Share

Ketakutan Briella

Penulis: Wisya Kiehl
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-21 05:03:41

Sandera berkacak pinggang memandang ke arah Briella yang digendong oleh Aden. Keningnya berkerut menyaksikan kejadian itu.

"Apa Briella membuat kekacauan lagi di kantormu, Aden?" tanya Sandera.

Briella mengerucutkan bibirnya. Pasalnya Sandera selalu seenaknya menuduh dirinya. Padahal Briella mengalami ini semua secara tidak sengaja.

Kakinya benar-benar terkilir!

"Tidak kok, Ma. Briella tidak sengaja jatuh lalu kakinya sakit," ujar Aden.

"Ya ampun. Kamu ini benar-benar ceroboh ya, Briella! Bisa-bisanya jatuh begitu," kata Sandera.

Sandera lalu melihat ke arah Briella. Ditatapnya anak perempuannya yang sedang digendong oleh Aden. Sandera kemudian menurunkan kacak pinggangnya dan menghampiri Briella.

"Kasihan Aden menggendongmu sampai seperti itu," lanjut Sandera.

Sandera kemudian menilik kaki Briella yang tampak bengkak. Dilihatnya dengan cermat kondisi kaki Briella yang saat ini lebam.

"Turunkan saja, Aden. Biarkan Briella berjalan sendiri," kata Sandera.

Aden terkejut seketika. Keningnya mengerut hingga kedua alisnya hampir saling bertautan. Tampaknya Aden tidak menyangka karena Sandera bisa tega mengatakan hal seperti itu.

"Lepaskan saja. Biar Briella rasakan," perintah Sandera.

"Tapi, Ma ... Briella tidak bisa jalan untuk saat ini. Bahkan berdiri pun rasanya sakit," bela Aden.

"Biar dia rasakan bagaimana sakitnya jalan di atas kaki yang lebam. Itu hukuman bagi dia yang tidak bisa menjaga dirinya sendiri," ucap Sandera.

"Biar Aden saja yang bawa Briella, Ma. Kita obati saja di dalam," kata Aden pada akhirnya.

Aden langsung berjalan melewati Sandera. Sambil menggendong Briella, langkahnya mantap mengarah ke dalam rumah. Dibawanya Briella hingga akhirnya dia letakkan di sofa.

Setelah selesai membujurkan kaki Briella, Aden segera mencium tunangannya tersebut.

"Di sini dulu ya, Sayang. Akan aku panggilkan dokter untuk menyembuhkan kakimu," kata Aden lembut.

Briella hanya bisa mengangguk pasrah. Sakit yang ia rasa di kakinya sungguh luar biasa. Saat ini bahkan kakinya tidak bisa digerakkan sama sekali.

Aden segera menelepon nomor dokter pribadinya. Setelah terjadi percakapan singkat di sambungan telepon, kemudian Aden menutupnya.

Tidak lama sesudahnya, datanglah sebuah mobil hitam berkilat. Keluarlah seorang pria bertubuh tinggi kekar dengan jas laboratorium putih.

"Dok! Tolong periksa kekasih saya. Sepertinya kaki Briella harus segera disembuhkan," jelas Aden.

Tanpa banyak bicara, sang dokter segera memeriksa kaki Briella. Warna biru kehitaman yang ada di pergelangan kaki Briella tampak nyata. Terlihat sakit yang teramat dari sana.

"Saya pegang sebentar," kata sang dokter.

"Aduh!"

Seketika terdengar pekikan dan rintihan dari mulut Briella. Kaki yang sengaja dipegang oleh sang dokter adalah pusat dari rasa sakitnya. Briella merintih kesakitan.

"Uratnya terjepit. Tapi tidak apa-apa, tak masalah. Ini hanya luka ringan. Setelah diurut dan diobati pasti akan sembuh," kata dokter.

Tanpa menghadap ke arah Aden, sang dokter pun mencoba mengurut pergelangan kaki Briella. Meskipun pelan, tetapi rasa sakit masih bisa dirasakan Briella. Briella pun meringis menahan sakitnya.

Sekitar dua puluh menit kemudian, dokter mengoleskan salep obat ke kulit kaki Briella. Setelahnya, diperbanlah kaki Briella dengan hati-hati. Sang dokter pun tersenyum.

"Sudah saya obati. Kemungkinan nanti setelah lima jam, baru akan merasa baikan. Istirahat saja dan jangan banyak bergerak," ucap dokter.

Sang dokter pun beranjak. Dia berdiri menghadap Aden. Sesekali membicarakan mengenai kondisi kaki Briella yang kesakitan.

"Terima kasih banyak, Dok. Tanpa dokter, kekasih saya tidak akan dapat penanganan yang tepat," ujar Aden.

"Sama-sama, Pak Aden. Sudah tugas saya untuk menyembuhkan orang yang sakit," kata dokter.

Aden mengajak si dokter untuk bersalaman. Setelah mereka saling menjabat tangan, dokter pun menyudahinya dengan seulas senyum.

"Baiklah, saya pulang dulu kalau begitu. Ada banyak pasien yang harus saya tangani," kata dokter.

"Mari saya antar ke depan," ujar Aden.

Aden pun mengantar sang dokter ke depan. Seketika itu pula Sandera langsung masuk dan menghampiri Briella.

"Bagaimana kakimu? Apa sudah agak baikan sekarang?" tanya Sandera.

"Ya seperti yang Mama lihat. Kaki Briella sudah dapat penanganan. Diperban," jawab Briella.

Briella lalu mengarahkan pandangannya menuju Sandera. Saat menatap wajah mamanya, tiba-tiba perasaan Briella menjadi berubah. Wajahnya menjadi lesu dan kedua matanya sayu.

"Doakan semuanya baik-baik saja," ujar Briella.

Menyadari ekspresi wajah putrinya yang berubah, Sandera bingung. Ia lantas segera duduk di samping Briella dan menaikkan dagu putrinya.

"Ada apa? Apa ada yang salah?" tanya Sandera.

Sekejap Briella pun menggeleng. Ia enggan untuk menjawab pertanyaan Sandera. Bibir Briella membungkam, sedikit rasa bimbang menyelinap dalam hatinya.

"Apa ada yang menyakitimu?" tanya Sandera.

Briella masih menggeleng. Ditepisnya tangan Sandera dari dagunya. Briella pun lekas mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Perasaan Briella tidak enak, Ma. Briella merasa bahwa ada orang yang akan merebut Aden," ujar Briella.

Mendengar pengakuan Briella, seketika langsung membuat Sandera mengembuskan napas. Bukan napas lega yang ia embuskan, melainkan napas sesak dan sengal.

"Masalah apa lagi? Ada apa dengan Aden?" tanya Sandera.

"Aden akan meninggalkan Briella suatu saat nanti," kata Briella.

"Dari mana kau seyakin itu? Padahal kau tahu Aden sangat menyayangimu," ujar Sandera.

Briella mengangkat bahunya ke atas. Ucapan Sandera sama sekali tidak bisa menenangkan hatinya. Ia masih merasakan kegundahan.

"Jika Aden menemukan yang lebih baik dari Briella, maka Aden akan pergi," kata Briella.

"Sayang, menemukan yang lebih baik tidak semudah itu. Bahkan dalam cinta pun, akan ada masa-masa sulit," ucap Sandera.

Kedua mata Briella kini memandang ke arah Sandera. Sebersit rasa ragu menyelinap di hati Briella. Ingin rasa menangis dan memeluk mamanya, namun Briella ingat bahwa dirinya harus tegar.

"Siapa gadis yang akan merebut Aden, hingga kamu bisa meragukan kesetiaan Aden," kata Sandera.

Sandera menaikkan alis kanannya ke atas. Seolah sedang meminta jawaban dari Briella. Menyadari mamanya yang sedang menunggu jawaban darinya, Briella pun menghela.

"Gietta," kata Briella singkat.

Sontak saja jawaban dari Briella membuat mata Sandera melotot. Ia terang tidak percaya bahwa Gietta akan merebut Aden dari Briella.

"Bagaimana mungkin? Bukannya dia adalah temanmu sendiri?" ujar Sandera.

Briella menundukkan pandangannya. Sedikit pun ia tak berani memandang ke arah Sandera. Tampaknya Briella enggan untuk menjelaskan semuanya.

"Kamu jangan asal tuduh, Briel. Mana mungkin Gietta mengambil Aden darimu," imbuh Sandera.

Briella memegangi kepalanya. Terasa pening baginya untuk menjelaskan masalah ini dengan Sandera. Kendati Sandera adalah mamanya, namun bibir Briella masih berat untuk mengatakannya.

"Jangan mengada-ada kamu. Curigamu itu yang mama tidak suka," ujar Sandera.

"Aku hanya mengatakan apa yang kurasakan saja, Ma," kata Briella.

"Tapi menuduh teman itu tidak baik, Briel. Apalagi dia sahabatmu sendiri," ujar Sandera.

Briella diam seketika setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Sandera. Terkadang mamanya itu memang benar. Briella tidak membantah sedikitpun kali ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Takdir Cinta untuk Briella   Bunga Peony

    Briella hanya bisa mengembuskan napas menghadapi kemarahan Sandera. Tidak salah apabila Sandera sampai memarahinya begitu, sebab Gietta sendiri adalah teman lamanya yang tidak pantas untuk dicurigai.Namun juga bukan salah Briella yang memiliki ketakutan akan kehilangan Aden. Briella memandangi Sandera yang sedang memberikan nasihat kepadanya. Tampaknya tidak akan habis rasa amarah Sandera."Mama tidak mau kamu menjadi orang yang paranoid, Briel. Mama bilang begini juga demi kebaikanmu," kata Sandera."Iya, Ma. Aku juga tahu itu. Tapi bukan salahku jika aku takut kehilangan Aden," ujar Briella."Tetap saja tidak dibenarkan menuduh sahabat mengambil kekasih sendiri. Apalagi kalian berdua sudah bertunangan. Itu tidak mungkin," ucap Sandera."Terserah mama saja. Aku capek berdebat terus dengan mama," ujar Briella.Setelah mengantar dokter pribadinya, Aden kembali. Dia berjalan masuk ke dalam rumah dan mendapati adanya Sandera di dekat Briella. Aden pun langsung menghampiri keduanya dan m

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Takdir Cinta untuk Briella   Kesempatan para Wanita

    Aden pun pergi meninggalkan Briella. Setelah menatap Briella untuk yang terakhir, akhirnya Aden keluar dari kamar Briella. Di luar kamar Briella, Aden bertemu dengan Sandera. Sontak saja Aden menghentikan langkah kakinya."Apa dia sudah tidur?" tanya Sandera."Tadi kutinggal, kedua matanya sudah terpejam," kata Aden.Sandera manggut-manggut. Lantas ia mengedarkan pandangan ke arah Aden. Ditatapnya calon menantunya itu dengan tatapan yang datar."Lalu sekarang kau mau ke mana?" tanya Sandera."Tentu saja aku mau pulang. Briella sudah tidur. Ada kerjaan di kantor yang harus aku selesaikan," ucap Aden."Ya sudahlah. Pulang saja," kata Sandera."Tapi tidak usah khawatir. Nanti sore aku akan kembali lagi ke sini," ujar Aden.Seketika itu pula kening Sandera mengerut. Terheran dengan apa yang dikatakan oleh Aden. Tidak menyangka kalau nantinya Aden akan kembali lagi."Untuk menjemput Briella. Kami akan jalan-jalan seperti biasa," kata Aden."Begitu rupanya. Jangan pulang larut malam," ucap

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22
  • Takdir Cinta untuk Briella   Rinai Temaram

    Aden tertegun sejenak melihat perhatian Briella yang romantis. Jarang-jarang terlihat kalau Briella bisa bersikap seperti ini padanya. Briella bahkan bisa sangat hangat pada dirinya, membuat Aden terkesima."Kalau kau capek, kita batalkan saja jalan-jalannya," ujar Briella.Seketika itu juga Aden langsung menggeleng keras-keras. Dia bersikukuh ingin mengajak Briella jalan-jalan keluar."Tidak. Tadinya aku sudah berniat untuk mengajakmu jalan-jalan. Masa iya tidak jadi," ujar Aden."Barangkali saja kau kecapekan. Aku kan tidak ingin membuat tunanganku sendiri kerepotan," kata Briella."Kau ini menyindirku ya, Briell," ujar Aden.Briella tertawa begitu mendengar ujaran sengit dari Aden. Apalagi jika melihat wajah Aden yang sudah kesal, makin menjadilah tawa Briella."Ada apa, Sayang? Apa ada yang terjadi di kantor?" tanya Briella."Nanti saja akan kuceritakan. Sekarang bersiaplah, akan kuajak kamu pergi," kata Aden.Briella berdeham. Ia tidak langsung menjawab perkataan Aden. Sengaja me

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22
  • Takdir Cinta untuk Briella   Perlakuan Manis

    Briella langsung menaikkan kedua alisnya ke atas. Ia benar-benar kaget dengan pemberitaan yang ada. Lagi-lagi Aden bersama dengan wanita lain, selain dirinya. Terang saja itu membuat Briella marah."Kamu sama Wina tadi?" tanya Briella.Kening Aden mengerut. Dia menatap Briella dengan keheranan. Semenit kemudian, Aden mengangguk."Ya. Dari mana kau tahu tentang itu?" tanya Aden.Briella berdecak. Sebal lantaran Aden masih saja berhubungan dengan Wina. Briella pun memasang wajah yang sebal di depan Aden.Seketika itu pula Aden langsung melihat ke bawah. Searah genggaman tangan Briella yang memegang handphone.Barulah Aden sadar bahwa Briella pasti telah melihat kabar terbaru tentang dirinya."Aku heran dari mana wartawan bisa memfotoku dengan Wina? Perasaan tadi siang masih aman-aman saja," terang Aden."Sudah tahu kalau kehidupanmu disorot. Masih saja kamu sembarangan dalam bersikap," kata Briella."Bukannya begitu, Briel. Kau kan tahu aku ini memang populer. Pasti di mana-mana akan ad

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Takdir Cinta untuk Briella   Malam Kembang Api

    "Briel, jangan mendiamkan aku," kata Aden.Briella menoleh. Ia lalu memasang senyum kecut. Kedua matanya memandang ke arah Aden dengan malas."Aku sedang malas bicara, Aden," ujar Briella."Ya sudah. Kita langsung pulang atau ingin mampir ke tempat makan dulu?" tanya Aden."Terserah kau saja, Aden. Aku ikut denganmu," kata Briella."Baiklah, kita mampir ke tempat makan dulu. Perutku sudah lapar sekali," ujar Aden.Seusai berkata begitu, Aden langsung menjalankan mobilnya. Mereka akan menuju ke sebuah restoran. Dengan kecepatan yang di atas rata-rata, akhirnya mereka sampai.Aden dan Briella pun turun dari dalam mobil. Mereka berdua berjalan bersama menuju ke dalam restoran. Sembari bergandengan tangan, Aden mengajak Briella untuk jalan lebih cepat. Mereka berdua akhirnya duduk di sebuah tempat duduk yang dekat dengan jendela. Aden mempersilakan Briella duduk dan lekas diambilnya buku menu."Kau ingin pesan apa, Briel?" tanya Aden."Wagyu grilled with garlic dan segelas coconut water

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Takdir Cinta untuk Briella   Legitnya Cinta

    Aden segera merengkuh tangan Briella. Setelah berhasil menggenggam tangan Briella, Aden segera menariknya."Tunggu aku. Kenapa kau tidak mendengarkan aku tadi," kata Aden."Kau lama. Dan aku bosan menunggu," ujar Briella."Tetap saja jangan meninggalkan aku," ucap Aden.Briella memutar kedua bola matanya dengan malas. Ia mencebik dan kemudian menatap kepada Aden. Briella lalu memasang senyum lebar."Kau saja yang lamban jalannya," kata Briella.Pandangan Aden lalu beralih. Tatapannya turun menuju jari jemari Briella. Cincin emas itu masih melingkar anggun di jari manis Briella. Aden pun lantas tersenyum."Kau masih memakai cincin tunangan kita, Briel?" tanya Aden.Briella yang semula memagut senyum lebar pun lantas meredup. Bibir Briella pun terdiam. Mengatup rapat. Sementara tatapan Briella tidak lepas dari mata Aden."Sama sekali tidak pernah kau lepas?" tanya Aden."Cincin ini istimewa, Aden. Tidak mungkin aku melepasnya," kata Briella."Sama sekali?" tanya Aden.Briella pun mengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Takdir Cinta untuk Briella   Check Up

    Alarm jam berdering. Briella membuka kedua matanya. Diedarkannya pandangan matanya ke arah sekeliling. Barulah ia sadar bahwa hari sudah pagi.Ia menguap lantaran badannya masih pegal-pegal. Setelah mematikan alarm jam, Briella beranjak turun dari ranjang. Kakinya menapak di lantai. Ia segera menatap diri ke cermin untuk bercermin.Wajah yang kusut. Kedua mata yang masih menyipit dengan sorot mata yang sayu. Briella berdecak dan mengambil sisir. Baru saja ia menyisir rambutnya, bunyi ketukan terdengar."Ya, sebentar," sahut Briella.Bergegaslah ia meletakkan sisirnya. Briella menghampiri pintu dan membuka gagangnya. Briella tidak kaget lagi saat mendapati bi Inem berdiri di depannya."Ada apa, Bi? Kenapa sepagi ini sudah mengetuk pintu kamar Briella?" tanya Briella."Anu, Non. Disuruh tuan dan nyonya untuk segera sarapan. Kedatangan Non sudah ditunggu," kata bi Inem."Baik, Bi. Aku akan segera ke sana," ujar Briella.Briella menutup pintu kamarnya. Ia bergegas menuju ke ruang makan. B

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Takdir Cinta untuk Briella   Perhatian Aden

    "Jangan lupa untuk tetap menenangkan pikiran. Jangan panik mendadak dan jangan kebanyakan yang dipikir ya," imbuh dokter."Baik, Dok," ujar Briella.Sandera melirik ke arah Briella. Ditatapnya putri semata wayangnya itu dengan pandangan yang tak mengenakkan hati."Lalu untuk makannya sendiri, tolong dijaga. Jangan sampai makan junk food, ya. Karena itu tak baik untuk jantung," kata dokter.Briella menyengguk. Setelah memberikan penjelasan pada Briella dan Sandera, sang dokter segera beralih pandang."Ini adalah obat yang harus ditebus. Apa obat lama sudah rutin diminum?" tanya dokter."Anak saya rutin minum kok, Dok," jawab Sandera."Bagus. Memang sebaiknya diimbangi dengan konsumsi obat. Saya sarankan obat segera dihentikan begitu kondisinya membaik ya," jelas dokter.Sandera mengangguk. Ia lekas mengambil resep obat yang diberikan oleh dokter. Setelah membaca resep obat sekilas, Sandera langsung mengajak sang dokter bersalaman."Terima kasih untuk waktunya, Dok," kata Sandera."Sama

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02

Bab terbaru

  • Takdir Cinta untuk Briella   Rasa Abai Aden kepada Gietta

    Gietta mengangguk, tetapi dalam hatinya enggan untuk menggubris kata-kata Briella. Kedua matanya menjelajah ke seisi ruangan, seolah tidak bisa diam."Padahal aku sangat menantikan kedatangan Aden, Briel," kata Gietta."Kamu tunggu saja. Pasti nanti dia datang kemari," balas Briella.Gietta kemudian menunduk. Tangannya lekas menyodorkan sebungkus oleh-oleh yang sedari tadi dibawanya."Ini ada kue krim keju untukmu, Briel. Aku tadi sengaja mampir ke toko kue untuk membelikan ini," kata Gietta.Briella memandang ke arah bungkusan kue yang disodorkan Gietta. Tanpa banyak bicara, Briella pun lekas menerima bingkisan kue tersebut."Duduklah, Giet. Akan aku buatkan teh lemon untukmu," kata Briella.Gietta mengangguk setuju. Ia lantas duduk di sofa yang berada tidak jauh di belakangnya. Briella tersenyum, sesaat kemudian ia mulai berjalan menuju dapur.Ketika sampai di dapur, Briella membuka lemari pendingin dan mengambil racikan teh. Tangannya yang ramping dengan terampil meracik semua baha

  • Takdir Cinta untuk Briella   Belum Ingin Menikah

    Mata Sandera mengekor pada kepergian Briella yang langsung masuk ke dalam kamar. Sandera hanya bisa menghela dengan kasar. Masih saja anak gadisnya satu itu tidak terketuk hati untuk segera melangsungkan pernikahan.Sandera berdiri dan menyusul Briella. Setelah tiba di depan pintu kamar Briella yang tertutup, Sandera mengetuk pintunya."Bukakanlah, Briel. Jangan membantah mama seperti ini," kata Sandera setengah berteriak agar Briella mendengar.Sandera masih mengetuk pintu kamar Briella. Hingga beberapa menit berlalu, Briella pun terusik dan membuka pintu kamarnya."Mari kita bicara. Ada banyak hal yang perlu kita bicarakan berdua," ujar Sandera.Meskipun awalnya Briella keberatan dan ingin menolak ajakan mamanya, tetapi Sandera langsung menarik lengan Briella. Inilah yang membuat Briella tidak punya pilihan lain selain mengikuti kemauan mamanya.Sandera mengajak Briella untuk duduk di tepi ranjang. Meskipun tampaknya wajah Sandera sangat tegas dan terlihat seolah akan membicarakan h

  • Takdir Cinta untuk Briella   Rencana Sandera

    "Perihal nikahan kalian berdua," ucap Sandera.Sekejap saja Aden membelalakkan matanya. Tiada angin tak ada hujan, tiba-tiba Sandera menanyakan tentang pernikahan mereka.Wajar saja jika Aden kaget. Dia lantas menatap kaku ke arah Briella yang sama kagetnya dengan dirinya."Pernikahan kami, Ma?" tanya Briella."Ya. Nikahan kalian. Bagaimana? Apa sudah terencana?" tanya Sandera.Briella spontan langsung terdiam. Ia menoleh ke arah Aden dan menatap calon suaminya tersebut. Briella menggeleng pelan."Kami masih belum ada rencana ke sana, Tante," ucap Aden."Bagaimana bisa? Kalian kan sudah lama bertunangan. Masa iya belum merencanakan pernikahan sama sekali," kata Sandera.Aden langsung terdiam seketika. Bibirnya menutup rapat sama seperti Briella. Tampaknya Aden dan Briella sama sekali tidak menyangka jika Sandera akan menanyakan tentang hal ini."Kalau kalian belum merencanakannya, mari kita bicarakan. Kebetulan Mama ada waktu senggang untuk kalian," kata Sandera.Aden menggaruk kepala

  • Takdir Cinta untuk Briella   Dua Hati, Dua Cinta

    Briella menyadari bahwa Gietta sudah tidak seramah biasanya. Briella pun tersenyum kecut."Lantas kenapa masih di sini?" tanya Briella.Gietta mengulas senyum miring. Ia melihat ke arah Aden sekilas lalu mengalihkan pandangannya kepada Briella."Aku sedang menunggu temanku datang menjemputku," kata Gietta.Gietta lalu beringsut memandang ke arah Aden. Merasa dipandang, Aden segera menggendik dan mengarahkan pandangannya kepada Gietta."Kalau kamu mau menunggu, sebaiknya tunggu di lobi saja. Jangan di ruanganku karena nanti akan kukunci," ujar Aden.Mendengar ucapan Aden, Gietta semakin sebal. Ia sudah kesal karena diabaikan oleh Aden, malah ditambah dengan sikap Aden yang tidak ramah."Kamu mengerti dengan ucapanku, kan?" tanya Aden."Tentu. Tentu aku tahu," kata Gietta.Ia kemudian menatap ke arah Briella. Bibirnya menunjukkan seulas senyum yang dipaksakan. Hatinya tampak tidak senang melihat Briella dan Aden berdekatan."Aku akan tunggu di lobi. Kalian kunci saja ruangannya. Aku aka

  • Takdir Cinta untuk Briella   Panas Menyesakkan

    "Sayang, jam berapa sekarang?" tanya Aden.Aden menatap pada Briella yang sedang berdiri menghadap ke arahnya. Seketika Aden langsung menghampiri Briella dan mendekapnya."Bukankah sudah waktunya untuk bekerja?" ujar Aden.Bahu Briella menggendik. Tatapan matanya kemudian beralih menuju ke arah jam dinding. Briella tersenyum miring."Ini sudah jam dua, Sayang. Semestinya kita sudah memulai pekerjaan kita," kata Briella.Aden mengalihkan pandangannya. Aden menatap Gietta yang sedang fokus memandang ke arah dirinya."Sudah jam dua. Berarti sisa satu jam lagi kau harus bisa menyelesaikan semua tugas ini," kata Aden."Tidak masalah. Aku bisa mengerjakannya dengan cepat," balas Gietta.Aden menyunggar rambutnya ke samping. Setelahnya, Aden beralih pandangan. Dia berbalik dan berjalan menuju ke kursi kerjanya."Kita mulai kerja sekarang. Tidak ada banyak waktu lagi yang tersisa," perintah Aden.Briella mengangguk yang disertai dengan anggukan dari Gietta. Selepas itu, mereka berdua menghada

  • Takdir Cinta untuk Briella   Risih dan Canggung

    Menyadari bahwa dirinya ditatap oleh Gietta, Aden segera berpaling. Dia merasa risih dan canggung dengan tatapan Gietta yang selalu memandang kepada dirinya."Kenapa, Aden? Apa ada yang salah?" tanya Briella setelah menyadari bahwa tunangannya itu bertingkah aneh.Briella memandangi Aden yang segera berpindah posisi, sedikit agak menjauhi Gietta. Menyadari keanehan sikap Aden, Briella menghela napas."Kamu kenapa kok kayak nggak nyaman begitu?" tanya Briella lagi."Tidak apa-apa, Giet. Aku hanya tak nyaman kau pandangi," ujar Aden salah menyebut nama.Sontak saja kening Briella mengerut. Ia menyadari bahwa Aden salah mengucapkan namanya. Sekejap saja Briella langsung menoleh ke arah Gietta."Kau menyebut Gietta?" ujar Briella.Aden yang menyadari kekeliruannya, segera mencebik. Refleks, dirinya memegang tangan Briella dan berniat untuk meminta maaf."Aku tidak sengaja, Briel. Tolong maafkan aku," pinta Aden.Briella memandang Aden dengan kecewa. Bola matanya penuh dan membulat menatap

  • Takdir Cinta untuk Briella   Bertemu Gietta

    Alis Briella hampir saling bertautan saat menatap wajah optimis Aden. Briella pun menggeleng, tak percaya."Ke kantormu? Denganku?" tanya Briella.Spontan saja Aden langsung mengangguk. Kedua matanya memandangi wajah Briella yang kelihatan ragu."Apa yang bisa kulakukan di sana?" tanya Briella.Aden tertawa. Dia lekas memegangi dahinya dan berhenti tertawa. Kini Aden memandang ke arah Briella yang sedang lugu menatap dirinya."Kamu kan bisa menemaniku bekerja, Briel. Ada di sampingku saja itu sudah cukup," kata Aden."Masa bekerja saja kau minta ditemani, Aden?" tanya Briella."Tentu saja, Sayang. Aku akan sangat senang bila kau ada di sebelahku," kata Aden.Briella tertegun sejenak saat melihat Aden tersenyum. Tak biasanya lelakinya itu memperlihatkan senyum yang menawan. Briella pun berdecak."Baiklah, aku akan ikut denganmu ke kantor," ucap Briella.Mendengar ucapan Briella seketika Aden tersenyum senang. Aden segera merangkul Briella dan mendekatkan Briella pada wajahnya. Segera s

  • Takdir Cinta untuk Briella   Tepung Roti

    "Bagaimana rasanya, Aden?" tanya Briella.Aden hanya mengunyah roti yang terlanjur masuk ke dalam mulutnya. Tak lama setelah rotinya tertelan, Aden lekas menoleh ke arah Briella. Dipandangnya wajah kekasihnya itu dengan binar yang menyala."Enak. Gurih dan empuk. Teksturnya juga tidak lengket di gigi," kata Aden."Jadi kau suka dengan resep baru ini?" tanya Briella."Terang saja suka, Briel. Rasanya juga ramah sekali di lidah," ucap Aden.Briella lekas memandang ke arah karyawati yang ada di depannya. Lantas diberikannya seraut senyum kepada karyawati tersebut."Menurut tunangan saya juga enak. Lanjutkan saja. Saya yakin pasti banyak yang minat dengan roti baru ini," sanjung Briella."Baik, Nona," ujar si karyawati.Briella kemudian mengalihkan pandangannya. Ia berbalik menghadap ke arah Aden. Dielusnya lembut rambut Aden yang berantakan."Sudah puas kamu mengecek toko rotimu, Briel?" tanya Aden."Sebenarnya belum. Masih ada yang harus kuperiksa," kata Briella.Kening Aden lantas berk

  • Takdir Cinta untuk Briella   Perhatian Aden

    "Jangan lupa untuk tetap menenangkan pikiran. Jangan panik mendadak dan jangan kebanyakan yang dipikir ya," imbuh dokter."Baik, Dok," ujar Briella.Sandera melirik ke arah Briella. Ditatapnya putri semata wayangnya itu dengan pandangan yang tak mengenakkan hati."Lalu untuk makannya sendiri, tolong dijaga. Jangan sampai makan junk food, ya. Karena itu tak baik untuk jantung," kata dokter.Briella menyengguk. Setelah memberikan penjelasan pada Briella dan Sandera, sang dokter segera beralih pandang."Ini adalah obat yang harus ditebus. Apa obat lama sudah rutin diminum?" tanya dokter."Anak saya rutin minum kok, Dok," jawab Sandera."Bagus. Memang sebaiknya diimbangi dengan konsumsi obat. Saya sarankan obat segera dihentikan begitu kondisinya membaik ya," jelas dokter.Sandera mengangguk. Ia lekas mengambil resep obat yang diberikan oleh dokter. Setelah membaca resep obat sekilas, Sandera langsung mengajak sang dokter bersalaman."Terima kasih untuk waktunya, Dok," kata Sandera."Sama

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status