita yang luar biasa.""Ketika aku tahu tentang kehamilanmu, aku ingin memberikan yang terbaik untukmu. Jadi, malam ini adalah permulaan dari serangkaian momen romantis yang akan kita alami bersama."Makan malam mereka disajikan dengan hidangan favorit Carla dan Cruz. Setia
Sesampainya di rumah setelah bulan madu yang penuh kebahagiaan, Carla dan Cruz kembali ke rutinitas keseharian mereka. Cruz mulai sibuk dengan pekerjaannya yang memakan banyak waktu dan energi. Namun, di sela-sela kesibukannya, ia selalu menyempatkan diri untuk mencurahkan perhatian kepada Carla.Sementara itu, Carla dengan sabar senantiasa menanti kepulangannya di rumah. Setelah menikah, dia kini jadi memiliki tujuan lain dengan menanti kepulangan Cruz setiap saat.Malam tiba, suasana rumah mereka berdua diisi dengan cahaya lilin lembut. Carla duduk di sofa, membaca buku sambil menunggu kepulangan Cruz. Setelah sepanjang hari berkejaran dengan tugas dan pertemuan, Cruz akhirnya tiba di rumah dengan senyuman lelah namun penuh cinta."Kau merindukan aku?" tanya Cruz begitu tiba di rumah. Pria itu berjalan menghampiri Carla dengan senyuman di wajahnya. Tiba di dekatnya, Cruz memeluk Carla seraya mencium keningnya. Carla mengangguk dengan wajahnya yang langsung berseri-seri begitu meliha
Pulau kecil yang belum tersentuh oleh keramaian, sebuah surga tersembunyi di tengah lautan, menjadi destinasi liburan romantis bagi Carla dan Cruz. Cruz dengan senyuman misteriusnya memandu Carla keluar dari dermaga, mengungkapkan pemandangan keindahan pulau tersebut.Pulau yang mereka kunjungi terletak di semenanjung barat kerajaan yang memang sudah sering menjadi tujuan wisata untuk para bangsawan dari berbagai kerajaan. Tempatnya yang nyaman di tambah dengan pemandangan yang indah selalu bisa membuat setiap mata terpikat melihatnya."Selamat datang di pulau impian kita," ucap Cruz dengan mata yang berbinar melihat kekaguman di wajah Carla. Wanita itu tampak begitu takjub begitu menyaksikan pemandangan pulau yang tampak begitu indah. Dia bahkan baru sampai, dan Carla sudah bisa melihat keindahan pulau itu.Begitu turun dari kapal, Carla dan Cruz lantas berjalan sebentar. Mereka berdua melewati jalan setapak yang dikelilingi oleh bunga-bunga warna-warni, sampai akhirnya mereka tiba d
“Argghhh…” Cruz melenguh panjang ketika akhirnya dia mencapai kepuasannya. Sementara itu, Carla sama sekali tidak memiliki tenaga dan bahkan hanya bisa terpejam dengan napas terengah-engah. Dia sungguh sudah sangat lelah sejak tadi, tapi Cruz sama sekali tidak mau mendengarkan kalimatnya.Cruz menumpahkan seluruh cairan putih dari kejantanannya di dalam tubuh Carla. Wanita itu bisa merasakan semburannya yang begitu banyak dengan sensasi hangat yang luar biasa. Entah sudah berapa banyak pria itu keluar di dalam. Carla tidak berniat menghitungnya.Cruz mencabut kejantanannya dari kewanitaan Carla lalu berbaring di sisinya dengan napas tersengal. Dia terdiam sambil mencoba mengatur napas. Setelah beberapa saat, Cruz lantas melirik Carla yang kini tampak sudah tak berdaya. Wanita itu sudah kehilangan banyak tenaga akibat pergumulan mereka sepanjang malam. Bahkan saat ini, malam sudah hampir berakhir, Carla dan Cruz bisa melihat langit di luar sudah mulai sedikit terang.Cruz yang lelah me
Carla dan Cruz duduk bersama di balkon yang dihiasi lentera memancarkan suasana yang intim. Mereka tertawa dan bercanda, membagi kisah-kisah lucu dari masa lalu. Cruz menggenggam tangan Carla dengan lembut, menatapnya dengan mata penuh kehangatan.Waktu berlalu, dan mereka sudah menghabiskan dua hari masa pernikahan mereka. Setelah resmi menjadi suami-istri, Cruz jadi lebih sering merindukan Carla. Dia ingin menghabiskan banyak waktu bersamanya. Akan tetapi karena Cruz memiliki banyak pekerjaan yang menuntut untuk di selesaikan, Cruz jadi harus sedikit bersabar. Terlebih dia juga jadi harus menunda rencana mereka untuk melakukan bulan madu.Sejak berhasil mengalahkan Enrique dan membongkar semua kejahatannya, Cruz mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari raja, dan itu membuatnya jadi memiliki lebih banyak pekerjaan. Bahkan seharian ini, Cruz jadi harus menghabiskan banyak waktu di dalam ruang kerjanya, walaupun dia sangat ingin untuk menghabiskan waktu bersama Carla.Sementara it
Waktu berlalu, dan malam pun tiba. Carla dan Cruz duduk di tepi tempat tidur mereka, wajah penuh kebahagiaan. Ruangan yang dihiasi dengan bunga-bunga segar menciptakan atmosfer romantis. Mereka menatap satu sama lain dengan mata penuh kasih, menyelipkan tawa kecil di antara percakapan mereka."Kau tahu, ini adalah malam yang luar biasa," kata Cruz sambil tersenyum manis. Matanya menatap Carla lekat. Pria itu kemudian meraih tangan Carla, dan menggenggamnya erat."Ini akan menjadi malam terbaik dalam hidupku.” Cruz mencium punggung tangan Carla, membuat wajah wanita itu berubah merah merona saat Cruz bersikap begitu manis terhadapnya. Carla terdiam; mereka saling pandang, penuh dengan rasa cinta yang tak terucapkan.Sinar bulan menerangi ruangan melalui jendela, menciptakan bayangan lembut di sekitar mereka. Cruz menyentuh wajah Carla dengan lembut, dan membelai pipinya. Mereka terdiam sejenak, menikmati keheningan yang dipenuhi oleh getaran asmara yang tak terkalahkan.Carla terseny