Share

Ketakutan Briella

Penulis: Wisya Kiehl
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-21 05:03:41

Sandera berkacak pinggang memandang ke arah Briella yang digendong oleh Aden. Keningnya berkerut menyaksikan kejadian itu.

"Apa Briella membuat kekacauan lagi di kantormu, Aden?" tanya Sandera.

Briella mengerucutkan bibirnya. Pasalnya Sandera selalu seenaknya menuduh dirinya. Padahal Briella mengalami ini semua secara tidak sengaja.

Kakinya benar-benar terkilir!

"Tidak kok, Ma. Briella tidak sengaja jatuh lalu kakinya sakit," ujar Aden.

"Ya ampun. Kamu ini benar-benar ceroboh ya, Briella! Bisa-bisanya jatuh begitu," kata Sandera.

Sandera lalu melihat ke arah Briella. Ditatapnya anak perempuannya yang sedang digendong oleh Aden. Sandera kemudian menurunkan kacak pinggangnya dan menghampiri Briella.

"Kasihan Aden menggendongmu sampai seperti itu," lanjut Sandera.

Sandera kemudian menilik kaki Briella yang tampak bengkak. Dilihatnya dengan cermat kondisi kaki Briella yang saat ini lebam.

"Turunkan saja, Aden. Biarkan Briella berjalan sendiri," kata Sandera.

Aden terkejut seketika. Keningnya mengerut hingga kedua alisnya hampir saling bertautan. Tampaknya Aden tidak menyangka karena Sandera bisa tega mengatakan hal seperti itu.

"Lepaskan saja. Biar Briella rasakan," perintah Sandera.

"Tapi, Ma ... Briella tidak bisa jalan untuk saat ini. Bahkan berdiri pun rasanya sakit," bela Aden.

"Biar dia rasakan bagaimana sakitnya jalan di atas kaki yang lebam. Itu hukuman bagi dia yang tidak bisa menjaga dirinya sendiri," ucap Sandera.

"Biar Aden saja yang bawa Briella, Ma. Kita obati saja di dalam," kata Aden pada akhirnya.

Aden langsung berjalan melewati Sandera. Sambil menggendong Briella, langkahnya mantap mengarah ke dalam rumah. Dibawanya Briella hingga akhirnya dia letakkan di sofa.

Setelah selesai membujurkan kaki Briella, Aden segera mencium tunangannya tersebut.

"Di sini dulu ya, Sayang. Akan aku panggilkan dokter untuk menyembuhkan kakimu," kata Aden lembut.

Briella hanya bisa mengangguk pasrah. Sakit yang ia rasa di kakinya sungguh luar biasa. Saat ini bahkan kakinya tidak bisa digerakkan sama sekali.

Aden segera menelepon nomor dokter pribadinya. Setelah terjadi percakapan singkat di sambungan telepon, kemudian Aden menutupnya.

Tidak lama sesudahnya, datanglah sebuah mobil hitam berkilat. Keluarlah seorang pria bertubuh tinggi kekar dengan jas laboratorium putih.

"Dok! Tolong periksa kekasih saya. Sepertinya kaki Briella harus segera disembuhkan," jelas Aden.

Tanpa banyak bicara, sang dokter segera memeriksa kaki Briella. Warna biru kehitaman yang ada di pergelangan kaki Briella tampak nyata. Terlihat sakit yang teramat dari sana.

"Saya pegang sebentar," kata sang dokter.

"Aduh!"

Seketika terdengar pekikan dan rintihan dari mulut Briella. Kaki yang sengaja dipegang oleh sang dokter adalah pusat dari rasa sakitnya. Briella merintih kesakitan.

"Uratnya terjepit. Tapi tidak apa-apa, tak masalah. Ini hanya luka ringan. Setelah diurut dan diobati pasti akan sembuh," kata dokter.

Tanpa menghadap ke arah Aden, sang dokter pun mencoba mengurut pergelangan kaki Briella. Meskipun pelan, tetapi rasa sakit masih bisa dirasakan Briella. Briella pun meringis menahan sakitnya.

Sekitar dua puluh menit kemudian, dokter mengoleskan salep obat ke kulit kaki Briella. Setelahnya, diperbanlah kaki Briella dengan hati-hati. Sang dokter pun tersenyum.

"Sudah saya obati. Kemungkinan nanti setelah lima jam, baru akan merasa baikan. Istirahat saja dan jangan banyak bergerak," ucap dokter.

Sang dokter pun beranjak. Dia berdiri menghadap Aden. Sesekali membicarakan mengenai kondisi kaki Briella yang kesakitan.

"Terima kasih banyak, Dok. Tanpa dokter, kekasih saya tidak akan dapat penanganan yang tepat," ujar Aden.

"Sama-sama, Pak Aden. Sudah tugas saya untuk menyembuhkan orang yang sakit," kata dokter.

Aden mengajak si dokter untuk bersalaman. Setelah mereka saling menjabat tangan, dokter pun menyudahinya dengan seulas senyum.

"Baiklah, saya pulang dulu kalau begitu. Ada banyak pasien yang harus saya tangani," kata dokter.

"Mari saya antar ke depan," ujar Aden.

Aden pun mengantar sang dokter ke depan. Seketika itu pula Sandera langsung masuk dan menghampiri Briella.

"Bagaimana kakimu? Apa sudah agak baikan sekarang?" tanya Sandera.

"Ya seperti yang Mama lihat. Kaki Briella sudah dapat penanganan. Diperban," jawab Briella.

Briella lalu mengarahkan pandangannya menuju Sandera. Saat menatap wajah mamanya, tiba-tiba perasaan Briella menjadi berubah. Wajahnya menjadi lesu dan kedua matanya sayu.

"Doakan semuanya baik-baik saja," ujar Briella.

Menyadari ekspresi wajah putrinya yang berubah, Sandera bingung. Ia lantas segera duduk di samping Briella dan menaikkan dagu putrinya.

"Ada apa? Apa ada yang salah?" tanya Sandera.

Sekejap Briella pun menggeleng. Ia enggan untuk menjawab pertanyaan Sandera. Bibir Briella membungkam, sedikit rasa bimbang menyelinap dalam hatinya.

"Apa ada yang menyakitimu?" tanya Sandera.

Briella masih menggeleng. Ditepisnya tangan Sandera dari dagunya. Briella pun lekas mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Perasaan Briella tidak enak, Ma. Briella merasa bahwa ada orang yang akan merebut Aden," ujar Briella.

Mendengar pengakuan Briella, seketika langsung membuat Sandera mengembuskan napas. Bukan napas lega yang ia embuskan, melainkan napas sesak dan sengal.

"Masalah apa lagi? Ada apa dengan Aden?" tanya Sandera.

"Aden akan meninggalkan Briella suatu saat nanti," kata Briella.

"Dari mana kau seyakin itu? Padahal kau tahu Aden sangat menyayangimu," ujar Sandera.

Briella mengangkat bahunya ke atas. Ucapan Sandera sama sekali tidak bisa menenangkan hatinya. Ia masih merasakan kegundahan.

"Jika Aden menemukan yang lebih baik dari Briella, maka Aden akan pergi," kata Briella.

"Sayang, menemukan yang lebih baik tidak semudah itu. Bahkan dalam cinta pun, akan ada masa-masa sulit," ucap Sandera.

Kedua mata Briella kini memandang ke arah Sandera. Sebersit rasa ragu menyelinap di hati Briella. Ingin rasa menangis dan memeluk mamanya, namun Briella ingat bahwa dirinya harus tegar.

"Siapa gadis yang akan merebut Aden, hingga kamu bisa meragukan kesetiaan Aden," kata Sandera.

Sandera menaikkan alis kanannya ke atas. Seolah sedang meminta jawaban dari Briella. Menyadari mamanya yang sedang menunggu jawaban darinya, Briella pun menghela.

"Gietta," kata Briella singkat.

Sontak saja jawaban dari Briella membuat mata Sandera melotot. Ia terang tidak percaya bahwa Gietta akan merebut Aden dari Briella.

"Bagaimana mungkin? Bukannya dia adalah temanmu sendiri?" ujar Sandera.

Briella menundukkan pandangannya. Sedikit pun ia tak berani memandang ke arah Sandera. Tampaknya Briella enggan untuk menjelaskan semuanya.

"Kamu jangan asal tuduh, Briel. Mana mungkin Gietta mengambil Aden darimu," imbuh Sandera.

Briella memegangi kepalanya. Terasa pening baginya untuk menjelaskan masalah ini dengan Sandera. Kendati Sandera adalah mamanya, namun bibir Briella masih berat untuk mengatakannya.

"Jangan mengada-ada kamu. Curigamu itu yang mama tidak suka," ujar Sandera.

"Aku hanya mengatakan apa yang kurasakan saja, Ma," kata Briella.

"Tapi menuduh teman itu tidak baik, Briel. Apalagi dia sahabatmu sendiri," ujar Sandera.

Briella diam seketika setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Sandera. Terkadang mamanya itu memang benar. Briella tidak membantah sedikitpun kali ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Takdir Cinta untuk Briella   Bunga Peony

    Briella hanya bisa mengembuskan napas menghadapi kemarahan Sandera. Tidak salah apabila Sandera sampai memarahinya begitu, sebab Gietta sendiri adalah teman lamanya yang tidak pantas untuk dicurigai.Namun juga bukan salah Briella yang memiliki ketakutan akan kehilangan Aden. Briella memandangi Sandera yang sedang memberikan nasihat kepadanya. Tampaknya tidak akan habis rasa amarah Sandera."Mama tidak mau kamu menjadi orang yang paranoid, Briel. Mama bilang begini juga demi kebaikanmu," kata Sandera."Iya, Ma. Aku juga tahu itu. Tapi bukan salahku jika aku takut kehilangan Aden," ujar Briella."Tetap saja tidak dibenarkan menuduh sahabat mengambil kekasih sendiri. Apalagi kalian berdua sudah bertunangan. Itu tidak mungkin," ucap Sandera."Terserah mama saja. Aku capek berdebat terus dengan mama," ujar Briella.Setelah mengantar dokter pribadinya, Aden kembali. Dia berjalan masuk ke dalam rumah dan mendapati adanya Sandera di dekat Briella. Aden pun langsung menghampiri keduanya dan m

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Takdir Cinta untuk Briella   Sebening Embun

    "Nyonya, Tuan, tolong. Ini nona Briella sesaknya kambuh lagi," teriak salah satu pelayan setelah mengetahui bahwa Briella memegangi dadanya.Kondisi napasnya sudah tidak beraturan, apalagi detak jantungnya. Adalah hal biasa bagi Briella untuk mengalami masa-masa seperti ini. Ia adalah perempuan yang mengidap penyakit langka. Aritmia. Yaitu sebuah kondisi di mana jantung akan memiliki detak yang tak karuan dan tak stabil."Dada Briella sakit, Bi," keluh Briella sambil terus memegangi bagian dadanya."Sabar ya, Non. Tunggu ini bibi lagi panggilin tuan dan nyonya," kata bibi Inem.Briella pun mengangguk pelan. Tak lama setelahnya, datanglah Nyonya Sandera dan Tuan Antonio. Mereka segera memapah Briella ke dalam mobil dan menuju ke rumah sakit terdekat. Seperti biasa, Briella akan diperiksa detak jantung dan denyut nadinya."Bagaimana kondisi anak saya, Dok?" tanya Sandera."Anak Ibu napasnya tidak beraturan. Detak jantungnya melambat. Disarankan untuk segera minum obat dan beristirahat

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Takdir Cinta untuk Briella   Perdebatan Melelahkan

    Briella kemudian menatap ke arah mamanya. Dengan tatapan tajam, ia memandangi mamanya yang kini usianya tak lagi muda."Masih saja kamu membantah kata-kata Mama, Briella. Sudah jelas-jelas tidak berdaya, masih saja melawan," ucap Sandera.Briella hanya bisa menghela napas. Meladeni mamanya untuk bertengkar ternyata percuma. Sebab Sandera hanya akan menyanggah semua perkataannya."Sudahlah, Tante. Jangan berantem sama Briella. Sini, biar Aden yang bawa Briella jalan-jalan," sela Aden.Aden kemudian mengedipkan sebelah matanya pada Briella. Seolah mengisyaratkan kepada Briella untuk mengikuti arahnya pergi. Tidak punya pilihan lain, Briella pun mengikuti arah Aden pergi.Setelah jauh dari Sandera, Briella kemudian menghentikan langkah kakinya. Menyadari bahwa Briella berhenti, Aden langsung menoleh."Kenapa kau berhenti, Briella? Bukannya tujuan kita masih jauh," ucap Aden.Dengan sekali helaan napasnya, Briella menggeleng. Rupanya Briella sudah kehabisan tenaga untuk mengikuti langkah

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Takdir Cinta untuk Briella   Ketertarikan yang Salah

    Betapa terkejutnya Gietta saat membaca isi surat tersebut. Gietta benar-benar tidak menyangka bahwa bahasa yang digunakan dalam surat tersebut begitu menyentuh hatinya."Apa ini, Briell? Kenapa isinya begini," kata Gietta.Briella tersenyum dengan gamblang. Ia kemudian duduk di sebelah Gietta. Briella menyentuh tangan Gietta dan lekas digenggamnya."Itu tulisan dari sepupuku, Giett. Dia menyukaimu sejak lama," ucap Briella.Wajah Gietta langsung berubah seketika menjadi kaku. Ia menengok ke arah Briella dan memandanginya dengan datar."Apa kamu mau menerima dia sebagai pacarmu, Giett?" tanya Briella.Sontak saja pandangan mata Gietta langsung beralih ke arah Aden. Lelaki yang tadinya sempat membuat jantungnya berdebar itu kini sedang memasang wajah acuh."Bagaimana mungkin aku menerima sepupumu, Briell? Hatiku saja sudah tertambat pada seseorang," ujar Gietta.Dengan ekspresi yang terkejut, Briella menaikkan alisnya. Ia tak menyangka ternyata Gietta sudah jatuh hati kepada orang lain.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Takdir Cinta untuk Briella   Perhatian Gietta

    "Wajar jika aku cemburu, Aden! Aku ini calon istrimu," ujar Briella."Tapi, Briell. Dia adikku. Masa iya kamu cemburu ke adik perempuanku," kata Aden.Briella lantas terdiam seketika usai mendengar perkataan Aden. Ia kemudian memandang ke arah wanita yang ada di depannya tersebut. Menurut informasi dari Aden, wanita yang ada di depannya itu adalah Arunika."Jadi kau yang bernama Arunika?" tanya Briella."Benar. Kakak ini apa tunangannya kak Aden?"Kini giliran Arunika yang bertanya. Arunika mengernyitkan dahi. Sepertinya baru pertama kali ini mereka saling ketemu. Briella pun lekas mengangguk."Ya. Aku adalah calon istrinya Aden," jawab Briella.Bukan main senangnya Arunika bertemu dengan calon istri Aden. Ia langsung memagut senyum culas di bibirnya. Arunika segera mengulur tangannya, mengajak Briella untuk bersalaman."Arunika Darma. Adik perempuan Aden Sandero," kata Arunika.Tanpa ragu-ragu lagi Briella menjabat tangan Arunika. Ia membalas uluran tangan Arunika dan mengayun-ayunka

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Takdir Cinta untuk Briella   Aden dan Briella

    Kening Briella berkerut. Ia heran lantaran Aden malah memberikan sekotak brownies itu padanya."Kenapa malah kau berikan padaku?" ucap Briella."Aku tidak menyukainya. Jadi untukmu saja," kata Aden."Hei, jangan begitu. Kita makan ini bersama-sama," ujar Briella.Aden pun berdecak. Dia lantas menggeleng dan merebut lagi sekotak brownies yang dipegang Briella. Begitu ada karyawan yang masuk, Aden lalu memberikan sekotak brownies tersebut kepada karyawannya. Karyawan itu pun berlalu."Mau makan siang denganku, Briel? Kita makan di kafe biasanya," kata Aden."Terserah kau saja. Aku akan ikut," jawab Briella."Keputusan yang bagus," ujar Aden.Dia pun mengecup kening Briella dan menggenggam tangan Briella. Kini mereka berdua pergi menuju ke kantin bersama-sama.Setibanya di kantin, Aden mempersilakan Briella duduk. Ditatapnya mata Briella untuk sementara waktu sebelum akhirnya Aden tersenyum."Mau kupesankan apa, Sayang?" tanya Aden."Sardinia dan jus melon saja," kata Briella."Baiklah,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12

Bab terbaru

  • Takdir Cinta untuk Briella   Bunga Peony

    Briella hanya bisa mengembuskan napas menghadapi kemarahan Sandera. Tidak salah apabila Sandera sampai memarahinya begitu, sebab Gietta sendiri adalah teman lamanya yang tidak pantas untuk dicurigai.Namun juga bukan salah Briella yang memiliki ketakutan akan kehilangan Aden. Briella memandangi Sandera yang sedang memberikan nasihat kepadanya. Tampaknya tidak akan habis rasa amarah Sandera."Mama tidak mau kamu menjadi orang yang paranoid, Briel. Mama bilang begini juga demi kebaikanmu," kata Sandera."Iya, Ma. Aku juga tahu itu. Tapi bukan salahku jika aku takut kehilangan Aden," ujar Briella."Tetap saja tidak dibenarkan menuduh sahabat mengambil kekasih sendiri. Apalagi kalian berdua sudah bertunangan. Itu tidak mungkin," ucap Sandera."Terserah mama saja. Aku capek berdebat terus dengan mama," ujar Briella.Setelah mengantar dokter pribadinya, Aden kembali. Dia berjalan masuk ke dalam rumah dan mendapati adanya Sandera di dekat Briella. Aden pun langsung menghampiri keduanya dan m

  • Takdir Cinta untuk Briella   Ketakutan Briella

    Sandera berkacak pinggang memandang ke arah Briella yang digendong oleh Aden. Keningnya berkerut menyaksikan kejadian itu."Apa Briella membuat kekacauan lagi di kantormu, Aden?" tanya Sandera.Briella mengerucutkan bibirnya. Pasalnya Sandera selalu seenaknya menuduh dirinya. Padahal Briella mengalami ini semua secara tidak sengaja.Kakinya benar-benar terkilir!"Tidak kok, Ma. Briella tidak sengaja jatuh lalu kakinya sakit," ujar Aden."Ya ampun. Kamu ini benar-benar ceroboh ya, Briella! Bisa-bisanya jatuh begitu," kata Sandera.Sandera lalu melihat ke arah Briella. Ditatapnya anak perempuannya yang sedang digendong oleh Aden. Sandera kemudian menurunkan kacak pinggangnya dan menghampiri Briella."Kasihan Aden menggendongmu sampai seperti itu," lanjut Sandera.Sandera kemudian menilik kaki Briella yang tampak bengkak. Dilihatnya dengan cermat kondisi kaki Briella yang saat ini lebam."Turunkan saja, Aden. Biarkan Briella berjalan sendiri," kata Sandera.Aden terkejut seketika. Kening

  • Takdir Cinta untuk Briella   Aden dan Briella

    Kening Briella berkerut. Ia heran lantaran Aden malah memberikan sekotak brownies itu padanya."Kenapa malah kau berikan padaku?" ucap Briella."Aku tidak menyukainya. Jadi untukmu saja," kata Aden."Hei, jangan begitu. Kita makan ini bersama-sama," ujar Briella.Aden pun berdecak. Dia lantas menggeleng dan merebut lagi sekotak brownies yang dipegang Briella. Begitu ada karyawan yang masuk, Aden lalu memberikan sekotak brownies tersebut kepada karyawannya. Karyawan itu pun berlalu."Mau makan siang denganku, Briel? Kita makan di kafe biasanya," kata Aden."Terserah kau saja. Aku akan ikut," jawab Briella."Keputusan yang bagus," ujar Aden.Dia pun mengecup kening Briella dan menggenggam tangan Briella. Kini mereka berdua pergi menuju ke kantin bersama-sama.Setibanya di kantin, Aden mempersilakan Briella duduk. Ditatapnya mata Briella untuk sementara waktu sebelum akhirnya Aden tersenyum."Mau kupesankan apa, Sayang?" tanya Aden."Sardinia dan jus melon saja," kata Briella."Baiklah,

  • Takdir Cinta untuk Briella   Perhatian Gietta

    "Wajar jika aku cemburu, Aden! Aku ini calon istrimu," ujar Briella."Tapi, Briell. Dia adikku. Masa iya kamu cemburu ke adik perempuanku," kata Aden.Briella lantas terdiam seketika usai mendengar perkataan Aden. Ia kemudian memandang ke arah wanita yang ada di depannya tersebut. Menurut informasi dari Aden, wanita yang ada di depannya itu adalah Arunika."Jadi kau yang bernama Arunika?" tanya Briella."Benar. Kakak ini apa tunangannya kak Aden?"Kini giliran Arunika yang bertanya. Arunika mengernyitkan dahi. Sepertinya baru pertama kali ini mereka saling ketemu. Briella pun lekas mengangguk."Ya. Aku adalah calon istrinya Aden," jawab Briella.Bukan main senangnya Arunika bertemu dengan calon istri Aden. Ia langsung memagut senyum culas di bibirnya. Arunika segera mengulur tangannya, mengajak Briella untuk bersalaman."Arunika Darma. Adik perempuan Aden Sandero," kata Arunika.Tanpa ragu-ragu lagi Briella menjabat tangan Arunika. Ia membalas uluran tangan Arunika dan mengayun-ayunka

  • Takdir Cinta untuk Briella   Ketertarikan yang Salah

    Betapa terkejutnya Gietta saat membaca isi surat tersebut. Gietta benar-benar tidak menyangka bahwa bahasa yang digunakan dalam surat tersebut begitu menyentuh hatinya."Apa ini, Briell? Kenapa isinya begini," kata Gietta.Briella tersenyum dengan gamblang. Ia kemudian duduk di sebelah Gietta. Briella menyentuh tangan Gietta dan lekas digenggamnya."Itu tulisan dari sepupuku, Giett. Dia menyukaimu sejak lama," ucap Briella.Wajah Gietta langsung berubah seketika menjadi kaku. Ia menengok ke arah Briella dan memandanginya dengan datar."Apa kamu mau menerima dia sebagai pacarmu, Giett?" tanya Briella.Sontak saja pandangan mata Gietta langsung beralih ke arah Aden. Lelaki yang tadinya sempat membuat jantungnya berdebar itu kini sedang memasang wajah acuh."Bagaimana mungkin aku menerima sepupumu, Briell? Hatiku saja sudah tertambat pada seseorang," ujar Gietta.Dengan ekspresi yang terkejut, Briella menaikkan alisnya. Ia tak menyangka ternyata Gietta sudah jatuh hati kepada orang lain.

  • Takdir Cinta untuk Briella   Perdebatan Melelahkan

    Briella kemudian menatap ke arah mamanya. Dengan tatapan tajam, ia memandangi mamanya yang kini usianya tak lagi muda."Masih saja kamu membantah kata-kata Mama, Briella. Sudah jelas-jelas tidak berdaya, masih saja melawan," ucap Sandera.Briella hanya bisa menghela napas. Meladeni mamanya untuk bertengkar ternyata percuma. Sebab Sandera hanya akan menyanggah semua perkataannya."Sudahlah, Tante. Jangan berantem sama Briella. Sini, biar Aden yang bawa Briella jalan-jalan," sela Aden.Aden kemudian mengedipkan sebelah matanya pada Briella. Seolah mengisyaratkan kepada Briella untuk mengikuti arahnya pergi. Tidak punya pilihan lain, Briella pun mengikuti arah Aden pergi.Setelah jauh dari Sandera, Briella kemudian menghentikan langkah kakinya. Menyadari bahwa Briella berhenti, Aden langsung menoleh."Kenapa kau berhenti, Briella? Bukannya tujuan kita masih jauh," ucap Aden.Dengan sekali helaan napasnya, Briella menggeleng. Rupanya Briella sudah kehabisan tenaga untuk mengikuti langkah

  • Takdir Cinta untuk Briella   Sebening Embun

    "Nyonya, Tuan, tolong. Ini nona Briella sesaknya kambuh lagi," teriak salah satu pelayan setelah mengetahui bahwa Briella memegangi dadanya.Kondisi napasnya sudah tidak beraturan, apalagi detak jantungnya. Adalah hal biasa bagi Briella untuk mengalami masa-masa seperti ini. Ia adalah perempuan yang mengidap penyakit langka. Aritmia. Yaitu sebuah kondisi di mana jantung akan memiliki detak yang tak karuan dan tak stabil."Dada Briella sakit, Bi," keluh Briella sambil terus memegangi bagian dadanya."Sabar ya, Non. Tunggu ini bibi lagi panggilin tuan dan nyonya," kata bibi Inem.Briella pun mengangguk pelan. Tak lama setelahnya, datanglah Nyonya Sandera dan Tuan Antonio. Mereka segera memapah Briella ke dalam mobil dan menuju ke rumah sakit terdekat. Seperti biasa, Briella akan diperiksa detak jantung dan denyut nadinya."Bagaimana kondisi anak saya, Dok?" tanya Sandera."Anak Ibu napasnya tidak beraturan. Detak jantungnya melambat. Disarankan untuk segera minum obat dan beristirahat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status