Share

Bab 19

Penulis: Ollane
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-05 21:45:08
"Hei Abizar," selangkah Abizar memasuki rumahnya sendiri setelah pintu raksasa itu dibukakan oleh beberapa pelayan lelaki, Mawar tersentak ke belakang saat seorang lelaki memeluk majikannya. Awalnya Mawar kira itu Akmal, saat Mawar memastikannya ternyata bukan. Abizar membalas pelukan lelaki itu, beberapa tepukan mengenai punggung badan adiknya. Lelaki itu nampak semringah mendapati kakaknya pulang, lalu melirik Mawar. Pandangan lelaki itu menyipit, "dia pembantumu? Atau ...," bibirnya menyeringai. "Calon istrimu?"

Saat dia tertawa, Abizar hanya menyentil pelan bahu kokohnya.

"Jangan bahas itu sekarang."

"Kamu pulang, Abizar! Ini keajaiban!" Lelaki itu berseru. Selaku adik bungsunya Abizar, Malik cukup akrab dengan kakak sulungnya. Di antara saudara-saudara Abizar, hanya Malik yang belum pernah menikah. Dan di antara seluruh anggota keluarga Abizar, hanya Malik yang tidak menerapkan dan menentang semua tradisi. Bahkan ajaran agama. Tinggal lima tahun di Amerika saat kuliah, Malik su
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tawanan Cinta Tuan Abizar   Bab 20

    "Paham?" Abizar menatap Mawar dalam, diangkatnya kedua alis yang tercetak rapi. Mawar tertunduk malu, kedua pipinya bersemu merah. "Paham ...." Pelan, jawabannya terdengar begitu lirih dan takut. Abizar tersenyum tipis, "bagus kalau kamu paham. Jangan jadikan alasan tidak masuk akal itu untuk kabur suatu saat, aku bersumpah akan mengejarmu sampai ke ujung dunia." Satu lirikan tajam Abizar untuk Mawar yang menelan saliva. Setelah itu Abizar kembali mengembangkan senyum. Mawar membiarkan Abizar yang menenangkan Ashya sekali lagi. Mawar semakin malu saat Ashya menatapnya sedikit aneh. Mawar sedikit menyingkirkan tubuh. Sekalipun Ashya saudari sesusuan untuk Abizar, sebenarnya Mawar iri melihat kedekatan mereka. Abizar bisa memeluk Ashya dengan leluasa, apalagi saat Abizar mencium kening Ashya, berusaha meredam kesedihan wanita itu. Berbeda dengan Mawar, Abizar selalu mengancamkan air panas atau bara api pada diri sendiri jika berani menyentuh Mawar, pelajaran untuk Abizar agar hal yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • Tawanan Cinta Tuan Abizar   Bab 21

    "Tuan ... Tuan ...." Tangis Mawar terdengar seperti rintihan. Tangannya sudah tidak sanggup untuk menggedor-gedor pintu kamar Abizar yang terkatup rapat. Abizar yang terlelap di dalam sana sontak terbangun, ditajamkannya pendengaran, heran mendengar tangis Mawar yang dengan lambat memukul-mukul pelan pintu kamarnya. Abizar mengusap wajah lalu turun dari ranjang. Didekatinya pintu, Abizar mendekatkan telinganya ke sana. Mawar menangis seperti orang kesakitan, dengan cemas Abizar langsung membuka pintu. Mata Abizar melebar, mendapati wajah kacau Mawar. Gadis itu meluapkan tangisnya saat menghadap Abizar. Pipi dan mata Mawar panas dan merah, hidungnya berbunyi menarik ingus. "Tuan ...." Panggil Mawar, rasanya ingin memeluk Abizar tapi tidak berani. "Kamu kenapa, Mawar?" Abizar terdengar panik, tangannya nyaris menyentuh pipi merah Mawar. "Apa di rumah ini ada yang menjahatimu, hem?" Nada suara Abizar terdengar membujuk. Mawar menggelengkan kepala, "b-bukan ...." "Lalu kenapa?" Abizar

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • Tawanan Cinta Tuan Abizar   Bab 22

    "Jangan gila!" Raungan Akmal sambil menelan saliva. Tidak mungkin dia memotong tangan Mawar, sekalipun itu hukumnya? Terlebih Mawar orang Indonesia yang tidak cocok dengan hukum keras semacam itu. "Kenapa disebut gila?" Iqbal melempar balik teriakan Akmal. "Pasti ada kesalahpahaman di sini ...." Suara Akmal lemah. Dia percaya itu dan memang semuanya terasa tidak mungkin. Suara Akmal meninggi, "cek semua CCTV!" Raungannya terdengar memerintah yang segera disela Iqbal. "Apa kamu lupa, Akmal? Di rumah ini hanya bagian tertentu saja yang dipasang CCTV. Wilayah-wilayah pribadi khususnya wilayah-wilayah para wanita tidak dipasang kamera karena ada aurat dan hal-hal pribadi lainnya yang harusnya dijaga." Akmal terdiam, karena ketakutan Mawar dituduh dia sampai lupa. Andai ada Abizar di sini dia pasti mendukung Mawar habis-habisan atau bahkan menggampar Iqbal yang sembarangan menentukan seperti itu. Sedangkan Mawar yang tahu situasi saat dijelaskan oleh Malik semakin ketakutan di balik

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • Tawanan Cinta Tuan Abizar   Bab 23

    "Tidurlah, Mawar. Besok kita akan kembali ke Indonesia." Bibir Mawar membentuk segaris senyum saat kalimat Abizar sebelum lelaki itu menutup pintu kembali terngiang di telinganya. Malam ini, sekalipun Abizar menyuruhnya tidur Mawar tidak bisa tidur. Entah kenapa Mawar sangat bahagia malam ini, meskipun beberapa jam sebelumnya dia sempat ketakutan karena dituduh satu rumah mencuri. Mawar tidak bisa membayangkan jika dia benar-benar terbukti bersalah dan kedua tangannya dipotong. Tanpa tangan, Mawar tidak bisa melayani Abizar lagi 'kan? Mawar tidak bisa bersih-bersih, membawakan apa yang Abizar suruh ataupun menyuapi Abizar saat mereka makan. Mawar salut kepada tuannya. Sekalipun satu rumah menuduhnya dengan beberapa bukti, Abizar tetap membelanya. Abizar tetap percaya padanya. Dan hal itu membuat Mawar bersyukur, sekalipun Abizar menyebalkan, sering membuatnya kesal dan kelaparan, kasar dan emosian Mawar tetap bersyukur pernah bekerja untuk Abizar dan menjadi pelayan kesayangannya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • Tawanan Cinta Tuan Abizar   Bab 24

    "Kamu, tunggu dulu." Panggilan Omar menahan langkah Mawar yang baru saja hendak menyusul Abizar di halaman depan. Di bawah matahari redup di pagi hari, Mawar menoleh dengan sopan. Wanita itu mendekati Omar dan membungkukkan badan termasuk pandangan. "Ada apa, Tuan?" Karena Omar memanggilnya menggunakan bahasa Indonesia, Mawar menjawab dengan bahasa yang sama. Omar diam beberapa saat lalu berdeham, "kutitip Abizar. Jaga dia baik-baik." Mawar refleks mendongak, mata wanita itu melebar. Setelah senyumnya terbit akhirnya Mawar mengangguk. "Tentu saja, Tuan." "Mawar!" Panggilan Abizar sontak membuat Mawar berbalik. "Cepat ke sini atau kutinggalkan kamu!" Dengan gesit Mawar berlari mendekati tuannya setelah melempar salam untuk Omar, yang menjawabnya lirih nyaris tidak kedengaran. Sebelum ke bandara, masih ada waktu satu jam untuk keduanya mampir ke rumah sakit. Menjenguk Ashya yang sudah sadarkan diri dan baik-baik saja. Karena haru melihat kondisi Ashya, Mawar tidak bisa menahan tangi

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-10
  • Tawanan Cinta Tuan Abizar   Bab 25

    "Mawar, Mawar." Abizar berusaha membangunkan gadis itu. Di bangkunya Mawar bergumam dan menggeliat, padahal mobil yang dikendarai Abizar sudah sampai di kampung halamannya. Hanya saja, Abizar butuh arahan Mawar karena meskipun tahu nama kampung halamannya Mawar Abizar tidak tahu letak rumah gadis itu. Mawar ternyata susah bangun, membuat Abizar berdesis. Tangan Abizar tarik-ulur ragu, ingin menepuk pipi Mawar atau mengguncang tubuhnya membangunkan wanita itu. Menggunakan suara saja, sepertinya tidak akan berefek. "Ayolah bangun Mawar, Mawar. Mawar!" Abizar menghela napas, tak ada respon dari Mawar yang tidur seperti mati. Napas panas Abizar meniup-niup pipi Mawar, berusaha membangunkannya. Beralih ke mata, tapi ternyata tak ada efek sama sekali. Abizar yang lama-kelamaan kesal—mereka sudah terlalu lama berhenti di tepi jalan tanpa tujuan jika Mawar tidak memberi arahan, Abizar menarik kunci mobil dari lubangnya lalu diayunkannya ke kening Mawar. Rasa sakit yang tidak main-main berde

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-11
  • Tawanan Cinta Tuan Abizar   Bab 26

    "Owalah!" Wanita tua tersebut terperanjat saat melewati teras dan masuk ke dalam rumah. Sayur-sayuran yang dibelinya terjatuh ke lantai dan berantakan. Langkah kecilnya mendekat, lalu bertanya kepada orang yang asing di matanya. "Kamu siapa, toh? Turis nyasar?" Abizar mengerjap, lalu tersenyum geli. Mungkin ini ibunya Mawar, yang habis pulang dari pasar. Mawar dengan cepat beranjak ke ruang tengah, menggantikan Abizar untuk menjelaskan. "Dia majikanku dari Semarang, Mak." "Mawar!" Wanita tua tersebut terkejut melihat putri sulungnya yang sudah ada di rumah. Mengabaikan 'turis yang nyasar di rumahnya' tersebut, perempuan itu langsung memeluk erat anaknya. Tangis haru terdengar di antara mereka. "Akhirnya kamu pulang, Nak. Kukira kota Semarang membuatmu lupa kampung." Kecupan bertubi ibunya layangkan ke pipi dan kening Mawar. Mawar tidak bisa menahan tangis, sedikit tidak enak saat diliriknya Abizar yang memerhatikan. Semoga Abizar tidak keberatan dengan suasana asing di rumah ini.

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Tawanan Cinta Tuan Abizar   Bab 27

    "Setelah makan bersama kami, pulanglah Tuan." Mawar memohon. Wajah memelas tersebut sedikit membuat Abizar luluh. "Kenapa begitu terburu-buru mengusirku, hem?" "Aku bukan mengusirmu," Mawar menyangkal, kepalanya merunduk ke bawah. "Baiklah aku akan makan dan pulang setelah selesai," Abizar terlihat patuh. Sedikit rona senang tercerminkan di wajah Mawar. Abizar merundukkan punggungnya, memberikan tangannya untuk Dimas agar disambut oleh bocah itu. Dibantu oleh Abizar, bocah itu bangkit berdiri. Abizar menggerakkan kepalanya ke dalam, begitu saja mereka menjadi akrab. Orang-orang sudah menunggu di meja makan. Mawar mengikuti punggung Abizar yang masuk bersamaan dengan Dimas. Abizar yang 'beruang' membuat Dimas percaya, melalui Abizar dia bisa membalaskan dendam tiga sekawan yang harta orang tua mereka menguasai desa ini. Suasana di meja makan cukup menyenangkan. Abizar mendadak lihai mengambil hati, ayahnya Mawar luluh begitu saja. Menurutnya Abizar adalah tipe calon menantu idaman,

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13

Bab terbaru

  • Tawanan Cinta Tuan Abizar   END

    Yang tertulis di surat keemasan itu, hanyalah bait doa dan kalimat-kalimat damba. Omar menjatuhkan diri di sebelah makam Melati, duduk bersimpuh, lalu membelai kepala nisan wanita itu. Omar membuka lipatan kertas, membacakan doa yang panjang untuk Melati. Semalaman, Omar tidak beranjak. Membiarkan gamis putihnya kotor oleh tanah.Mendadak Omar lemas, wajah lelaki itu terlihat lelah. Bibirnya yang semula membacakan 'surat cinta' itu dengan suara keras, kini berubah lirih. Omar menjatuhkan keningnya ke kepala nisan Melati, memeluknya, menciumi puncaknya, air mata yang semula berusaha Omar tahan kini lolos begitu saja. "Aku merindukanmu, Melati. Aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu." Omar tidak perduli, selain Melati, di bawah sana lelaki lain bisa mendengarkannya.Entah kenapa kerongkongan Omar menjadi begitu kering dan haus. Daripada minum, hanya sebuah kalimat yang bisa menuntaskan dahaganya. Setelah air matanya kering, Omar dengan susah-payah menyebut nama Allah. Kesaksiannya atas

  • Tawanan Cinta Tuan Abizar   Bab 51

    "Astaga, ternyata kalian di sini." Malik menghembuskan napas kasar, tangan besarnya mengacak rambutnya yang basah oleh keringat. "Semalaman aku mencari, kukira sesuatu yang buruk terjadi pada kalian berdua.""Kami hanya bermalam di hotel sebagai sepasang suami-istri," Abizar melingkarkan tangan ke bahu Mawar, lalu membawa istrinya merapat."Pulang, sebelum Akmal membuat heboh keluarga Hafshan karena mengira kamu dan Mawar menghilang." Malik mengibaskan kedua tangannya malas, memberi intruksi kepada bawahan-bawahan yang dia bawa ikut serta untuk meninggalkan gedung hotel dan masuk kembali ke dalam kendaraan masing-masing. Malik menyisakan satu mobil untuk Abizar dan Mawar. Abizar menarik Mawar untuk masuk ke dalam mobil, istrinya sudah bersih dan rapi setelah mandi di kamar hotel dan meminjam pakaiannya istri Pangeran Adzriel.Abizar menghubungi Ahmad, Abizar ingin membawa Mawar ke gedung yang Omar sewa untuk acara pernikahan mereka. Termasuk pergi ke butik, untuk memilih dan merancang

  • Tawanan Cinta Tuan Abizar   Bab 50

    Gedoran di pintu membuat Abizar mengerang kesal. Lelaki itu menjatuhkan diri dari kasur dan mendelik ke arah pintu, pelayan-pelayan tersebut menganggu pagi indahnya bersama Mawar. Matahari di luar mulai terik, setelah salat Subuh Abizar dan Mawar segera mengistirahatkan diri. Abizar yang nyenyak dalam dekapan Mawar, malah dihancur-leburkan semua khayalannya."Buka pintunya, Nona. Atau kami masuk tanpa izin dari Anda." Suara familiar yang meminta dari luar dalam bahasa Arab. Mawar terbangun, langsung melingkarkan tangan ke pinggang Abizar yang tengah merapikan bungkusan pakaiannya. "Siapa, Mas?"Abizar berdecak, "aku bingung bagaimana menjelaskan kepada mereka, kalau kamu benar-benar istriku." "Perbaiki pakaianmu, Mawar." Abizar memperingatkan, dengan tangan yang mengelus-ngelus lengan terbuka Mawar. Abizar mendaratkan kecupan di bahu wanita itu, lalu melanjutkan. "Mungkin ada beberapa pelayan lelaki di luar. Ingat, aku bisa menusuk mata siapapun yang berani melihat keseksianmu." Abi

  • Tawanan Cinta Tuan Abizar   Bab 49

    Keputusan gegabah Abizar membuat sepasang suami-istri tersebut terdampar di tepi jalan yang senyap dan sepi. Tiada taxi yang lewat, hanya beberapa kendaraan yang berlalu-lalang. Abizar menyesal membuat Mawar kesusahan, wanita itu berdiri lesu di sisi tubuhnya. Sepertinya mulai mengantuk dan kedinginan. "Maafkan aku, sayang."Mendengar ungkapan maaf Abizar, Mawar menggeleng. "Tidak apa-apa."Takut tubuh Mawar terhuyung dan wanita itu jatuh menimpa aspal, Abizar langsung mengangkat tubuhnya dan menggendongnya. Mawar meletakkan kepalanya ke bahu Abizar, menggesek-gesek, mencari letak nyaman. Sepertinya sia-sia menunggu taxi yang tidak akan lewat, Abizar memilih berjalan mencari hotel terdekat. Mawar di dekapan dadanya nyaris tertidur, Abizar mencuri beberapa ciuman di bibir dan pipi wanita itu."Pipimu dingin sekali, Mawar." Abizar menghela napas. Ini salahnya, memaksa turun dan membuat mereka diserang angin malam yang menusuk kulit. Abizar berusaha menghangatkan wajah istrinya, Abizar p

  • Tawanan Cinta Tuan Abizar   Bab 48

    Mereka mengambil penerbangan pagi. Sepasang pengantin baru—Abizar dan Mawar—menumpangi penerbangan yang sama dengan keempat saudaranya. Sementara Omar, akan menyusul keesokan harinya atau lusa. Entah kenapa lelaki tua itu suka sekali menunda.Setelah hampir 17 jam penerbangan, bersisakan dua jam agar pesawat mendarat di Saudi, Mawar tertidur di lengan kokoh suaminya. Abizar tersenyum, sesekali mengecup rambut kepala istrinya lalu memainkan surat undangan keemasan yang ada di tangannya. Entah berapa ribu surat undangan yang serupa dibagikan untuk acara pernikahan mereka."Qad yajidun sueubatan fi qabul zawjatik, Abizar—mereka mungkin akan susah menerima istrimu, Abizar." Haikal yang menduduki bangku yang ada di belakang berbisik di telinga Abizar.Wajah semringah Abizar menjadi masam, lelaki itu menghela napas. Diliriknya Mawar, memastikan istrinya masih terlelap. Syukurlah, sepertinya Mawar tidur mati seperti biasanya. "Kita lihat saja nanti." Abizar memelankan suara, "aku akan berusa

  • Tawanan Cinta Tuan Abizar   Bab 47

    "Semalam tidak ke sana, menyapa istrinya Abizar?" Omar bertanya saat matahari naik. Iqbal menggeleng, lelaki itu tengah duduk di teras sambil memangku Al-Qur'an. "Maaf, tidak. Aku tahu apa yang dilakukan sepasang suami-istri di malam hari jika berdua saja, aku tidak mau menganggu.""Maaf Tuan Omar Hafshan, sepertinya ketiga anakmu yang lain akan datang kemari." Lelaki itu tersenyum tanpa merasa bersalah.Omar langsung mengerti maksudnya, lelaki tua itu pasrah. "Kamu yang memberitahu mereka, ya?" "Yap," Iqbal mengangguk tanpa perduli. "Akmal nyaris kecelakaan di Jakarta karena mencari-carimu, lebih baik kuberitahu sebelum dia nyasar tanpa hasil lagi. Sedangkan Malik, tak ada pilihan selain memberitahunya daripada dia datang ke kelab malam Semarang untuk melampiaskan emosi. Aku kasihan kepada wanita-wanita yang akan menjadi sasaran kebejatannya kalau mabuk.""Meskipun tidak kuberitahu 'pun sebenarnya Haikal sudah tahu kalau kamu ada di sini, dia hanya menunggu dua saudaranya yang lain

  • Tawanan Cinta Tuan Abizar   Bab 46

    "Apakah rumah ini sudah cukup layak untuk menjadi tempat persembunyianmu, Tuan Omar Hafshan?" Abizar membalik tubuh dan menyeringai. Omar menganggukkan kepala, baginya lebih dari cukup. Rumah minimalis di depan mereka cukup tersembunyi, terletak di dekat hutan dengan pemandangan asri. Bukan hanya bersembunyi, Omar juga bisa bersantai di sini. Omar bukan takut menghadapi anak-anaknya, mau bagaimanapun juga Omar adalah Ayah yang patut ditakuti, Malik yang lancang sekalipun tidak akan berani memukul ayahnya sendiri. Omar hanya tidak sanggup jika mendapati raut kecewa keempat anaknya yang lain. Abizar yang tidak dirugikan saja, terlihat begitu kecewa, apalagi anak-anaknya yang lain. Omar tidak mau menerima kenyataan bahwa dirinya gagal menjadi seorang Ayah lima kali berturut-turut. Alif membawa pakaian ganti Omar, menyusul langkah lelaki tua tersebut. "Untuk sementara kita akan berbulan madu di sini, Mawar." Abizar mengampit pinggang Mawar. Lelaki itu mengecup dahi wanita yang dicintain

  • Tawanan Cinta Tuan Abizar   Bab 45

    Alif berusaha fokus menyetir, tapi tetap saja mustahil. Pasangan di bangku belakang benar-benar membuat hatinya resah, mereka terlalu mesra membuat jiwa kesepian Alif sebagai lelaki tanpa pasangan terusik. Setelah Maghrib mereka memutuskan kembali ke Semarang, acara dan resepsi pernikahan harus segera direncanakan. Abizar harus membahasnya dengan Omar, lalu membawa Mawar ke Saudi, untuk dikenalkan kepada keluarganya dan menyiapkan acara pernikahan."Jangan mengintip, Alif." Abizar mengingatkan, Alif hanya mengangguk sambil menelan saliva. Kedua tangannya yang mencekram setir bergetar, menahan diri untuk tidak melihat spion, sangat penasaran apa yang terjadi di belakang.Mawar menyenderkan tubuhnya ke salahsatu pintu mobil, wajahnya cemberut saat memerhatikan jalanan depan, Abizar mengungkungnya dari belakang, Mawar duduk di pangkuannya. "Capek atau gugup?" Abizar bertanya, tidak berhenti menciumi rahang Mawar. Dia sudah menahan diri untuk tidak menyentuh selama tiga tahun, sekarang wa

  • Tawanan Cinta Tuan Abizar   Bab 44

    Tadi malam setelah kelelahan Mawar langsung tidur. Wajah kusutnya mencerminkan rasa sakit yang dia dapatkan.Sedangkan wajah Abizar berseri-seri, kungkungannya tidak lepas dari tubuh terbuka Mawar, saking senangnya Abizar tidak mau melelapkan diri, dia ingin lanjut mencumbu tubuh indah yang membuatnya mabuk kepayang. Setidaknya izinkan tangan dan bibirnya memainkan peran, tidak yang lain, Abizar tidak mau menganggu waktu istirahat Mawar karena wanita itu benar-benar kelelalahan, padahal sentuhan Abizar lembut dan gemulai.Nyaris Subuh menyapa, kantuk seakan tidak ada di kamus Abizar, semalaman Abizar hanya memandangi wajah Mawar. Tangannya mengusap rambut, pinggang, punggung dan perut yang dia khayalkan akan membesar. Pelan-pelan agar tidak membangunkan Mawar, Abizar menciumi wajah, tangan dan punggung Mawar. Sangat dihindarkannya bibir, Abizar suka kelepasan ingin menyedot seluruh napas Mawar."Aku mencintaimu, Mawar. Sangat. Demi Allah." Abizar menurunkan diri dari ranjang putih yang

DMCA.com Protection Status