Share

Rinai Temaram

Penulis: Wisya Kiehl
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-22 08:41:44

Aden tertegun sejenak melihat perhatian Briella yang romantis. Jarang-jarang terlihat kalau Briella bisa bersikap seperti ini padanya. Briella bahkan bisa sangat hangat pada dirinya, membuat Aden terkesima.

"Kalau kau capek, kita batalkan saja jalan-jalannya," ujar Briella.

Seketika itu juga Aden langsung menggeleng keras-keras. Dia bersikukuh ingin mengajak Briella jalan-jalan keluar.

"Tidak. Tadinya aku sudah berniat untuk mengajakmu jalan-jalan. Masa iya tidak jadi," ujar Aden.

"Barangkali saja kau kecapekan. Aku kan tidak ingin membuat tunanganku sendiri kerepotan," kata Briella.

"Kau ini menyindirku ya, Briell," ujar Aden.

Briella tertawa begitu mendengar ujaran sengit dari Aden. Apalagi jika melihat wajah Aden yang sudah kesal, makin menjadilah tawa Briella.

"Ada apa, Sayang? Apa ada yang terjadi di kantor?" tanya Briella.

"Nanti saja akan kuceritakan. Sekarang bersiaplah, akan kuajak kamu pergi," kata Aden.

Briella berdeham. Ia tidak langsung menjawab perkataan Aden. Sengaja mengulur waktu agar semakin lama. Melihat wajah masam Aden yang semakin tertekuk, Briella pun lekas memutuskan.

"Baiklah. Tunggu di sini sebentar. Aku akan berganti pakaian terlebih dahulu," kata Briella.

Aden pun mengangguk. Kini sorot matanya tampak berbeda. Senyum mulai sedikit mengembang di sudut bibirnya.

"Jangan lama-lama, Briel. Kau tahu, aku tidak suka menunggu," kata Aden.

"Iya, aku tahu. Tunggu dulu di sini ya," ujar Briella.

Setelah itu, Briella pun berlalu. Sekitar sepuluh menit kemudian, Briella berjalan menghampiri Aden. Dirinya sudah siap dengan balutan dress berwarna kuning cerah. Rambutnya yang panjang, ia gelung ke atas agar tidak gerah.

"Yuk berangkat!" seru Briella.

Menyaksikan tampilan Briella yang sangat segar dan cerah di mata, Aden langsung tersenyum. Sangat senang Aden bisa melihat tunangannya merias diri sesederhana itu.

"Kau seperti bunga matahari saja," kata Aden.

"Kenapa bisa mirip bunga matahari? Kau yang ada-ada saja," ujar Briella.

"Habisnya kuning-kuning begitu. Sudahlah, kita langsung berangkat saja," kata Aden.

Aden pun menggandeng tangan Briella. Mereka segera masuk ke dalam mobil. Setelahnya, Aden segera melajukan mobilnya ke jalanan.

"Kita mau ke mana?" tanya Briella.

"Taman pinggiran kota. Tempat kita biasa menghabiskan waktu senja bersama," jawab Aden.

"Tidak bosan ke sana?" tanya Briella.

Aden lantas menggeleng. Gelengan yang kuat ditunjukkan oleh Aden. Briella pun menekuk wajahnya. Cenderung masam dengan keputusan dari Aden.

"Apa kamu tidak suka kuajak ke sana?" tanya Aden.

"Siapa tahu saja kau sudah bosan," kata Briella.

Aden segera menghentikan laju mobilnya. Kini mereka berdua saling berdiam diri. Tak lama, Aden menoleh dan menatap pada Briella.

"Jangan memulai pertengkaran denganku, Briel. Mana mungkin aku bosan dengan tempat kita," kata Aden.

"Kau kan punya banyak pilihan lain. Mana mau terus-terusan setia di tempat yang sama," ujar Briella.

Aden berkeluh lalu mendengkus. Ditatapnya Briella dengan pandangan yang penuh. Aden jenuh melihat kelakuan Briella yang terus saja menuduhnya yang bukan-bukan.

"Mau kucium?" tanya Aden.

Briella tidak menjawab. Justru yang ada, dirinya hanya terpaku dalam posisinya menatap Aden. Tanpa menghabiskan banyak waktu lagi, Aden segera mendekatkan tubuhnya ke arah Briella.

Tangan Aden segera memegangi kedua pipi Briella. Didekatkannya wajah Briella ke arah wajahnya. Sekarang mereka sangat dekat. Bahkan embusan napas saja bisa dirasakan bersama.

Perlahan namun pasti, bibir mereka berdua saling bertemu. Aden mendaratkan ciumannya kepada Briella. Seketika itu pula, badan Briella terasa panas. Kedua pipinya merona merah.

"Aku tidak akan pernah bosan denganmu, Briel. Kau lah tunanganku. Kau yang akan jadi pengantinku kelak," kata Aden.

Aden menyudahi adegan mesranya bersama Briella. Seketika itu pula Briella langsung terdiam. Jantungnya berdegup saat menatap wajah Aden.

Karena tidak sanggup berlama-lama memandang Aden, Briella pun memalingkan pandangannya. Kini tatapannya tertuju lurus ke depan. Memperhatikan bias senja yang sudah semakin oranye.

"Kenapa kau palingkan wajahmu dariku, Briel? Apa kau tidak suka melihatku?" tanya Aden.

Briella menggeleng dengan keras. Gelengan dari kepalanya terasa kuat hingga membuat Aden mengernyit.

"Lantas kenapa?" tanya Aden.

"Jantungku. Jantungku berdegup tidak beraturan, Aden," kata Briella.

Briella lalu mengarahkan pandangannya kepada Aden. Sekarang mereka berdua saling bertatapan satu sama lainnya.

"Jangan membuat napasku tersengal lagi, Aden. Kau tahu aku membencinya," sambung Briella.

"Apa kau tidak bisa bernapas sekarang, Briel?" tanya Aden.

Briella tidak lekas menjawab pertanyaan Aden. Ia mencoba melatih pernapasannya dengan menghirup udara dan lalu mengeluarkannya. Setelah dirasa lancar, akhirnya Briella tersenyum ke arah Aden.

"Aku bisa bernapas. Terima kasih Tuhan tidak mengambil napasku," kata Briella.

Aden pun lantas tersenyum lega. Sebuah kecupan lembut dari Aden mendarat di kening Briella.

"Kita lanjutkan perjalanan kita ya, Briel," kata Aden.

Briella mengangguk. Setelah saling melempar senyum, Aden pun langsung berpaling. Dia memandang ke arah depan. Tak lama setelahnya, Aden segera melajukan mobilnya.

Tibalah mereka di taman pinggiran kota. Suasana senja yang temaram menambah syahdu momen di antara mereka. Briella melihat beberapa orang mengunjungi taman. Terasa ramai dan damai sekali.

"Apa kau bosan dengan tempat ini?" tanya Aden seolah menyindir Briella.

Dalam sekejap, senyum di bibir Briella langsung menghilang. Ia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Aden.

"Tentu saja tidak. Bagaimana mungkin aku bosan saat tempat ini memberiku kenyamanan," kata Briella.

"Same here, Briella. Aku juga tidak akan bosan jika kau selalu memberikanku kehangatan," ujar Aden.

Briella pun tersipu. Mulutnya terbungkam untuk beberapa detik. Setelah memandang Aden, Briella pun kembali berceletuk.

"Sudahlah, jangan merayuku. Tidak ada jengahnya kau merayuku, Aden," kata Briella.

"Masih mending aku merayu tunanganku sendiri. Daripada aku merayu kekasih orang," ujar Aden membela diri.

Memang tidak salah apa yang dikatakan Aden. Karena itulah Briella tersenyum simpul. Rupa-rupanya Briella sudah sangat menyayangi Aden. Hingga ke dalam hatinya.

Sepanjang jalan setapak taman, Aden dan Briella saling bergandengan tangan. Walaupun tatapan mereka tak sama namun langkah kaki mereka senada.

Aden menghadap ke sisi kanan dan Briella memandang lurus ke depan. Mereka begitu menikmati suasana temaram di taman pinggiran kota. Hingga setelah lama berjalan, Briella akhirnya merasakan lelah.

Napasnya memburu dan tersengal. Sepertinya Briella sudah tidak kuat lagi untuk meneruskan langkahnya.

"Tunggu, Aden. Aku sudah tidak sanggup berjalan lagi," kata Briella.

"Kita duduk saja di sana, Briel. Sambil mengistirahatkan diri sejenak," ujar Aden.

Dia menunjuk ke arah bangku taman bercat hitam yang sudah luntur. Briella mengangguk untuk menyetujui ajakan Aden. Mereka berdua pun segera berjalan dan duduk di bangku taman.

Briella merogoh tas kecilnya. Ia mengambil handphone dan begitu terkejut melihat ada foto terbaru Aden. Jelas terpampang di sana Aden bersama sekretaris pribadinya.

Briella lekas menoleh kepada Aden. Lagi-lagi gosip foto terbaru yang diunggah di media sosial mengenai kabar Aden dan beberapa wanita yang dekat dengannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Takdir Cinta untuk Briella   Perlakuan Manis

    Briella langsung menaikkan kedua alisnya ke atas. Ia benar-benar kaget dengan pemberitaan yang ada. Lagi-lagi Aden bersama dengan wanita lain, selain dirinya. Terang saja itu membuat Briella marah."Kamu sama Wina tadi?" tanya Briella.Kening Aden mengerut. Dia menatap Briella dengan keheranan. Semenit kemudian, Aden mengangguk."Ya. Dari mana kau tahu tentang itu?" tanya Aden.Briella berdecak. Sebal lantaran Aden masih saja berhubungan dengan Wina. Briella pun memasang wajah yang sebal di depan Aden.Seketika itu pula Aden langsung melihat ke bawah. Searah genggaman tangan Briella yang memegang handphone.Barulah Aden sadar bahwa Briella pasti telah melihat kabar terbaru tentang dirinya."Aku heran dari mana wartawan bisa memfotoku dengan Wina? Perasaan tadi siang masih aman-aman saja," terang Aden."Sudah tahu kalau kehidupanmu disorot. Masih saja kamu sembarangan dalam bersikap," kata Briella."Bukannya begitu, Briel. Kau kan tahu aku ini memang populer. Pasti di mana-mana akan ad

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Takdir Cinta untuk Briella   Malam Kembang Api

    "Briel, jangan mendiamkan aku," kata Aden.Briella menoleh. Ia lalu memasang senyum kecut. Kedua matanya memandang ke arah Aden dengan malas."Aku sedang malas bicara, Aden," ujar Briella."Ya sudah. Kita langsung pulang atau ingin mampir ke tempat makan dulu?" tanya Aden."Terserah kau saja, Aden. Aku ikut denganmu," kata Briella."Baiklah, kita mampir ke tempat makan dulu. Perutku sudah lapar sekali," ujar Aden.Seusai berkata begitu, Aden langsung menjalankan mobilnya. Mereka akan menuju ke sebuah restoran. Dengan kecepatan yang di atas rata-rata, akhirnya mereka sampai.Aden dan Briella pun turun dari dalam mobil. Mereka berdua berjalan bersama menuju ke dalam restoran. Sembari bergandengan tangan, Aden mengajak Briella untuk jalan lebih cepat. Mereka berdua akhirnya duduk di sebuah tempat duduk yang dekat dengan jendela. Aden mempersilakan Briella duduk dan lekas diambilnya buku menu."Kau ingin pesan apa, Briel?" tanya Aden."Wagyu grilled with garlic dan segelas coconut water

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Takdir Cinta untuk Briella   Legitnya Cinta

    Aden segera merengkuh tangan Briella. Setelah berhasil menggenggam tangan Briella, Aden segera menariknya."Tunggu aku. Kenapa kau tidak mendengarkan aku tadi," kata Aden."Kau lama. Dan aku bosan menunggu," ujar Briella."Tetap saja jangan meninggalkan aku," ucap Aden.Briella memutar kedua bola matanya dengan malas. Ia mencebik dan kemudian menatap kepada Aden. Briella lalu memasang senyum lebar."Kau saja yang lamban jalannya," kata Briella.Pandangan Aden lalu beralih. Tatapannya turun menuju jari jemari Briella. Cincin emas itu masih melingkar anggun di jari manis Briella. Aden pun lantas tersenyum."Kau masih memakai cincin tunangan kita, Briel?" tanya Aden.Briella yang semula memagut senyum lebar pun lantas meredup. Bibir Briella pun terdiam. Mengatup rapat. Sementara tatapan Briella tidak lepas dari mata Aden."Sama sekali tidak pernah kau lepas?" tanya Aden."Cincin ini istimewa, Aden. Tidak mungkin aku melepasnya," kata Briella."Sama sekali?" tanya Aden.Briella pun mengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Takdir Cinta untuk Briella   Check Up

    Alarm jam berdering. Briella membuka kedua matanya. Diedarkannya pandangan matanya ke arah sekeliling. Barulah ia sadar bahwa hari sudah pagi.Ia menguap lantaran badannya masih pegal-pegal. Setelah mematikan alarm jam, Briella beranjak turun dari ranjang. Kakinya menapak di lantai. Ia segera menatap diri ke cermin untuk bercermin.Wajah yang kusut. Kedua mata yang masih menyipit dengan sorot mata yang sayu. Briella berdecak dan mengambil sisir. Baru saja ia menyisir rambutnya, bunyi ketukan terdengar."Ya, sebentar," sahut Briella.Bergegaslah ia meletakkan sisirnya. Briella menghampiri pintu dan membuka gagangnya. Briella tidak kaget lagi saat mendapati bi Inem berdiri di depannya."Ada apa, Bi? Kenapa sepagi ini sudah mengetuk pintu kamar Briella?" tanya Briella."Anu, Non. Disuruh tuan dan nyonya untuk segera sarapan. Kedatangan Non sudah ditunggu," kata bi Inem."Baik, Bi. Aku akan segera ke sana," ujar Briella.Briella menutup pintu kamarnya. Ia bergegas menuju ke ruang makan. B

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Takdir Cinta untuk Briella   Perhatian Aden

    "Jangan lupa untuk tetap menenangkan pikiran. Jangan panik mendadak dan jangan kebanyakan yang dipikir ya," imbuh dokter."Baik, Dok," ujar Briella.Sandera melirik ke arah Briella. Ditatapnya putri semata wayangnya itu dengan pandangan yang tak mengenakkan hati."Lalu untuk makannya sendiri, tolong dijaga. Jangan sampai makan junk food, ya. Karena itu tak baik untuk jantung," kata dokter.Briella menyengguk. Setelah memberikan penjelasan pada Briella dan Sandera, sang dokter segera beralih pandang."Ini adalah obat yang harus ditebus. Apa obat lama sudah rutin diminum?" tanya dokter."Anak saya rutin minum kok, Dok," jawab Sandera."Bagus. Memang sebaiknya diimbangi dengan konsumsi obat. Saya sarankan obat segera dihentikan begitu kondisinya membaik ya," jelas dokter.Sandera mengangguk. Ia lekas mengambil resep obat yang diberikan oleh dokter. Setelah membaca resep obat sekilas, Sandera langsung mengajak sang dokter bersalaman."Terima kasih untuk waktunya, Dok," kata Sandera."Sama

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Takdir Cinta untuk Briella   Tepung Roti

    "Bagaimana rasanya, Aden?" tanya Briella.Aden hanya mengunyah roti yang terlanjur masuk ke dalam mulutnya. Tak lama setelah rotinya tertelan, Aden lekas menoleh ke arah Briella. Dipandangnya wajah kekasihnya itu dengan binar yang menyala."Enak. Gurih dan empuk. Teksturnya juga tidak lengket di gigi," kata Aden."Jadi kau suka dengan resep baru ini?" tanya Briella."Terang saja suka, Briel. Rasanya juga ramah sekali di lidah," ucap Aden.Briella lekas memandang ke arah karyawati yang ada di depannya. Lantas diberikannya seraut senyum kepada karyawati tersebut."Menurut tunangan saya juga enak. Lanjutkan saja. Saya yakin pasti banyak yang minat dengan roti baru ini," sanjung Briella."Baik, Nona," ujar si karyawati.Briella kemudian mengalihkan pandangannya. Ia berbalik menghadap ke arah Aden. Dielusnya lembut rambut Aden yang berantakan."Sudah puas kamu mengecek toko rotimu, Briel?" tanya Aden."Sebenarnya belum. Masih ada yang harus kuperiksa," kata Briella.Kening Aden lantas berk

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Takdir Cinta untuk Briella   Bertemu Gietta

    Alis Briella hampir saling bertautan saat menatap wajah optimis Aden. Briella pun menggeleng, tak percaya."Ke kantormu? Denganku?" tanya Briella.Spontan saja Aden langsung mengangguk. Kedua matanya memandangi wajah Briella yang kelihatan ragu."Apa yang bisa kulakukan di sana?" tanya Briella.Aden tertawa. Dia lekas memegangi dahinya dan berhenti tertawa. Kini Aden memandang ke arah Briella yang sedang lugu menatap dirinya."Kamu kan bisa menemaniku bekerja, Briel. Ada di sampingku saja itu sudah cukup," kata Aden."Masa bekerja saja kau minta ditemani, Aden?" tanya Briella."Tentu saja, Sayang. Aku akan sangat senang bila kau ada di sebelahku," kata Aden.Briella tertegun sejenak saat melihat Aden tersenyum. Tak biasanya lelakinya itu memperlihatkan senyum yang menawan. Briella pun berdecak."Baiklah, aku akan ikut denganmu ke kantor," ucap Briella.Mendengar ucapan Briella seketika Aden tersenyum senang. Aden segera merangkul Briella dan mendekatkan Briella pada wajahnya. Segera s

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-06
  • Takdir Cinta untuk Briella   Risih dan Canggung

    Menyadari bahwa dirinya ditatap oleh Gietta, Aden segera berpaling. Dia merasa risih dan canggung dengan tatapan Gietta yang selalu memandang kepada dirinya."Kenapa, Aden? Apa ada yang salah?" tanya Briella setelah menyadari bahwa tunangannya itu bertingkah aneh.Briella memandangi Aden yang segera berpindah posisi, sedikit agak menjauhi Gietta. Menyadari keanehan sikap Aden, Briella menghela napas."Kamu kenapa kok kayak nggak nyaman begitu?" tanya Briella lagi."Tidak apa-apa, Giet. Aku hanya tak nyaman kau pandangi," ujar Aden salah menyebut nama.Sontak saja kening Briella mengerut. Ia menyadari bahwa Aden salah mengucapkan namanya. Sekejap saja Briella langsung menoleh ke arah Gietta."Kau menyebut Gietta?" ujar Briella.Aden yang menyadari kekeliruannya, segera mencebik. Refleks, dirinya memegang tangan Briella dan berniat untuk meminta maaf."Aku tidak sengaja, Briel. Tolong maafkan aku," pinta Aden.Briella memandang Aden dengan kecewa. Bola matanya penuh dan membulat menatap

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-06

Bab terbaru

  • Takdir Cinta untuk Briella   Rasa Abai Aden kepada Gietta

    Gietta mengangguk, tetapi dalam hatinya enggan untuk menggubris kata-kata Briella. Kedua matanya menjelajah ke seisi ruangan, seolah tidak bisa diam."Padahal aku sangat menantikan kedatangan Aden, Briel," kata Gietta."Kamu tunggu saja. Pasti nanti dia datang kemari," balas Briella.Gietta kemudian menunduk. Tangannya lekas menyodorkan sebungkus oleh-oleh yang sedari tadi dibawanya."Ini ada kue krim keju untukmu, Briel. Aku tadi sengaja mampir ke toko kue untuk membelikan ini," kata Gietta.Briella memandang ke arah bungkusan kue yang disodorkan Gietta. Tanpa banyak bicara, Briella pun lekas menerima bingkisan kue tersebut."Duduklah, Giet. Akan aku buatkan teh lemon untukmu," kata Briella.Gietta mengangguk setuju. Ia lantas duduk di sofa yang berada tidak jauh di belakangnya. Briella tersenyum, sesaat kemudian ia mulai berjalan menuju dapur.Ketika sampai di dapur, Briella membuka lemari pendingin dan mengambil racikan teh. Tangannya yang ramping dengan terampil meracik semua baha

  • Takdir Cinta untuk Briella   Belum Ingin Menikah

    Mata Sandera mengekor pada kepergian Briella yang langsung masuk ke dalam kamar. Sandera hanya bisa menghela dengan kasar. Masih saja anak gadisnya satu itu tidak terketuk hati untuk segera melangsungkan pernikahan.Sandera berdiri dan menyusul Briella. Setelah tiba di depan pintu kamar Briella yang tertutup, Sandera mengetuk pintunya."Bukakanlah, Briel. Jangan membantah mama seperti ini," kata Sandera setengah berteriak agar Briella mendengar.Sandera masih mengetuk pintu kamar Briella. Hingga beberapa menit berlalu, Briella pun terusik dan membuka pintu kamarnya."Mari kita bicara. Ada banyak hal yang perlu kita bicarakan berdua," ujar Sandera.Meskipun awalnya Briella keberatan dan ingin menolak ajakan mamanya, tetapi Sandera langsung menarik lengan Briella. Inilah yang membuat Briella tidak punya pilihan lain selain mengikuti kemauan mamanya.Sandera mengajak Briella untuk duduk di tepi ranjang. Meskipun tampaknya wajah Sandera sangat tegas dan terlihat seolah akan membicarakan h

  • Takdir Cinta untuk Briella   Rencana Sandera

    "Perihal nikahan kalian berdua," ucap Sandera.Sekejap saja Aden membelalakkan matanya. Tiada angin tak ada hujan, tiba-tiba Sandera menanyakan tentang pernikahan mereka.Wajar saja jika Aden kaget. Dia lantas menatap kaku ke arah Briella yang sama kagetnya dengan dirinya."Pernikahan kami, Ma?" tanya Briella."Ya. Nikahan kalian. Bagaimana? Apa sudah terencana?" tanya Sandera.Briella spontan langsung terdiam. Ia menoleh ke arah Aden dan menatap calon suaminya tersebut. Briella menggeleng pelan."Kami masih belum ada rencana ke sana, Tante," ucap Aden."Bagaimana bisa? Kalian kan sudah lama bertunangan. Masa iya belum merencanakan pernikahan sama sekali," kata Sandera.Aden langsung terdiam seketika. Bibirnya menutup rapat sama seperti Briella. Tampaknya Aden dan Briella sama sekali tidak menyangka jika Sandera akan menanyakan tentang hal ini."Kalau kalian belum merencanakannya, mari kita bicarakan. Kebetulan Mama ada waktu senggang untuk kalian," kata Sandera.Aden menggaruk kepala

  • Takdir Cinta untuk Briella   Dua Hati, Dua Cinta

    Briella menyadari bahwa Gietta sudah tidak seramah biasanya. Briella pun tersenyum kecut."Lantas kenapa masih di sini?" tanya Briella.Gietta mengulas senyum miring. Ia melihat ke arah Aden sekilas lalu mengalihkan pandangannya kepada Briella."Aku sedang menunggu temanku datang menjemputku," kata Gietta.Gietta lalu beringsut memandang ke arah Aden. Merasa dipandang, Aden segera menggendik dan mengarahkan pandangannya kepada Gietta."Kalau kamu mau menunggu, sebaiknya tunggu di lobi saja. Jangan di ruanganku karena nanti akan kukunci," ujar Aden.Mendengar ucapan Aden, Gietta semakin sebal. Ia sudah kesal karena diabaikan oleh Aden, malah ditambah dengan sikap Aden yang tidak ramah."Kamu mengerti dengan ucapanku, kan?" tanya Aden."Tentu. Tentu aku tahu," kata Gietta.Ia kemudian menatap ke arah Briella. Bibirnya menunjukkan seulas senyum yang dipaksakan. Hatinya tampak tidak senang melihat Briella dan Aden berdekatan."Aku akan tunggu di lobi. Kalian kunci saja ruangannya. Aku aka

  • Takdir Cinta untuk Briella   Panas Menyesakkan

    "Sayang, jam berapa sekarang?" tanya Aden.Aden menatap pada Briella yang sedang berdiri menghadap ke arahnya. Seketika Aden langsung menghampiri Briella dan mendekapnya."Bukankah sudah waktunya untuk bekerja?" ujar Aden.Bahu Briella menggendik. Tatapan matanya kemudian beralih menuju ke arah jam dinding. Briella tersenyum miring."Ini sudah jam dua, Sayang. Semestinya kita sudah memulai pekerjaan kita," kata Briella.Aden mengalihkan pandangannya. Aden menatap Gietta yang sedang fokus memandang ke arah dirinya."Sudah jam dua. Berarti sisa satu jam lagi kau harus bisa menyelesaikan semua tugas ini," kata Aden."Tidak masalah. Aku bisa mengerjakannya dengan cepat," balas Gietta.Aden menyunggar rambutnya ke samping. Setelahnya, Aden beralih pandangan. Dia berbalik dan berjalan menuju ke kursi kerjanya."Kita mulai kerja sekarang. Tidak ada banyak waktu lagi yang tersisa," perintah Aden.Briella mengangguk yang disertai dengan anggukan dari Gietta. Selepas itu, mereka berdua menghada

  • Takdir Cinta untuk Briella   Risih dan Canggung

    Menyadari bahwa dirinya ditatap oleh Gietta, Aden segera berpaling. Dia merasa risih dan canggung dengan tatapan Gietta yang selalu memandang kepada dirinya."Kenapa, Aden? Apa ada yang salah?" tanya Briella setelah menyadari bahwa tunangannya itu bertingkah aneh.Briella memandangi Aden yang segera berpindah posisi, sedikit agak menjauhi Gietta. Menyadari keanehan sikap Aden, Briella menghela napas."Kamu kenapa kok kayak nggak nyaman begitu?" tanya Briella lagi."Tidak apa-apa, Giet. Aku hanya tak nyaman kau pandangi," ujar Aden salah menyebut nama.Sontak saja kening Briella mengerut. Ia menyadari bahwa Aden salah mengucapkan namanya. Sekejap saja Briella langsung menoleh ke arah Gietta."Kau menyebut Gietta?" ujar Briella.Aden yang menyadari kekeliruannya, segera mencebik. Refleks, dirinya memegang tangan Briella dan berniat untuk meminta maaf."Aku tidak sengaja, Briel. Tolong maafkan aku," pinta Aden.Briella memandang Aden dengan kecewa. Bola matanya penuh dan membulat menatap

  • Takdir Cinta untuk Briella   Bertemu Gietta

    Alis Briella hampir saling bertautan saat menatap wajah optimis Aden. Briella pun menggeleng, tak percaya."Ke kantormu? Denganku?" tanya Briella.Spontan saja Aden langsung mengangguk. Kedua matanya memandangi wajah Briella yang kelihatan ragu."Apa yang bisa kulakukan di sana?" tanya Briella.Aden tertawa. Dia lekas memegangi dahinya dan berhenti tertawa. Kini Aden memandang ke arah Briella yang sedang lugu menatap dirinya."Kamu kan bisa menemaniku bekerja, Briel. Ada di sampingku saja itu sudah cukup," kata Aden."Masa bekerja saja kau minta ditemani, Aden?" tanya Briella."Tentu saja, Sayang. Aku akan sangat senang bila kau ada di sebelahku," kata Aden.Briella tertegun sejenak saat melihat Aden tersenyum. Tak biasanya lelakinya itu memperlihatkan senyum yang menawan. Briella pun berdecak."Baiklah, aku akan ikut denganmu ke kantor," ucap Briella.Mendengar ucapan Briella seketika Aden tersenyum senang. Aden segera merangkul Briella dan mendekatkan Briella pada wajahnya. Segera s

  • Takdir Cinta untuk Briella   Tepung Roti

    "Bagaimana rasanya, Aden?" tanya Briella.Aden hanya mengunyah roti yang terlanjur masuk ke dalam mulutnya. Tak lama setelah rotinya tertelan, Aden lekas menoleh ke arah Briella. Dipandangnya wajah kekasihnya itu dengan binar yang menyala."Enak. Gurih dan empuk. Teksturnya juga tidak lengket di gigi," kata Aden."Jadi kau suka dengan resep baru ini?" tanya Briella."Terang saja suka, Briel. Rasanya juga ramah sekali di lidah," ucap Aden.Briella lekas memandang ke arah karyawati yang ada di depannya. Lantas diberikannya seraut senyum kepada karyawati tersebut."Menurut tunangan saya juga enak. Lanjutkan saja. Saya yakin pasti banyak yang minat dengan roti baru ini," sanjung Briella."Baik, Nona," ujar si karyawati.Briella kemudian mengalihkan pandangannya. Ia berbalik menghadap ke arah Aden. Dielusnya lembut rambut Aden yang berantakan."Sudah puas kamu mengecek toko rotimu, Briel?" tanya Aden."Sebenarnya belum. Masih ada yang harus kuperiksa," kata Briella.Kening Aden lantas berk

  • Takdir Cinta untuk Briella   Perhatian Aden

    "Jangan lupa untuk tetap menenangkan pikiran. Jangan panik mendadak dan jangan kebanyakan yang dipikir ya," imbuh dokter."Baik, Dok," ujar Briella.Sandera melirik ke arah Briella. Ditatapnya putri semata wayangnya itu dengan pandangan yang tak mengenakkan hati."Lalu untuk makannya sendiri, tolong dijaga. Jangan sampai makan junk food, ya. Karena itu tak baik untuk jantung," kata dokter.Briella menyengguk. Setelah memberikan penjelasan pada Briella dan Sandera, sang dokter segera beralih pandang."Ini adalah obat yang harus ditebus. Apa obat lama sudah rutin diminum?" tanya dokter."Anak saya rutin minum kok, Dok," jawab Sandera."Bagus. Memang sebaiknya diimbangi dengan konsumsi obat. Saya sarankan obat segera dihentikan begitu kondisinya membaik ya," jelas dokter.Sandera mengangguk. Ia lekas mengambil resep obat yang diberikan oleh dokter. Setelah membaca resep obat sekilas, Sandera langsung mengajak sang dokter bersalaman."Terima kasih untuk waktunya, Dok," kata Sandera."Sama

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status