“Memangnya kapan kita akan menikah?”
“Dalam waktu dekat, setelah semua persiapannya selesai, kita akan segera melangsungkan pernikahan. Tapi tunggu, kenapa kau terkejut begitu seolah-olah kau baru tahu mengenai hal ini? Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Apakah kau tidak ingat apa-apa mengenai rencana pernikahan kita?” Cruz semakin merasa aneh dengan wanita yang kini duduk tepat berhadapan dengannya. Wanita itu sungguh bersikap seolah dia baru tahu semuanya.
“A-aku baik-baik saja…” balas Carla.
Ini gawat. Kalau sampai aku tidak kembali ke tempat asalku sebelum acara pernikahannya di gelar, maka bisa-bisa aku terjebak selamanya di sini. Aku harus mencari cara untuk kembali secepatnya! Kalau begitu hari ini aku harus mencari petu
Ini gawat. Kalau memang tidak ada buku yang bisa menjelaskan mengenai perjalanan waktu, lalu bagaimana aku bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi denganku? Carla berpikir keras.“Tunggu, kalian bilang di sini ada banyak mengenai buku tentang sihir kan? Kalau begitu cari semua buku yang berhubungan dengan sihir dan kumpulkan di meja. Mungkin saja di salah satu buku itu ada yang menjelaskan mengenai teleportasi atau semacamnya..”“Baik, akan kami lakukan.” Hélie dan Susan menganggukkan kepalanya dan bergegas mencari segala buku yang berhubungan dengan sihir, begitu juga dengan Carla. Wanita itu tidak tinggal diam dan membantu mereka untuk mencari. Mungkin saja kedatangannya ke masa ini juga ada kaitannya dengan sihir, mungkin semacam teleportasi atau se
Hari berganti. Seperti yang sudah Carla rencanakan, hari ini dia akan pergi ke kota untuk mencari buku yang mungkin bisa membantunya. Setelah semalaman dirinya merenung, Carla lantas berniat untuk menelusuri kembali jejaknya lagi. Mungkin dengan datang ke tempat dimana wanita itu sempat berpisah dengan Susan dan Hélie, mereka bisa mengetahui apa yang terjadi pada pemilik tubuhnya dan kenapa dia bisa tiba-tiba saja tertukar dengan Carla.Seperti kemarin, Susan dan Hélie mendatangi kamarnya dan membantunya bersiap, setelah itu mengantarkannya hingga ke ruang makan dimana Cruz telah menunggunya. Carla segera menghampiri kursi yang menjadi tempat biasa dirinya makan, lalu menikmati sarapannya begitu selesai membicarakan sebuah topik ringan dengan Cruz, bagaimanapun Carla harus bersikap senatural mungkin agar tidak ada yang curiga.
Carla termangu. Wanita itu memandang keluar jendela, menatap taman yang begitu indah di dekat kamarnya. Di luar terlihat begitu cerah, dan angin bertiup cukup kencang. Sementara di luar begitu tampak ceria, beda halnya dengan Carla yang kini hanya bisa diam sambil menahan rasa bosan. Usai sarapan, Carla memutuskan untuk kembali ke kamar dan berusaha memikirkan cara lain agar dia bisa mencapai apa yang dia inginkan. Carla harus menemukan cara agar bisa kembali ke zaman tempatnya berasal. Hanya itu yang sejak awal terlintas dalam benaknya, dan hanya itu juga yang menjadi pikirannya begitu dia sadar bahwa dirinya telah terdampar di zaman ini.Susan dan Hélie sejak tadi juga ikut diam. Mereka tampak murung begitu sadar Carla yang juga dalam keadaan murung. “Tuan putri tampaknya sangat kecewa karena tuan tidak mengizinkan beliau keluar.”
Carla terus melangkah di belakang Susan dan Hélie yang kini terus berjalan sambil menjelaskan setiap tempat yang mereka lewati. Kalau seperti ini, Carla merasa seolah sedang diberikan tour singkat oleh mereka. Namun setidaknya dia merasa lega karena kini dengan berjalan dibelakang, Carla tidak lagi terlalu diperhatikan. Carla bisa lebih bebas memikirkan rencananya sambil terus mendengarkan dan mengamati sekeliling.Carla menoleh keluar jendela, sekarang mereka masih berada di lantai atas rumah kediaman marquis Spencer. Dia memperhatikan ke area luar. Dari yang aku amati sejauh ini ada beberapa titik kosong yang mungkin bisa aku gunakan jika aku harus melarikan diri. Beberapa di antara titik itu tidak dijaga oleh penjaga di rumah ini, selain itu ada beberapa titik juga yang mungkin bisa aku manfaatkan kalau titik itu tidak bisa digunakan. Dalam
Carla terdiam memperhatikan wajah lelaki dihadapannya yang terlihat aneh, entah kenapa, namun Carla melihat perubahan ekspresi Cruz. Tadi pagi pria itu masih bersikap tenang, akan tetapi siang ini ekspresinya lebih dingin dari sebelumnya, selain itu, aura pembunuh yang muncul darinya lebih pekat dari biasanya. Carla mengerutkan kening. Dia sungguh tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan lelaki itu. Cruz tampak agak berbeda siang ini. Auranya terasa aneh, dan entah kenapa aku merasa lelaki itu seperti sedang dalam mode menyeramkan. Apa yang terjadi dengannya? Apakah dia masih kesal denganku gara-gara tadi pagi? Atau apakah dari ucapanku tadi pagi ada yang membuatnya kesal sampai-sampai membuat Cruz bersikap aneh seperti ini?Carla baru saja melahap makan siangnya sebelum kemudian dirinya sadar Cruz
“Melihat dari reaksimu, sepertinya kau sudah tahu apa kesalahanmu.” Cruz menatapnya tajam, membuat Johan semakin merasa terintimidasi. Mendengar kalimatnya barusan membuat lelaki itu semakin terkejut. Dia mengubah posisinya, menghadap Cruz, masih dengan posisi yang sama. Terduduk di tanah tempatnya jatuh.“A-apa yang anda bicarakan? S-saya sama sekali tidak mengerti dengan apa yang anda katakan barusan…” Johan bergumam. Dia sama sekali tidak bisa membuat dirinya sendiri tenang menghadapi Cruz. Lelaki itu memiliki aura yang terlalu menakutkan untuk di lawan, meski hanya dengan kata-kat. Namun dia juga tidak punya pilihan lain selain mengelak dari fakta yang sebenarnya, karena taruhannya adalah nyawa. Kalau dirinya sampai menceritakan hal yang sebenarnya pada Cruz, bisa saja Enrique yang sudah membuat perjanjian dengannya langsung membunuhnya seperti kesepakatan y
“Potong lidahnya, dan pastikan dia tidak akan pernah bisa bicara lagi untuk selamanya!” titah Cruz pada kedua anak buahnya yang sejak tadi berdiri tepat di belakang Johan. Lelaki itu membelalakkan matanya begitu mendengar ucapannya barusana. Kedua anak buah Cruz itu lantas bergerak menghampirinya. Mereka memeganginya dengan segera. Johan yang menyadari hal itu seketika berubah makin panik. Jika lidahnya dipotong maka untuk selamanya dia tidak akan pernah bisa berbicara dengan benar, itu sama saja artinya dengan dia tidak akan bisa menjalani kehidupan dengan normal seperti yang lainnya. Dia tidak akan pernah bisa berdagang lagi, bahkan untuk sekedar berteriak memanggil pembeli saja dirinya tidak akan pernah bisa. Itu akan menjadi mimpi buruk baginya. Selain itu, kalau lidahnya dipotong, maka dia juga tidak akan berguna lagi untuk Enrique, lelaki itu pasti juga akan membunuhnya kalau dia sudah benar-benar tidak berguna. Posisinya sungguh ser
Carla terdiam tanpa kata. Wanita itu sejak tadi hanya melamun sambil menatap keluar jendela. Sejak Cruz pergi, dia terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dengan lelaki itu dan mengapa dia bersikap aneh seperti demikian. Carla terus berasumsi apakah jangan-jangan Cruz masih marah dengannya atau karena hal lain dia bersikap aneh seperti tadi. Di sisi lain, sementara dirinya diam dan melamun, Hélie dan Susan sejak tadi terus memperhatikannya dengan raut wajah bingung. “Apakah anda baik-baik saja, tuan putri? Anda terlihat murung sejak tadi. Apakah ada masalah? Jika anda memiliki masalah, tolong ceritakan semuanya pada kami agar anda merasa lebih lega.” “Benar, jangan menyimpan semuanya sendiri. Akan lebih baik jika anda mengatakan masalah anda.” Hélie menimpali kalimatnya. Mendengar itu Carla hanya menoleh tanpa berkata-kata.
Waktu berlalu. Sejak pertemuannya dengan pria misterius yang memberikannya sebuah ramalan itu, Carla sama sekali tidak pernah bisa berhenti memikirkannya. Terkadang ada momen dimana Carla terus dibuat kepikirkan dengan setiap kalimat yang terlontar dari bibir lelaki itu, terlebih ramalannya mengenai musuh yang selama ini mengintai.Carla terus bertanya-tanya, siapa yang sebenarnya dimaksud oleh pria itu, dan apakah benar dirinya memiliki musuh. Semua pertanyaan itu bermunculan, dan setiap kali dia merasa kepikiran dengan semua itu, Carla malah jadi semakin bingung, terlebih di tubuhnya saat ini, sama sekali tidak ada ingatan sedikitpun yang berhubungan dengan musuh keluarganya.Hari berganti, dan bulan pun berlalu. Sudah banyak waktu yang Carla lalui, dan semakin lama, kandungannya semakin membesar hingga membuat Carla tidak bisa bergerak dengan bebas. Dia harus ekstra hati-hati dalam melakukan segala kegiatannya karena tidak ingin sampai membuat kandungannya mengalami hal yang tidak
Carla melangkah dengan langkah yang cepat. Berjalan menyusuri jalan kecil di desa. Saat ini dirinya sedang jalan-jalan sembari menghirup udara segar di desa yang tenang, menikmati langit senja yang memerah dan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Langit senja memberikan sentuhan keemasan pada pemandangan sekitarnya. Dia menikmati kesunyian dan ketenangan, terbuai oleh keindahan alam. Di belakangnya, Hélie dan Susan tampak sangat kesulitan untuk menyamai langkahnya karena Carla berjalan terlalu cepat. Bahkan kini Hélie dan Susan tampak tertinggal jauh di belakang.“Memang tidak ada yang lebih baik dibandingkan berjalan-jalan sambil menikmati sore,” gumam Carla dengan suara pelan. Ketika wanita itu berniat untuk berbelok di jalan di hadapannya, Carla secara tidak sengaja menabrak seorang pria tua hingga membuatnya hampir saja jatuh.“Astaga, maafkan aku,” ucap Carla dengan cemas. “Aku sungguh tidak sengaja. Apakah kau baik-baik saja, tuan?”"Tidak apa-apa, nona. Aku baik-baik saja.” Pria
Dua bulan berlalu sejak mereka berdua mendapatkan kabar kehadiran buah hati mereka, dam setelah Carla mulai terbiasa dengan kondisinya, Cruz lantas menggelar pesta seperti apa yang mereka inginkan. Malam pesta pun tiba, acara malam itu dihiasi dengan lentera-lentera gemerlap dan bunga-bunga yang melimpah. Rumah Carla dan Cruz berubah menjadi tempat magis yang penuh kebahagiaan. Tamu-tamu yang datang sudah mulai berkumpul, dan suasana pesta terasa semakin meriah.Carla, mengenakan gaun yang memperlihatkan kebahagiaan dan kesejahteraannya, memandang sekeliling dengan mata penuh sukacita. Cruz berdiri di sisinya, menatapnya dengan bangga. Mereka berdua berencana untuk membuat pesta ini tak terlupakan."Kau terlihat begitu cantik malam ini," ucap Cruz sambil mencium pipi Carla."Terima kasih, Cruz. Aku tidak sabar untuk mengumumkan kabar baik kita pada semuanya," ujar Carla dengan senyuman bahagia.Pintu rumah terbuka, menyambut kedatangan tamu-tamu yang datang dengan penuh antusiasme. Me
Suasana senja menyelimuti rumah Carla dan Cruz dengan kehangatan. Cruz, yang baru saja mengetahui bahwa Carla mengandung anaknya, begitu bersemangat untuk memberikan kejutan yang tak terlupakan. Dengan senyum cerah di wajahnya, Cruz mengajak Carla ke ruang makan yang dihiasi dengan lilin-lilin beraroma wangi dan bunga-bunga segar."Aku ingin membuat malam ini istimewa untuk kita berdua," ucap Cruz sambil menarik kursi untuk Carla begitu mereka tiba di sana."Apa yang ada di pikiranmu?" Cruz senyuman misterius. Mereka duduk di meja yang indah dengan cahaya lilin yang lembut memancar. Cruz memandang Carla dengan penuh cinta, "Sebenarnya, aku sangat senang mengetahui kita akan menjadi orangtua.""Aku juga, Cruz. Ini berita yang luar biasa.""Ketika aku tahu tentang kehamilanmu, aku ingin memberikan yang terbaik untukmu. Jadi, malam ini adalah permulaan dari serangkaian momen romantis yang akan kita alami bersama."Makan malam mereka disajikan dengan hidangan favorit Carla dan Cruz. Setia
Sesampainya di rumah setelah bulan madu yang penuh kebahagiaan, Carla dan Cruz kembali ke rutinitas keseharian mereka. Cruz mulai sibuk dengan pekerjaannya yang memakan banyak waktu dan energi. Namun, di sela-sela kesibukannya, ia selalu menyempatkan diri untuk mencurahkan perhatian kepada Carla.Sementara itu, Carla dengan sabar senantiasa menanti kepulangannya di rumah. Setelah menikah, dia kini jadi memiliki tujuan lain dengan menanti kepulangan Cruz setiap saat.Malam tiba, suasana rumah mereka berdua diisi dengan cahaya lilin lembut. Carla duduk di sofa, membaca buku sambil menunggu kepulangan Cruz. Setelah sepanjang hari berkejaran dengan tugas dan pertemuan, Cruz akhirnya tiba di rumah dengan senyuman lelah namun penuh cinta."Kau merindukan aku?" tanya Cruz begitu tiba di rumah. Pria itu berjalan menghampiri Carla dengan senyuman di wajahnya. Tiba di dekatnya, Cruz memeluk Carla seraya mencium keningnya. Carla mengangguk dengan wajahnya yang langsung berseri-seri begitu meliha
Pulau kecil yang belum tersentuh oleh keramaian, sebuah surga tersembunyi di tengah lautan, menjadi destinasi liburan romantis bagi Carla dan Cruz. Cruz dengan senyuman misteriusnya memandu Carla keluar dari dermaga, mengungkapkan pemandangan keindahan pulau tersebut.Pulau yang mereka kunjungi terletak di semenanjung barat kerajaan yang memang sudah sering menjadi tujuan wisata untuk para bangsawan dari berbagai kerajaan. Tempatnya yang nyaman di tambah dengan pemandangan yang indah selalu bisa membuat setiap mata terpikat melihatnya."Selamat datang di pulau impian kita," ucap Cruz dengan mata yang berbinar melihat kekaguman di wajah Carla. Wanita itu tampak begitu takjub begitu menyaksikan pemandangan pulau yang tampak begitu indah. Dia bahkan baru sampai, dan Carla sudah bisa melihat keindahan pulau itu.Begitu turun dari kapal, Carla dan Cruz lantas berjalan sebentar. Mereka berdua melewati jalan setapak yang dikelilingi oleh bunga-bunga warna-warni, sampai akhirnya mereka tiba d
“Argghhh…” Cruz melenguh panjang ketika akhirnya dia mencapai kepuasannya. Sementara itu, Carla sama sekali tidak memiliki tenaga dan bahkan hanya bisa terpejam dengan napas terengah-engah. Dia sungguh sudah sangat lelah sejak tadi, tapi Cruz sama sekali tidak mau mendengarkan kalimatnya.Cruz menumpahkan seluruh cairan putih dari kejantanannya di dalam tubuh Carla. Wanita itu bisa merasakan semburannya yang begitu banyak dengan sensasi hangat yang luar biasa. Entah sudah berapa banyak pria itu keluar di dalam. Carla tidak berniat menghitungnya.Cruz mencabut kejantanannya dari kewanitaan Carla lalu berbaring di sisinya dengan napas tersengal. Dia terdiam sambil mencoba mengatur napas. Setelah beberapa saat, Cruz lantas melirik Carla yang kini tampak sudah tak berdaya. Wanita itu sudah kehilangan banyak tenaga akibat pergumulan mereka sepanjang malam. Bahkan saat ini, malam sudah hampir berakhir, Carla dan Cruz bisa melihat langit di luar sudah mulai sedikit terang.Cruz yang lelah me
Carla dan Cruz duduk bersama di balkon yang dihiasi lentera memancarkan suasana yang intim. Mereka tertawa dan bercanda, membagi kisah-kisah lucu dari masa lalu. Cruz menggenggam tangan Carla dengan lembut, menatapnya dengan mata penuh kehangatan.Waktu berlalu, dan mereka sudah menghabiskan dua hari masa pernikahan mereka. Setelah resmi menjadi suami-istri, Cruz jadi lebih sering merindukan Carla. Dia ingin menghabiskan banyak waktu bersamanya. Akan tetapi karena Cruz memiliki banyak pekerjaan yang menuntut untuk di selesaikan, Cruz jadi harus sedikit bersabar. Terlebih dia juga jadi harus menunda rencana mereka untuk melakukan bulan madu.Sejak berhasil mengalahkan Enrique dan membongkar semua kejahatannya, Cruz mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari raja, dan itu membuatnya jadi memiliki lebih banyak pekerjaan. Bahkan seharian ini, Cruz jadi harus menghabiskan banyak waktu di dalam ruang kerjanya, walaupun dia sangat ingin untuk menghabiskan waktu bersama Carla.Sementara it
Waktu berlalu, dan malam pun tiba. Carla dan Cruz duduk di tepi tempat tidur mereka, wajah penuh kebahagiaan. Ruangan yang dihiasi dengan bunga-bunga segar menciptakan atmosfer romantis. Mereka menatap satu sama lain dengan mata penuh kasih, menyelipkan tawa kecil di antara percakapan mereka."Kau tahu, ini adalah malam yang luar biasa," kata Cruz sambil tersenyum manis. Matanya menatap Carla lekat. Pria itu kemudian meraih tangan Carla, dan menggenggamnya erat."Ini akan menjadi malam terbaik dalam hidupku.” Cruz mencium punggung tangan Carla, membuat wajah wanita itu berubah merah merona saat Cruz bersikap begitu manis terhadapnya. Carla terdiam; mereka saling pandang, penuh dengan rasa cinta yang tak terucapkan.Sinar bulan menerangi ruangan melalui jendela, menciptakan bayangan lembut di sekitar mereka. Cruz menyentuh wajah Carla dengan lembut, dan membelai pipinya. Mereka terdiam sejenak, menikmati keheningan yang dipenuhi oleh getaran asmara yang tak terkalahkan.Carla terseny