Share

Perdebatan Melelahkan

Penulis: Wisya Kiehl
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-12 09:52:58

Briella kemudian menatap ke arah mamanya. Dengan tatapan tajam, ia memandangi mamanya yang kini usianya tak lagi muda.

"Masih saja kamu membantah kata-kata Mama, Briella. Sudah jelas-jelas tidak berdaya, masih saja melawan," ucap Sandera.

Briella hanya bisa menghela napas. Meladeni mamanya untuk bertengkar ternyata percuma. Sebab Sandera hanya akan menyanggah semua perkataannya.

"Sudahlah, Tante. Jangan berantem sama Briella. Sini, biar Aden yang bawa Briella jalan-jalan," sela Aden.

Aden kemudian mengedipkan sebelah matanya pada Briella. Seolah mengisyaratkan kepada Briella untuk mengikuti arahnya pergi. Tidak punya pilihan lain, Briella pun mengikuti arah Aden pergi.

Setelah jauh dari Sandera, Briella kemudian menghentikan langkah kakinya. Menyadari bahwa Briella berhenti, Aden langsung menoleh.

"Kenapa kau berhenti, Briella? Bukannya tujuan kita masih jauh," ucap Aden.

Dengan sekali helaan napasnya, Briella menggeleng. Rupanya Briella sudah kehabisan tenaga untuk mengikuti langkah Aden.

"Aku capek, Aden. Sebenarnya kita mau ke mana?" tanya Briella.

"Tentu kita akan jalan-jalan ke tempat yang kamu mau, Sayang," ucap Aden.

Briella berdecak. Sebal lantaran mendengar ucapan Aden. Tidak karuan perasaan yang ia rasakan di hatinya. Ia kemudian menatap Aden dengan tajam.

"Aku tidak mau, Aden. Bukannya siang tadi kulihat kau jalan dengan perempuan lain," ujar Briella.

"Masih kau bahas pertemuanku dengan dia, Sayang? Bukannya sudah gamblang kuceritakan jika dia adikku," kata Aden.

"Aku tidak percaya, Aden. Selama ini kau selalu berbohong," kata Briella.

Aden mendecak untuk sementara waktu. Dia menatap Briella dengan penuh sayang lalu mengecup dahinya.  Awalnya Briella memang tidak mengelak, namun hatinya semakin sesak karena ulah Aden yang sesuka hati.

Usai dikecup, Briella kemudian memandangi wajah Aden. Tunangannya itu hanya tersenyum dengan wajah polosnya. Semakin gemas saja Briella dengan tingkah laku Aden yang merasa tidak punya salah padanya.

"Sudahlah, Aden. Aku kemari juga karena ulahmu," kata Briella.

Briella kemudian membalikkan badannya dan lantas pergi meninggalkan Aden. Tanpa mempedulikan lagi Aden, Briella terus berjalan menuju taman belakang rumah.

Sesampainya di sana, Briella langsung duduk di dekat kolam ikan. Briella menatap luruh keruh ke dalam air kolam. Tampaknya sudah lelah untuk menjalani hari-harinya.

"Enak saja dia mau menipuku lagi. Aku tidak akan termakan dengan rayuannya kali ini," gerutu Briella.

Briella mengembus napas panjangnya. Tatapannya berubah menjadi berkilat karena emosi. Namun sebuah suara meneriakkan namanya, membuat Briella harus menoleh ke belakang.

Seorang perempuan dengan tubuh yang ramping sedang tersenyum padanya. Briella melambaikan tangan dan membalas senyuman perempuan tersebut. Tanpa ragu-ragu lagi Briella segera bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Gietta.

"Long time no see, Dear. How are you?" sapa Gietta.

Gietta langsung mendekap erat tubuh Briella. Sudah lama perempuan bertubuh ramping itu tidak berjumpa dengan kawannya, Briella.

"Kabarku baik, Giet. Kamu datang ke sini tidak bilang-bilang padaku," ujar Briella.

"Sengaja aku datang tanpa memberimu kabar. Tujuanku adalah untuk melihat kondisimu, Briella," kata Gietta.

Briella lalu melepaskan dekapan Gietta. Tangan Briella masih menempel pada pundak temannya itu. Dengan senyum yang mengambang, Briella menatap Gietta.

"Seperti yang kau lihat, Giet. Aku sempurna tanpa satu gangguan pun," ucap Briella.

"Tapi kata tante Sandera, kemarin kau habis keluar dari rumah sakit. Apa kau masih belum sembuh, Briel?" tanya Gietta.

Briella menelan ludahnya. Pasalnya mamanya itu telah menceritakan yang sebenarnya pada kawan lamanya yang jarang berjumpa. Briella memasang wajah yang kaku dan kemudian beringsut bicara.

"Memang, Giet. Tapi sekarang kondisiku sudah benar-benar sehat. Jadi kau tidak perlu merisaukan keadaanku," kata Briella.

"Baguslah kalau memang demikian adanya," ujar Gietta.

"Kemarilah. Akan aku ajak kau berkenalan dengan tunanganku," ucap Briella.

Briella kemudian merengkuh tangan Gietta. Ia mengajak Gietta untuk menemui Aden. Begitu tiba di depan Aden, pipi Gietta langsung merona. Briella tidak mengetahui hal ini, ia lekas memanggil Aden, tunangannya tersebut.

"Aden!" seru Briella.

Sontak saja Aden menoleh. Dia mengerutkan keningnya dan mengangkat alisnya ke atas. Tampak asing melihat sosok yang berdiri di sebelah Briella. 

"Kemarilah. Akan aku ajak kau berkenalan dengan seseorang," ucap Briella.

Aden lekas berdiri. Dia lalu berjalan menuju ke arah Briella. Begitu sampai di dekat Briella, Aden menghentikan langkahnya. Kedua mata Aden menatap ke arah Briella dengan canggung. Dia pun lekas menggaruk lehernya.

"Siapa dia, Briella? Aku baru pertama kali ini bertemu dengannya," kata Aden.

"Dia Gietta. Teman lamaku semasa sekolah dulu," ujar Briella.

Briella kemudian mengalihkan perhatian kepada Gietta. Ia memasang senyum lebar kepada Gietta, lantas beberapa saat kemudian Briella kembali bicara.

"Ini tunanganku, Giet. Namanya Aden," ucap Briella.

Sontak saja Gietta lekas mengulurkan tangan kanannya. Ia mengajak Aden untuk bersalaman, dan Aden pun menerima uluran tangan dari Gietta. Mereka berdua saling menjabat tangan hingga sama-sama tersenyum satu sama lain.

Setelah cukup lama bersalaman, akhirnya Gietta dan Aden menyudahinya. Aden memandang ke arah Briella, namun yang di luar dugaan ternyata Gietta malah memperhatikan Aden. 

"Bukannya tadi kamu ngambek? Sekarang kenapa kamu malah cengar-cengir nggak jelas begitu," kata Aden.

"Tidak apa-apa. Aku hanya senang bisa mengenalkanmu dengan teman lamaku," balas Briella.

Aden langsung membungkam mulutnya. Tidak disangka kejadian kecil bisa membuat hati Briella senang. Itupun baru pertama kalinya Aden melihat Briella tersenyum sedemikian rupa. Sungguh manis sekali.

"Oh iya, aku lupa. Giett, aku mau masuk ke dalam rumah dulu. Ada sesuatu yang harus kutunjukkan ke kamu," kata Briella.

Briella lalu mengarahkan pandangannya ke arah Aden. Ia lantas mengembangkan senyumnya dengan lebar. Aden yang melihat gelagat aneh dari Briella lantas menggendik.

"Titip Gietta dulu ya, Aden. Aku mau ke dalam ambil sesuatu," ujar Briella.

Aden yang melihat Briella senang, hanya bisa mengangguk dengan pasrah. Sesaat kemudian, Briella lekas masuk ke dalam rumahnya. Ia berlari-lari kecil menuju kamarnya.

Briella membuka laci meja. Ia asyik mencari surat-surat berharga. Ada secarik kertas yang harus ia berikan kepada Gietta, teman lamanya tersebut.

Setelah cukup lama mencari, akhirnya Briella menemukan kertas yang ia cari. Kertas itu berisikan tulisan-tulisan penting yang harus dibaca Gietta.

Usai menemukan kertas, Briella langsung berdiri. Ia melangkahkan kakinya kembali ke arah Gietta yang ada di halaman belakang rumah. Begitu tiba di hadapan Gietta, Briella lekas memberikan kertas tersebut.

"Ini surat yang ditulis oleh sepupuku. Bacalah, surat ini memang ditujukan kepadamu, Giett," ucap Briella.

"Untukku?" tanya Gietta.

"Ya, untukmu. Baca saja. Nanti kamu akan suka," kata Briella.

Mulanya Gietta ragu akan membaca secarik kertas yang diberikan oleh Briella. Namun setelah memperhatikan keseriusan di wajah Briella, Gietta akhirnya membacanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Takdir Cinta untuk Briella   Ketertarikan yang Salah

    Betapa terkejutnya Gietta saat membaca isi surat tersebut. Gietta benar-benar tidak menyangka bahwa bahasa yang digunakan dalam surat tersebut begitu menyentuh hatinya."Apa ini, Briell? Kenapa isinya begini," kata Gietta.Briella tersenyum dengan gamblang. Ia kemudian duduk di sebelah Gietta. Briella menyentuh tangan Gietta dan lekas digenggamnya."Itu tulisan dari sepupuku, Giett. Dia menyukaimu sejak lama," ucap Briella.Wajah Gietta langsung berubah seketika menjadi kaku. Ia menengok ke arah Briella dan memandanginya dengan datar."Apa kamu mau menerima dia sebagai pacarmu, Giett?" tanya Briella.Sontak saja pandangan mata Gietta langsung beralih ke arah Aden. Lelaki yang tadinya sempat membuat jantungnya berdebar itu kini sedang memasang wajah acuh."Bagaimana mungkin aku menerima sepupumu, Briell? Hatiku saja sudah tertambat pada seseorang," ujar Gietta.Dengan ekspresi yang terkejut, Briella menaikkan alisnya. Ia tak menyangka ternyata Gietta sudah jatuh hati kepada orang lain.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Takdir Cinta untuk Briella   Perhatian Gietta

    "Wajar jika aku cemburu, Aden! Aku ini calon istrimu," ujar Briella."Tapi, Briell. Dia adikku. Masa iya kamu cemburu ke adik perempuanku," kata Aden.Briella lantas terdiam seketika usai mendengar perkataan Aden. Ia kemudian memandang ke arah wanita yang ada di depannya tersebut. Menurut informasi dari Aden, wanita yang ada di depannya itu adalah Arunika."Jadi kau yang bernama Arunika?" tanya Briella."Benar. Kakak ini apa tunangannya kak Aden?"Kini giliran Arunika yang bertanya. Arunika mengernyitkan dahi. Sepertinya baru pertama kali ini mereka saling ketemu. Briella pun lekas mengangguk."Ya. Aku adalah calon istrinya Aden," jawab Briella.Bukan main senangnya Arunika bertemu dengan calon istri Aden. Ia langsung memagut senyum culas di bibirnya. Arunika segera mengulur tangannya, mengajak Briella untuk bersalaman."Arunika Darma. Adik perempuan Aden Sandero," kata Arunika.Tanpa ragu-ragu lagi Briella menjabat tangan Arunika. Ia membalas uluran tangan Arunika dan mengayun-ayunka

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Takdir Cinta untuk Briella   Aden dan Briella

    Kening Briella berkerut. Ia heran lantaran Aden malah memberikan sekotak brownies itu padanya."Kenapa malah kau berikan padaku?" ucap Briella."Aku tidak menyukainya. Jadi untukmu saja," kata Aden."Hei, jangan begitu. Kita makan ini bersama-sama," ujar Briella.Aden pun berdecak. Dia lantas menggeleng dan merebut lagi sekotak brownies yang dipegang Briella. Begitu ada karyawan yang masuk, Aden lalu memberikan sekotak brownies tersebut kepada karyawannya. Karyawan itu pun berlalu."Mau makan siang denganku, Briel? Kita makan di kafe biasanya," kata Aden."Terserah kau saja. Aku akan ikut," jawab Briella."Keputusan yang bagus," ujar Aden.Dia pun mengecup kening Briella dan menggenggam tangan Briella. Kini mereka berdua pergi menuju ke kantin bersama-sama.Setibanya di kantin, Aden mempersilakan Briella duduk. Ditatapnya mata Briella untuk sementara waktu sebelum akhirnya Aden tersenyum."Mau kupesankan apa, Sayang?" tanya Aden."Sardinia dan jus melon saja," kata Briella."Baiklah,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Takdir Cinta untuk Briella   Ketakutan Briella

    Sandera berkacak pinggang memandang ke arah Briella yang digendong oleh Aden. Keningnya berkerut menyaksikan kejadian itu."Apa Briella membuat kekacauan lagi di kantormu, Aden?" tanya Sandera.Briella mengerucutkan bibirnya. Pasalnya Sandera selalu seenaknya menuduh dirinya. Padahal Briella mengalami ini semua secara tidak sengaja.Kakinya benar-benar terkilir!"Tidak kok, Ma. Briella tidak sengaja jatuh lalu kakinya sakit," ujar Aden."Ya ampun. Kamu ini benar-benar ceroboh ya, Briella! Bisa-bisanya jatuh begitu," kata Sandera.Sandera lalu melihat ke arah Briella. Ditatapnya anak perempuannya yang sedang digendong oleh Aden. Sandera kemudian menurunkan kacak pinggangnya dan menghampiri Briella."Kasihan Aden menggendongmu sampai seperti itu," lanjut Sandera.Sandera kemudian menilik kaki Briella yang tampak bengkak. Dilihatnya dengan cermat kondisi kaki Briella yang saat ini lebam."Turunkan saja, Aden. Biarkan Briella berjalan sendiri," kata Sandera.Aden terkejut seketika. Kening

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Takdir Cinta untuk Briella   Bunga Peony

    Briella hanya bisa mengembuskan napas menghadapi kemarahan Sandera. Tidak salah apabila Sandera sampai memarahinya begitu, sebab Gietta sendiri adalah teman lamanya yang tidak pantas untuk dicurigai.Namun juga bukan salah Briella yang memiliki ketakutan akan kehilangan Aden. Briella memandangi Sandera yang sedang memberikan nasihat kepadanya. Tampaknya tidak akan habis rasa amarah Sandera."Mama tidak mau kamu menjadi orang yang paranoid, Briel. Mama bilang begini juga demi kebaikanmu," kata Sandera."Iya, Ma. Aku juga tahu itu. Tapi bukan salahku jika aku takut kehilangan Aden," ujar Briella."Tetap saja tidak dibenarkan menuduh sahabat mengambil kekasih sendiri. Apalagi kalian berdua sudah bertunangan. Itu tidak mungkin," ucap Sandera."Terserah mama saja. Aku capek berdebat terus dengan mama," ujar Briella.Setelah mengantar dokter pribadinya, Aden kembali. Dia berjalan masuk ke dalam rumah dan mendapati adanya Sandera di dekat Briella. Aden pun langsung menghampiri keduanya dan m

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Takdir Cinta untuk Briella   Sebening Embun

    "Nyonya, Tuan, tolong. Ini nona Briella sesaknya kambuh lagi," teriak salah satu pelayan setelah mengetahui bahwa Briella memegangi dadanya.Kondisi napasnya sudah tidak beraturan, apalagi detak jantungnya. Adalah hal biasa bagi Briella untuk mengalami masa-masa seperti ini. Ia adalah perempuan yang mengidap penyakit langka. Aritmia. Yaitu sebuah kondisi di mana jantung akan memiliki detak yang tak karuan dan tak stabil."Dada Briella sakit, Bi," keluh Briella sambil terus memegangi bagian dadanya."Sabar ya, Non. Tunggu ini bibi lagi panggilin tuan dan nyonya," kata bibi Inem.Briella pun mengangguk pelan. Tak lama setelahnya, datanglah Nyonya Sandera dan Tuan Antonio. Mereka segera memapah Briella ke dalam mobil dan menuju ke rumah sakit terdekat. Seperti biasa, Briella akan diperiksa detak jantung dan denyut nadinya."Bagaimana kondisi anak saya, Dok?" tanya Sandera."Anak Ibu napasnya tidak beraturan. Detak jantungnya melambat. Disarankan untuk segera minum obat dan beristirahat

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12

Bab terbaru

  • Takdir Cinta untuk Briella   Bunga Peony

    Briella hanya bisa mengembuskan napas menghadapi kemarahan Sandera. Tidak salah apabila Sandera sampai memarahinya begitu, sebab Gietta sendiri adalah teman lamanya yang tidak pantas untuk dicurigai.Namun juga bukan salah Briella yang memiliki ketakutan akan kehilangan Aden. Briella memandangi Sandera yang sedang memberikan nasihat kepadanya. Tampaknya tidak akan habis rasa amarah Sandera."Mama tidak mau kamu menjadi orang yang paranoid, Briel. Mama bilang begini juga demi kebaikanmu," kata Sandera."Iya, Ma. Aku juga tahu itu. Tapi bukan salahku jika aku takut kehilangan Aden," ujar Briella."Tetap saja tidak dibenarkan menuduh sahabat mengambil kekasih sendiri. Apalagi kalian berdua sudah bertunangan. Itu tidak mungkin," ucap Sandera."Terserah mama saja. Aku capek berdebat terus dengan mama," ujar Briella.Setelah mengantar dokter pribadinya, Aden kembali. Dia berjalan masuk ke dalam rumah dan mendapati adanya Sandera di dekat Briella. Aden pun langsung menghampiri keduanya dan m

  • Takdir Cinta untuk Briella   Ketakutan Briella

    Sandera berkacak pinggang memandang ke arah Briella yang digendong oleh Aden. Keningnya berkerut menyaksikan kejadian itu."Apa Briella membuat kekacauan lagi di kantormu, Aden?" tanya Sandera.Briella mengerucutkan bibirnya. Pasalnya Sandera selalu seenaknya menuduh dirinya. Padahal Briella mengalami ini semua secara tidak sengaja.Kakinya benar-benar terkilir!"Tidak kok, Ma. Briella tidak sengaja jatuh lalu kakinya sakit," ujar Aden."Ya ampun. Kamu ini benar-benar ceroboh ya, Briella! Bisa-bisanya jatuh begitu," kata Sandera.Sandera lalu melihat ke arah Briella. Ditatapnya anak perempuannya yang sedang digendong oleh Aden. Sandera kemudian menurunkan kacak pinggangnya dan menghampiri Briella."Kasihan Aden menggendongmu sampai seperti itu," lanjut Sandera.Sandera kemudian menilik kaki Briella yang tampak bengkak. Dilihatnya dengan cermat kondisi kaki Briella yang saat ini lebam."Turunkan saja, Aden. Biarkan Briella berjalan sendiri," kata Sandera.Aden terkejut seketika. Kening

  • Takdir Cinta untuk Briella   Aden dan Briella

    Kening Briella berkerut. Ia heran lantaran Aden malah memberikan sekotak brownies itu padanya."Kenapa malah kau berikan padaku?" ucap Briella."Aku tidak menyukainya. Jadi untukmu saja," kata Aden."Hei, jangan begitu. Kita makan ini bersama-sama," ujar Briella.Aden pun berdecak. Dia lantas menggeleng dan merebut lagi sekotak brownies yang dipegang Briella. Begitu ada karyawan yang masuk, Aden lalu memberikan sekotak brownies tersebut kepada karyawannya. Karyawan itu pun berlalu."Mau makan siang denganku, Briel? Kita makan di kafe biasanya," kata Aden."Terserah kau saja. Aku akan ikut," jawab Briella."Keputusan yang bagus," ujar Aden.Dia pun mengecup kening Briella dan menggenggam tangan Briella. Kini mereka berdua pergi menuju ke kantin bersama-sama.Setibanya di kantin, Aden mempersilakan Briella duduk. Ditatapnya mata Briella untuk sementara waktu sebelum akhirnya Aden tersenyum."Mau kupesankan apa, Sayang?" tanya Aden."Sardinia dan jus melon saja," kata Briella."Baiklah,

  • Takdir Cinta untuk Briella   Perhatian Gietta

    "Wajar jika aku cemburu, Aden! Aku ini calon istrimu," ujar Briella."Tapi, Briell. Dia adikku. Masa iya kamu cemburu ke adik perempuanku," kata Aden.Briella lantas terdiam seketika usai mendengar perkataan Aden. Ia kemudian memandang ke arah wanita yang ada di depannya tersebut. Menurut informasi dari Aden, wanita yang ada di depannya itu adalah Arunika."Jadi kau yang bernama Arunika?" tanya Briella."Benar. Kakak ini apa tunangannya kak Aden?"Kini giliran Arunika yang bertanya. Arunika mengernyitkan dahi. Sepertinya baru pertama kali ini mereka saling ketemu. Briella pun lekas mengangguk."Ya. Aku adalah calon istrinya Aden," jawab Briella.Bukan main senangnya Arunika bertemu dengan calon istri Aden. Ia langsung memagut senyum culas di bibirnya. Arunika segera mengulur tangannya, mengajak Briella untuk bersalaman."Arunika Darma. Adik perempuan Aden Sandero," kata Arunika.Tanpa ragu-ragu lagi Briella menjabat tangan Arunika. Ia membalas uluran tangan Arunika dan mengayun-ayunka

  • Takdir Cinta untuk Briella   Ketertarikan yang Salah

    Betapa terkejutnya Gietta saat membaca isi surat tersebut. Gietta benar-benar tidak menyangka bahwa bahasa yang digunakan dalam surat tersebut begitu menyentuh hatinya."Apa ini, Briell? Kenapa isinya begini," kata Gietta.Briella tersenyum dengan gamblang. Ia kemudian duduk di sebelah Gietta. Briella menyentuh tangan Gietta dan lekas digenggamnya."Itu tulisan dari sepupuku, Giett. Dia menyukaimu sejak lama," ucap Briella.Wajah Gietta langsung berubah seketika menjadi kaku. Ia menengok ke arah Briella dan memandanginya dengan datar."Apa kamu mau menerima dia sebagai pacarmu, Giett?" tanya Briella.Sontak saja pandangan mata Gietta langsung beralih ke arah Aden. Lelaki yang tadinya sempat membuat jantungnya berdebar itu kini sedang memasang wajah acuh."Bagaimana mungkin aku menerima sepupumu, Briell? Hatiku saja sudah tertambat pada seseorang," ujar Gietta.Dengan ekspresi yang terkejut, Briella menaikkan alisnya. Ia tak menyangka ternyata Gietta sudah jatuh hati kepada orang lain.

  • Takdir Cinta untuk Briella   Perdebatan Melelahkan

    Briella kemudian menatap ke arah mamanya. Dengan tatapan tajam, ia memandangi mamanya yang kini usianya tak lagi muda."Masih saja kamu membantah kata-kata Mama, Briella. Sudah jelas-jelas tidak berdaya, masih saja melawan," ucap Sandera.Briella hanya bisa menghela napas. Meladeni mamanya untuk bertengkar ternyata percuma. Sebab Sandera hanya akan menyanggah semua perkataannya."Sudahlah, Tante. Jangan berantem sama Briella. Sini, biar Aden yang bawa Briella jalan-jalan," sela Aden.Aden kemudian mengedipkan sebelah matanya pada Briella. Seolah mengisyaratkan kepada Briella untuk mengikuti arahnya pergi. Tidak punya pilihan lain, Briella pun mengikuti arah Aden pergi.Setelah jauh dari Sandera, Briella kemudian menghentikan langkah kakinya. Menyadari bahwa Briella berhenti, Aden langsung menoleh."Kenapa kau berhenti, Briella? Bukannya tujuan kita masih jauh," ucap Aden.Dengan sekali helaan napasnya, Briella menggeleng. Rupanya Briella sudah kehabisan tenaga untuk mengikuti langkah

  • Takdir Cinta untuk Briella   Sebening Embun

    "Nyonya, Tuan, tolong. Ini nona Briella sesaknya kambuh lagi," teriak salah satu pelayan setelah mengetahui bahwa Briella memegangi dadanya.Kondisi napasnya sudah tidak beraturan, apalagi detak jantungnya. Adalah hal biasa bagi Briella untuk mengalami masa-masa seperti ini. Ia adalah perempuan yang mengidap penyakit langka. Aritmia. Yaitu sebuah kondisi di mana jantung akan memiliki detak yang tak karuan dan tak stabil."Dada Briella sakit, Bi," keluh Briella sambil terus memegangi bagian dadanya."Sabar ya, Non. Tunggu ini bibi lagi panggilin tuan dan nyonya," kata bibi Inem.Briella pun mengangguk pelan. Tak lama setelahnya, datanglah Nyonya Sandera dan Tuan Antonio. Mereka segera memapah Briella ke dalam mobil dan menuju ke rumah sakit terdekat. Seperti biasa, Briella akan diperiksa detak jantung dan denyut nadinya."Bagaimana kondisi anak saya, Dok?" tanya Sandera."Anak Ibu napasnya tidak beraturan. Detak jantungnya melambat. Disarankan untuk segera minum obat dan beristirahat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status