Badai salju melanda kota London sejak sore hari, membuat kota ini sepi tidak seperti biasanya, mereka lebih memilih menghabiskan waktunya dirumah sejak sang surya telah tenggelam di ufuk barat.
Badai salju pun belum kunjung reda, terlihat salju yang menutupi seluruh jalan di kota London tanpa henti, biasanya, rawan terjadi sebuah kecelakaan jika para penduduknya nekat berjalan-jalan ditengah badai.Seperti sekarang, seorang pemuda tengah berdiri ditengah badai, tepatnya berada di bawah lampu taman, bagi siapapun saja yang melihatnya mungkin akan menganggap laki-laki itu sudah kehilangan akal sehatnya. Bayangkan saja, ini sudah tengah malam dan kamu berdiri di tengah-tengah badai, itu sama saja bunuh diri namanya.Hingga sebuah tangan menyentuh bahu laki-laki itu, sang empunya hanya terkesiap, hampir saja memukul seseorang yang telah menyentuh bahunya, namun ia urungkan niatnya."Who are you...?" Tanya laki-laki itu seraya mengerakkan tongkatnya bersiap untuk memukul siapa saja yang akan mengganggunya."Ini aku."Suara itu sukses membuat laki-laki itu tertegun, suara khas nan lembut yang sangat ia kenali. Lantas laki-laki itu segera menurunkan tongkatnya ke bawah."Mira...?"Gadis bernama Mira itu tersenyum."Rupanya lo hafal banget sama suara gue ya?" Ujarnya.Laki-laki itu adalah Gevaniel Nathan Aksara, Seorang yang kehilangan penglihatannya sejak satu tahun yang lalu, dan seorang yang sudah merelakan kebahagiaannya kepada orang lain.Akan panjang kisahnya jika di ceritakan kembali, lagi pula Aksa sudah melupakannya, dia sudah bahagia hidup di London dan meninggalkan kenangan pahitnya di masa lalu.Namun....Sejak saat itulah Nathan Aksara berubah, dia tidak pernah tertawa sekalipun setelah keberangkatannya ke kota ini satu tahun yang lalu.Aksa menjadi pendiam, kaku dan tak banyak bicara, hatinya beku, bahkan sekarang dimata laki-laki itu hanya ada kesedihan.Sang sahabat lantas menghela nafas lirih, dia sedikit kesal atas respon laki-laki dingin dihadapannya."Sa! Kenapa si lo diem mulu? Gue berasa ngomong sama batu tahu gak!" Kesal gadis itu.Aksa tidak menjawab, mereka akhirnya saling diam.Mira juga hanya menatap Aksa dengan sendu, beberapa saat kemudian gadis itu memajukan langkahnya mendekati Aksa.Laki-laki itu terkejut saat merasakan sesuatu di bahunya, ternyata Mira baru saja memberikan mantel untuknya."Ayo pulang, paman khawatir nyari lo." Ujar Mira seraya menuntun laki-laki itu itu berjalan.Mira benar-benar menjadi sosok pelindung bagi Nathan Aksara. Gadis itu selalu ada untuk Aksa dalam senang maupun duka.Meskipun Aksa tak pernah mengutarakan secara langsung, tak dapat dipungkiri bahwa laki-laki itu sangat merasa beruntung memiliki Mira disisinya."Na..."Aksa tidak menjawab sama sekali, laki-laki itu tetap bungkam, akhirnya gadis itu menghela nafas lirih, ia memaklumi sifat Aksa yang seperti ini, dingin. Mengalahkan dinginnya salju yang menerpa kulit wajah Mira.Telah lama dalam keheningan, akhirnya gadis itu bersuara kembali."Na, jika suatu hari aku mendadak menghilang, aku mohon jangan mencari atau bertanya kepada orang orang kemana aku pergi." Ujar Mira tiba tiba, Aksa lantas menghentikan langkahnya, membuat Mira juga ikut menghentikan langkahnya tanpa melepaskan tangannya dari lengan laki-laki itu.Mira menatap Aksa menunggu kata apa yang akan keluar dari manusia berhati es ini, waktu terasa begitu cepat tapi laki-laki dihadapannya tak kunjung bersuara. Padahal Mira telah berharap Aksa menanyakan sesuatu, namun sepertinya Aksa tak akan mengatakan apapun.Dengan diamnya laki-laki itu membuat Mira semakin takut, takut jika ia tidak akan bisa meninggalkan Nathan Aksara.Tapi jika waktu itu telah tiba Mira tak bisa melakukan apapun, ditengah badai itu, air mata Mira akhirnya turun, air mata yang sejak tadi Mira bendung.Tanpa diketahui Aksa tentunya, Mira berusaha menahan agar isakkan tangisnya tidak berbunyi, ia hanya menatap Aksa penuh dengan rasa takut dan rasa bersalah pun turut mendominasi."Kamu harus janji satu hal sama aku, jangan pernah membenciku."Bola mata Aksa bergerak kearah dimana Mira berada, mata mereka tanpa senjata saling bertemu.Mira semakin bergetar, lantas gadis itu melepaskan tangannya dari Aksa, ia menutup mulutnya agar tangisnya tidak berbunyi, andai saja Aksa bisa melihat bagaimana sekarang keadaan Mira. Mungkin laki-laki itu akan memeluk Mira atau tidak mungkin akan menghapus air mata itu dengan tangannya sendiri."Kenapa aku benci kamu? Memangnya sejauh apa kamu pergi? Kemana dan dimana?" Rentetan pertanyaan itu malah membuat Mira semakin terisak, gadis itu menatap sendu lalu Gadis itu tersenyum, ia menggeleng lalu mengambil tangan kanan milik Aksa yang sangat dingin seperti hati laki-laki itu."Aku gak kemana mana, aku ada di diri kamu, jika kamu merindukan aku panggil nama ku tiga kali dan lihat bintang, karena aku ada di antara mereka tersenyum melihatmu dan aku juga akan melakukan hal yang sama jika aku merindukanmu..."Aksa tersenyum, tersenyum untuk pertama kalinya dihadapan Mira setelah satu tahun lamanya gadis itu tak melihat senyuman indah itu lagi, bahkan sekarang senyuman itu mengembang memperlihatkan deretan gigi putihnya, sangat manis.Mira pun ikut tersenyum lalu memeluk Aksa erat. Tanpa disangka laki-laki itu juga membalas pelukan Mira, pada saat itu juga seperti sebuah keajaiban salju mendadak berhenti, lampu taman yang tadinya redup kembali terang, seperti sebuah kisah fantasi tapi ini terlalu nyata."I love you." Ucap Mira pelan, Aksa tersenyum tanpa sadar tongkat yang ada di genggamannya jatuh ke tanah.Aksa semakin membawa tubuh Mira kedalam pelukan hangatnya, mencium puncak kepala gadis itu beberapa kali."Mira tunggu aku sampai besok, aku akan bisa melihat lagi." Ucap Aksa, Mira hanya tersenyum lalu mengangguk.•••Tidak terasa, malam telah berlalu, badai salju juga telah berhenti tadi malam, hal itu membuat geger seluruh kota London.Salju memang baru turun kemarin sore, tapi kota London berubah cerah, tak ada tanda tanda badai akan datang lagi. Itu seperti sebuah keajaiban dan jarang terjadi sebelumnya. Bahkan sisa sisa salju kemarin telah lenyap seketika, kota London sudah bersih berkat bantuan para petugas kebersihan.Sekarang, jam telah menunjukan pukul 9 pagi, dimana saat ini Aksa sedang mejalani operasi ditemani oleh keluarga besarnya dan juga teman temannya yaitu, Jeffran, Brian dan Lita.Kedua orang tua Aksa dan juga teman temannya baru mendarat di London pukul 7 pagi dan mereka langsung pergi ke rumah sakit.Sekitar pukul 3 sore operasi telah selesai, semua menghela nafas lega karena operasi berhasil dilakukan, Aksa sebentar lagi akan bisa melihat lagi.Tapi ada rasa sedih di wajah semua orang, mereka bingung harus bagaimana nantinya menjelaskan kepada Aksa.Mira mendonorkan kornea matanya kepada Nathan Aksa, selama ini gadis itu menderita leukimia dan tak ada yang tahu tentang ini, hanya keluargalah yang tahu.Selama satu tahun itu pula Mira menghabiskan waktu yang singkat bersama Aksa dan malam tadi adalah terakhir kalinya mereka bertemu.Entah-----Harus bagaimana nantinya menjelaskan kepada Aksa, pasti itu sangat berat bagi Aksa dan mungkin saja Aksa tidak akan mudah untuk menerimanya.Tapi takdir tetaplah takdir, seseorang tidak akan pernah bisa merubah takdir yang sudah terjadi.Mira sudah pergi untuk selama lamanya, gadis itu datang sebagai pelindung, obat dan keajaiban bagi Nathan Aksa. Tak ada satu orang pun yang mampu menggantikan posisi Mira di hidup Aksa. Pasti akan sangat berat bagi Aksa jika ia mengetahui gadis itu telah pergi dari kehidupannya.Setelah beberapa hari perban akhirnya akan dibuka pada hari ini tepatnya siang ini.Semua keluarga dan sahabat Aksa berkumpul diruang rawat Aksara, dan jangan lupakan Aksa yang selalu bertanya-tanya dimana keberadaan Mira, karena sudah beberapa hari ini Aksa tidak mendengar suara Mira lagi.Tidak ada satupun orang yang berkata jujur, mereka belum siap memberi tahu semuanya kepada Aksa. Biarkan laki-laki itu mengetahuinya sendiri."Wait, please." Ucap Aksa menghentikan seorang dokter yang akan membuka perbannya sebentar lagi.Semua orang terdiam."Dimana Mira, aku ingin orang pertama yang aku lihat adalah Mira," ucap Aksa lagi, semua keluarga dan sahabat-sahabatnya tidak ada yang menjawab, namun suara sang nenek membuat Aksa tersenyum lega."Dia ada di depanmu sekarang."Seluruh orang menatap nenek Aksa, bahkan ibunda dari Aksa menghela nafas pasrah, entah reaksi apa yang akan terjadi saat Aksa membuka matanya nanti.Dokter kembali melanjutkan aktivitasnya, rasa gugup itulah yang sedang dirasakan oleh semua orang, Aksa begitu sangat bahagia bahkan laki-laki itu tidak memudar senyumannya sejak tadi, membuat semua orang memandangnya penuh iba.Hingga akhirnya dokter telah melepaskan perban tersebut, Aksa masih memejamkan matanya, sang Dokter kini menuntunnya dengan menghitung agar Aksa membuka matanya perlahan-lahan.Dan_________"Mira——"Senyuman itu tergantikan dengan raut wajah bingung sekaligus kecewa, gadis yang ada dihadapannya sekarang bukanlah Mira.Aksa tidak lupa dengan wajah sahabatnya.Perlahan senyuman di wajah gadis itupun memudar tatkala Aksa menatapnya tidak suka."Dimana Mira...?"Tak ada jawaban."DIMANA MIRAA!""Mah, dimana Mira...?"Aksa beralih menatap Jeffran, sang sepupu sekaligus sahabat dekatnya."Je, beri tahu gue dimana dia sekarang...?!!"Jeffran menunduk, membuat Aksa semakin kesal, kini dia beralih menatap orangtua Mira yang sedang berdiri di samping kedua orang tuanya."Om dimana Mira...?"Pria dewasa itu hanya diam, membuat semua orang semakin menunduk, Aksa juga jadi semakin penasaran."Dimana Mira...?"Nenek Aksa mendekati cucunya, lalu memeluk Aksa, memberi ketenangan."Dimana Mira nek, kenapa nenek bohong, siapa orang ini...?" Ujar Aksa seraya menunjuk gadis dihadapannya.Gadis bersurai merah itu kembali tersenyum. Tapi, Aksa tetap menatapnya dingin."Dia Beatarissa Yeara Billyana." Jawab neneknya, gadis bernama Yeara itupun mengangguk tersenyum."Lalu dimana Mira...?"Neneknya kembali mengusap surai cucu kesayangannya dengan lembut. Seraya berujar, "Mira telah tenang di atas sana.""Tenang?" Kening Aksa berkerut, ia menatap neneknya bingung."Apa maksud nenek?""Orang yang mendonorkan matanya ke kamu adalah Mira."DegAksa menggeleng tidak percaya, ini pasti salah!Tidak mungkin Mira yang mendonorkan matanya, gadis itu sudah berjanji untuk melihatnya sembuh. Tapi, kenapa Mira mengingkarinya? Ini tidak adil!........"Na, jika suatu hari aku mendadak menghilang, aku mohon jangan mencari atau bertanya kepada orang orang kemana aku pergi.""Kamu harus janji satu hal sama aku, jangan pernah membenciku.""Aku gak kemana mana, aku ada di diri kamu, jika kamu merindukan aku panggil nama ku tiga kali dan lihat bintang, karena aku ada di antara mereka tersenyum melihatmu dan aku juga akan melakukan hal yang sama jika aku merindukanmu...".........Aksa menangis histeris kala mengingat perkataan Mira tadi malam, laki-laki itu bahkan berteriak memanggil nama Mira, berharap gadis itu segera datang.Jika boleh meminta Aksa ingin kalau ini hanyalah sebuah mimpi buruk agar esok ia bisa bangun dari tidurnya dan melihat Mira berada di sisinya dan tersenyum kepadanya.Sudah satu minggu sejak kepergian Mira, Nathan Aksa menjadi semakin dingin tak tersentuh, ia jarang sekali berbicara bahkan dalam sehari Aksa tidak pernah berbicara kepada siapapun.Sosok gadis bernama Yeara selalu datang setiap hari, Aksa sangat tidak menyukai gadis itu. Aksa muak dengan sikap sok kenal Yeara padanya!Seperti sekarang Yeara tengah menatap Aksa yang tengah duduk menghadap pemandangan malam kota London dari atas gedung berlantai 15."Na..." Panggil gadis itu, Aksa pun menoleh menatap Yeara dengan sorot mata yang dingin."Jangan pernah manggil gue dengan sebutan itu! panggilan itu hanya untuk Mira! Dan jangan pernah datang lagi kesini, lo hanya akan membuat mood gue semakin buruk, setidaknya izinkan gue untuk sendiri sekarang karena lo nantinya juga akan ketemu gue setiap hari!" Ucap Aksa.Itulah kata terpanjang yang pernah Yeara dengar, tapi perkataan itu sungguh dingin dan menyayat hatinya, se-benci itukah Aksa kepadanya sehingga tak menginginkan kehadiran gadis itu d
Pesawat baru saja mendarat di bandara Soekarno-hatta, Aksa beserta keluarganya langsung pulang kerumahnya begitu pula dengan keluarga Yeara.Awalnya Yeara diajak nenek Aksara untuk pulang ke rumah Aksa, tapi saat melihat raut wajah tidak mengenakan dari Aksa, akhirnya Yeara menolak.Yeara terus saja mencuri pandang ke arah Aksa, ia berharap Aksa akan membaca daftar keinginan Yeara agar besok mereka bisa langsung melaksanakannya bersama.•••Setelah perjalanan sekitar 25 menit, Aksa dan keluarganya pun telah tiba dikediaman baru milik Aksa, hadiah dari neneknya, mama dan papa Aksa sudah langsung pulang ke Bandung, jadi hanya ada Aksa, Jeffran dan neneknya dirumah ini. Aksa berjalan ke kamar miliknya dilantai dua, diikuti juga oleh Jeffran, kamar mereka saling berhadapan. Jadi, Jeffran bisa mengganggu Aksa setiap saat, itu sangat menyenangkan.Aksa menatap kamar miliknya yang lumayan luas, ia pun beralih menatap koper miliknya, ia harus menata barang barangnya sendiri karena tidak ada
Setelah menemani Aksa dirumahnya, akhirnya Yeara memutuskan untuk pulang kerumahnya karena nenek Aksara sudah kembali.Saat di pintu, Yeara bertemu dengan seseorang yang tidak ia kenal, tapi dia terlihat sangat cantik."Aksara ada?"Yeara menganggukan kepalanya."Siapa yah?""Gebby"Yeara hampir saja tersedak ludahnya sendiri karena terkejut, ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan mantan pacar Aksara.Yeara tahu dengan siapa Aksa berpacaran, dia mempunyai mata-mata di Indonesia, dia tahu segalanya tentang kehidupan Aksara selama tiga tahun terakhir."Si-silahkan masuk." Ujar Yeara.Gadis bernama Gebby itupun masuk kedalam rumah Aksa, diikuti juga oleh Yeara, ia tidak jadi pulang.Mereka berdua akhirnya masuk kedalam kamar Aksa, Aksa terlihat sangat terkejut atas kedatangan Gebby, laki-laki itu langsung bangun dari tidurnya.Gebby pun meletakan parsel buah ke meja, lalu menghampiri Aksa dan memeluknya.Yeara tersentak kaget, ia tidak rela Aksa dipeluk oleh wanita lain, Yeara mula
je t'aime Aksa, dalam bahasa Prancis artinya aku cinta Aksa.Yeara, 2024.•••Setelah makan malam keluarga, Aksara dan Yeara di perintah oleh kedua orang tua mereka untuk berjalan-jalan disekitar hotel sebelum mereka pergi ke butik untuk fitting gaun pengantin, keduanya tampak diam tak ada yang memulai percakapan, sampai Yeara pun membuka suaranya."Na...""Gue udah bilang jangan panggil gue Na! Gue gak suka!"Yeara menunduk "maaf, aku gak bermaksud—""Udahlah, diem aja!" Sela Aksa marah."Aku suka kamu yang sekarang." Ucap Yeara tiba-tiba, hal itu membuat Nathan Aksara menghentikan langkah kakinya, mata mereka saling bertemu."Aku suka kamu yang sekarang sudah banyak bicara, aku suka saat kamu marah marah ke aku."Aksa masih bungkam, tak berniat menanggapi."Aku ingin kamu terus seperti ini..." Ujar Yeara, meskipun dalam hatinya berkata lain, sejujurnya Yeara tidak mau mendengar benta
Aku juga punya hati, aku punya perasaan yang kapan saja bisa punya batas kesabaran, tapi untuk kali ini aku ingin berjuang, berjuang walau aku tahu kamu tak akan pernah mencintaiku, setidaknya aku ingin bersamamu walau hanya sesaat— Yeara, 2024.•••1 tahun yang lalu."Aksa..."Gadis berambut sebahu itu menghampiri Nathan Aksa yang tengah terduduk di bangku taman seorang diri."Aku cariin ternyata disini, gimana tadi kalau aku gak liat kamu? Na, kamu disini masih baru, kamu belum mengenal London."Aksa hanya diam seraya mengetuk-ngetuk tongkatnya sehingga menghasilkan bunyi, keadaan taman cukup sepi, hanya ada segelintir orang yang lewat."Ayo pulang," ujar Mira mencoba membujuk Aksa pulang.Aksa lantas menggeleng cepat, ia menepis tangan Mira yang akan menariknya."Pulang Na...""Aku bisa pulang sendiri." Jawab Nathan Aksa, lalu pergi meninggalkan Mira disana.Mira
Gavin Atmaja tengah berada di dalam kamarnya, laki-laki itu tampak gelisah dan terus menatap ponselnya dengan bimbang.Haruskah dia menghubungi Yeara? Perkataan Dean beberapa jam yang lalu membuat Gavin sama sekali tidak bisa tenang. Ia khawatir terhadap Yeara. Gavin sangat khawatir terjadi sesuatu dengan gadis itu.Tuk tuk Gavin lantas menolehkan pandangannya kearah pintu, " masuk aja." Ujar Gavin dari dalam sana, terlihat seorang wanita paruh baya menghampiri Gavin dan meletakkan susu coklat hangat di atas nakas."Tuan muda, silahkan diminum, oh iya nyonya bilang akan kesini besok." Ucap wanita paruh baya itu."Hem, iya makasih Bi, Bibi malam ini boleh pulang." Ucap Gavin."Baik tuan muda."Pelayan itu segera meninggalkan kamar Gavin setelah membungkuk memberi salam kepada majikan mudanya.Setelah itu Gavin menatap susu di atas nakas, dan segera meminumnya. Mungkin setelah minum rasa gugupnya akan hilang."Baik Gavin Atmaja, cuma nelpon dan bilang gimana keadaannya." Gavin bermonol
"Pada akhirnya kamu telah menjadi milikku, tapi apakah aku dan kamu akan bahagia? Mungkin hanya akulah satu-satunya yang paling bahagia, tapi aku harap kelak kamu juga akan merasakan hal yang sama sepertiku. Bahagia karena memilikimu."-Yeara.--Tidak terasa jika hari ini Nathan Aksa dan Yeara akan menikah, Aksa bahkan sudah ada di hotel, iya tempat resepsi pernikahan berada di hotel Jakarta yang terbilang cukup mewah, namun pernikahan bersifat pribadi, mereka hanya mengundang kerabat dekat, seperti keluarga ataupun sahabat.Jangan tanyakan apakah Gebby mantan Aksa juga diundang? Jawabnya iya, dia datang bersama Naka suaminya. Mereka berdua menjadi pusat perhatian karena sangat serasi malam ini. Selain pasangan Naka-Gebby, juga ada pasangan yang tak kalah serasi, yaitu Jeffran dan Lea, Brian dan Lita.Saat ini mereka semua sedang duduk di bangku yang sudah Nathan Aksa siapkan khusus untuk mereka.Sekarang mereka sedang asik
“Don't need you love”—Nathan Aksara.•••Gavin akhirnya mengantar Yeara pulang, namun gadis itu minta diturunkan di mini market awal mereka bertemu, akhirnya Gavin pun menurut dan langsung pulang setelah berpamitan kepada Yeara.Setelah sampai dirumah, Gavin memarkirkan motornya dihalaman rumah Dean Skala Pratama, di bukanya pintu utama rumah Dean, tak ada laki-laki itu dimanapun.Gavin lantas mengepalkan tangannya."Gavin lo ngapain dirum—"Bug!Belum sempat Dean Skala melanjutkan perkataannya Gavin sudah lebih dulu memukul wajahnya. Laki-laki itu meringis kesakitan di wajah sebelah kiri, pukulan Gavin bukan main-main , laki-laki itu cukup keras memukul Dean sampai rasanya pipi Dean membengkak."Bang lo kenapa akh....." ucap Dean seraya mengusap sudut bibirnya yang berdarah."Berani-beraninya lo cium Yea!"Dean lantas mengerutkan keningnya, "Yea siapa?" Gavin menghela nafas kesal. "Yeara....."
Aksa dan teman-temannya telah tiba di lokasi yang Raihan berikan padanya. Aksa mengerutkan keningnya karena lokasi ini mengarah ke gedung pameran. "Gedung pameran Sa?" ucap Kevin. Aksa lantas segera turun dari motor Kevin, "serius di sini?" tanya Mark memastikan. "Iya, disini" jawab Aksa. "Udah masuk aja," ucap Chandra, teman Aksa yang lainnya. "iya kita masuk aja bang," ucap Juna. Aksa dan yang lain akhirnya masuk ke gedung pameran. Raihan's Galery. Aksa membaca setiap sudut ruangan, pameran ini merupakan pameran milik Raihan. Raihan memang di kenal memiliki hobi melukis. "Darah?" ucap Juna tiba-tiba saat tak sengaja menginjak sesuatu di lantai, "cat bego!" ucap Chandra seraya memukul kepala Juna. "Sakit bego!" kesal Juna. Lalu akhirnya mereka melanjutkan masuk ke gedung itu, di sana masih sepi dan ruangan terlihat kosong. "Raihan sialan, kayanya ini jebakan" ucap Kevin yang sudah kesal. "Kita keluar sekarang," ucap Aksa namun Kevin tiba-tiba menahan lengannya. "
Aksa dan Jeffran langsung pergi ke Bandung untuk menemui Raihan ketika Mama Aksa yang di Bandung memberitahu Aksa bahwa Yeara di bawa Raihan pergi. Aksa jelas sangat khawatir sekarang, laki-laki itu sedari tadi terus menggigit jarinya, hal itu membuat Jeffran juga ikut khawatir. "Raihan sialan!" ucap Jeffran. "Sa, sa hati hati depan lo!" ucap Jeffran ketika Aksa hampir menabrak pedagang kaki lima. Aksa benar-benar tidak fokus saat ini, ia memikirkan bagaimana keadaan Yeara saat ini, apakah perempuan itu baik-baik saja? pasti Yeara sangat ketakutan saat ini. "Sa, gue aja yang nyetir" ucap Jeffran yang menyuruh Aksa menepikan mobilnya. "Gue gak akan maafin Raihan kalo dia berani nyentuh Yeara!" ucap Aksa."Gue tahu lo lagi marah, lo pinggirin dulu mobilnya" ucap Jeffran, Aksa pun menepikan mobilnya lalu keluar dan bertukar tempat dengan Jeffran."Yeara pasti ketakutan Jeff," ujar Aksa. "lo tenang aja gue ngebut sekarang," ucap Jeffran.•••Akhirnya Jeffran dan Aksa telah tiba di Ban
Hari ini Yeara telah berada di salah satu universitas terkenal di Bandung - ITB. Ia dan Mama berada di fakultas seni rupa dan desain. "Ma, bagus banget Yea jadi pengen masuk ITB," ucap gadis itu. "Terserah Rara aja mau di mana, Mama setuju banget kalo Rara mau kuliah di Bandung," jawab Mama Aksa. "Tapi kak Aksa gak akan setuju Ma," jawab Yeara. "Kamu tenang aja, masalah Aksa biar Mama yang urus yang terpenting Rara seneng di sini" ucap Mama. "Mama baik banget sama Rara" ucap Yeara lalu memeluk Mama Aksa. "Kamu kan juga anak Mama Rara, sudah pasti Mama sayang banget sama Rara..." "Makasih ya ma..." ucap Yeara. ••• TERPAKSA MENIKAH ••• "Jeff, lo kemana aja sih kemaren? gue gak liat Lo di kafe Gavin" ucap Aksa yang melihat Jeffran berada di ruang televisi. "Ketemu Papi," jawab Jeffran. "Serius, terus?" "Papi masih marah dan dia gak akan setuju kalo gue nikahin Lea, gue bingung Sa, gue gak tau harus apa, gue udah ngerusak hidup Lea, Lea harus menerima akibat dari
Aksa akhirnya pulang ke rumahnya, ia langsung menyambungkan panggilan video ke Yeara. "Kak Aksa kemana aja?" ucap Yeara dari seberang sana, "maaf ya sayang, aku habis ngampus terus langsung ke kafe Gavin" ucap Aksa seraya melepaskan bajunya dan menggantinya dengan baju santai. "Kak Aksa gak mandi?" "Nanti aja, masih kangen sama kamu..." ucap Aksa. "kan bisa nanti lagi telponnya" ucap Yeara. "Gak papa kok Yea, nanti kak Aksa mandi" ucapnya. "Kak Aksa udah makan?" Tanya Yeara. "Belum, ini mau turun mau bikin pasta aja yang gampang," ucap Aksa seraya berjalan menuju dapur di lantai satu. "Jangan terlalu malam tidurnya, nanti habis makan kak Aksa mandi terus langsung tidur ya?" ujar Yeara dari seberang sana, "iya sayang... kamu juga, udah makan kan?" "Udah kok kak Aksa tadi sama Lea sama Mama juga," jawab Yeara. Aksa lantas menganggukkan kepalanya, "gimana sama persiapan tes nanti kamu mau tetep di Bandung atau mau nyoba daftar kampus di jakarta?" "Mau satu kampus sama
Hari ini seperti biasa Aksa datang ke Kampusnya, menjalani hari-harinya tanpa Yeara membuat Aksa tidak bersemangat. Tadi pagi padahal perempuan itu sudah menelponnya tapi bagi Aksa tetap saja kurang, karena tidak ada Yeara di sisinya."Aksa!" Itu adalah suara Gavin, Gavin juga baru saja berangkat dan akan mengikuti kelas sebentar pagi bersama Aksa. "Eh Naka kan itu?" ucap Gavin ketika melihat Naka keluar dari mobilnya. Aksa lantas menghampiri Naka yang juga akan mengikuti kelas, "Aksa?" ucap Naka. "Gebby baik baik aja kan? Yea telpon gue suruh nanyain keadaan Gebby" ucap Aksara, hal itu membuat Naka mengerutkan keningnya, "Gebby baik, dia juga udah di rumah sekarang" ujar Naka. "Makanya suruh istri Lo main ke rumah" ucap Naka."Yea lagi gak di jakarta, dia di Bandung" jawab Aksa."Yea di Bandung?" Naka tampak terkejut, "Iya lebih aman lah di sana, oh ya pulang nanti ke kafe Gavin ada yang mau gue omongin penting" ujar Aksa, Gavin yang mendengarkan hanya diam lalu tersenyum pada Naka
Saat ini Gavin Atmaja dan Dean Skala Pratama telah berada di alamat yang di berikan Raihan pada Gavin kemarin."Beneran gak nih alamatnya sepi amat?" Ucap Dean yang tidak yakin."Bener nih jalan Tulip no 105, bener yang ini," ujar Gavin seraya menyamakan kertas itu di papan alamat."Coba kalian masuk," ujar Aksa dari seberang sana. "Hem oke..." ucap Gavin dan Dean akhirnya mengikutinya dari belakang."Gak ke kunci?" Ucap Gavin saat mendorong gerbang rumah itu, "masuk aja." ucap Dean lalu mereka masuk ke dalam sana. Terlihat sangat sepi tidak ada orang di sana, Gavin sedikit khawatir sekarang ia merasa bahwa ini hanyalah jebakan saja."Kita balik sekarang," ucap Gavin."What's wrong?" Tanya Kevin dari seberang sana, "ini jebakan" ucap Gavin yang sudah panik dan sekarang mereka di kepung oleh beberapa orang berbaju hitam."F*CK!" Dean dan Gavin dapat mendengar suara Jeffran menyahut dari earphone mereka.Raihan tersenyum saat berjalan mendekati Gavin dan Dean. Tiba-tiba Raihan melempar
Nathan Aksa dan Jeffran akhirnya telah tiba di kafe milik Gavin, sudah ada motor Kevin di sana. Akhirnya mereka pun masuk kedalam kafe yang Gavin sengaja buat tutup. "Akhirnya Lo berdua Dateng juga," ucap Gavin. Gavin langsung memberikan secarik kertas pemberian Raihan pada Aksara. "Raihan nyuruh gue ke sana, menurut lo gimana?""Ikuti aja, buat Raihan percaya sama lo," jawab Aksara, ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mendekati Raihan. Dengan begitu akan semakin gampang untuk membongkar bisnis gelap milik Raihan dan keluarganya. "Lo yakin ini bukan jebakan?" tiba-tiba Kevin berbicara semua orang kini menatap Kevin yang sejak tadi diam saja."Jangan kaya gitu dong Vin, takut gue" ucap Gavin."Gue setuju sama bang Kevin, bisa jadi ini cuma jebakan" ucap Dean tanpa melepaskan atensinya dari game di hadapannya. "Gimana Sa menurut lo?" Tanya Jeffran."Gue punya rencana," ucap Aksa penuh misterius. "Apa rencana lo?" Aksa tersenyum seraya menatap Dean. Dean yang sejak tadi fokus p
Setelah berdiskusi dengan Jeffran dan Lea akhirnya hari ini Aksa dan Jeffran mengantar Yeara dan Lea ke Bandung. Hari ini mereka akan tinggal di rumah Mama Aksara. "Mama udah siapkan kamar buat Rara sama Lea, semoga kalian betah ya?" ujar Mama Aksara."Iya Ma," jawab Yeara."Iya Tante," jawab Lea.Jeffran lantas menatap Lea, "kamu beneran mau di Bandung sayang?" "Iya, Jeffran" jawab Lea.Sementara Aksa terlihat diam saja, laki-laki itu masih belum siap harus LDR dengan istrinya. Mereka baru saja bersama dan sekarang harus berpisah lagi, Yeara yang menyadari diamnya Aksa lantas mendekat."Kak Aksa kenapa?" Laki-laki itu menggelengkan kepalanya lalu mengelus puncak kepala istrinya."Pasti aku bakal kangen banget," ucap Aksa tanpa melepaskan pandangannya pada Yeara. "Kan kalo libur kak Aksa bisa ke Bandung," ucap Yeara, Aksa lantas tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Iya iya, kak Aksa sama Jeffran mau pamit dulu ya kamu baik-baik di sini sama Lea" ucap Aksa.Yeara pun memeluk Aksa
Aksa menghela nafas kesal saat melihat luka di wajah istrinya karena pukulan Raihan. "Gak papa kak Aksa, gak sakit kok" ucap Yeara."Iya belum sakit, sakitnya besok ini" ucap Aksa seraya menempelkan obat antiseptik di kapas membuat perempuan itu meringis kerena perih."Lain kali jangan coba ngelawan sendiri, kalo perlu ulur waktu Raihan sampai aku atau Jeffran Dateng," omel Aksara. Perempuan itu memanyunkan bibirnya lalu menatap Aksa yang dengan telaten merawat lukanya."Kak Aksa, emang Raihan seberbahaya itu ya?" Tanya Yeara, Aksa lantas menghentikan kegiatannya lalu menatap istrinya."Bahaya," jawab Aksa lalu melanjutkan menempelkan plester di sisi bibir Yeara yang membengkak. Tamparan Raihan sampai membuat pipi Yeara memerah."Kamu harus tahu, Raihan adalah musuh bebuyutan ku dari jaman SMA, dia bukan sekedar anak geng motor, Raihan juga mengelola bisnis gelap yang jarang di ketahui orang awam seperti kita, hanya orang-orang