Share

Perhatian Gietta

Auteur: Wisya Kiehl
last update Dernière mise à jour: 2025-03-12 09:54:54

"Wajar jika aku cemburu, Aden! Aku ini calon istrimu," ujar Briella.

"Tapi, Briell. Dia adikku. Masa iya kamu cemburu ke adik perempuanku," kata Aden.

Briella lantas terdiam seketika usai mendengar perkataan Aden. Ia kemudian memandang ke arah wanita yang ada di depannya tersebut. Menurut informasi dari Aden, wanita yang ada di depannya itu adalah Arunika.

"Jadi kau yang bernama Arunika?" tanya Briella.

"Benar. Kakak ini apa tunangannya kak Aden?"

Kini giliran Arunika yang bertanya. Arunika mengernyitkan dahi. Sepertinya baru pertama kali ini mereka saling ketemu. Briella pun lekas mengangguk.

"Ya. Aku adalah calon istrinya Aden," jawab Briella.

Bukan main senangnya Arunika bertemu dengan calon istri Aden. Ia langsung memagut senyum culas di bibirnya. Arunika segera mengulur tangannya, mengajak Briella untuk bersalaman.

"Arunika Darma. Adik perempuan Aden Sandero," kata Arunika.

Tanpa ragu-ragu lagi Briella menjabat tangan Arunika. Ia membalas uluran tangan Arunika dan mengayun-ayunkan tangannya. Kini mereka berdua saling berkenalan.

"Tapi aku tidak pernah melihatmu selama ini. Kau adik Aden yang mana?" tanya Briella.

"Kau saja yang terlalu cemburu. Selama ini aku tinggal di luar negeri. Pastinya tidak ada waktu untuk menjengukmu dan Aden," kata Arunika.

Briella langsung merengut. Ia mengerucutkan bibirnya dan memasang muka yang kesal. Mengetahui wajah masam Briella, Aden pun langsung tertawa.

"Sudah kenalannya? Aku akan ajak Briella untuk ke ruanganku. Ada sesuatu yang mesti kita bahas berdua saja," kata Aden.

Arunika hanya mengangguk. Sepertinya dia enggan untuk berkata-kata panjang di depan Briella. Wajah angkuhnya menghias di paras Arunika yang manis.

"Aku tinggal dulu ya. Have a good day di sini," kata Aden.

Setelah mengakhiri percakapan, Aden segera mengajak Briella ke ruangannya. Sesampainya di dalam ruangan, Aden mempersilakan Briella untuk duduk di kursi kerjanya.

Tak lama setelahnya, datanglah seorang karyawan yang membawakan sebuah map berwarna biru kepada mereka. Aden lantas menerimanya dan memeriksanya.

Kemudian dia menatap kepada Briella. Briella yang tampak tenang-tenang saja langsung mengarahkan pandangannya ke arah Aden.

"Kau tahu, Briell. Keahlianmu untuk menganalisa data sangat diperlukan di sini," ucap Aden.

"Ya, lantas? Apa aku harus bekerja satu atap denganmu juga?" ujar Briella.

"Coba kamu pikirkan baik-baik, Briel. Bersama, kita bisa membangun perusahaan ini," bujuk Aden.

Mendengar bujukan Aden, Briella lekas berdecak. Ia sudah muak dengan perkataan Aden yang menyuruhnya untuk bekerja sama dengan perusahaannya.

"Aku tidak suka bekerja kantoran, Aden. Kau pun tahu akan hal itu," balas Briella.

"Ya. Tapi daripada kau menjalankan bisnis roti kuemu itu, apa tidak lebih baik jika kau bekerja di sini saja denganku?" ucap Aden.

Aden memang sengaja melemparkan pertanyaan kepada Briella. Sengaja untuk memancing Briella berpikir. Tidak sia-sia, sebab kini dahi Briella pun berkernyit. Seolah menandakan Briella sedang menimang keputusan.

"Aku lebih senang bekerja di toko kue dibanding menjadi penganalisa datamu," ujar Briella.

"Aduh, Briel. Keputusan yang salah. Siapa pun orangnya akan lebih memilih untuk bekerja di kantoran sepertiku," kata Aden.

Bibir Briella mengerucut. Perkataan Aden terasa mengganjal di hatinya. Dadanya bergemuruh ingin menolak perkataan Aden.

"Apa kau lupa sepasang kekasih tidak diperbolehkan untuk bekerja dalam satu perusahaan?" ujar Briella.

"Itu bisa dipertimbangkan. Lagipula aku yang menjadi pemimpin di perusahaan ini," kata Aden.

"Tidak. Aku tak setuju," ucap Briella.

Aden hendak mendekati Briella, namun langkahnya terhenti karena dia mendengar pintu dibuka. Begitu kagetnya Aden melihat kedatangan Gietta di ruangannya.

Aden pun mengerutkan keningnya. Lantas dia naikkan sebelah alisnya, seolah merasa tidak senang dengan kedatangan Gietta.

"Maaf mengganggu kalian. Aku kemari hanya untuk membawakan sekotak brownies untuk Aden," kata Gietta.

"Brownies?" ucap Briella.

Briella pun lekas memalingkan perhatiannya kepada Aden. Kening Briella sama berkerutnya dengan Aden.

"Sejak kapan kau suka brownies?" tanya Briella.

"Taruh saja di meja. Terima kasih untuk kirimannya," kata Aden tanpa menggunakan basa-basi sama sekali.

Sesuai intruksi, Gietta pun lekas menaruh sekotak brownies di atas meja Aden. Sayangnya Gietta tidak segera pergi dari tempatnya. Ia malah berdiri mematung sambil memandang ke arah Aden.

"Kenapa lagi, Giett? Kenapa masih ada di situ?" tanya Briella.

"Oh, aku ... Aku hanya ingin melihat kalian bermesraan saja. Tidak usah pedulikan aku," kata Gietta.

"Kami tidak bermesraan sekarang," ujar Aden.

Aden lantas memandang ke arah Briella sekilas. Pandangannya kemudian beralih menuju Gietta. Aden pun berdecak kasar.

"Sebab ada kamu di sini," ucap Aden.

"Aden! Jangan kasar begitu," desis Briella.

"Memang benar kan, Sayang? Karena ada temanmu, percakapan kita jadi berhenti," kata Aden membela diri.

Briella segera menjauh dari Aden. Ia kemudian menghampiri Gietta, teman lamanya. Briella merengkuh tangan Gietta dan menggenggamnya dengan lembut.

"Jangan pedulikan kata Aden, Giet. Dia sedikit tersinggung akhir-akhir ini," kata Briella.

"Tidak masalah. Aku akan pergi sekarang," ucap Gietta.

Gietta segera melepas genggaman tangan Briella. Ia pun melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan ruangan Aden. Sepeninggal Gietta, Briella hanya tercengang di tempatnya berdiri.

Menyadari Briella yang terpaku dalam posisinya, Aden langsung menghampiri Briella. Ditepuknya pundak Briella dengan lembut. Begitu Briella menoleh, Aden langsung menjatuhkan Briella ke dalam pelukannya.

"Kita lanjutkan obrolan kita, Briel. Tidak baik berhenti di tengah," kata Aden.

Briella melepaskan pelukan Aden. Ia kemudian berjalan kembali ke kursi kerjanya dan mendudukinya. Aden menyusul Briella kemudian.

"Kau harus bekerja di sini, Briel. Perusahaan ini butuh tenaga dan keahlianmu," ujar Aden.

Briella tampak diam tak menjawab. Tak hanya itu, bahkan tatapannya sama sekali tak fokus kepada Aden. Sepertinya pikiran Briella tidak di sini. Tidak dalam percakapan ini.

"Briel? Kau dengar ucapanku?" tanya Aden.

Aden mengguncang tubuh Briella yang membuatnya tersadar. Briella pun lekas menoleh dan menatap wajah Aden. Sesaat kemudian, Briella melepaskan tangan Aden dari pundaknya.

"Kurasa Gietta menaruh perhatian padamu, Aden. Apa mungkin dia menyukaimu?" tanya Briella.

Mendengar pertanyaan Briella yang terkesan menggemaskan hati, Aden lantas berdecak. Dia kemudian terkekeh.

"Lagi-lagi kamu menuduh orang lain menyukaiku, Briel. Mana mungkin Gietta temanmu sendiri menyukai diriku," kata Aden.

"Lalu untuk apa dia kirimkan brownies kepadamu?" tanya Briella.

"Untuk makan siang, mungkin? Siapa tahu juga," kata Aden.

Melihat kerutan di dahi Briella, Aden langsung tersenyum. Dia kemudian mengelus rambut Briella dan membenahi rambutnya yang berantakan.

"Jangan terlalu dipikirkan, Briel. Lagipula aku tidak menyukai brownies," ucap Aden.

Aden lalu melepaskan tangannya. Dia beralih pandang menuju ke arah brownies yang ada di atas meja. Lantas diambilnya dan diberikan kepada Briella.

"Untukmu saja," ujar Aden, dengan jawaban singkat.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Related chapter

  • Takdir Cinta untuk Briella   Aden dan Briella

    Kening Briella berkerut. Ia heran lantaran Aden malah memberikan sekotak brownies itu padanya."Kenapa malah kau berikan padaku?" ucap Briella."Aku tidak menyukainya. Jadi untukmu saja," kata Aden."Hei, jangan begitu. Kita makan ini bersama-sama," ujar Briella.Aden pun berdecak. Dia lantas menggeleng dan merebut lagi sekotak brownies yang dipegang Briella. Begitu ada karyawan yang masuk, Aden lalu memberikan sekotak brownies tersebut kepada karyawannya. Karyawan itu pun berlalu."Mau makan siang denganku, Briel? Kita makan di kafe biasanya," kata Aden."Terserah kau saja. Aku akan ikut," jawab Briella."Keputusan yang bagus," ujar Aden.Dia pun mengecup kening Briella dan menggenggam tangan Briella. Kini mereka berdua pergi menuju ke kantin bersama-sama.Setibanya di kantin, Aden mempersilakan Briella duduk. Ditatapnya mata Briella untuk sementara waktu sebelum akhirnya Aden tersenyum."Mau kupesankan apa, Sayang?" tanya Aden."Sardinia dan jus melon saja," kata Briella."Baiklah,

    Dernière mise à jour : 2025-03-12
  • Takdir Cinta untuk Briella   Ketakutan Briella

    Sandera berkacak pinggang memandang ke arah Briella yang digendong oleh Aden. Keningnya berkerut menyaksikan kejadian itu."Apa Briella membuat kekacauan lagi di kantormu, Aden?" tanya Sandera.Briella mengerucutkan bibirnya. Pasalnya Sandera selalu seenaknya menuduh dirinya. Padahal Briella mengalami ini semua secara tidak sengaja.Kakinya benar-benar terkilir!"Tidak kok, Ma. Briella tidak sengaja jatuh lalu kakinya sakit," ujar Aden."Ya ampun. Kamu ini benar-benar ceroboh ya, Briella! Bisa-bisanya jatuh begitu," kata Sandera.Sandera lalu melihat ke arah Briella. Ditatapnya anak perempuannya yang sedang digendong oleh Aden. Sandera kemudian menurunkan kacak pinggangnya dan menghampiri Briella."Kasihan Aden menggendongmu sampai seperti itu," lanjut Sandera.Sandera kemudian menilik kaki Briella yang tampak bengkak. Dilihatnya dengan cermat kondisi kaki Briella yang saat ini lebam."Turunkan saja, Aden. Biarkan Briella berjalan sendiri," kata Sandera.Aden terkejut seketika. Kening

    Dernière mise à jour : 2025-03-21
  • Takdir Cinta untuk Briella   Bunga Peony

    Briella hanya bisa mengembuskan napas menghadapi kemarahan Sandera. Tidak salah apabila Sandera sampai memarahinya begitu, sebab Gietta sendiri adalah teman lamanya yang tidak pantas untuk dicurigai.Namun juga bukan salah Briella yang memiliki ketakutan akan kehilangan Aden. Briella memandangi Sandera yang sedang memberikan nasihat kepadanya. Tampaknya tidak akan habis rasa amarah Sandera."Mama tidak mau kamu menjadi orang yang paranoid, Briel. Mama bilang begini juga demi kebaikanmu," kata Sandera."Iya, Ma. Aku juga tahu itu. Tapi bukan salahku jika aku takut kehilangan Aden," ujar Briella."Tetap saja tidak dibenarkan menuduh sahabat mengambil kekasih sendiri. Apalagi kalian berdua sudah bertunangan. Itu tidak mungkin," ucap Sandera."Terserah mama saja. Aku capek berdebat terus dengan mama," ujar Briella.Setelah mengantar dokter pribadinya, Aden kembali. Dia berjalan masuk ke dalam rumah dan mendapati adanya Sandera di dekat Briella. Aden pun langsung menghampiri keduanya dan m

    Dernière mise à jour : 2025-03-21
  • Takdir Cinta untuk Briella   Kesempatan para Wanita

    Aden pun pergi meninggalkan Briella. Setelah menatap Briella untuk yang terakhir, akhirnya Aden keluar dari kamar Briella. Di luar kamar Briella, Aden bertemu dengan Sandera. Sontak saja Aden menghentikan langkah kakinya."Apa dia sudah tidur?" tanya Sandera."Tadi kutinggal, kedua matanya sudah terpejam," kata Aden.Sandera manggut-manggut. Lantas ia mengedarkan pandangan ke arah Aden. Ditatapnya calon menantunya itu dengan tatapan yang datar."Lalu sekarang kau mau ke mana?" tanya Sandera."Tentu saja aku mau pulang. Briella sudah tidur. Ada kerjaan di kantor yang harus aku selesaikan," ucap Aden."Ya sudahlah. Pulang saja," kata Sandera."Tapi tidak usah khawatir. Nanti sore aku akan kembali lagi ke sini," ujar Aden.Seketika itu pula kening Sandera mengerut. Terheran dengan apa yang dikatakan oleh Aden. Tidak menyangka kalau nantinya Aden akan kembali lagi."Untuk menjemput Briella. Kami akan jalan-jalan seperti biasa," kata Aden."Begitu rupanya. Jangan pulang larut malam," ucap

    Dernière mise à jour : 2025-03-22
  • Takdir Cinta untuk Briella   Rinai Temaram

    Aden tertegun sejenak melihat perhatian Briella yang romantis. Jarang-jarang terlihat kalau Briella bisa bersikap seperti ini padanya. Briella bahkan bisa sangat hangat pada dirinya, membuat Aden terkesima."Kalau kau capek, kita batalkan saja jalan-jalannya," ujar Briella.Seketika itu juga Aden langsung menggeleng keras-keras. Dia bersikukuh ingin mengajak Briella jalan-jalan keluar."Tidak. Tadinya aku sudah berniat untuk mengajakmu jalan-jalan. Masa iya tidak jadi," ujar Aden."Barangkali saja kau kecapekan. Aku kan tidak ingin membuat tunanganku sendiri kerepotan," kata Briella."Kau ini menyindirku ya, Briell," ujar Aden.Briella tertawa begitu mendengar ujaran sengit dari Aden. Apalagi jika melihat wajah Aden yang sudah kesal, makin menjadilah tawa Briella."Ada apa, Sayang? Apa ada yang terjadi di kantor?" tanya Briella."Nanti saja akan kuceritakan. Sekarang bersiaplah, akan kuajak kamu pergi," kata Aden.Briella berdeham. Ia tidak langsung menjawab perkataan Aden. Sengaja me

    Dernière mise à jour : 2025-03-22
  • Takdir Cinta untuk Briella   Perlakuan Manis

    Briella langsung menaikkan kedua alisnya ke atas. Ia benar-benar kaget dengan pemberitaan yang ada. Lagi-lagi Aden bersama dengan wanita lain, selain dirinya. Terang saja itu membuat Briella marah."Kamu sama Wina tadi?" tanya Briella.Kening Aden mengerut. Dia menatap Briella dengan keheranan. Semenit kemudian, Aden mengangguk."Ya. Dari mana kau tahu tentang itu?" tanya Aden.Briella berdecak. Sebal lantaran Aden masih saja berhubungan dengan Wina. Briella pun memasang wajah yang sebal di depan Aden.Seketika itu pula Aden langsung melihat ke bawah. Searah genggaman tangan Briella yang memegang handphone.Barulah Aden sadar bahwa Briella pasti telah melihat kabar terbaru tentang dirinya."Aku heran dari mana wartawan bisa memfotoku dengan Wina? Perasaan tadi siang masih aman-aman saja," terang Aden."Sudah tahu kalau kehidupanmu disorot. Masih saja kamu sembarangan dalam bersikap," kata Briella."Bukannya begitu, Briel. Kau kan tahu aku ini memang populer. Pasti di mana-mana akan ad

    Dernière mise à jour : 2025-03-24
  • Takdir Cinta untuk Briella   Malam Kembang Api

    "Briel, jangan mendiamkan aku," kata Aden.Briella menoleh. Ia lalu memasang senyum kecut. Kedua matanya memandang ke arah Aden dengan malas."Aku sedang malas bicara, Aden," ujar Briella."Ya sudah. Kita langsung pulang atau ingin mampir ke tempat makan dulu?" tanya Aden."Terserah kau saja, Aden. Aku ikut denganmu," kata Briella."Baiklah, kita mampir ke tempat makan dulu. Perutku sudah lapar sekali," ujar Aden.Seusai berkata begitu, Aden langsung menjalankan mobilnya. Mereka akan menuju ke sebuah restoran. Dengan kecepatan yang di atas rata-rata, akhirnya mereka sampai.Aden dan Briella pun turun dari dalam mobil. Mereka berdua berjalan bersama menuju ke dalam restoran. Sembari bergandengan tangan, Aden mengajak Briella untuk jalan lebih cepat. Mereka berdua akhirnya duduk di sebuah tempat duduk yang dekat dengan jendela. Aden mempersilakan Briella duduk dan lekas diambilnya buku menu."Kau ingin pesan apa, Briel?" tanya Aden."Wagyu grilled with garlic dan segelas coconut water

    Dernière mise à jour : 2025-03-24
  • Takdir Cinta untuk Briella   Legitnya Cinta

    Aden segera merengkuh tangan Briella. Setelah berhasil menggenggam tangan Briella, Aden segera menariknya."Tunggu aku. Kenapa kau tidak mendengarkan aku tadi," kata Aden."Kau lama. Dan aku bosan menunggu," ujar Briella."Tetap saja jangan meninggalkan aku," ucap Aden.Briella memutar kedua bola matanya dengan malas. Ia mencebik dan kemudian menatap kepada Aden. Briella lalu memasang senyum lebar."Kau saja yang lamban jalannya," kata Briella.Pandangan Aden lalu beralih. Tatapannya turun menuju jari jemari Briella. Cincin emas itu masih melingkar anggun di jari manis Briella. Aden pun lantas tersenyum."Kau masih memakai cincin tunangan kita, Briel?" tanya Aden.Briella yang semula memagut senyum lebar pun lantas meredup. Bibir Briella pun terdiam. Mengatup rapat. Sementara tatapan Briella tidak lepas dari mata Aden."Sama sekali tidak pernah kau lepas?" tanya Aden."Cincin ini istimewa, Aden. Tidak mungkin aku melepasnya," kata Briella."Sama sekali?" tanya Aden.Briella pun mengan

    Dernière mise à jour : 2025-04-01

Latest chapter

  • Takdir Cinta untuk Briella   Rasa Abai Aden kepada Gietta

    Gietta mengangguk, tetapi dalam hatinya enggan untuk menggubris kata-kata Briella. Kedua matanya menjelajah ke seisi ruangan, seolah tidak bisa diam."Padahal aku sangat menantikan kedatangan Aden, Briel," kata Gietta."Kamu tunggu saja. Pasti nanti dia datang kemari," balas Briella.Gietta kemudian menunduk. Tangannya lekas menyodorkan sebungkus oleh-oleh yang sedari tadi dibawanya."Ini ada kue krim keju untukmu, Briel. Aku tadi sengaja mampir ke toko kue untuk membelikan ini," kata Gietta.Briella memandang ke arah bungkusan kue yang disodorkan Gietta. Tanpa banyak bicara, Briella pun lekas menerima bingkisan kue tersebut."Duduklah, Giet. Akan aku buatkan teh lemon untukmu," kata Briella.Gietta mengangguk setuju. Ia lantas duduk di sofa yang berada tidak jauh di belakangnya. Briella tersenyum, sesaat kemudian ia mulai berjalan menuju dapur.Ketika sampai di dapur, Briella membuka lemari pendingin dan mengambil racikan teh. Tangannya yang ramping dengan terampil meracik semua baha

  • Takdir Cinta untuk Briella   Belum Ingin Menikah

    Mata Sandera mengekor pada kepergian Briella yang langsung masuk ke dalam kamar. Sandera hanya bisa menghela dengan kasar. Masih saja anak gadisnya satu itu tidak terketuk hati untuk segera melangsungkan pernikahan.Sandera berdiri dan menyusul Briella. Setelah tiba di depan pintu kamar Briella yang tertutup, Sandera mengetuk pintunya."Bukakanlah, Briel. Jangan membantah mama seperti ini," kata Sandera setengah berteriak agar Briella mendengar.Sandera masih mengetuk pintu kamar Briella. Hingga beberapa menit berlalu, Briella pun terusik dan membuka pintu kamarnya."Mari kita bicara. Ada banyak hal yang perlu kita bicarakan berdua," ujar Sandera.Meskipun awalnya Briella keberatan dan ingin menolak ajakan mamanya, tetapi Sandera langsung menarik lengan Briella. Inilah yang membuat Briella tidak punya pilihan lain selain mengikuti kemauan mamanya.Sandera mengajak Briella untuk duduk di tepi ranjang. Meskipun tampaknya wajah Sandera sangat tegas dan terlihat seolah akan membicarakan h

  • Takdir Cinta untuk Briella   Rencana Sandera

    "Perihal nikahan kalian berdua," ucap Sandera.Sekejap saja Aden membelalakkan matanya. Tiada angin tak ada hujan, tiba-tiba Sandera menanyakan tentang pernikahan mereka.Wajar saja jika Aden kaget. Dia lantas menatap kaku ke arah Briella yang sama kagetnya dengan dirinya."Pernikahan kami, Ma?" tanya Briella."Ya. Nikahan kalian. Bagaimana? Apa sudah terencana?" tanya Sandera.Briella spontan langsung terdiam. Ia menoleh ke arah Aden dan menatap calon suaminya tersebut. Briella menggeleng pelan."Kami masih belum ada rencana ke sana, Tante," ucap Aden."Bagaimana bisa? Kalian kan sudah lama bertunangan. Masa iya belum merencanakan pernikahan sama sekali," kata Sandera.Aden langsung terdiam seketika. Bibirnya menutup rapat sama seperti Briella. Tampaknya Aden dan Briella sama sekali tidak menyangka jika Sandera akan menanyakan tentang hal ini."Kalau kalian belum merencanakannya, mari kita bicarakan. Kebetulan Mama ada waktu senggang untuk kalian," kata Sandera.Aden menggaruk kepala

  • Takdir Cinta untuk Briella   Dua Hati, Dua Cinta

    Briella menyadari bahwa Gietta sudah tidak seramah biasanya. Briella pun tersenyum kecut."Lantas kenapa masih di sini?" tanya Briella.Gietta mengulas senyum miring. Ia melihat ke arah Aden sekilas lalu mengalihkan pandangannya kepada Briella."Aku sedang menunggu temanku datang menjemputku," kata Gietta.Gietta lalu beringsut memandang ke arah Aden. Merasa dipandang, Aden segera menggendik dan mengarahkan pandangannya kepada Gietta."Kalau kamu mau menunggu, sebaiknya tunggu di lobi saja. Jangan di ruanganku karena nanti akan kukunci," ujar Aden.Mendengar ucapan Aden, Gietta semakin sebal. Ia sudah kesal karena diabaikan oleh Aden, malah ditambah dengan sikap Aden yang tidak ramah."Kamu mengerti dengan ucapanku, kan?" tanya Aden."Tentu. Tentu aku tahu," kata Gietta.Ia kemudian menatap ke arah Briella. Bibirnya menunjukkan seulas senyum yang dipaksakan. Hatinya tampak tidak senang melihat Briella dan Aden berdekatan."Aku akan tunggu di lobi. Kalian kunci saja ruangannya. Aku aka

  • Takdir Cinta untuk Briella   Panas Menyesakkan

    "Sayang, jam berapa sekarang?" tanya Aden.Aden menatap pada Briella yang sedang berdiri menghadap ke arahnya. Seketika Aden langsung menghampiri Briella dan mendekapnya."Bukankah sudah waktunya untuk bekerja?" ujar Aden.Bahu Briella menggendik. Tatapan matanya kemudian beralih menuju ke arah jam dinding. Briella tersenyum miring."Ini sudah jam dua, Sayang. Semestinya kita sudah memulai pekerjaan kita," kata Briella.Aden mengalihkan pandangannya. Aden menatap Gietta yang sedang fokus memandang ke arah dirinya."Sudah jam dua. Berarti sisa satu jam lagi kau harus bisa menyelesaikan semua tugas ini," kata Aden."Tidak masalah. Aku bisa mengerjakannya dengan cepat," balas Gietta.Aden menyunggar rambutnya ke samping. Setelahnya, Aden beralih pandangan. Dia berbalik dan berjalan menuju ke kursi kerjanya."Kita mulai kerja sekarang. Tidak ada banyak waktu lagi yang tersisa," perintah Aden.Briella mengangguk yang disertai dengan anggukan dari Gietta. Selepas itu, mereka berdua menghada

  • Takdir Cinta untuk Briella   Risih dan Canggung

    Menyadari bahwa dirinya ditatap oleh Gietta, Aden segera berpaling. Dia merasa risih dan canggung dengan tatapan Gietta yang selalu memandang kepada dirinya."Kenapa, Aden? Apa ada yang salah?" tanya Briella setelah menyadari bahwa tunangannya itu bertingkah aneh.Briella memandangi Aden yang segera berpindah posisi, sedikit agak menjauhi Gietta. Menyadari keanehan sikap Aden, Briella menghela napas."Kamu kenapa kok kayak nggak nyaman begitu?" tanya Briella lagi."Tidak apa-apa, Giet. Aku hanya tak nyaman kau pandangi," ujar Aden salah menyebut nama.Sontak saja kening Briella mengerut. Ia menyadari bahwa Aden salah mengucapkan namanya. Sekejap saja Briella langsung menoleh ke arah Gietta."Kau menyebut Gietta?" ujar Briella.Aden yang menyadari kekeliruannya, segera mencebik. Refleks, dirinya memegang tangan Briella dan berniat untuk meminta maaf."Aku tidak sengaja, Briel. Tolong maafkan aku," pinta Aden.Briella memandang Aden dengan kecewa. Bola matanya penuh dan membulat menatap

  • Takdir Cinta untuk Briella   Bertemu Gietta

    Alis Briella hampir saling bertautan saat menatap wajah optimis Aden. Briella pun menggeleng, tak percaya."Ke kantormu? Denganku?" tanya Briella.Spontan saja Aden langsung mengangguk. Kedua matanya memandangi wajah Briella yang kelihatan ragu."Apa yang bisa kulakukan di sana?" tanya Briella.Aden tertawa. Dia lekas memegangi dahinya dan berhenti tertawa. Kini Aden memandang ke arah Briella yang sedang lugu menatap dirinya."Kamu kan bisa menemaniku bekerja, Briel. Ada di sampingku saja itu sudah cukup," kata Aden."Masa bekerja saja kau minta ditemani, Aden?" tanya Briella."Tentu saja, Sayang. Aku akan sangat senang bila kau ada di sebelahku," kata Aden.Briella tertegun sejenak saat melihat Aden tersenyum. Tak biasanya lelakinya itu memperlihatkan senyum yang menawan. Briella pun berdecak."Baiklah, aku akan ikut denganmu ke kantor," ucap Briella.Mendengar ucapan Briella seketika Aden tersenyum senang. Aden segera merangkul Briella dan mendekatkan Briella pada wajahnya. Segera s

  • Takdir Cinta untuk Briella   Tepung Roti

    "Bagaimana rasanya, Aden?" tanya Briella.Aden hanya mengunyah roti yang terlanjur masuk ke dalam mulutnya. Tak lama setelah rotinya tertelan, Aden lekas menoleh ke arah Briella. Dipandangnya wajah kekasihnya itu dengan binar yang menyala."Enak. Gurih dan empuk. Teksturnya juga tidak lengket di gigi," kata Aden."Jadi kau suka dengan resep baru ini?" tanya Briella."Terang saja suka, Briel. Rasanya juga ramah sekali di lidah," ucap Aden.Briella lekas memandang ke arah karyawati yang ada di depannya. Lantas diberikannya seraut senyum kepada karyawati tersebut."Menurut tunangan saya juga enak. Lanjutkan saja. Saya yakin pasti banyak yang minat dengan roti baru ini," sanjung Briella."Baik, Nona," ujar si karyawati.Briella kemudian mengalihkan pandangannya. Ia berbalik menghadap ke arah Aden. Dielusnya lembut rambut Aden yang berantakan."Sudah puas kamu mengecek toko rotimu, Briel?" tanya Aden."Sebenarnya belum. Masih ada yang harus kuperiksa," kata Briella.Kening Aden lantas berk

  • Takdir Cinta untuk Briella   Perhatian Aden

    "Jangan lupa untuk tetap menenangkan pikiran. Jangan panik mendadak dan jangan kebanyakan yang dipikir ya," imbuh dokter."Baik, Dok," ujar Briella.Sandera melirik ke arah Briella. Ditatapnya putri semata wayangnya itu dengan pandangan yang tak mengenakkan hati."Lalu untuk makannya sendiri, tolong dijaga. Jangan sampai makan junk food, ya. Karena itu tak baik untuk jantung," kata dokter.Briella menyengguk. Setelah memberikan penjelasan pada Briella dan Sandera, sang dokter segera beralih pandang."Ini adalah obat yang harus ditebus. Apa obat lama sudah rutin diminum?" tanya dokter."Anak saya rutin minum kok, Dok," jawab Sandera."Bagus. Memang sebaiknya diimbangi dengan konsumsi obat. Saya sarankan obat segera dihentikan begitu kondisinya membaik ya," jelas dokter.Sandera mengangguk. Ia lekas mengambil resep obat yang diberikan oleh dokter. Setelah membaca resep obat sekilas, Sandera langsung mengajak sang dokter bersalaman."Terima kasih untuk waktunya, Dok," kata Sandera."Sama

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status