Home / Young Adult / Takdir Cinta untuk Briella / Ketertarikan yang Salah

Share

Ketertarikan yang Salah

Author: Wisya Kiehl
last update Last Updated: 2025-03-12 09:54:11

Betapa terkejutnya Gietta saat membaca isi surat tersebut. Gietta benar-benar tidak menyangka bahwa bahasa yang digunakan dalam surat tersebut begitu menyentuh hatinya.

"Apa ini, Briell? Kenapa isinya begini," kata Gietta.

Briella tersenyum dengan gamblang. Ia kemudian duduk di sebelah Gietta. Briella menyentuh tangan Gietta dan lekas digenggamnya.

"Itu tulisan dari sepupuku, Giett. Dia menyukaimu sejak lama," ucap Briella.

Wajah Gietta langsung berubah seketika menjadi kaku. Ia menengok ke arah Briella dan memandanginya dengan datar.

"Apa kamu mau menerima dia sebagai pacarmu, Giett?" tanya Briella.

Sontak saja pandangan mata Gietta langsung beralih ke arah Aden. Lelaki yang tadinya sempat membuat jantungnya berdebar itu kini sedang memasang wajah acuh.

"Bagaimana mungkin aku menerima sepupumu, Briell? Hatiku saja sudah tertambat pada seseorang," ujar Gietta.

Dengan ekspresi yang terkejut, Briella menaikkan alisnya. Ia tak menyangka ternyata Gietta sudah jatuh hati kepada orang lain. Sontak saja Briella langsung mengatupkan bibirnya dan memasang senyum kecut.

"Kau sudah temukan tambatan hati? Siapa dia?" tanya Briella.

"Aku tidak bisa mengatakannya sekarang, Briell. Biarlah dia menjadi sosok misterius yang istimewa," kata Gietta.

Briella langsung menganggukkan kepalanya. Alih-alih setuju dengan perkataan Gietta, Briella masih penasaran dengan sosok yang bisa menyabet hati temannya tersebut.

Briella pun memandangi wajah Gietta. Berusaha untuk mencari petunjuk lewat tatapan mata Gietta. Namun sayangnya, Gietta malah segera beranjak berdiri.

"Briel, aku rasa sudah tidak ada lagi yang ingin aku sampaikan. Biarkan aku pulang terlebih dahulu ya," ujar Gietta berpamitan pada Briella.

Briella pun mengangguk setuju. Ia lekas berdiri dan memegangi tangan Gietta. Ditatapnya wajah manis milik Gietta seraya tersenyum.

"Iya, terima kasih sudah mau menjengukku, Giett. Kamu memang teman yang baik," kata Briella.

"Tidak masalah, Briel. Selamanya kamu temanku," ucap Gietta.

Briella pun menghambur ke dalam pelukan Gietta. Kini mereka berdua saling berpelukan. Saat Briella tak menyadari, Gietta tiba-tiba saja memandang ke arah Aden.

Ia tersenyum malu-malu dengan pipi yang merona merah. Tampaknya wajah tampan Aden mampu membuat hati Gietta berdesir.

"Sudah ya, Briell. Aku pulang dulu," kata Gietta.

"Ya, hati-hati di jalan," ucap Briella.

Gietta menyengguk seraya tersenyum kepada Briella. Sesekali ia mengarahkan pandangannya ke arah Aden. Setelahnya baru Gietta pergi. Kini tinggallah Aden berdua dengan Briella.

Aden menatap ke arah Briella yang sedang merajut. Tampaknya Briella sedang acuh akan keberadaan Aden. Aden pun hanya bisa berdecak sebal.

"Briel, segitu asyiknya kah kamu sampai mengabaikan aku di sini," kata Aden.

"Lagian kamu bukannya sibuk sama para perempuan seperti biasanya, eh sekarang malah masih di sini," sindir Briella.

"Kamu masih marah perkara itu, Briel?" tanya Aden.

"Aku tidak marah, Aden. Aku tahu kau memang lelaki buaya," kata Briella.

Aden mencebik lantaran mendengar perkataan Briella yang mengatainya buaya. Sesekali Aden memandangi wajah Briella yang ayu, lalu dia meringis.

"Bisa-bisanya kau menyebut lelakimu sendiri dengan sebutan buaya," ujar Aden.

Briella tak menggubris perkataan Aden, ia kembali melanjutkan aktivitasnya untuk merajut. Melihat Briella yang sedang asyik sendiri, Aden pun langsung merasa sebal.

"Buatkan aku minuman, Briell. Aku haus," ucap Aden.

"Kau kan bisa buat minuman sendiri," ujar Briella.

Tak banyak basa-basi lagi, Aden pun langsung merenggut rajutan yang dikerjakan oleh Briella. Menyaksikan rajutannya yang diambil, Briella pun marah seketika.

"Kamu apa-apaan sih, Aden. Kembalikan!" seru Briella.

"Tidak, sampai kau membuatkan aku minuman," kata Aden.

Briella mengembuskan napas panjangnya. Ia menatap kaku ke arah wajah Aden yang tampak sebal. Kini Briella hanya bisa berpasrah saja.

"Minuman apa yang kau ingin?" tanya Briella pada akhirnya.

"Buatkan aku es jeruk. Secepatnya," pungkas Aden.

"Baiklah, baik. Akan aku buatkan," ujar Briella.

Selepasnya Briella langsung masuk ke dalam. Ia menuju dapur dan segera membuatkan es jeruk untuk Aden. Briella tampak terampil dalam membuatkan minuman untuk calon suaminya tersebut.

"Ini es jeruk untukmu, Aden," kata Briella.

Tanpa basa-basi lagi, Aden segera menegak es jeruk buatan Briella. Setelah hilang dahaganya, barulah Aden menatap ke arah Briella.

"Ada yang aneh, Briel. Dengan temanmu itu," kata Aden.

Kening Briella mengerut seketika. Tampak penasaran dengan kata-kata Aden. Briella pun lekas duduk di dekat Aden dan mencondongkan tubuhnya ke arah calon suaminya tersebut.

"Siapa? Si Gietta?" tanya Briella.

"Ya. Itulah dia. Gietta. Dia aneh. Sedari tadi terus memandangiku," kata Aden.

Kernyitan di dahi Briella semakin dalam. Ia mencoba memikirkan maksud dari kata-kata Aden.

"Itu hanya perasaanmu saja kali, Aden!" bantah Briella.

"Tidak, Briell. Ini serius. Dia memandangiku lama sekali. Sampai-sampai aku merasa risih dilihatnya," kata Aden.

"Mungkin dia memandangimu karena kau tampan saja. Tidak ada maksud lain," tukas Briella.

Briella masih berpikir positif kepada sahabatnya, Gietta. Dalam batin Briella, Gietta tidak mungkin menaruh rasa suka pada Aden.

"Bagaimana jeruknya? Apa manis?" tanya Briella.

"Ya lumayan. Bisa menghilangkan rasa hausku," kata Aden.

Belum sampai mereka selesai bercakap-cakap, ponsel Aden telah berbunyi nyaring. Aden segera mengangkatnya dan meninggalkan Briella sendiri.

Setelah cukup lama menerima telepon, Aden kembali menuju Briella. Lekas duduklah Aden di sebelah Briella.

"Aku harus pergi ke kantor dulu, Briell. Apa kamu mau kuantar ke toko kue untuk menjalankan bisnismu?" tanya Aden.

"Tidak. Aku ikut denganmu saja," ucap Briella.

"Baiklah. Ayo pergi sekarang," ujar Aden.

Aden mengulurkan tangannya yang kemudian disambut dengan Briella. Mereka berdua berpegangan tangan selayaknya sepasang kekasih. Aden segera membukakan pintu mobil untuk membiarkan Briella masuk.

Setelah itu, Aden mengendarai mobilnya menuju ke kantor. Setibanya di sana, Aden dan Briella langsung masuk ke dalam. Mereka pun disambut dengan ramah oleh para karyawan perusahaan Aden.

"Selamat siang, Tuan muda," sapa mereka.

"Siang. Bagaimana urusan kantornya? Apa berjalan dengan lancar?" tanya Aden.

"Ada sedikit kendala, Tuan," ujar salah seorang karyawan.

Aden mengernyit. Belum sampai bibirnya berucap, kedatangan seorang wanita berambut hitam legam menyita perhatiannya. Wanita itu segera berjalan menuju Aden dan mencium pipi kanannya.

"Aku sudah lama menunggumu di sini. Kenapa baru datang!" seru wanita tersebut.

Briella yang menyaksikan itu langsung menaikkan sebelah alisnya. Ia kaget lantaran ada sosok perempuan yang tiba-tiba saja mencium pipi Aden.

"Siapa dia, Aden? Kenapa berani sekali menciummu?" tanya Briella.

"Dia Arunika, Sayang. Perempuan yang kau lihat fotonya di media sosialku," ucap Aden.

"Jadi dia adik perempuanmu itu?" tanya Briella.

"Ya. Lain kali kau jangan terlalu cemburu begitu," ucap Aden.

Briella tidak memberi jawaban lagi. Bibirnya menutup dengan sempurna, meskipun ada perasaan kesal di dalam hati. Sedangkan kedua matanya masih tertuju kepada Aden.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Takdir Cinta untuk Briella   Perhatian Gietta

    "Wajar jika aku cemburu, Aden! Aku ini calon istrimu," ujar Briella."Tapi, Briell. Dia adikku. Masa iya kamu cemburu ke adik perempuanku," kata Aden.Briella lantas terdiam seketika usai mendengar perkataan Aden. Ia kemudian memandang ke arah wanita yang ada di depannya tersebut. Menurut informasi dari Aden, wanita yang ada di depannya itu adalah Arunika."Jadi kau yang bernama Arunika?" tanya Briella."Benar. Kakak ini apa tunangannya kak Aden?"Kini giliran Arunika yang bertanya. Arunika mengernyitkan dahi. Sepertinya baru pertama kali ini mereka saling ketemu. Briella pun lekas mengangguk."Ya. Aku adalah calon istrinya Aden," jawab Briella.Bukan main senangnya Arunika bertemu dengan calon istri Aden. Ia langsung memagut senyum culas di bibirnya. Arunika segera mengulur tangannya, mengajak Briella untuk bersalaman."Arunika Darma. Adik perempuan Aden Sandero," kata Arunika.Tanpa ragu-ragu lagi Briella menjabat tangan Arunika. Ia membalas uluran tangan Arunika dan mengayun-ayunka

    Last Updated : 2025-03-12
  • Takdir Cinta untuk Briella   Aden dan Briella

    Kening Briella berkerut. Ia heran lantaran Aden malah memberikan sekotak brownies itu padanya."Kenapa malah kau berikan padaku?" ucap Briella."Aku tidak menyukainya. Jadi untukmu saja," kata Aden."Hei, jangan begitu. Kita makan ini bersama-sama," ujar Briella.Aden pun berdecak. Dia lantas menggeleng dan merebut lagi sekotak brownies yang dipegang Briella. Begitu ada karyawan yang masuk, Aden lalu memberikan sekotak brownies tersebut kepada karyawannya. Karyawan itu pun berlalu."Mau makan siang denganku, Briel? Kita makan di kafe biasanya," kata Aden."Terserah kau saja. Aku akan ikut," jawab Briella."Keputusan yang bagus," ujar Aden.Dia pun mengecup kening Briella dan menggenggam tangan Briella. Kini mereka berdua pergi menuju ke kantin bersama-sama.Setibanya di kantin, Aden mempersilakan Briella duduk. Ditatapnya mata Briella untuk sementara waktu sebelum akhirnya Aden tersenyum."Mau kupesankan apa, Sayang?" tanya Aden."Sardinia dan jus melon saja," kata Briella."Baiklah,

    Last Updated : 2025-03-12
  • Takdir Cinta untuk Briella   Ketakutan Briella

    Sandera berkacak pinggang memandang ke arah Briella yang digendong oleh Aden. Keningnya berkerut menyaksikan kejadian itu."Apa Briella membuat kekacauan lagi di kantormu, Aden?" tanya Sandera.Briella mengerucutkan bibirnya. Pasalnya Sandera selalu seenaknya menuduh dirinya. Padahal Briella mengalami ini semua secara tidak sengaja.Kakinya benar-benar terkilir!"Tidak kok, Ma. Briella tidak sengaja jatuh lalu kakinya sakit," ujar Aden."Ya ampun. Kamu ini benar-benar ceroboh ya, Briella! Bisa-bisanya jatuh begitu," kata Sandera.Sandera lalu melihat ke arah Briella. Ditatapnya anak perempuannya yang sedang digendong oleh Aden. Sandera kemudian menurunkan kacak pinggangnya dan menghampiri Briella."Kasihan Aden menggendongmu sampai seperti itu," lanjut Sandera.Sandera kemudian menilik kaki Briella yang tampak bengkak. Dilihatnya dengan cermat kondisi kaki Briella yang saat ini lebam."Turunkan saja, Aden. Biarkan Briella berjalan sendiri," kata Sandera.Aden terkejut seketika. Kening

    Last Updated : 2025-03-21
  • Takdir Cinta untuk Briella   Bunga Peony

    Briella hanya bisa mengembuskan napas menghadapi kemarahan Sandera. Tidak salah apabila Sandera sampai memarahinya begitu, sebab Gietta sendiri adalah teman lamanya yang tidak pantas untuk dicurigai.Namun juga bukan salah Briella yang memiliki ketakutan akan kehilangan Aden. Briella memandangi Sandera yang sedang memberikan nasihat kepadanya. Tampaknya tidak akan habis rasa amarah Sandera."Mama tidak mau kamu menjadi orang yang paranoid, Briel. Mama bilang begini juga demi kebaikanmu," kata Sandera."Iya, Ma. Aku juga tahu itu. Tapi bukan salahku jika aku takut kehilangan Aden," ujar Briella."Tetap saja tidak dibenarkan menuduh sahabat mengambil kekasih sendiri. Apalagi kalian berdua sudah bertunangan. Itu tidak mungkin," ucap Sandera."Terserah mama saja. Aku capek berdebat terus dengan mama," ujar Briella.Setelah mengantar dokter pribadinya, Aden kembali. Dia berjalan masuk ke dalam rumah dan mendapati adanya Sandera di dekat Briella. Aden pun langsung menghampiri keduanya dan m

    Last Updated : 2025-03-21
  • Takdir Cinta untuk Briella   Sebening Embun

    "Nyonya, Tuan, tolong. Ini nona Briella sesaknya kambuh lagi," teriak salah satu pelayan setelah mengetahui bahwa Briella memegangi dadanya.Kondisi napasnya sudah tidak beraturan, apalagi detak jantungnya. Adalah hal biasa bagi Briella untuk mengalami masa-masa seperti ini. Ia adalah perempuan yang mengidap penyakit langka. Aritmia. Yaitu sebuah kondisi di mana jantung akan memiliki detak yang tak karuan dan tak stabil."Dada Briella sakit, Bi," keluh Briella sambil terus memegangi bagian dadanya."Sabar ya, Non. Tunggu ini bibi lagi panggilin tuan dan nyonya," kata bibi Inem.Briella pun mengangguk pelan. Tak lama setelahnya, datanglah Nyonya Sandera dan Tuan Antonio. Mereka segera memapah Briella ke dalam mobil dan menuju ke rumah sakit terdekat. Seperti biasa, Briella akan diperiksa detak jantung dan denyut nadinya."Bagaimana kondisi anak saya, Dok?" tanya Sandera."Anak Ibu napasnya tidak beraturan. Detak jantungnya melambat. Disarankan untuk segera minum obat dan beristirahat

    Last Updated : 2025-03-12
  • Takdir Cinta untuk Briella   Perdebatan Melelahkan

    Briella kemudian menatap ke arah mamanya. Dengan tatapan tajam, ia memandangi mamanya yang kini usianya tak lagi muda."Masih saja kamu membantah kata-kata Mama, Briella. Sudah jelas-jelas tidak berdaya, masih saja melawan," ucap Sandera.Briella hanya bisa menghela napas. Meladeni mamanya untuk bertengkar ternyata percuma. Sebab Sandera hanya akan menyanggah semua perkataannya."Sudahlah, Tante. Jangan berantem sama Briella. Sini, biar Aden yang bawa Briella jalan-jalan," sela Aden.Aden kemudian mengedipkan sebelah matanya pada Briella. Seolah mengisyaratkan kepada Briella untuk mengikuti arahnya pergi. Tidak punya pilihan lain, Briella pun mengikuti arah Aden pergi.Setelah jauh dari Sandera, Briella kemudian menghentikan langkah kakinya. Menyadari bahwa Briella berhenti, Aden langsung menoleh."Kenapa kau berhenti, Briella? Bukannya tujuan kita masih jauh," ucap Aden.Dengan sekali helaan napasnya, Briella menggeleng. Rupanya Briella sudah kehabisan tenaga untuk mengikuti langkah

    Last Updated : 2025-03-12

Latest chapter

  • Takdir Cinta untuk Briella   Bunga Peony

    Briella hanya bisa mengembuskan napas menghadapi kemarahan Sandera. Tidak salah apabila Sandera sampai memarahinya begitu, sebab Gietta sendiri adalah teman lamanya yang tidak pantas untuk dicurigai.Namun juga bukan salah Briella yang memiliki ketakutan akan kehilangan Aden. Briella memandangi Sandera yang sedang memberikan nasihat kepadanya. Tampaknya tidak akan habis rasa amarah Sandera."Mama tidak mau kamu menjadi orang yang paranoid, Briel. Mama bilang begini juga demi kebaikanmu," kata Sandera."Iya, Ma. Aku juga tahu itu. Tapi bukan salahku jika aku takut kehilangan Aden," ujar Briella."Tetap saja tidak dibenarkan menuduh sahabat mengambil kekasih sendiri. Apalagi kalian berdua sudah bertunangan. Itu tidak mungkin," ucap Sandera."Terserah mama saja. Aku capek berdebat terus dengan mama," ujar Briella.Setelah mengantar dokter pribadinya, Aden kembali. Dia berjalan masuk ke dalam rumah dan mendapati adanya Sandera di dekat Briella. Aden pun langsung menghampiri keduanya dan m

  • Takdir Cinta untuk Briella   Ketakutan Briella

    Sandera berkacak pinggang memandang ke arah Briella yang digendong oleh Aden. Keningnya berkerut menyaksikan kejadian itu."Apa Briella membuat kekacauan lagi di kantormu, Aden?" tanya Sandera.Briella mengerucutkan bibirnya. Pasalnya Sandera selalu seenaknya menuduh dirinya. Padahal Briella mengalami ini semua secara tidak sengaja.Kakinya benar-benar terkilir!"Tidak kok, Ma. Briella tidak sengaja jatuh lalu kakinya sakit," ujar Aden."Ya ampun. Kamu ini benar-benar ceroboh ya, Briella! Bisa-bisanya jatuh begitu," kata Sandera.Sandera lalu melihat ke arah Briella. Ditatapnya anak perempuannya yang sedang digendong oleh Aden. Sandera kemudian menurunkan kacak pinggangnya dan menghampiri Briella."Kasihan Aden menggendongmu sampai seperti itu," lanjut Sandera.Sandera kemudian menilik kaki Briella yang tampak bengkak. Dilihatnya dengan cermat kondisi kaki Briella yang saat ini lebam."Turunkan saja, Aden. Biarkan Briella berjalan sendiri," kata Sandera.Aden terkejut seketika. Kening

  • Takdir Cinta untuk Briella   Aden dan Briella

    Kening Briella berkerut. Ia heran lantaran Aden malah memberikan sekotak brownies itu padanya."Kenapa malah kau berikan padaku?" ucap Briella."Aku tidak menyukainya. Jadi untukmu saja," kata Aden."Hei, jangan begitu. Kita makan ini bersama-sama," ujar Briella.Aden pun berdecak. Dia lantas menggeleng dan merebut lagi sekotak brownies yang dipegang Briella. Begitu ada karyawan yang masuk, Aden lalu memberikan sekotak brownies tersebut kepada karyawannya. Karyawan itu pun berlalu."Mau makan siang denganku, Briel? Kita makan di kafe biasanya," kata Aden."Terserah kau saja. Aku akan ikut," jawab Briella."Keputusan yang bagus," ujar Aden.Dia pun mengecup kening Briella dan menggenggam tangan Briella. Kini mereka berdua pergi menuju ke kantin bersama-sama.Setibanya di kantin, Aden mempersilakan Briella duduk. Ditatapnya mata Briella untuk sementara waktu sebelum akhirnya Aden tersenyum."Mau kupesankan apa, Sayang?" tanya Aden."Sardinia dan jus melon saja," kata Briella."Baiklah,

  • Takdir Cinta untuk Briella   Perhatian Gietta

    "Wajar jika aku cemburu, Aden! Aku ini calon istrimu," ujar Briella."Tapi, Briell. Dia adikku. Masa iya kamu cemburu ke adik perempuanku," kata Aden.Briella lantas terdiam seketika usai mendengar perkataan Aden. Ia kemudian memandang ke arah wanita yang ada di depannya tersebut. Menurut informasi dari Aden, wanita yang ada di depannya itu adalah Arunika."Jadi kau yang bernama Arunika?" tanya Briella."Benar. Kakak ini apa tunangannya kak Aden?"Kini giliran Arunika yang bertanya. Arunika mengernyitkan dahi. Sepertinya baru pertama kali ini mereka saling ketemu. Briella pun lekas mengangguk."Ya. Aku adalah calon istrinya Aden," jawab Briella.Bukan main senangnya Arunika bertemu dengan calon istri Aden. Ia langsung memagut senyum culas di bibirnya. Arunika segera mengulur tangannya, mengajak Briella untuk bersalaman."Arunika Darma. Adik perempuan Aden Sandero," kata Arunika.Tanpa ragu-ragu lagi Briella menjabat tangan Arunika. Ia membalas uluran tangan Arunika dan mengayun-ayunka

  • Takdir Cinta untuk Briella   Ketertarikan yang Salah

    Betapa terkejutnya Gietta saat membaca isi surat tersebut. Gietta benar-benar tidak menyangka bahwa bahasa yang digunakan dalam surat tersebut begitu menyentuh hatinya."Apa ini, Briell? Kenapa isinya begini," kata Gietta.Briella tersenyum dengan gamblang. Ia kemudian duduk di sebelah Gietta. Briella menyentuh tangan Gietta dan lekas digenggamnya."Itu tulisan dari sepupuku, Giett. Dia menyukaimu sejak lama," ucap Briella.Wajah Gietta langsung berubah seketika menjadi kaku. Ia menengok ke arah Briella dan memandanginya dengan datar."Apa kamu mau menerima dia sebagai pacarmu, Giett?" tanya Briella.Sontak saja pandangan mata Gietta langsung beralih ke arah Aden. Lelaki yang tadinya sempat membuat jantungnya berdebar itu kini sedang memasang wajah acuh."Bagaimana mungkin aku menerima sepupumu, Briell? Hatiku saja sudah tertambat pada seseorang," ujar Gietta.Dengan ekspresi yang terkejut, Briella menaikkan alisnya. Ia tak menyangka ternyata Gietta sudah jatuh hati kepada orang lain.

  • Takdir Cinta untuk Briella   Perdebatan Melelahkan

    Briella kemudian menatap ke arah mamanya. Dengan tatapan tajam, ia memandangi mamanya yang kini usianya tak lagi muda."Masih saja kamu membantah kata-kata Mama, Briella. Sudah jelas-jelas tidak berdaya, masih saja melawan," ucap Sandera.Briella hanya bisa menghela napas. Meladeni mamanya untuk bertengkar ternyata percuma. Sebab Sandera hanya akan menyanggah semua perkataannya."Sudahlah, Tante. Jangan berantem sama Briella. Sini, biar Aden yang bawa Briella jalan-jalan," sela Aden.Aden kemudian mengedipkan sebelah matanya pada Briella. Seolah mengisyaratkan kepada Briella untuk mengikuti arahnya pergi. Tidak punya pilihan lain, Briella pun mengikuti arah Aden pergi.Setelah jauh dari Sandera, Briella kemudian menghentikan langkah kakinya. Menyadari bahwa Briella berhenti, Aden langsung menoleh."Kenapa kau berhenti, Briella? Bukannya tujuan kita masih jauh," ucap Aden.Dengan sekali helaan napasnya, Briella menggeleng. Rupanya Briella sudah kehabisan tenaga untuk mengikuti langkah

  • Takdir Cinta untuk Briella   Sebening Embun

    "Nyonya, Tuan, tolong. Ini nona Briella sesaknya kambuh lagi," teriak salah satu pelayan setelah mengetahui bahwa Briella memegangi dadanya.Kondisi napasnya sudah tidak beraturan, apalagi detak jantungnya. Adalah hal biasa bagi Briella untuk mengalami masa-masa seperti ini. Ia adalah perempuan yang mengidap penyakit langka. Aritmia. Yaitu sebuah kondisi di mana jantung akan memiliki detak yang tak karuan dan tak stabil."Dada Briella sakit, Bi," keluh Briella sambil terus memegangi bagian dadanya."Sabar ya, Non. Tunggu ini bibi lagi panggilin tuan dan nyonya," kata bibi Inem.Briella pun mengangguk pelan. Tak lama setelahnya, datanglah Nyonya Sandera dan Tuan Antonio. Mereka segera memapah Briella ke dalam mobil dan menuju ke rumah sakit terdekat. Seperti biasa, Briella akan diperiksa detak jantung dan denyut nadinya."Bagaimana kondisi anak saya, Dok?" tanya Sandera."Anak Ibu napasnya tidak beraturan. Detak jantungnya melambat. Disarankan untuk segera minum obat dan beristirahat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status