Share

Bunga Peony

Author: Wisya Kiehl
last update Last Updated: 2025-03-21 05:05:17

Briella hanya bisa mengembuskan napas menghadapi kemarahan Sandera. Tidak salah apabila Sandera sampai memarahinya begitu, sebab Gietta sendiri adalah teman lamanya yang tidak pantas untuk dicurigai.

Namun juga bukan salah Briella yang memiliki ketakutan akan kehilangan Aden. Briella memandangi Sandera yang sedang memberikan nasihat kepadanya. Tampaknya tidak akan habis rasa amarah Sandera.

"Mama tidak mau kamu menjadi orang yang paranoid, Briel. Mama bilang begini juga demi kebaikanmu," kata Sandera.

"Iya, Ma. Aku juga tahu itu. Tapi bukan salahku jika aku takut kehilangan Aden," ujar Briella.

"Tetap saja tidak dibenarkan menuduh sahabat mengambil kekasih sendiri. Apalagi kalian berdua sudah bertunangan. Itu tidak mungkin," ucap Sandera.

"Terserah mama saja. Aku capek berdebat terus dengan mama," ujar Briella.

Setelah mengantar dokter pribadinya, Aden kembali. Dia berjalan masuk ke dalam rumah dan mendapati adanya Sandera di dekat Briella. Aden pun langsung menghampiri keduanya dan memasang senyum lebar.

"Apa kamu sudah baikan? Tadi adalah dokter Daniel, dokter pribadi keluargaku. Kuharap setelah diobati oleh beliau, kau baikan," ujar Aden.

"Ya, aku sudah agak mendingan. Terima kasih sudah mencemaskanku," balas Briella.

Briella mengembuskan napas setelah mencoba meyakinkan Aden bahwa kondisinya sudah lebih baik. Tetapi di luar dugaan, ekspresi Aden tidak lagi terlalu memperhatikan dirinya.

Aden kemudian memalingkan pandangannya. Dia menatap ke arah Sandera dan memperhatikan bahwa saat ini wanita paruh baya itu sedang bermasam muka. Aden pun meringis, mencoba menerka apa yang sedang terjadi.

"Apa ada yang terjadi saat aku pergi? Kenapa suasana di antara kalian terasa menegangkan begini," ujar Aden.

Sandera yang sama sekali tidak bisa menyembunyikan sesuatu, langsung berdiri. Ia bangkit dari duduknya, dan segera menghadap ke arah Aden. Pandangannya yang semula mengarah kepada Briella, kini ia alihkan ke arah Aden.

"Apalagi kalau bukan masalah Briella. Dia itu curiganya kebangetan. Malah sekarang pakai nuduh yang bukan-bukan ke Gietta," ujar Sandera.

Sontak kening Aden berkerut. Emosi Sandera yang meledak-ledak disertai penjelasan yang membuatnya kaget, membuat Aden tidak habis pikir. Aden menatap ke arah Briella yang sedang sayu. Kedua matanya bahkan tidak tegak sama sekali.

"Ada apa lagi, Briell? Kenapa kamu gemar sekali menuduh orang," kata Aden.

Dia kemudian duduk di depan Briella. Dielusnya lembut punggung dan puncak kepala Briella, sementara kedua mata Aden memandangi Briella dengan tatapan yang dalam. Sayangnya, belaian tangan Aden segera ditampik oleh Briella.

"Jangan pura-pura tidak tahu ya, Aden. Kamu tahu sendiri bahwa Gietta menaruh perhatian padamu. Tapi kamu masih saja abai akan hal itu," ujar Briella.

"Apa kamu merasa bahwa Gietta akan merebutku darimu?" tanya Aden.

Briella langsung terdiam tak menjawab. Pertanyaan Aden terasa menohok. Dirinya tertegun karena Aden bisa bertanya dengan kalimat yang begitu mengena.

"Apa kamu masih ragu dengan perasaanku, Briella? Apa kamu tidak percaya pada kesetiaanku?" tanya Aden.

Semua kalimat tanya yang dilontar Aden itu membuat lidah Briella kelu. Bibirnya bergetar seolah tak mampu memberikan jawaban.

"Aku menyayangimu, Briella. Kita ini sepasang tunangan yang sewajarnya saling percaya," ujar Aden.

Briella menatap ke arah binar mata Aden. Walau hanya sesaat namun hatinya sudah merasakan gelisah. Briella pun memalingkan wajahnya ke arah lain. Tidak lagi ia menatap pada Aden.

"Aku punya sesuatu untukmu. Siapa tahu kau akan suka," ucap Aden.

Barulah kemudian Briella menatap ke arah Aden kembali. Briella mengernyitkan dahinya seraya menaikkan sebelah alisnya. Terheran dengan apa yang dibawa oleh Aden.

"Tara! Aku bawakan bunga peony untukmu. Siapa tahu kau akan terhibur dengan adanya bunga ini," ujar Aden.

Kedua mata Briella membulat. Ia terkejut dengan keberadaan bunga peony merah muda di genggaman Aden. Briella pun tersenyum dengan miris.

"Dari mana kau dapat bunga sebagus itu?" tanya Briella.

Aden hanya tersenyum saat Briella memberikan pertanyaan semacam itu padanya. Tak ada kata-kata yang terucap dalam mulut Aden selain hanya senyum yang mengambang.

"Kau membelinya?" tanya Briella.

"Ya. Ini murah hanya lima belas. Tapi mekarnya tidak murah," kata Aden.

Aden kemudian memberikan bunga peony tersebut pada Briella. Sontak saja Briella menerimanya.

"Terima kasih. Aromanya harum," kata Briella.

"Kurasa ini akan menyegarkan suasana hatimu," ujar Aden.

Briella menggendik saat Aden mengujar demikian. Lantas pandangannya beralih ke arah bunga peony yang dibawanya. Sekuntum bunga yang masih segar dan belum layu.

"Istirahatlah, Sayang. Nanti sore akan aku ajak kau jalan-jalan," kata Aden.

Hening. Tiada jawaban dari Briella maupun Sandera. Aden pun hanya bisa tersenyum dan mengusap lembut dahi Briella.

"Apa perlu kutidurkan kau di kasur?" tanya Aden.

"Tidak perlu. Aku bisa jalan sendiri," kata Briella.

Sontak saja Sandera langsung tertawa. Ia tidak menyangka putri semata wayangnya masih berlagak kuat di depan Aden.

"Bagaimana mau jalan, berdiri saja kamu tidak bisa," ujar Sandera di sela-sela tawanya.

"Mama! Briella pasti bisa jalan sendiri ke kamar tanpa bantuan Aden," ujar Briella.

Pipinya memerah karena tersipu. Malu. Briella kemudian mengarahkan pandangannya ke arah Aden yang juga ikut tersenyum.

"Kamu tidak perlu memaksakan diri, Briel. Akan kubantu kalau kamu tidak bisa sendiri," kata Aden.

Briella menggeleng. Masih saja ia menolak bantuan dari Aden. Briella bersikukuh masih meyakini bahwa dirinya bisa berdiri sendiri.

"Aku bisa. Aku tidak perlu bantuanmu," ucap Briella.

Briella kemudian meraih tepian sofa. Ia merangkak turun dan mencoba untuk mensejajarkan kakinya. Saat hitungan ia akan berdiri, tiba-tiba Briella ambruk.

Untung saja Aden dengan sigap menggenggam tangannya. Jika tak ada Aden kemungkinan Briella sudah merasakan sakitnya terantuk lantai.

"Sudah kubilang jangan memaksakan diri. Masih saja kamu keras kepala, Briel," kata Aden.

"Aku hanya tidak ingin merepotkan kamu. Aku ingin berusaha sendiri," ujar Briella.

"Sudahlah, akan aku antarkan kamu ke kamar," tutur Aden.

Dengan cepatnya Aden segera menyelipkan tangannya di antara kaki dan punggung Briella. Dalam seketika Aden langsung mengangkat Briella ke atas. Digendongnya Briella menuju ke kamar.

Begitu sampai di dalam, Aden langsung meletakkan Briella di atas kasurnya. Diluruskannya kedua kaki Briella yang terkilir.

"Istirahat lah, Sayang. Kamu pasti lelah. Apalagi menahan sakit yang seperti itu," kata Aden.

Aden pun mengelus rambut panjang Briella. Dengan segenap perhatian di dalam hatinya, Aden menatap ke arah Briella.

"Nanti aku kembali lagi untuk menjemput kamu. Semoga nanti sore keadaanmu sudah baik-baik saja," imbuh Aden.

Briella mengangguk. Aden lekas mengecup kening Briella dengan lembut. Tampaknya tidak ada laki-laki romantis lain selain Aden di sini. Briella pun tersenyum kecut.

"Aku pulang dulu ya, Sayang. Selamat istirahat," ujar Aden.

"Iya, hati-hati di jalan, Aden. Pulanglah. Aku akan baik-baik saja di sini," ucap Briella.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Takdir Cinta untuk Briella   Kesempatan para Wanita

    Aden pun pergi meninggalkan Briella. Setelah menatap Briella untuk yang terakhir, akhirnya Aden keluar dari kamar Briella. Di luar kamar Briella, Aden bertemu dengan Sandera. Sontak saja Aden menghentikan langkah kakinya."Apa dia sudah tidur?" tanya Sandera."Tadi kutinggal, kedua matanya sudah terpejam," kata Aden.Sandera manggut-manggut. Lantas ia mengedarkan pandangan ke arah Aden. Ditatapnya calon menantunya itu dengan tatapan yang datar."Lalu sekarang kau mau ke mana?" tanya Sandera."Tentu saja aku mau pulang. Briella sudah tidur. Ada kerjaan di kantor yang harus aku selesaikan," ucap Aden."Ya sudahlah. Pulang saja," kata Sandera."Tapi tidak usah khawatir. Nanti sore aku akan kembali lagi ke sini," ujar Aden.Seketika itu pula kening Sandera mengerut. Terheran dengan apa yang dikatakan oleh Aden. Tidak menyangka kalau nantinya Aden akan kembali lagi."Untuk menjemput Briella. Kami akan jalan-jalan seperti biasa," kata Aden."Begitu rupanya. Jangan pulang larut malam," ucap

    Last Updated : 2025-03-22
  • Takdir Cinta untuk Briella   Rinai Temaram

    Aden tertegun sejenak melihat perhatian Briella yang romantis. Jarang-jarang terlihat kalau Briella bisa bersikap seperti ini padanya. Briella bahkan bisa sangat hangat pada dirinya, membuat Aden terkesima."Kalau kau capek, kita batalkan saja jalan-jalannya," ujar Briella.Seketika itu juga Aden langsung menggeleng keras-keras. Dia bersikukuh ingin mengajak Briella jalan-jalan keluar."Tidak. Tadinya aku sudah berniat untuk mengajakmu jalan-jalan. Masa iya tidak jadi," ujar Aden."Barangkali saja kau kecapekan. Aku kan tidak ingin membuat tunanganku sendiri kerepotan," kata Briella."Kau ini menyindirku ya, Briell," ujar Aden.Briella tertawa begitu mendengar ujaran sengit dari Aden. Apalagi jika melihat wajah Aden yang sudah kesal, makin menjadilah tawa Briella."Ada apa, Sayang? Apa ada yang terjadi di kantor?" tanya Briella."Nanti saja akan kuceritakan. Sekarang bersiaplah, akan kuajak kamu pergi," kata Aden.Briella berdeham. Ia tidak langsung menjawab perkataan Aden. Sengaja me

    Last Updated : 2025-03-22
  • Takdir Cinta untuk Briella   Perlakuan Manis

    Briella langsung menaikkan kedua alisnya ke atas. Ia benar-benar kaget dengan pemberitaan yang ada. Lagi-lagi Aden bersama dengan wanita lain, selain dirinya. Terang saja itu membuat Briella marah."Kamu sama Wina tadi?" tanya Briella.Kening Aden mengerut. Dia menatap Briella dengan keheranan. Semenit kemudian, Aden mengangguk."Ya. Dari mana kau tahu tentang itu?" tanya Aden.Briella berdecak. Sebal lantaran Aden masih saja berhubungan dengan Wina. Briella pun memasang wajah yang sebal di depan Aden.Seketika itu pula Aden langsung melihat ke bawah. Searah genggaman tangan Briella yang memegang handphone.Barulah Aden sadar bahwa Briella pasti telah melihat kabar terbaru tentang dirinya."Aku heran dari mana wartawan bisa memfotoku dengan Wina? Perasaan tadi siang masih aman-aman saja," terang Aden."Sudah tahu kalau kehidupanmu disorot. Masih saja kamu sembarangan dalam bersikap," kata Briella."Bukannya begitu, Briel. Kau kan tahu aku ini memang populer. Pasti di mana-mana akan ad

    Last Updated : 2025-03-24
  • Takdir Cinta untuk Briella   Malam Kembang Api

    "Briel, jangan mendiamkan aku," kata Aden.Briella menoleh. Ia lalu memasang senyum kecut. Kedua matanya memandang ke arah Aden dengan malas."Aku sedang malas bicara, Aden," ujar Briella."Ya sudah. Kita langsung pulang atau ingin mampir ke tempat makan dulu?" tanya Aden."Terserah kau saja, Aden. Aku ikut denganmu," kata Briella."Baiklah, kita mampir ke tempat makan dulu. Perutku sudah lapar sekali," ujar Aden.Seusai berkata begitu, Aden langsung menjalankan mobilnya. Mereka akan menuju ke sebuah restoran. Dengan kecepatan yang di atas rata-rata, akhirnya mereka sampai.Aden dan Briella pun turun dari dalam mobil. Mereka berdua berjalan bersama menuju ke dalam restoran. Sembari bergandengan tangan, Aden mengajak Briella untuk jalan lebih cepat. Mereka berdua akhirnya duduk di sebuah tempat duduk yang dekat dengan jendela. Aden mempersilakan Briella duduk dan lekas diambilnya buku menu."Kau ingin pesan apa, Briel?" tanya Aden."Wagyu grilled with garlic dan segelas coconut water

    Last Updated : 2025-03-24
  • Takdir Cinta untuk Briella   Legitnya Cinta

    Aden segera merengkuh tangan Briella. Setelah berhasil menggenggam tangan Briella, Aden segera menariknya."Tunggu aku. Kenapa kau tidak mendengarkan aku tadi," kata Aden."Kau lama. Dan aku bosan menunggu," ujar Briella."Tetap saja jangan meninggalkan aku," ucap Aden.Briella memutar kedua bola matanya dengan malas. Ia mencebik dan kemudian menatap kepada Aden. Briella lalu memasang senyum lebar."Kau saja yang lamban jalannya," kata Briella.Pandangan Aden lalu beralih. Tatapannya turun menuju jari jemari Briella. Cincin emas itu masih melingkar anggun di jari manis Briella. Aden pun lantas tersenyum."Kau masih memakai cincin tunangan kita, Briel?" tanya Aden.Briella yang semula memagut senyum lebar pun lantas meredup. Bibir Briella pun terdiam. Mengatup rapat. Sementara tatapan Briella tidak lepas dari mata Aden."Sama sekali tidak pernah kau lepas?" tanya Aden."Cincin ini istimewa, Aden. Tidak mungkin aku melepasnya," kata Briella."Sama sekali?" tanya Aden.Briella pun mengan

    Last Updated : 2025-04-01
  • Takdir Cinta untuk Briella   Check Up

    Alarm jam berdering. Briella membuka kedua matanya. Diedarkannya pandangan matanya ke arah sekeliling. Barulah ia sadar bahwa hari sudah pagi.Ia menguap lantaran badannya masih pegal-pegal. Setelah mematikan alarm jam, Briella beranjak turun dari ranjang. Kakinya menapak di lantai. Ia segera menatap diri ke cermin untuk bercermin.Wajah yang kusut. Kedua mata yang masih menyipit dengan sorot mata yang sayu. Briella berdecak dan mengambil sisir. Baru saja ia menyisir rambutnya, bunyi ketukan terdengar."Ya, sebentar," sahut Briella.Bergegaslah ia meletakkan sisirnya. Briella menghampiri pintu dan membuka gagangnya. Briella tidak kaget lagi saat mendapati bi Inem berdiri di depannya."Ada apa, Bi? Kenapa sepagi ini sudah mengetuk pintu kamar Briella?" tanya Briella."Anu, Non. Disuruh tuan dan nyonya untuk segera sarapan. Kedatangan Non sudah ditunggu," kata bi Inem."Baik, Bi. Aku akan segera ke sana," ujar Briella.Briella menutup pintu kamarnya. Ia bergegas menuju ke ruang makan. B

    Last Updated : 2025-04-01
  • Takdir Cinta untuk Briella   Perhatian Aden

    "Jangan lupa untuk tetap menenangkan pikiran. Jangan panik mendadak dan jangan kebanyakan yang dipikir ya," imbuh dokter."Baik, Dok," ujar Briella.Sandera melirik ke arah Briella. Ditatapnya putri semata wayangnya itu dengan pandangan yang tak mengenakkan hati."Lalu untuk makannya sendiri, tolong dijaga. Jangan sampai makan junk food, ya. Karena itu tak baik untuk jantung," kata dokter.Briella menyengguk. Setelah memberikan penjelasan pada Briella dan Sandera, sang dokter segera beralih pandang."Ini adalah obat yang harus ditebus. Apa obat lama sudah rutin diminum?" tanya dokter."Anak saya rutin minum kok, Dok," jawab Sandera."Bagus. Memang sebaiknya diimbangi dengan konsumsi obat. Saya sarankan obat segera dihentikan begitu kondisinya membaik ya," jelas dokter.Sandera mengangguk. Ia lekas mengambil resep obat yang diberikan oleh dokter. Setelah membaca resep obat sekilas, Sandera langsung mengajak sang dokter bersalaman."Terima kasih untuk waktunya, Dok," kata Sandera."Sama

    Last Updated : 2025-04-02
  • Takdir Cinta untuk Briella   Tepung Roti

    "Bagaimana rasanya, Aden?" tanya Briella.Aden hanya mengunyah roti yang terlanjur masuk ke dalam mulutnya. Tak lama setelah rotinya tertelan, Aden lekas menoleh ke arah Briella. Dipandangnya wajah kekasihnya itu dengan binar yang menyala."Enak. Gurih dan empuk. Teksturnya juga tidak lengket di gigi," kata Aden."Jadi kau suka dengan resep baru ini?" tanya Briella."Terang saja suka, Briel. Rasanya juga ramah sekali di lidah," ucap Aden.Briella lekas memandang ke arah karyawati yang ada di depannya. Lantas diberikannya seraut senyum kepada karyawati tersebut."Menurut tunangan saya juga enak. Lanjutkan saja. Saya yakin pasti banyak yang minat dengan roti baru ini," sanjung Briella."Baik, Nona," ujar si karyawati.Briella kemudian mengalihkan pandangannya. Ia berbalik menghadap ke arah Aden. Dielusnya lembut rambut Aden yang berantakan."Sudah puas kamu mengecek toko rotimu, Briel?" tanya Aden."Sebenarnya belum. Masih ada yang harus kuperiksa," kata Briella.Kening Aden lantas berk

    Last Updated : 2025-04-02

Latest chapter

  • Takdir Cinta untuk Briella   Rasa Abai Aden kepada Gietta

    Gietta mengangguk, tetapi dalam hatinya enggan untuk menggubris kata-kata Briella. Kedua matanya menjelajah ke seisi ruangan, seolah tidak bisa diam."Padahal aku sangat menantikan kedatangan Aden, Briel," kata Gietta."Kamu tunggu saja. Pasti nanti dia datang kemari," balas Briella.Gietta kemudian menunduk. Tangannya lekas menyodorkan sebungkus oleh-oleh yang sedari tadi dibawanya."Ini ada kue krim keju untukmu, Briel. Aku tadi sengaja mampir ke toko kue untuk membelikan ini," kata Gietta.Briella memandang ke arah bungkusan kue yang disodorkan Gietta. Tanpa banyak bicara, Briella pun lekas menerima bingkisan kue tersebut."Duduklah, Giet. Akan aku buatkan teh lemon untukmu," kata Briella.Gietta mengangguk setuju. Ia lantas duduk di sofa yang berada tidak jauh di belakangnya. Briella tersenyum, sesaat kemudian ia mulai berjalan menuju dapur.Ketika sampai di dapur, Briella membuka lemari pendingin dan mengambil racikan teh. Tangannya yang ramping dengan terampil meracik semua baha

  • Takdir Cinta untuk Briella   Belum Ingin Menikah

    Mata Sandera mengekor pada kepergian Briella yang langsung masuk ke dalam kamar. Sandera hanya bisa menghela dengan kasar. Masih saja anak gadisnya satu itu tidak terketuk hati untuk segera melangsungkan pernikahan.Sandera berdiri dan menyusul Briella. Setelah tiba di depan pintu kamar Briella yang tertutup, Sandera mengetuk pintunya."Bukakanlah, Briel. Jangan membantah mama seperti ini," kata Sandera setengah berteriak agar Briella mendengar.Sandera masih mengetuk pintu kamar Briella. Hingga beberapa menit berlalu, Briella pun terusik dan membuka pintu kamarnya."Mari kita bicara. Ada banyak hal yang perlu kita bicarakan berdua," ujar Sandera.Meskipun awalnya Briella keberatan dan ingin menolak ajakan mamanya, tetapi Sandera langsung menarik lengan Briella. Inilah yang membuat Briella tidak punya pilihan lain selain mengikuti kemauan mamanya.Sandera mengajak Briella untuk duduk di tepi ranjang. Meskipun tampaknya wajah Sandera sangat tegas dan terlihat seolah akan membicarakan h

  • Takdir Cinta untuk Briella   Rencana Sandera

    "Perihal nikahan kalian berdua," ucap Sandera.Sekejap saja Aden membelalakkan matanya. Tiada angin tak ada hujan, tiba-tiba Sandera menanyakan tentang pernikahan mereka.Wajar saja jika Aden kaget. Dia lantas menatap kaku ke arah Briella yang sama kagetnya dengan dirinya."Pernikahan kami, Ma?" tanya Briella."Ya. Nikahan kalian. Bagaimana? Apa sudah terencana?" tanya Sandera.Briella spontan langsung terdiam. Ia menoleh ke arah Aden dan menatap calon suaminya tersebut. Briella menggeleng pelan."Kami masih belum ada rencana ke sana, Tante," ucap Aden."Bagaimana bisa? Kalian kan sudah lama bertunangan. Masa iya belum merencanakan pernikahan sama sekali," kata Sandera.Aden langsung terdiam seketika. Bibirnya menutup rapat sama seperti Briella. Tampaknya Aden dan Briella sama sekali tidak menyangka jika Sandera akan menanyakan tentang hal ini."Kalau kalian belum merencanakannya, mari kita bicarakan. Kebetulan Mama ada waktu senggang untuk kalian," kata Sandera.Aden menggaruk kepala

  • Takdir Cinta untuk Briella   Dua Hati, Dua Cinta

    Briella menyadari bahwa Gietta sudah tidak seramah biasanya. Briella pun tersenyum kecut."Lantas kenapa masih di sini?" tanya Briella.Gietta mengulas senyum miring. Ia melihat ke arah Aden sekilas lalu mengalihkan pandangannya kepada Briella."Aku sedang menunggu temanku datang menjemputku," kata Gietta.Gietta lalu beringsut memandang ke arah Aden. Merasa dipandang, Aden segera menggendik dan mengarahkan pandangannya kepada Gietta."Kalau kamu mau menunggu, sebaiknya tunggu di lobi saja. Jangan di ruanganku karena nanti akan kukunci," ujar Aden.Mendengar ucapan Aden, Gietta semakin sebal. Ia sudah kesal karena diabaikan oleh Aden, malah ditambah dengan sikap Aden yang tidak ramah."Kamu mengerti dengan ucapanku, kan?" tanya Aden."Tentu. Tentu aku tahu," kata Gietta.Ia kemudian menatap ke arah Briella. Bibirnya menunjukkan seulas senyum yang dipaksakan. Hatinya tampak tidak senang melihat Briella dan Aden berdekatan."Aku akan tunggu di lobi. Kalian kunci saja ruangannya. Aku aka

  • Takdir Cinta untuk Briella   Panas Menyesakkan

    "Sayang, jam berapa sekarang?" tanya Aden.Aden menatap pada Briella yang sedang berdiri menghadap ke arahnya. Seketika Aden langsung menghampiri Briella dan mendekapnya."Bukankah sudah waktunya untuk bekerja?" ujar Aden.Bahu Briella menggendik. Tatapan matanya kemudian beralih menuju ke arah jam dinding. Briella tersenyum miring."Ini sudah jam dua, Sayang. Semestinya kita sudah memulai pekerjaan kita," kata Briella.Aden mengalihkan pandangannya. Aden menatap Gietta yang sedang fokus memandang ke arah dirinya."Sudah jam dua. Berarti sisa satu jam lagi kau harus bisa menyelesaikan semua tugas ini," kata Aden."Tidak masalah. Aku bisa mengerjakannya dengan cepat," balas Gietta.Aden menyunggar rambutnya ke samping. Setelahnya, Aden beralih pandangan. Dia berbalik dan berjalan menuju ke kursi kerjanya."Kita mulai kerja sekarang. Tidak ada banyak waktu lagi yang tersisa," perintah Aden.Briella mengangguk yang disertai dengan anggukan dari Gietta. Selepas itu, mereka berdua menghada

  • Takdir Cinta untuk Briella   Risih dan Canggung

    Menyadari bahwa dirinya ditatap oleh Gietta, Aden segera berpaling. Dia merasa risih dan canggung dengan tatapan Gietta yang selalu memandang kepada dirinya."Kenapa, Aden? Apa ada yang salah?" tanya Briella setelah menyadari bahwa tunangannya itu bertingkah aneh.Briella memandangi Aden yang segera berpindah posisi, sedikit agak menjauhi Gietta. Menyadari keanehan sikap Aden, Briella menghela napas."Kamu kenapa kok kayak nggak nyaman begitu?" tanya Briella lagi."Tidak apa-apa, Giet. Aku hanya tak nyaman kau pandangi," ujar Aden salah menyebut nama.Sontak saja kening Briella mengerut. Ia menyadari bahwa Aden salah mengucapkan namanya. Sekejap saja Briella langsung menoleh ke arah Gietta."Kau menyebut Gietta?" ujar Briella.Aden yang menyadari kekeliruannya, segera mencebik. Refleks, dirinya memegang tangan Briella dan berniat untuk meminta maaf."Aku tidak sengaja, Briel. Tolong maafkan aku," pinta Aden.Briella memandang Aden dengan kecewa. Bola matanya penuh dan membulat menatap

  • Takdir Cinta untuk Briella   Bertemu Gietta

    Alis Briella hampir saling bertautan saat menatap wajah optimis Aden. Briella pun menggeleng, tak percaya."Ke kantormu? Denganku?" tanya Briella.Spontan saja Aden langsung mengangguk. Kedua matanya memandangi wajah Briella yang kelihatan ragu."Apa yang bisa kulakukan di sana?" tanya Briella.Aden tertawa. Dia lekas memegangi dahinya dan berhenti tertawa. Kini Aden memandang ke arah Briella yang sedang lugu menatap dirinya."Kamu kan bisa menemaniku bekerja, Briel. Ada di sampingku saja itu sudah cukup," kata Aden."Masa bekerja saja kau minta ditemani, Aden?" tanya Briella."Tentu saja, Sayang. Aku akan sangat senang bila kau ada di sebelahku," kata Aden.Briella tertegun sejenak saat melihat Aden tersenyum. Tak biasanya lelakinya itu memperlihatkan senyum yang menawan. Briella pun berdecak."Baiklah, aku akan ikut denganmu ke kantor," ucap Briella.Mendengar ucapan Briella seketika Aden tersenyum senang. Aden segera merangkul Briella dan mendekatkan Briella pada wajahnya. Segera s

  • Takdir Cinta untuk Briella   Tepung Roti

    "Bagaimana rasanya, Aden?" tanya Briella.Aden hanya mengunyah roti yang terlanjur masuk ke dalam mulutnya. Tak lama setelah rotinya tertelan, Aden lekas menoleh ke arah Briella. Dipandangnya wajah kekasihnya itu dengan binar yang menyala."Enak. Gurih dan empuk. Teksturnya juga tidak lengket di gigi," kata Aden."Jadi kau suka dengan resep baru ini?" tanya Briella."Terang saja suka, Briel. Rasanya juga ramah sekali di lidah," ucap Aden.Briella lekas memandang ke arah karyawati yang ada di depannya. Lantas diberikannya seraut senyum kepada karyawati tersebut."Menurut tunangan saya juga enak. Lanjutkan saja. Saya yakin pasti banyak yang minat dengan roti baru ini," sanjung Briella."Baik, Nona," ujar si karyawati.Briella kemudian mengalihkan pandangannya. Ia berbalik menghadap ke arah Aden. Dielusnya lembut rambut Aden yang berantakan."Sudah puas kamu mengecek toko rotimu, Briel?" tanya Aden."Sebenarnya belum. Masih ada yang harus kuperiksa," kata Briella.Kening Aden lantas berk

  • Takdir Cinta untuk Briella   Perhatian Aden

    "Jangan lupa untuk tetap menenangkan pikiran. Jangan panik mendadak dan jangan kebanyakan yang dipikir ya," imbuh dokter."Baik, Dok," ujar Briella.Sandera melirik ke arah Briella. Ditatapnya putri semata wayangnya itu dengan pandangan yang tak mengenakkan hati."Lalu untuk makannya sendiri, tolong dijaga. Jangan sampai makan junk food, ya. Karena itu tak baik untuk jantung," kata dokter.Briella menyengguk. Setelah memberikan penjelasan pada Briella dan Sandera, sang dokter segera beralih pandang."Ini adalah obat yang harus ditebus. Apa obat lama sudah rutin diminum?" tanya dokter."Anak saya rutin minum kok, Dok," jawab Sandera."Bagus. Memang sebaiknya diimbangi dengan konsumsi obat. Saya sarankan obat segera dihentikan begitu kondisinya membaik ya," jelas dokter.Sandera mengangguk. Ia lekas mengambil resep obat yang diberikan oleh dokter. Setelah membaca resep obat sekilas, Sandera langsung mengajak sang dokter bersalaman."Terima kasih untuk waktunya, Dok," kata Sandera."Sama

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status