Cruz melangkah masuk ke dalam kamar Carla yang berada dalam keadaan tidak terkunci. Dan di sana dia tidak melihat Carla maupun para maid yang dia perintahkan. Ruangannya kosong, dan menyadari hal itu membuat Cruz kebingungan. Pria itu lantas berjalan sambil terus menatap ke sekeliling.
"Kemana dia pergi? Para jug maid tidak ada, apakah dia memutuskan untuk jalan-jalan? Tapi tidak mungkin." Cruz memonolog. Lelaki itu baru saja berbalik hendak melangkah pergi, namun langkahnya langsung terhenti saat kedua telinganya secara tidak sengaja mendengar suara Carla yang bergumam di balik layar tempat berganti pakaian. Cruz yang menyadari hal itu spontan terdiam dan menoleh ke arah dimana siluet Carla terlihat secara samar. Lelaki itu beranjak dari tempatnya, melangkah menghampiri suara yang dia dengar.
"Aduh, pakaian ini benar-benar menyiksaku. Kenapa aku harus mengenakan pakaian seperti ini? Ini sungguh berbanding terbalik dengan apa yang aku bayangkan, ternyata gaunnya tidak semudah itu untuk dikenakan... Sekarang aku mengerti kenapa orang-orang di zaman ini membutuhkan maid untuk membantu mereka. Bahkan dalam hal berpakaian, itu karena pakaian yang mereka kenakan sangat menyulitkan untuk dikenakan kalau sendiri begini." Carla terus menggerutu. Ia berusaha mengikat tali pada bagian belakang gaunnya. Namun terlalu sulit karena dia tidak bisa menariknya dengan benar. Kalau dibiarkan seperti sekarang, Carla benar-benar merasa tidak nyaman karena gaunnya jadi terasa longgar.
Di sisi lain, dia sama sekali tidak sadar kalau Cruz terus melangkah menghampirinya dari arah belakang. Carla juga bahkan sama sekali tidak sadar kalau Cruz kian mendekat ke arahnya. Pria itu berhenti tepat di belakangnya lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Carla, dan berbicara hingga membuat Carla terkejut setelah mati. "Jika kau kesulitan, seharusnya kau meminta bantuan."
Carla tersentak kaget, wanita itu membatu untuk sesaat sebelum akhirnya menoleh dengan mata terbelalak. Kemudian tanpa aba-aba, Cruz langsung menarik tali gaun miliknya hingga posisi gaun yang tadinya longgar terasa lebih nyaman. "Apakah ini cukup?" tanya Cruz dengan santainya. Carla masih bungkam. Dia sangat kaget karena lelaki itu mendadak muncul dari arah belakang. Beruntung dia tidak sampai berteriak atau memukul wajah Cruz karena terkejut. Namun, meski demikian, walaupun terkejut karena Cruz datang secara tiba-tiba, tapi dia sangat menghargai bantuannya.
"I-iya. Terima kasih..." gumamnya. Cruz lantas membuat ikat simpul agar posisinya tidak lepas.
"Aku selalu suka aroma tubuhmu," gumam Cruz. Fokus pria itu tanpa sadar malah tertuju pada aroma yang keluar dari tubuhnya. Aroma tubuh Carla yang khas yang selalu bisa membuatnya merasa nyaman setiap kali berada di dekatnya. Carla berbalik dengan segera. "Tunggu dulu, aku sudah memintamu untuk pergi kan? Tapi kenapa kau datang lagi?"
"Ada yang masih harus aku bicarakan denganmu."
"Memangnya hal apa lagi yang ingin kau bicarakan denganku? Apakah belum cukup bagimu menanyaiku tadi?"
"Aku sudah membakar gaun yang tadi kau kenakan, dan aku kemari karena aku masih ingin memastikan sesuatu. Kau benar-benar tidak di sentuh olehnya kan?" Wajah Cruz mendadak berubah ekspresi. Air mukanya jadi lebih serius dibandingkan sebelumnya. Carla yang mendengar itu hanya bisa menghela napas dengan raut wajah jengkel, dia sudah sangat malas sebenarnya harus menjelaskan hal itu berulang kali pada Cruz. "Sudah aku katakan kalau aku berhasil melarikan diri darinya! Kalau tidak, mana mungkin aku ada di sini?"
"Apa kau yakin? Coba kau ingat-ingat lagi!"
"Berapa kali aku harus bilang kalau aku—" Carla mendadak diam ketika otaknya tiba-tiba saja mengingat kejadian di dalam kamar tadi, kejadian dimana dirinya sempat dicium secara paksa oleh Enrique.
"Kenapa kau tiba-tiba diam, apakah ada yang coba kau sembunyikan?" Cruz menatapnya lekat. Ia masih menunggu kelanjutan cerita dari Carla. "Tidak. Sepertinya lebih baik kau tidak tahu."
"Apa yang kau coba sembunyikan dariku? Sudah aku katakan padamu kalau aku benci dengan kebohongan, jadi katakan padaku apa yang kau sembunyikan." Cruz masih berbicara padanya dengan nada bicara dan ekspresi yang sama. Carla bahkan nyaris tak bisa melihat perubahan pada ekspresinya.
Ugh.. memang sebaiknya dia tidak tahu mengenai kejadian itu. Karena aku tidak yakin bagaimana reaksinya kalau dia sampai tau. Sekarang saja ekspresinya sudah cukup menyeramkan, apalagi kalau dia tahu. Tapi kalau aku tidak bicara, dia pasti tidak akan menyerah begitu saja. Carla membatin, wanita itu diam dalam seribu lamunan. Carla sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau Cruz tahu mengenai apa yang terjadi. Dia pasti akan marah besar padanya.
"Katakan, jangan hanya diam saja!" Cruz menekan kalimatnya, berusaha membuat wanita itu buka suara dan menjelaskan mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Carla masih tak bersua, sebelum akhirnya Cruz mendejat dan memegangi kedua pundaknya. "Jangan membuatku kecewa padamu. Katakan padaku apa yang kau sembunyikan, apakah dia sudah melakukan sesuatu padamu?"
Semakin lama, dengan Cruz yang terus menatapnya seperti ini membuat Carla semakin merasa tertekan, terlebih lelaki itu kini mencengkram erat pundaknya. Carla mau tidak mau jadi tidak memiliki pilihan lain selain mengatakannya. "Dia sempat menciumku."
"APA?!" Cruz tersentak kaget. Tangannya langsung terkepal begitu mendengar pengakuan tunangannya. Carla diam membatu. Ekspresi Cruz barusan benar-benar di luar dugaan. Wajahnya lebih menyeramkan saat ia mendengar kalimatnya. Bodoh! Seharusnya aku diam saja dan jangan mengatakan hal itu! pikir Carla. Menyesali kalimatnya.
"Berani sekali si berengsek itu melakukannya. Aku tidak bisa membiarkannya. Dia telah menodai bibir tunanganku." Cruz tampak marah besar, Carla bisa merasakannya dengan sangat jelas. Bahkan dia juga bisa melihat kalau kepalan tangannya semakin kuat. Tapi mendadak, tanpa aba-aba lebih dulu Cruz mendekat dan langsung mencium bibirnya. Carla membelalakkan mata, ia tersentak kaget saat mendapati Cruz yang tiba-tiba menciumnya. A-apa yang dia lakukan...?
***
"Hmph—!" Carla membelalakkan matanya begitu Cruz tanpa aba-aba mencium dan melumat bibirnya dengan begitu intens. Apa yang dia lakukan? Berengsek! Ternyata dia tidak ada bedanya dengan pria tadi. Carla membatin. Ia menggunakan kedua tangannya untuk mendorong dada bidang Cruz supaya menjauh darinya. Namun sial, tubuh pria itu terlalu kokoh. Bahkan tenaganya tidak terlalu kuat untuk melawannya. Sementara itu, Cruz yang menyadari adanya perlawanan dari Carla lalu mencengkram tangan wanita itu dan secara perlahan mendorong tubuhnya hingga berbenturan dengan tembok. Cruz mengurung tubuh mungilnya di antara kedua tangan kokohnya. Sementara bibirnya terus bergerak, bermain dengan mulut Carla yang mulai kewalahan menghadapi serangannya. Menyingkir dariku! batin Carla. Ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana, tubuhnya terkurung sementara lelaki itu terus menyerang bibirnya. Brakk! Suara pintu yang di buka mendadak membuyarkan perhatian mereka. Bersamaan dengan terbukanya pintu, Carla bisa
Hélie dan Susan yang menyadari hal itu mendadak bangkit dari posisinya, mereka menghampiri Carla kini sedang memegangi pelipisnya. “Tuan putri, anda baik-baik saja?” tanya mereka yang ikut khawatir dengan kondisinya.“Carla?” Cruz memanggil wanita itu sekali lagi, menatapnya sembari berusaha memastikan keadaannya baik-baik saja. Carla mendongak, beradu tatap dengan mereka yang tampak sangat mencemaskan dirinya. “Aku baik-baik saja, tapi bisakah kalian meninggalkan aku sendiri? Aku butuh waktu untuk merenung.”“Apa?”“Jangan ganggu aku untuk sementara waktu, aku sungguh ingin sendiri dulu.” Carla berusaha mengusir mereka secara halus.“Tapi&hell
“Jelaskan padaku, aku ini orang yang seperti apa,” ucap Carla sambil memperhatikan wajah Susan lewat cermin. Wanita itu terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, “Anda adalah orang yang sangat baik hati, lembut, dan juga ramah. Banyak orang yang menyukai tuan putri, dan banyak orang pula yang ingin dekat dengan anda.”“Sungguh?”Susan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Kali ini Carla yang termangu memikirkan kalimat Susan barusan. Kalau sifat dari pemilik tubuh itu memang seperti apa yang dia katakan, maka akan lebih mudah bagiku untuk berpura-pura menjadinya. Namun setelah mengetahui hal ini bukan berarti aku hanya harus diam saja. Aku tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu, dan siapa tahu saja kan ada orang yang membenci pemilik tubuh ini, atau b
“Memangnya kapan kita akan menikah?”“Dalam waktu dekat, setelah semua persiapannya selesai, kita akan segera melangsungkan pernikahan. Tapi tunggu, kenapa kau terkejut begitu seolah-olah kau baru tahu mengenai hal ini? Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Apakah kau tidak ingat apa-apa mengenai rencana pernikahan kita?” Cruz semakin merasa aneh dengan wanita yang kini duduk tepat berhadapan dengannya. Wanita itu sungguh bersikap seolah dia baru tahu semuanya.“A-aku baik-baik saja…” balas Carla.Ini gawat. Kalau sampai aku tidak kembali ke tempat asalku sebelum acara pernikahannya di gelar, maka bisa-bisa aku terjebak selamanya di sini. Aku harus mencari cara untuk kembali secepatnya! Kalau begitu hari ini aku harus mencari petu
Ini gawat. Kalau memang tidak ada buku yang bisa menjelaskan mengenai perjalanan waktu, lalu bagaimana aku bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi denganku? Carla berpikir keras.“Tunggu, kalian bilang di sini ada banyak mengenai buku tentang sihir kan? Kalau begitu cari semua buku yang berhubungan dengan sihir dan kumpulkan di meja. Mungkin saja di salah satu buku itu ada yang menjelaskan mengenai teleportasi atau semacamnya..”“Baik, akan kami lakukan.” Hélie dan Susan menganggukkan kepalanya dan bergegas mencari segala buku yang berhubungan dengan sihir, begitu juga dengan Carla. Wanita itu tidak tinggal diam dan membantu mereka untuk mencari. Mungkin saja kedatangannya ke masa ini juga ada kaitannya dengan sihir, mungkin semacam teleportasi atau se
Hari berganti. Seperti yang sudah Carla rencanakan, hari ini dia akan pergi ke kota untuk mencari buku yang mungkin bisa membantunya. Setelah semalaman dirinya merenung, Carla lantas berniat untuk menelusuri kembali jejaknya lagi. Mungkin dengan datang ke tempat dimana wanita itu sempat berpisah dengan Susan dan Hélie, mereka bisa mengetahui apa yang terjadi pada pemilik tubuhnya dan kenapa dia bisa tiba-tiba saja tertukar dengan Carla.Seperti kemarin, Susan dan Hélie mendatangi kamarnya dan membantunya bersiap, setelah itu mengantarkannya hingga ke ruang makan dimana Cruz telah menunggunya. Carla segera menghampiri kursi yang menjadi tempat biasa dirinya makan, lalu menikmati sarapannya begitu selesai membicarakan sebuah topik ringan dengan Cruz, bagaimanapun Carla harus bersikap senatural mungkin agar tidak ada yang curiga.
Carla termangu. Wanita itu memandang keluar jendela, menatap taman yang begitu indah di dekat kamarnya. Di luar terlihat begitu cerah, dan angin bertiup cukup kencang. Sementara di luar begitu tampak ceria, beda halnya dengan Carla yang kini hanya bisa diam sambil menahan rasa bosan. Usai sarapan, Carla memutuskan untuk kembali ke kamar dan berusaha memikirkan cara lain agar dia bisa mencapai apa yang dia inginkan. Carla harus menemukan cara agar bisa kembali ke zaman tempatnya berasal. Hanya itu yang sejak awal terlintas dalam benaknya, dan hanya itu juga yang menjadi pikirannya begitu dia sadar bahwa dirinya telah terdampar di zaman ini.Susan dan Hélie sejak tadi juga ikut diam. Mereka tampak murung begitu sadar Carla yang juga dalam keadaan murung. “Tuan putri tampaknya sangat kecewa karena tuan tidak mengizinkan beliau keluar.”
Carla terus melangkah di belakang Susan dan Hélie yang kini terus berjalan sambil menjelaskan setiap tempat yang mereka lewati. Kalau seperti ini, Carla merasa seolah sedang diberikan tour singkat oleh mereka. Namun setidaknya dia merasa lega karena kini dengan berjalan dibelakang, Carla tidak lagi terlalu diperhatikan. Carla bisa lebih bebas memikirkan rencananya sambil terus mendengarkan dan mengamati sekeliling.Carla menoleh keluar jendela, sekarang mereka masih berada di lantai atas rumah kediaman marquis Spencer. Dia memperhatikan ke area luar. Dari yang aku amati sejauh ini ada beberapa titik kosong yang mungkin bisa aku gunakan jika aku harus melarikan diri. Beberapa di antara titik itu tidak dijaga oleh penjaga di rumah ini, selain itu ada beberapa titik juga yang mungkin bisa aku manfaatkan kalau titik itu tidak bisa digunakan. Dalam
Waktu berlalu. Sejak pertemuannya dengan pria misterius yang memberikannya sebuah ramalan itu, Carla sama sekali tidak pernah bisa berhenti memikirkannya. Terkadang ada momen dimana Carla terus dibuat kepikirkan dengan setiap kalimat yang terlontar dari bibir lelaki itu, terlebih ramalannya mengenai musuh yang selama ini mengintai.Carla terus bertanya-tanya, siapa yang sebenarnya dimaksud oleh pria itu, dan apakah benar dirinya memiliki musuh. Semua pertanyaan itu bermunculan, dan setiap kali dia merasa kepikiran dengan semua itu, Carla malah jadi semakin bingung, terlebih di tubuhnya saat ini, sama sekali tidak ada ingatan sedikitpun yang berhubungan dengan musuh keluarganya.Hari berganti, dan bulan pun berlalu. Sudah banyak waktu yang Carla lalui, dan semakin lama, kandungannya semakin membesar hingga membuat Carla tidak bisa bergerak dengan bebas. Dia harus ekstra hati-hati dalam melakukan segala kegiatannya karena tidak ingin sampai membuat kandungannya mengalami hal yang tidak
Carla melangkah dengan langkah yang cepat. Berjalan menyusuri jalan kecil di desa. Saat ini dirinya sedang jalan-jalan sembari menghirup udara segar di desa yang tenang, menikmati langit senja yang memerah dan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Langit senja memberikan sentuhan keemasan pada pemandangan sekitarnya. Dia menikmati kesunyian dan ketenangan, terbuai oleh keindahan alam. Di belakangnya, Hélie dan Susan tampak sangat kesulitan untuk menyamai langkahnya karena Carla berjalan terlalu cepat. Bahkan kini Hélie dan Susan tampak tertinggal jauh di belakang.“Memang tidak ada yang lebih baik dibandingkan berjalan-jalan sambil menikmati sore,” gumam Carla dengan suara pelan. Ketika wanita itu berniat untuk berbelok di jalan di hadapannya, Carla secara tidak sengaja menabrak seorang pria tua hingga membuatnya hampir saja jatuh.“Astaga, maafkan aku,” ucap Carla dengan cemas. “Aku sungguh tidak sengaja. Apakah kau baik-baik saja, tuan?”"Tidak apa-apa, nona. Aku baik-baik saja.” Pria
Dua bulan berlalu sejak mereka berdua mendapatkan kabar kehadiran buah hati mereka, dam setelah Carla mulai terbiasa dengan kondisinya, Cruz lantas menggelar pesta seperti apa yang mereka inginkan. Malam pesta pun tiba, acara malam itu dihiasi dengan lentera-lentera gemerlap dan bunga-bunga yang melimpah. Rumah Carla dan Cruz berubah menjadi tempat magis yang penuh kebahagiaan. Tamu-tamu yang datang sudah mulai berkumpul, dan suasana pesta terasa semakin meriah.Carla, mengenakan gaun yang memperlihatkan kebahagiaan dan kesejahteraannya, memandang sekeliling dengan mata penuh sukacita. Cruz berdiri di sisinya, menatapnya dengan bangga. Mereka berdua berencana untuk membuat pesta ini tak terlupakan."Kau terlihat begitu cantik malam ini," ucap Cruz sambil mencium pipi Carla."Terima kasih, Cruz. Aku tidak sabar untuk mengumumkan kabar baik kita pada semuanya," ujar Carla dengan senyuman bahagia.Pintu rumah terbuka, menyambut kedatangan tamu-tamu yang datang dengan penuh antusiasme. Me
Suasana senja menyelimuti rumah Carla dan Cruz dengan kehangatan. Cruz, yang baru saja mengetahui bahwa Carla mengandung anaknya, begitu bersemangat untuk memberikan kejutan yang tak terlupakan. Dengan senyum cerah di wajahnya, Cruz mengajak Carla ke ruang makan yang dihiasi dengan lilin-lilin beraroma wangi dan bunga-bunga segar."Aku ingin membuat malam ini istimewa untuk kita berdua," ucap Cruz sambil menarik kursi untuk Carla begitu mereka tiba di sana."Apa yang ada di pikiranmu?" Cruz senyuman misterius. Mereka duduk di meja yang indah dengan cahaya lilin yang lembut memancar. Cruz memandang Carla dengan penuh cinta, "Sebenarnya, aku sangat senang mengetahui kita akan menjadi orangtua.""Aku juga, Cruz. Ini berita yang luar biasa.""Ketika aku tahu tentang kehamilanmu, aku ingin memberikan yang terbaik untukmu. Jadi, malam ini adalah permulaan dari serangkaian momen romantis yang akan kita alami bersama."Makan malam mereka disajikan dengan hidangan favorit Carla dan Cruz. Setia
Sesampainya di rumah setelah bulan madu yang penuh kebahagiaan, Carla dan Cruz kembali ke rutinitas keseharian mereka. Cruz mulai sibuk dengan pekerjaannya yang memakan banyak waktu dan energi. Namun, di sela-sela kesibukannya, ia selalu menyempatkan diri untuk mencurahkan perhatian kepada Carla.Sementara itu, Carla dengan sabar senantiasa menanti kepulangannya di rumah. Setelah menikah, dia kini jadi memiliki tujuan lain dengan menanti kepulangan Cruz setiap saat.Malam tiba, suasana rumah mereka berdua diisi dengan cahaya lilin lembut. Carla duduk di sofa, membaca buku sambil menunggu kepulangan Cruz. Setelah sepanjang hari berkejaran dengan tugas dan pertemuan, Cruz akhirnya tiba di rumah dengan senyuman lelah namun penuh cinta."Kau merindukan aku?" tanya Cruz begitu tiba di rumah. Pria itu berjalan menghampiri Carla dengan senyuman di wajahnya. Tiba di dekatnya, Cruz memeluk Carla seraya mencium keningnya. Carla mengangguk dengan wajahnya yang langsung berseri-seri begitu meliha
Pulau kecil yang belum tersentuh oleh keramaian, sebuah surga tersembunyi di tengah lautan, menjadi destinasi liburan romantis bagi Carla dan Cruz. Cruz dengan senyuman misteriusnya memandu Carla keluar dari dermaga, mengungkapkan pemandangan keindahan pulau tersebut.Pulau yang mereka kunjungi terletak di semenanjung barat kerajaan yang memang sudah sering menjadi tujuan wisata untuk para bangsawan dari berbagai kerajaan. Tempatnya yang nyaman di tambah dengan pemandangan yang indah selalu bisa membuat setiap mata terpikat melihatnya."Selamat datang di pulau impian kita," ucap Cruz dengan mata yang berbinar melihat kekaguman di wajah Carla. Wanita itu tampak begitu takjub begitu menyaksikan pemandangan pulau yang tampak begitu indah. Dia bahkan baru sampai, dan Carla sudah bisa melihat keindahan pulau itu.Begitu turun dari kapal, Carla dan Cruz lantas berjalan sebentar. Mereka berdua melewati jalan setapak yang dikelilingi oleh bunga-bunga warna-warni, sampai akhirnya mereka tiba d
“Argghhh…” Cruz melenguh panjang ketika akhirnya dia mencapai kepuasannya. Sementara itu, Carla sama sekali tidak memiliki tenaga dan bahkan hanya bisa terpejam dengan napas terengah-engah. Dia sungguh sudah sangat lelah sejak tadi, tapi Cruz sama sekali tidak mau mendengarkan kalimatnya.Cruz menumpahkan seluruh cairan putih dari kejantanannya di dalam tubuh Carla. Wanita itu bisa merasakan semburannya yang begitu banyak dengan sensasi hangat yang luar biasa. Entah sudah berapa banyak pria itu keluar di dalam. Carla tidak berniat menghitungnya.Cruz mencabut kejantanannya dari kewanitaan Carla lalu berbaring di sisinya dengan napas tersengal. Dia terdiam sambil mencoba mengatur napas. Setelah beberapa saat, Cruz lantas melirik Carla yang kini tampak sudah tak berdaya. Wanita itu sudah kehilangan banyak tenaga akibat pergumulan mereka sepanjang malam. Bahkan saat ini, malam sudah hampir berakhir, Carla dan Cruz bisa melihat langit di luar sudah mulai sedikit terang.Cruz yang lelah me
Carla dan Cruz duduk bersama di balkon yang dihiasi lentera memancarkan suasana yang intim. Mereka tertawa dan bercanda, membagi kisah-kisah lucu dari masa lalu. Cruz menggenggam tangan Carla dengan lembut, menatapnya dengan mata penuh kehangatan.Waktu berlalu, dan mereka sudah menghabiskan dua hari masa pernikahan mereka. Setelah resmi menjadi suami-istri, Cruz jadi lebih sering merindukan Carla. Dia ingin menghabiskan banyak waktu bersamanya. Akan tetapi karena Cruz memiliki banyak pekerjaan yang menuntut untuk di selesaikan, Cruz jadi harus sedikit bersabar. Terlebih dia juga jadi harus menunda rencana mereka untuk melakukan bulan madu.Sejak berhasil mengalahkan Enrique dan membongkar semua kejahatannya, Cruz mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari raja, dan itu membuatnya jadi memiliki lebih banyak pekerjaan. Bahkan seharian ini, Cruz jadi harus menghabiskan banyak waktu di dalam ruang kerjanya, walaupun dia sangat ingin untuk menghabiskan waktu bersama Carla.Sementara it
Waktu berlalu, dan malam pun tiba. Carla dan Cruz duduk di tepi tempat tidur mereka, wajah penuh kebahagiaan. Ruangan yang dihiasi dengan bunga-bunga segar menciptakan atmosfer romantis. Mereka menatap satu sama lain dengan mata penuh kasih, menyelipkan tawa kecil di antara percakapan mereka."Kau tahu, ini adalah malam yang luar biasa," kata Cruz sambil tersenyum manis. Matanya menatap Carla lekat. Pria itu kemudian meraih tangan Carla, dan menggenggamnya erat."Ini akan menjadi malam terbaik dalam hidupku.” Cruz mencium punggung tangan Carla, membuat wajah wanita itu berubah merah merona saat Cruz bersikap begitu manis terhadapnya. Carla terdiam; mereka saling pandang, penuh dengan rasa cinta yang tak terucapkan.Sinar bulan menerangi ruangan melalui jendela, menciptakan bayangan lembut di sekitar mereka. Cruz menyentuh wajah Carla dengan lembut, dan membelai pipinya. Mereka terdiam sejenak, menikmati keheningan yang dipenuhi oleh getaran asmara yang tak terkalahkan.Carla terseny