Share

Takdir Membawaku Padamu Malam Ini
Takdir Membawaku Padamu Malam Ini
Penulis: Ivana

Bab 1

Penulis: Ivana
“Pangeran, bagaimana pelayanan Dita?” Dita Suyatno mendongak, lalu menatap Angga Purwanto dengan matanya yang jernih dan menggoda.

Angga sudah minum lumayan banyak arak dengan kadar alkohol yang tinggi. Selain itu, ada obat kuat juga yang ditambahkan ke dalam arak. Seluruh tubuhnya langsung terasa seperti terbakar begitu melihat tatapan Dita. Dita memang menawan.

“Kenapa bisa ada gadis sepertimu di Keluarga Suyatno?” tanya Angga sambil tersenyum dan mencubit dagu Dita.

“Pangeran suka?” tanya balik Dita dengan tatapan yang jernih.

Angga sangat menyukai Dita. Gadis ini sangat polos, manja, cantik, dan patuh. Pria mana pun pasti ingin langsung melahapnya. Angga tidak menyangka dirinya yang jarang-jarang menghadiri perjamuan bisa bertemu dengan gadis seperti Dita.

“Kemari.” Angga berusaha menahan hasrat yang membara dalam hatinya. Dia bersandar di kepala tempat tidur tanpa bergerak.

Dita bertumpu pada lengannya yang ramping nan putih, lalu merangkak ke arah Angga.

Sebulan lalu, senior Keluarga Purwanto sudah mengumumkan bahwa siapa saja yang mengandung anak Angga akan diberi 3.000 tael. Dengan memiliki 3.000 tael, Dita bisa melakukan apa saja di Keluarga Suyatno. Dia akan menyewa 100 prajurit yang bersenjatakan tongkat untuk menghajar para bajingan Keluarga Suyatno!

Bukankah orang-orang itu ingin menjual Dita pada seorang pria tua? Bukankah mereka menaruh obat dalam tehnya supaya dia kehilangan kesuciannya? Bukankah mereka ingin membuatnya hidup menderita dan menjadi mainan pria tua itu? Baiklah! Dia akan langsung menjadi senior orang-orang jahat itu!

Dita akhirnya tiba di hadapan Angga. Dia melingkarkan kedua tangannya ke leher Angga dan berkata dengan nada manja, “Pangeran Angga, jangan nangis ya.”

Angga pun tertawa. Dia mencubit pipi Dita yang halus nan putih, lalu berkata dengan nada rendah, “Mari kita lihat siapa yang akan menangis nanti.”

Ekspresi Angga menjadi serius. Dia langsung menindih Dita.

Tidak lama kemudian, Dita pun menangis. Pria bajingan ini benar-benar kejam. Apa pria ini ingin membelahnya hidup-hidup?

“Sakit? Jangan nangis ....” Ciuman Angga menjadi lebih lembut. Dia mencium telinga Dita, lalu perlahan-lahan bergerak ke bawah.

Gerakan pria itu memang sudah melembut. Sayangnya, dia pada dasarnya adalah pria bajingan, juga sangat suka bermain kasar. Orang-orang seperti Angga sudah sering menghadapi pertumpahan darah. Mereka selalu menuntut kendali penuh, bahkan dalam urusan ranjang sekalipun.

Sampai keesokan pagi, Angga akhirnya tidur juga. Dita membuka matanya yang terlihat agak merah, lalu melirik Angga. Ini adalah satu-satunya kesempatannya. Entah bagaimana reaksi Angga setelah dia bangun nanti.

Namun, Dita tidak peduli lagi. Intinya, nasi sudah menjadi bubur. Di mata senior Keluarga Purwanto, dia sudah menang selangkah.

Kemudian, Dita diam-diam keluar dari kamar. Baru saja dia kembali ke rumah, tiba-tiba terdengar teguran seseorang dari belakangnya.

“Dita, berani sekali kamu nggak pulang semalaman! Ke mana kamu!”

Dita berbalik, lalu melihat Puspa, nyonya rumah Kediaman Suyatno yang memimpin beberapa pembantu berjalan ke arahnya dengan tampang marah.

“Ibu, Kakak, selamat pagi,” sapa Dita sambil membungkuk dan tersenyum.

Wanita jahat ini seharusnya merasa sangat murka karena rencananya gagal, ‘kan? Kemarin, Puspa pasti menggeledah seluruh rumah untuk mencari Dita, tetapi tidak menemukannya dan mau tak mau harus pergi mengakui kesalahannya pada bajingan tua itu.

Ckck! Pemandangan ibu dan anak ini dimaki bajingan tua itu pasti sangat menarik. Sayangnya, Dita harus tidur bersama Angga sehingga dia tidak memiliki kesempatan untuk menyaksikan pemandangan menarik itu.

Melihat Dita yang tersenyum, Puspa pun murka. “Kamu seharusnya bersyukur Tuan Joko menyukaimu! Apa kamu nggak sadar apa statusmu?”

“Kalau dia sebaik itu, aku akan mengalah pada Kakak. Kakak lebih layak mendampinginya,” jawab Dita dengan ekspresi tulus.

Puspa pun mencibir, “Pengawal, bawa Dita pergi berlutut! Tanpa izinku, dia nggak boleh berdiri atau diberi makan dan minum!”

Beberapa wanita paruh baya yang gemuk membawa Dita ke halaman rumah.  Tempat dia berlutut dilapisi dengan batu-batu yang tajam. Setiap dia berlutut, kedua kakinya akan terasa sakit sampai lebih dari setengah bulan.

Para pembantu menekan Dita ke atas batu. Rasa sakit yang luar biasa segera muncul dari area lututnya dan keringat dingin mulai membasahi tubuhnya.

“Asal kamu tahu, kamu harus turuti perintahku meski keberatan! Tuan Joko menyukaimu. Kamu akan menikahinya dengan status istri sah. Setelah melahirkan anaknya, kamu akan punya tempat bersandar seumur hidupmu,” tegur Puspa sambil duduk di kursi.

Dita memejamkan matanya tanpa mengatakan apa-apa.

Joko Purwanto sudah berusia 69 tahun. Dia merupakan seorang pejabat tinggi dan paling menyukai gadis cantik di bawah 19 tahun. Tahun ini, Dita baru berusia 17 tahun, yang mana merupakan usia terbaik seorang wanita.

Begitu melihat Dita, Joko langsung tertarik. Puspa pun memanfaatkan kesempatan ini untuk memberikan Dita kepadanya. Bajingan tua itu pun setuju untuk menaikkan jabatan ayah dan kakak laki-laki Dita.

Malam itu juga, Dita langsung kabur. Namun, Puspa berhasil menangkapnya dan mencambuknya setelah membawanya pulang. Hari itu, Dita hampir tewas.

Hal yang paling menyebalkan adalah, Dian yang mendapat kabar Dita dicambuk sengaja menyuruh orang untuk mencampurkan garam ke dalam obat olesnya. Dita akhirnya menangis sampai seluruh tubuhnya mati rasa. Setelah berpikir panjang, dia merasa dirinya harus menemukan jalan keluar. Jadi, dia pun pergi mencari Angga.

Angga masih muda, tetapi memiliki status dan kedudukan yang tinggi. Ibunya merupakan kakak dari Kaisar. Secara garis keturunan, Angga masih satu generasi lebih tua dari Joko. Bajingan tua itu bahkan harus memanggil Angga paman.

Meskipun selalu terlihat ramah, Angga sebenarnya memiliki kepribadian yang mendominasi dan kejam. Menurut rumor, dia langsung menguliti dan membakar hidup-hidup orang yang pernah berniat untuk mencelakainya.

Di ibu kota, tersebar juga sebuah rumor, yaitu begitu Angga marah, pasti akan terjadi pertumpahan darah. Selama beberapa saat, ada banyak ibu yang menakut-nakuti anak mereka dengan mengatakan Angga sudah datang. Setelahnya, rumor mengenai Angga makin menjadi-jadi sehingga Ibu Suri melarang orang untuk lanjut menyebarkan rumor itu.

Namun, Dita tidak takut. Dia sudah hampir mati karena dicambuk. Apa dia masih mungkin takut dikuliti?

Sesuai dugaan, Angga menghadiri jamuan musim panas kali ini. Dita pun memberikan arak yang sudah dicampur dengan obat perangsang kepada Angga. Setelah Angga pergi beristirahat, dia baru diam-diam masuk ke kamar Angga.

Untungnya, Dita cukup beruntung. Berhubung sudah mabuk, Angga pun tidak mempermasalahkan kelancangannya.

Di hari musim panas yang terik, matahari sudah menyinari seluruh halaman sebelum siang. Kulit Dita terasa seperti terbakar. Pakaiannya juga sudah dibasahi keringat.

Saat ini, Puspa dan Dian sudah masuk ke dalam rumah. Mereka menikmati air plum yang menyegarkan sambil memandang Dita berlutut.

“Nyonya, orang dari Kediaman Purwanto sudah datang untuk menjemput orang.” Pengurus rumah berlari mendekat, lalu melirik Dita sejenak sebelum masuk ke rumah.

“Baguslah! Cepat siapkan semuanya. Bawa dia pergi mandi, lalu antar dia keluar dengan bawa kotak yang sudah kusiapkan sebelumnya,” jawab Puspa dengan gembira sambil berdiri.

Dita mengepalkan tangannya, lalu mendongak untuk menatap Puspa. Setelah dibawa ke rumah bajingan tua itu, dia tidak mungkin bisa melarikan diri. Apa Angga belum bangun? Apa dia minum terlalu banyak?

“Dita, aku sudah gantikan ibumu untuk aturkan pernikahan sebagus ini bagi kamu. Kamu harus tahu berterima kasih. Setelah nikah, layani suamimu dengan baik. Kamu harus bersikap lembut dan sopan, juga jaga keharmonisan keluarga. Jangan lupa untuk beri keturunan pada Tuan Joko secepatnya. Ingat, jangan permalukan Keluarga Suyatno!”

Puspa berdiri di depan pintu rumah, lalu menatap Dita yang sedang berjemur di bawah matahari terik dengan ekspresi sombong.

Bab terkait

  • Takdir Membawaku Padamu Malam Ini   Bab 2

    Beberapa pembantu berjalan mendekat, lalu menekan Dita secara paksa supaya Dita bersujud pada Puspa.“Cepat ucapkan terima kasih pada Nyonya!” ejek pembantu-pembantu itu.“Cih! Dasar wanita jalang!” Dita memaki sambil tersenyum sinis, “Setelah pergi ke sana, aku akan suruh Tuan Joko untuk kurung putramu ke penjara!”Ekspresi Puspa langsung tenggelam. Dia berjalan cepat ke arah Dita dan menamparnya dengan kuat.Dita juga tidak diam saja. Dia menjulurkan kepalanya dan menyundul perut Puspa dengan kuat. Rumah Joko setara dengan neraka. Begitu dibawa pergi ke sana, dia pasti mati. Berhubung memang harus mati, dia ingin terlebih dahulu menghabisi wanita jahat di hadapannya.Puspa pun terjatuh ke lantai dan langsung berteriak kesakitan.“Cepat panggil Ayah datang untuk hukum dia! Kalau dia nggak dididik dengan baik, dia akan permalukan Keluarga Suyatno setelah menikah nanti!” Dian berjalan keluar dari rumah, lalu menatap Dita dengan tidak senang dan berseru, “Dasar jahat! Sifatmu benar-benar

  • Takdir Membawaku Padamu Malam Ini   Bab 3

    Selama perjalanan, Dita memejamkan matanya. Dia tidak berhenti berpikir bagaimana dirinya bisa langsung membunuh bajingan tua itu dengan satu serangan mematikan.Joko sudah tua, tetapi nafsunya masih begitu besar. Setiap tahun, ada puluhan sampai ratusan gadis tak berdosa yang dicelakainya. Maniak tua itu juga selalu membanggakan diri dan mengatakan bahwa staminanya masih sekuat dulu.Setelah melakukan perjalanan sekitar setengah jam, tandu Dita akhirnya memasuki sebuah tempat dan berhenti.“Tuan sedang menunggu di dalam. Nona, silakan masuk,” ucap seorang pengawal sambil membuka tirai tandu dan mempersilakan Dita untuk turun.Dita bersikap sangat tenang. Dia turun dari tandu dengan menahan rasa sakit kedua kakinya. Di hadapan Dita, terbentang hutan bambu yang tenang. Jauh di dalam hutan, terdapat sebuah rumah kecil yang halamannya memiliki sumur dan kincir air yang sedang berputar pelan sambil mengeluarkan bunyi berderit. Seluruh halaman terasa segar dan sejuk.Setelah menaruh kotak

  • Takdir Membawaku Padamu Malam Ini   Bab 4

    Mata Angga yang cemerlang perlahan-lahan mengamati wajah Dita yang bersemu merah, lalu bergerak turun ke kakinya. Pakaian luar Dita sudah melorot sampai ke pergelangan kakinya. Saat ini, tubuhnya hanya dibalut oleh pakaian dalam yang tipis dan celana pendek putih selutut. Sepasang kaki yang jenjang dan ramping itu terlihat bersinar di bawah cahaya bulan.“Kemari.” Angga menegakkan tubuhnya. Ekspresinya sudah tidak semasam tadi.Dita langsung melangkahi pakaiannya dan berjalan ke arah Angga tanpa ragu. Pakaiannya sudah terkena air dan debu. Dia tidak menginginkannya lagi. Kelak, dia juga akan melangkahi semua orang di Kediaman Suyatno seperti ini. Dia tidak akan membiarkan mereka melukainya lagi.“Kenapa kamu nggak pakai kembali pakaianmu?” tanya Angga sambil tersenyum.Dita menjawab dengan tampang cemberut, “Memangnya Pangeran tega menyuruhku pakai pakaian yang sudah usang?”Setelah terdiam sejenak, Dita menambahkan, “Aku juga tetap cantik meski nggak pakai baju.”“Kamu percaya diri j

  • Takdir Membawaku Padamu Malam Ini   Bab 5

    “Lagi ngapain kalian?” Tiba-tiba, terdengar seruan dingin Angga.Irma pun terkejut dan buru-buru menoleh ke arah Angga. Dalam sekejap, aura intimidasi Angga langsung membuat seluruh dayang berlutut dengan ketakutan.Tepat pada saat ini, Dita menerima obat pencegah hamil itu dan meminumnya.“Apa itu?” Angga berjalan mendekat dan mengamati bibir Dita lekat-lekat. Bibir indah itu terlihat mengkilap dan sangat memesona setelah dibasahi cairan obat hitam.Irma menunduk dan menjawab dengan hormat, “Itu obat pemberian Putri Agung.”Dita menyodorkan mangkuk itu, lalu berkata dengan santai, “Pahit. Pangeran, aku mau makan yang manis-manis untuk hilangkan rasa pahitnya.”“Nggak ada makanan manis.” Angga meletakkan kembali mangkuk itu ke atas nampan dengan kasar, lalu memberi perintah dengan dingin, “Keluar.”Irma buru-buru memberi hormat kepada Angga, lalu membawa sekelompok dayang itu keluar dari halaman.“Pangeran ke mana?” tanya Dita dengan nada manja sambil merangkul leher Angga dan tersenyu

  • Takdir Membawaku Padamu Malam Ini   Bab 6

    “Hormat, Pangeran Angga ....” Wira berjalan masuk, lalu menangkupkan tangannya dan memberi hormat pada Angga. Namun, saat pandangannya jatuh pada wajah Dita, kata-katanya pun terhenti.“Dita?” Wira menatap Dita yang berada dalam pelukan Angga dengan ekspresi tidak percaya, lalu bertanya dengan terkejut, “Kenapa kamu ada di sini ....”Dita merasa panik untuk sejenak, lalu perlahan-lahan menenangkan diri. Dia bersandar dalam pelukan Angga, lalu menjawab sambil tersenyum, “Kak Wira, sekarang aku sudah jadi gundik Pangeran Angga.”“Gundik?” Wira mengerutkan keningnya, lalu mengalihkan pandangannya pada Angga. Ekspresi Angga saat ini terlihat agak dingin setelah mendengar Dita memanggil Wira kakak.Suasana dalam ruang baca pun menjadi sangat hening.“Jenderal Wira, duduklah.” Setelah sesaat, Angga baru meletakkan kuas dan menepuk-nepuk pinggang Dita sambil berkata, “Pergi seduh teh sana.”“Aku nggak bisa.” Dita menoleh dan menjawab tanpa ragu, “Sejak kecil, aku cuma minum air sumur. Aku ngg

  • Takdir Membawaku Padamu Malam Ini   Bab 7

    Wira mengerutkan keningnya, lalu menoleh ke arah Dita lagi. Dita sedang memusatkan perhatiannya pada baskom tembaga di hadapannya sambil menaruh sehelai demi sehelai daun ke dalam.“Jenderal Wira, silakan.” Darya memimpin beberapa orang melangkah maju untuk menghalangi pandangan Wira.Wira melirik para putri bangsawan yang menunggu di luar. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya menelan kembali kata-katanya dengan tidak senang.Setelah Angga keluar dari halaman, beberapa putri bangsawan itu baru berani mendongak dan menoleh ke arah Dita. Tatapan mereka dipenuhi dengan ejekan. Seorang gundik yang tidak bisa dibawa untuk menghadiri jamuan hanyalah mainan belaka.Meskipun tidak mendongak, Dita bisa merasakan tatapan-tatapan penuh ejekan itu. Dia hanya memfokuskan perhatiannya pada daun di baskom, lalu berlagak seolah-olah sedang bermain dengan gembira.Setelah suara langkah kaki menjauh, Dita baru merasa lega. Senyuman di wajahnya juga langsung sirna. Dia menatap daun bambu yang t

  • Takdir Membawaku Padamu Malam Ini   Bab 8

    Setelah sesaat, Dita menggunakan daun untuk menyumbat hidungnya, lalu mengoleskan sari bunga ke seluruh tubuhnya. Setelah membersihkan tubuh dan wajahnya dari darah, juga memastikan tidak tertinggal bau darah di tubuhnya, dia baru menyisir rambut, berdandan, dan mengenakan pakaian baru.Dita juga telah mencuci bersih pakaiannya yang ternodai darah dan menjemurnya di halaman. Itu adalah pakaian bagus pertama yang dikenakannya. Dia akan menghargai pakaian itu selamanya.Ketika Dita selesai melakukan segalanya, matahari sudah tenggelam. Darya memimpin beberapa orang untuk menghidangkan makanan ke atas meja batu, lalu langsung pergi tanpa mengatakan apa-apa.“Kak Darya, apa malam ini Pangeran Angga akan pulang?” tanya Dita dengan ragu.“Nggak tahu,” jawab Darya sambil menoleh ke arah Dita. Kemudian, dia langsung melangkah keluar.Dita merasa agak kewalahan. Apakah Angga marah karena masalah Wira, lalu ingin mengusirnya? Apa dia perlu mengenakan lebih banyak pakaian supaya dia tidak keluar

  • Takdir Membawaku Padamu Malam Ini   Bab 9

    “Pangeran ....” Dita segera merasa ada yang tidak beres. Angga sudah membuatnya kesakitan. Dia pun mencengkeram bahu Angga sambil memohon ampun.“Diam. Jangan panggil aku.” Angga berdiri sambil menggendong Dita, lalu berjalan ke arah kamar.Dita diam-diam mengeluh dalam hati. Ternyata Angga memang marah.“Pangeran, lembut dikit ...,” mohon Dita sambil meringkuk dalam pelukan Angga.“Nggak bisa lembut-lembut.” Angga menunduk untuk menatap Dita. Matanya yang dingin sedikit memicing. Kemudian, dia langsung membungkuk dan mencium bibir Dita.Bibir gadis ini juga sangat lembut. Begitu mencium bibirnya, Angga sama sekali tidak bisa berhenti lagi.Dita masih tidak berhenti memohon pada Angga untuk melakukannya dengan lebih lembut, tetapi Angga sama sekali tidak mengalah. Pria itu bahkan melakukannya dengan makin ganas.Dita tahu bahwa dia tetap harus mengorbankan beberapa hal untuk mendapatkan keuntungan dari orang seperti Angga. Berhubung dia berharap Angga bisa menyelamatkannya dari tangan

Bab terbaru

  • Takdir Membawaku Padamu Malam Ini   Bab 50

    “Dasar wanita jalang! Beraninya kamu menampar Ibu!” seru Dian. Kemudian, dia bergegas menghampiri Dita.Dita dengan cepat meraih tangan Dian dan mendorongnya ke depan. Setelah Dian terjatuh, Dita langsung menendangnya. Dia telah melatih setiap gerakan ini dalam pikirannya berkali-kali!“Bu, dia menendangku!” Dian menyilangkan tangannya dan pergi mengadu pada Puspa.Namun, Dian pernah menendang Dita seperti ini sebelumnya. Dian bahkan sengaja menendang dada Dian. Dian berkata bahwa dia memiliki dada yang besar dan terlihat genit. Jadi, dia menghancurkan dadanya.Pada saat itu, Dita berusia 13 tahun dan tubuhnya baru mulai berkembang. Dia pun berguling-guling di lantai karena kesakitan. Seluruh dadanya memar-memar akibat tendangan Dian. Ibu dan anak itu sangat kejam. Mereka menyiksa Dita seperti menyiksa binatang peliharaan.“Dasar anak wanita jalang! Beraninya kamu tendang Dian!” Puspa tiba-tiba menggila dan menerkam ke arah Dita.Melihat hal ini, Santika dan Winda bergegas untuk menghe

  • Takdir Membawaku Padamu Malam Ini   Bab 49

    Santika melangkah maju, lalu menatap Puspa dan Dian dengan dingin sambil berkata dengan lantang, “Nyonya Puspa, Nona Dian, apa kalian lupa bahwa Nona Dita sudah jadi wanita Pangeran Angga?”“Waktu itu, orang dari Kediaman Suyatno yang secara langsung mengantar Nona Dita naik ke tandu. Kalau kalian berubah pikiran, silakan bersujud dan minta maaf pada Pangeran Angga. Bilang saja kalian menipu Pangeran dan ingin menjemput Nona Dita pulang.”Ekspresi Puspa dan Dian sontak berubah.“Nona, siapa namamu?” Dian melirik Santika dan memaksakan seulas senyum.“Santika.” Santika menjawab dengan lugas.“Nona Santika, Dita sendiri yang mau menjilat Pangeran Angga ....”Sebelum Dian menyelesaikan ucapannya, Santika langsung menyela tanpa ragu.“Aku sudah bilang, Nona Dita itu wanitanya Pangeran Angga. Nyonya Puspa dan Nona Dian nggak punya hak untuk mengatakan apa pun di sini. Kalian seharusnya sudah tahu tentang Tuan Joko yang datang minta orang, ‘kan? Apa kalian ingin berakhir sepertinya?”Wajah P

  • Takdir Membawaku Padamu Malam Ini   Bab 48

    “Kenapa mereka bisa masuk?” bisik Santika pada Winda.“Mereka langsung mengirimkan undangan. Putri Agung bilang mereka itu keluarga Nona. Jadi, dia langsung mengizinkannya,” jawab Winda.Santika menatap Dita dengan kening berkerut. Kehidupan Dita di Kediaman Suyatno jauh lebih buruk dari pembantu. Namun, orang-orang itu masih berani datang mencarinya?“Apa mereka datang untuk memeras Nona? Kamu kembali saja dulu. Jangan biarkan mereka menyentuh barang apa pun!” perintah Santika dengan wajah dingin.“Aku sudah beri tahu Wisnu sebelum keluar. Dia tahu harus berbuat apa,” jawab Winda.“Ayo kita jalan lebih cepat. Kedua orang itu lebih berengsek dari binatang. Coba saja kalau mereka berani mencuri barangku!” Dita mendesak Santika dan Winda untuk berjalan lebih cepat.Seusai berbicara, Dita mencibir lagi, “Sekarang, mereka nggak bisa mengendalikanku. Nanti, kalian harus lebih waspada. Kalau mereka berani menyentuh barang-barangku, aku akan buat mereka ganti rugi! Jangan harap mereka bisa ke

  • Takdir Membawaku Padamu Malam Ini   Bab 47

    “Benar.” Dita mengangguk. Dia tidak peduli siapa sebenarnya yang memuji. Yang terpenting adalah, ada yang memuji.“Enak! Nona Dita bersedia mengajarkan cara pembuatannya kepadaku?”Orang yang berbicara adalah Siska Winata. Dia terlihat sangat ceria dan juga merupakan gadis yang sangat cantik.“Tentu saja,” jawab Dita sambil mengangguk.“Nona Dita benar-benar baik. Jangan khawatir, aku nggak akan minta Nona mengajariku secara cuma-cuma.” Siska melepas sebuah gelang emas dari pergelangan tangannya, lalu menarik tangan Dita dan memakaikan gelang itu.“Apa maksudnya ini? Kamu mau menjilatnya?” Gadis yang dari tadi tidak bersuara bernama Nuri Maryadi. Dia menatap Siska dengan kesal. Dinilai dari penampilannya, keadaan keluarga Nuri seharusnya masih kalah dari Siska dan Maya.“Aku nggak bisa menerimanya. Barang ini terlalu berharga.” Dita mengembalikan gelang emas itu, lalu berkata sambil tersenyum, “Kalau kalian mau belajar, aku akan tuliskan resepnya untuk kalian.”“Dengar-dengar, ada dapu

  • Takdir Membawaku Padamu Malam Ini   Bab 46

    Angga sangat mengagumi keoptimisan Dita. Setelah keluar dari halaman, Darya sudah menunggunya.“Indra sudah memeriksa Kediaman Suyatno. Di sana, memang ada beberapa tanaman herbal. Sepertinya, tanaman-tanaman itu bukan sengaja ditanam dan jumlahnya cuma sedikit. Indra juga menyusuri dinding di mana tanaman itu tumbuh sampai ke rumah sebelah. Dia menemukan beberapa tanaman herbal liar di sana,” bisik Darya sambil mengikuti Angga.“Itu rumah siapa?” tanya Angga.“Rumah Jenderal Wira,” jawab Darya.Angga memperlambat langkahnya, lalu menoleh ke arah Darya. “Kamu yakin itu benar-benar cuma tanaman herbal liar?”“Tanaman herbal di sana juga tumbuh menyusuri dinding dan nggak ada di tempat lain. Selain itu, Indra juga menemukan seekor ular berkepala hitam,” jawab Darya dengan ekspresi serius.“Kenapa bisa ada ular berkepala hitam di ibu kota?” gumam Angga dengan ekspresi dingin.“Menurut Indra, kalau ditemukan seekor ular jenis itu, itu berarti ada sarangnya di sekitar. Acara pacuan kuda aka

  • Takdir Membawaku Padamu Malam Ini   Bab 45

    “Sudah mendingan?” Angga menopang kepalanya dengan satu tangan dan mencondongkan tubuh ke depan untuk menatap Dita.Dita memiliki kulit yang sangat putih. Dengan matanya yang ditutupi pita sutra merah, dia pun terlihat makin memesona. Dia mengernyitkan, lalu menjawab dengan lembut, “Emm, sudah mendingan.”“Hmm, kamu memang perlu mencerna makan dengan olahraga.” Angga mengelus wajah Dita sambil bertanya dengan pelan, “Bagaimana kalau berkuda?”“Pangeran masih mau keluar berkuda malam-malam begini?” Dita berbaring malas di atas ranjang dan tidak ingin bergerak.“Nggak perlu keluar.” Angga meraih tangan Dita, lalu meletakkannya ke pinggangnya.Wajah Dita langsung memerah. Dia menjawab “nggak mau” dengan malu, tetapi Angga tetap menggendongnya.Di dalam kegelapan malam, entah sudah berapa lama waktu berlalu. Setelah pita sutra merah yang menutupi mata Dita dibasahi keringat, Angga akhirnya baru berhenti.Dita terbaring lemas di tengah tempat tidur kecil, bagaikan seekor ikan tanpa tulang.

  • Takdir Membawaku Padamu Malam Ini   Bab 44

    “Ayo kita pulang.” Dita menegakkan tubuhnya, lalu berjalan kembali dengan langkah ringan.Santika menatap Dita dengan khawatir dan takut dia merasa sedih. Namun, Dita sama sekali tidak bersedih. Dia malas berurusan dengan orang-orang berstatus tinggi itu. Mereka semua berasal dari kalangan bangsawan, juga bisa berbincang sambil menikmati pemandangan indah. Sementara itu, dia hanya bisa berdiri di samping dengan penuh hormat. Hanya orang bodoh yang akan mengikuti mereka.Setelah kembali ke tempat tinggalnya, Dita segera memerintahkan Santika untuk membawa semua barang yang ditinggalkannya di Taman Bambu, termasuk belalang rumput yang dibuatnya.Sementara itu, Winda menyiapkan makan malam. Dia sangat jago memasak dan Dita sangat puas dengan masakannya. Tanpa disadari, Dita menghabiskan tiga mangkuk nasi. Pada akhirnya, dia berjalan mengelilingi halaman sambil mengusap perutnya yang membuncit.Santika menata ulang ranjang kamar Dita. Angga hanya bisa tidur di atas kain sutra yang dikirim

  • Takdir Membawaku Padamu Malam Ini   Bab 43

    “Dia benar-benar bilang begitu?” Putri Agung langsung duduk tegak. Setelah ragu sejenak, dia akhirnya mencicipi kue beras kuning itu. Angga sangat jarang makan makanan manis, juga jarang memuji sesuatu enak. Kue beras kuning ini memiliki tekstur yang lembut dan rasa manis kurma merah. Rasanya memang lumayan enak. “Kalian juga cobalah. Kelak, kalian boleh buatkan kue seperti ini untuk Angga.” Setelah manghabiskan sepotong kue beras kuning, Putri Agung menyuruh para dayang dan pengasuh yang melayaninya untuk mencicipi kue tersebut.Aroma kue beras kuning menyerbak di seluruh aula. Semua orang diam-diam terkejut karena Angga memuji kue beras kuning yang sederhana ini.“Dita, kamu memang cukup hebat sampai Angga bisa begitu menyukaimu. Kalau kamu bisa membuatnya bahagia, itu adalah suatu jasa. Pelayan, beri dia hadiah!” Setelah membilas mulutnya, Putri Agung menatap Dita lagi.Seorang dayang senior segera mengeluarkan satu set hiasan kepala mutiara. Mutiara-mutiara itu bahkan lebih bes

  • Takdir Membawaku Padamu Malam Ini   Bab 42

    Dita menerima surat kepemilikan rumah itu dan membacanya berulang kali. Nama pemilik rumah itu benar-benar adalah Dita Suyatno.“Apa aku bisa langsung tagih sewa sekarang juga?” tanya Dita dengan penuh semangat. Dia akhirnya bisa merasakan sensasi menagih uang sewa, juga menghasilkan uang tanpa perlu melakukan apa pun.“Berdiri. Masih ada beberapa petisi yang mau aku baca. Catat resep itu beserta kegunaan dan dosisnya dengan jelas.” Angga mendorong Dita untuk bangkit, lalu mengusap wajahnya dan berkata, “Aku akan bermalam di sini. Siapkan ranjangnya dengan baik.”“Siap!” Dita tidak berhenti mengangguk hingga kepalanya terasa hampir copot dari lehernya.Jangankan membiarkan Angga bermalam, Dita bahkan bersedia mengubah dirinya menjadi pilar kayu dan menopangnya sepanjang malam dengan senang hati. Ini namanya kekuatan uang!Setelah tiba di halaman, Angga menoleh dan melihat Dita yang tidak berhenti mencium surat kepemilikan rumah dengan kuat. Kemudian, dia baru melangkah keluar dengan su

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status