Pesawat baru saja mendarat di bandara Soekarno-hatta, Aksa beserta keluarganya langsung pulang kerumahnya begitu pula dengan keluarga Yeara.
Awalnya Yeara diajak nenek Aksara untuk pulang ke rumah Aksa, tapi saat melihat raut wajah tidak mengenakan dari Aksa, akhirnya Yeara menolak.Yeara terus saja mencuri pandang ke arah Aksa, ia berharap Aksa akan membaca daftar keinginan Yeara agar besok mereka bisa langsung melaksanakannya bersama.•••Setelah perjalanan sekitar 25 menit, Aksa dan keluarganya pun telah tiba dikediaman baru milik Aksa, hadiah dari neneknya, mama dan papa Aksa sudah langsung pulang ke Bandung, jadi hanya ada Aksa, Jeffran dan neneknya dirumah ini.Aksa berjalan ke kamar miliknya dilantai dua, diikuti juga oleh Jeffran, kamar mereka saling berhadapan. Jadi, Jeffran bisa mengganggu Aksa setiap saat, itu sangat menyenangkan.Aksa menatap kamar miliknya yang lumayan luas, ia pun beralih menatap koper miliknya, ia harus menata barang barangnya sendiri karena tidak ada pelayan dirumah ini, ia terdiam begitu melihat sebuah kertas kecil berwarna ungu didalam koper miliknya. Karena, penasaran akhirnya Aksa mengambil kertas itu.'List kegiatan yang akan kita lakukan bersama besok'Aksa mendecih, sungguh Yeara tidak tahu malu, siapa juga yang ingin jalan berdua dengan gadis keras kepala itu, Aksa tidak akan pernah melakukannya, ia tidak akan datang besok, biarkan saja gadis keras kepala itu menunggunya.Tanpa berpikir lebih panjang lagi Aksa pun meremas kertas itu dan membuangnya kedalam tempat sampah.•••Pagi ini Yeara sudah bersiap-siap untuk pergi ke taman hiburan, sesuai keinginan yang ia tulis di note yang ia taruh di koper Aksa, Yeara yakin pasti Aksa sudah membacanya, Yeara juga ingin memberi tahu laki-laki itu jika besok Yeara sudah mulai bersekolah ditempat yang baru.Yeara sudah tidak sabar untuk bertemu Aksa, ia juga sudah mengirim pesan singkat kepada laki-laki itu jika Yeara akan menunggunya di taman hiburan.Yeara sudah berdandan cantik agar Aksa tidak malu saat berjalan dengan Yeara nantinya.Setelah naik taksi, gadis itupun telah tiba di taman hiburan, ia akhirnya mencari cari tempat duduk untuk menunggu kedatangan Aksara, setelah menemukan tempat duduk ia segera mengirim pesan lagi kepada Aksa, gadis itu tak pernah sedikitpun berpikir jika Aksa tidak akan datang, Yeara yakin pasti Aksa akan datang menemuinya. Pasti dia datang, itulah yang di pikirkan Yeara sejak semalam. Meskipun sebenarnya hati kecilnya tidak yakin.Satu jam telah berlalu, gadis itu tetap duduk di tempat itu, ia menatap ponselnya, tak ada satupun pesan darinya yang dibaca oleh Aksa.Ia menunduk, rasanya ingin menangis saja. Tapi, gadis itu tetap harus menunggu, mungkin sebentar lagi, satu jam lagi atau dua jam lagi Aksa akan datang. Tanpa sadar air matanya telah jatuh, tapi ia tetap bertahan disana.Dua jam telah berlalu begitu saja, disertai rintik hujan yang mulai membasahi tubuhnya jika saja tidak ada seseorang yang memberinya tempat berteduh, Yeara mendongak menatap payung di atas kepalanya, ia tersenyum pasti itu adalah Aksa, namun senyuman di wajah Yeara luntur saat mendapati bukan sosok laki-laki yang ia harapkan kedatangannya."Lo udah gila yah? Bukannya berteduh malah diem aja disini." ujar laki-laki itu, kenapa harus orang yang tidak dikenal yang peduli, dimana Aksa? Air mata Yeara kembali lolos begitu saja, rasanya sakit sekali.Laki-laki itu terdiam ketika melihat gadis bersurai merah dihadapannya itu menangis.Tadi niatnya laki-laki tidak ingin peduli kepada gadis yang sudah dua jam duduk di taman hiburan seorang diri, tapi karena laki-laki itu tidak tega pun akhirnya mendekati gadis itu sebelum rintik hujan membasahi tubuh gadis itu."Ta-tadi gue liat lo dari kafe depan, lo udah duduk disini selama dua jam, sekarang lo ikut gue ke kafe, disini hujan."Yeara pun menurutinya, setelah sampai di kafe, Yeara dipersilahkan duduk oleh laki-laki yang tidak dikenalnya, sementara laki-laki itu pergi untuk membuat coffee, Yeara menatap laki-laki itu, ternyata dia seorang barista atau pemilik kafe ini? Yeara tidak tahu, tapi laki-laki itu sangat baik kepadanya.Laki-laki itu pun akhirnya kembali menghampiri Yeara dengan dua cangkir coffee panas."Nih minum biar gak dingin."Yeara menganggukan kepalanya."Makasih""Lo nunggu seseorang tadi?""Iya, tapi dia gak dateng." Jawab Yeara setelah meminum coffee-nya."Oh"Mereka saling terdiam, sampai akhirnya laki-laki itu membuka suaranya lagi."Oh iya, gue Gavin Atmaja, lo bisa panggil gue Gavin""Yeara."Gavin menganggukan kepalanya."Makasih udah nyamperin gue tadi, kalau gak ada lo mungkin gue udah basah kuyup."Gavin tersenyum."Iyah""Ini kafe lo?"Gavin tersenyum seraya menganggukan kepalanya."Hebat, masih muda udah punya usaha sendiri." Puji Yeara, Gavin hanya membalasnya dengan tersenyumanya lagi."Udah dari kapan buka kafe ini?" Tanya Yeara."Satu tahun yang lalu." Jawab Gavin."Oh, lumayan lama ya?"Gavin kembali menganggukan kepalanya.Saat mereka sedang asik mengobrol, bunyi lonceng membuat mereka berdua menoleh kearah pintu yang terbuka, disana menampakan seorang laki-laki berseragam sekolah yang basah kuyup. Gavin langsung berdiri dari tempatnya."DEAN PRATAMA!" Kesal Gavin.Laki-laki yang dipanggil Dean itu menyengir kuda, dengan ekspesi tanpa merasa bersalah telah mengotori kafe milik kakak sepupunya.•••Aksa membuka pintu rumahnya, keadaan laki-laki itu sudah basah kuyup, dia langsung bergegas pergi ke kamarnya, saat ditangga ia bertemu dengan Jeffran yang menatapnya bingung."Abis dari mana lo?"Tak ada jawaban, Aksa pergi begitu saja mengabaikan Jeffran."Aneh, udah gede masih main ujan ujanan." Ujar Jeffran seraya menuruni tangga.Disisilain, Yeara telah pulang ke rumahnya, ia sedikit merasa senang karena telah mempunyai dua teman baru, yaitu Gavin dan Dean, kebetulan Yeara akan bersekolah ditepat yang sama dengan Dean Pratama sepupu Gavin, jadi ia bisa minta bantuan ke laki-laki itu jika ingin berkeliling sekolahan nanti.Setelah mandi, Yeara mendapat panggilan dari Jeffran, ia pun langsung mengangkatnya."Halo, kak Jeff.""Ra, Aksa demam kayanya gara gara dia ujan ujanan deh, lo tolong kesini ya gue mau ke kampus soalnya dan nenek lagi gak ada dirumah.""Yaudah, gue kesana sekarang, tolong jaga Aksa dulu sampai gue dateng ya kak....""Iya, Ra."Sambungan telepon telah putus, Yeara segera pergi kerumah Aksara, ia takut terjadi sesuatu kepada laki-laki itu, Yeara tidak mau Aksa kenapa napa, tapi....? Kenapa Aksa bisa sampai kehujanan? Itulah yang ada dipikiran Yeara.Setelah sampai di rumah Aksa, ia segera pergi kekamar Aksa, disana ia melihat Jeffran dengan telaten tengah mengkompres Aksa.Melihat Yeara sudah datang akhirnya laki-laki itu pamit untuk pergi ke kampus, Yeara pun menghampiri Aksa yang masih merintih diatas ranjangnya, kemudian Yeara duduk di kursi yang tadi diduduk Jeffran, ia menyentuh kening laki-laki itu yang terasa panas, dan Yeara kembali mengkompres Aksa."Kenapa hujan hujanan sih?"Aksa membuka matanya saat merasakan bukan tangan Jeffran yang menyentuhnya, awalnya Aksa ingin menepis tangan Yeara, tapi tidak jadi saat melihat gadis itu menangis karena khawatir, Aksa akhirnya terdiam membiarkan Yeara menyentuhnya."Kenapa kesini?"Yeara menghentikan kegiatannya, ia pun menatap Aksa."Kak Jeffran telfon, katanya kamu demam jadi aku langsung kesini.""Sekarang lo pulang aja, gue udah gak papa.""Aku gak mau pulang, gak ada siapa-siapa di rumah.""Keras kepala." Gumam Aksa."Kenapa hujan-hujanan?" Tanya Yeara.Aksa sudah tidak menjawab lagi, laki-laki itu malah memalingkan wajahnya lalu menutup matanya kembali.oOoFLASHBACKAksa tengah berbaring di atas ranjangnya, ia pun mengambil ponselnya yang menyala, terdapat banyak pesan disana, ia pun membukanya.Yea| Nathan, aku udah siap siap mau langsung ke taman| Na, aku udah sampai ditaman| Na, kamu udah dijalan?| Hati hati ya, dijalan macet jangan ngebut ngebut| Na, kamu udah sampai disini kan? Aku lagi duduk dibangku putih deket kafe kamu kesini aja| kamu jadi kesini kan?| Nathan aku masih nunggu kamu|....Hingga akhirnya Aksa mengacak rambutnya, frustasi.Harus kah ia datang? Gadis itu benar benar menyusahkan!Setelah berfikir keras Aksa pun pergi ke taman, ia melihat lihat ke seleruh penjuru taman tapi Aksa belum menemukan Yeara, ia mendongak menatap langit yang sudah mulai gelap, sebentar lagi hujan akan turun, Aksa tidak bisa kehujanan atau ia akan sakit.Ia kembali berjalan dan akhirnya menemukan gadis itu sedang duduk seorang diri disana, Aksa menghembuskan nafasnya lega, tapi tiba tiba hujan datang, Aksa berniat menghampiri Yeara namun terhenti saat melihat seseorang menghampiri Yeara.Aksa terdiam menatap Yeara yang sedang bersama seorang laki-laki, lalu Yeara pergi bersama laki-laki itu, Aksa masih membiarkan tubuhnya terguyur air hujan, laki-laki itu sama sekali tidak berniat mengejar Yeara, Aksa memilih diam sampai gadis itu masuk kedalam sebuah kafe dan Aksa akhirnya memilih untuk pulang saja.Setelah menemani Aksa dirumahnya, akhirnya Yeara memutuskan untuk pulang kerumahnya karena nenek Aksara sudah kembali.Saat di pintu, Yeara bertemu dengan seseorang yang tidak ia kenal, tapi dia terlihat sangat cantik."Aksara ada?"Yeara menganggukan kepalanya."Siapa yah?""Gebby"Yeara hampir saja tersedak ludahnya sendiri karena terkejut, ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan mantan pacar Aksara.Yeara tahu dengan siapa Aksa berpacaran, dia mempunyai mata-mata di Indonesia, dia tahu segalanya tentang kehidupan Aksara selama tiga tahun terakhir."Si-silahkan masuk." Ujar Yeara.Gadis bernama Gebby itupun masuk kedalam rumah Aksa, diikuti juga oleh Yeara, ia tidak jadi pulang.Mereka berdua akhirnya masuk kedalam kamar Aksa, Aksa terlihat sangat terkejut atas kedatangan Gebby, laki-laki itu langsung bangun dari tidurnya.Gebby pun meletakan parsel buah ke meja, lalu menghampiri Aksa dan memeluknya.Yeara tersentak kaget, ia tidak rela Aksa dipeluk oleh wanita lain, Yeara mula
je t'aime Aksa, dalam bahasa Prancis artinya aku cinta Aksa.Yeara, 2024.•••Setelah makan malam keluarga, Aksara dan Yeara di perintah oleh kedua orang tua mereka untuk berjalan-jalan disekitar hotel sebelum mereka pergi ke butik untuk fitting gaun pengantin, keduanya tampak diam tak ada yang memulai percakapan, sampai Yeara pun membuka suaranya."Na...""Gue udah bilang jangan panggil gue Na! Gue gak suka!"Yeara menunduk "maaf, aku gak bermaksud—""Udahlah, diem aja!" Sela Aksa marah."Aku suka kamu yang sekarang." Ucap Yeara tiba-tiba, hal itu membuat Nathan Aksara menghentikan langkah kakinya, mata mereka saling bertemu."Aku suka kamu yang sekarang sudah banyak bicara, aku suka saat kamu marah marah ke aku."Aksa masih bungkam, tak berniat menanggapi."Aku ingin kamu terus seperti ini..." Ujar Yeara, meskipun dalam hatinya berkata lain, sejujurnya Yeara tidak mau mendengar benta
Aku juga punya hati, aku punya perasaan yang kapan saja bisa punya batas kesabaran, tapi untuk kali ini aku ingin berjuang, berjuang walau aku tahu kamu tak akan pernah mencintaiku, setidaknya aku ingin bersamamu walau hanya sesaat— Yeara, 2024.•••1 tahun yang lalu."Aksa..."Gadis berambut sebahu itu menghampiri Nathan Aksa yang tengah terduduk di bangku taman seorang diri."Aku cariin ternyata disini, gimana tadi kalau aku gak liat kamu? Na, kamu disini masih baru, kamu belum mengenal London."Aksa hanya diam seraya mengetuk-ngetuk tongkatnya sehingga menghasilkan bunyi, keadaan taman cukup sepi, hanya ada segelintir orang yang lewat."Ayo pulang," ujar Mira mencoba membujuk Aksa pulang.Aksa lantas menggeleng cepat, ia menepis tangan Mira yang akan menariknya."Pulang Na...""Aku bisa pulang sendiri." Jawab Nathan Aksa, lalu pergi meninggalkan Mira disana.Mira
Gavin Atmaja tengah berada di dalam kamarnya, laki-laki itu tampak gelisah dan terus menatap ponselnya dengan bimbang.Haruskah dia menghubungi Yeara? Perkataan Dean beberapa jam yang lalu membuat Gavin sama sekali tidak bisa tenang. Ia khawatir terhadap Yeara. Gavin sangat khawatir terjadi sesuatu dengan gadis itu.Tuk tuk Gavin lantas menolehkan pandangannya kearah pintu, " masuk aja." Ujar Gavin dari dalam sana, terlihat seorang wanita paruh baya menghampiri Gavin dan meletakkan susu coklat hangat di atas nakas."Tuan muda, silahkan diminum, oh iya nyonya bilang akan kesini besok." Ucap wanita paruh baya itu."Hem, iya makasih Bi, Bibi malam ini boleh pulang." Ucap Gavin."Baik tuan muda."Pelayan itu segera meninggalkan kamar Gavin setelah membungkuk memberi salam kepada majikan mudanya.Setelah itu Gavin menatap susu di atas nakas, dan segera meminumnya. Mungkin setelah minum rasa gugupnya akan hilang."Baik Gavin Atmaja, cuma nelpon dan bilang gimana keadaannya." Gavin bermonol
"Pada akhirnya kamu telah menjadi milikku, tapi apakah aku dan kamu akan bahagia? Mungkin hanya akulah satu-satunya yang paling bahagia, tapi aku harap kelak kamu juga akan merasakan hal yang sama sepertiku. Bahagia karena memilikimu."-Yeara.--Tidak terasa jika hari ini Nathan Aksa dan Yeara akan menikah, Aksa bahkan sudah ada di hotel, iya tempat resepsi pernikahan berada di hotel Jakarta yang terbilang cukup mewah, namun pernikahan bersifat pribadi, mereka hanya mengundang kerabat dekat, seperti keluarga ataupun sahabat.Jangan tanyakan apakah Gebby mantan Aksa juga diundang? Jawabnya iya, dia datang bersama Naka suaminya. Mereka berdua menjadi pusat perhatian karena sangat serasi malam ini. Selain pasangan Naka-Gebby, juga ada pasangan yang tak kalah serasi, yaitu Jeffran dan Lea, Brian dan Lita.Saat ini mereka semua sedang duduk di bangku yang sudah Nathan Aksa siapkan khusus untuk mereka.Sekarang mereka sedang asik
“Don't need you love”—Nathan Aksara.•••Gavin akhirnya mengantar Yeara pulang, namun gadis itu minta diturunkan di mini market awal mereka bertemu, akhirnya Gavin pun menurut dan langsung pulang setelah berpamitan kepada Yeara.Setelah sampai dirumah, Gavin memarkirkan motornya dihalaman rumah Dean Skala Pratama, di bukanya pintu utama rumah Dean, tak ada laki-laki itu dimanapun.Gavin lantas mengepalkan tangannya."Gavin lo ngapain dirum—"Bug!Belum sempat Dean Skala melanjutkan perkataannya Gavin sudah lebih dulu memukul wajahnya. Laki-laki itu meringis kesakitan di wajah sebelah kiri, pukulan Gavin bukan main-main , laki-laki itu cukup keras memukul Dean sampai rasanya pipi Dean membengkak."Bang lo kenapa akh....." ucap Dean seraya mengusap sudut bibirnya yang berdarah."Berani-beraninya lo cium Yea!"Dean lantas mengerutkan keningnya, "Yea siapa?" Gavin menghela nafas kesal. "Yeara....."
Yeara panik setengah mati, Dean Skala Pratama tidak lagi bersuara, terakhir kalinya Yeara dengar hanya suara benda terjatuh. Berulang kali Yeara menghubungi Dean lagi, tapi panggilan itu tidak terjawab.Ini sudah malam, tak mungkin Yeara keluar dari rumah, lagipula diluar hujan masih deras.Disisi Lain, Nathan Aksa Sedang berada di dapur bersama Jeffran, Lea sudah pulang beberapa menit yang lalu setelah dijemput oleh Kak Mahesa, kakak kandung Lea."Tumben Ra, jam segini masih diluar?" Aksa lantas membenarkan posisi duduknya menjadi tegap, karena sebelumnya laki-laki itu menaruh kepalanya di atas meja, seperti orang frustasi."Jeff, kalau gue dikasih pilihan gue lebih memilih buta selamanya," ucap Aksa tiba-tiba, lantas Jeffran menatapnya terkejut."Lo gila? Banyak orang diluar sana yang pengen lihat seisi dunia kembali, apa lo gak pernah mikir sama mereka yang terlahir tunanetra? Apa lo pikir mereka gak mau melihat seisi dunia?
Pagi ini Nathan Aksa sudah berada di kampusnya, laki-laki itu duduk di bangku paling pojok sambil membaca buku tebal ditangannya."Ekhem..."Aksa lantas menoleh, "Naka, lo ngapain disini?" laki-laki bernama Anaka itu menyengir , "temenin gue bolos yuk?""Enggak!" Tolak Aksa cepat, Naka ini satu fakultas dengan Aksa, sama-sama mengambil Hukum. Meskipun Naka masih fokus di olahraga renang tapi laki-laki itu tetap belajar hukum. Karena desakan sang Mama menyuruh Naka untuk sekolah hukum."Dimana temen lo?" Tanya Naka seraya mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas, karena biasanya Aksa selalu bersama Gavin Atmaja.Ngomong ngomong soal Gavin, Aksa jadi mengingat kejadian tadi malam di depan rumahnya. Tapi masa bodoh, Aksa tidak peduli, lagipula terserah Yeara mau kenal Gavin atau tidak, mau dekat dengan laki-laki manapun juga terserah karena Aksa sama sekali tidak akan peduli.Baru di bicarakan Gavin sudah datang dari balik pintu, l
Aksa dan teman-temannya telah tiba di lokasi yang Raihan berikan padanya. Aksa mengerutkan keningnya karena lokasi ini mengarah ke gedung pameran. "Gedung pameran Sa?" ucap Kevin. Aksa lantas segera turun dari motor Kevin, "serius di sini?" tanya Mark memastikan. "Iya, disini" jawab Aksa. "Udah masuk aja," ucap Chandra, teman Aksa yang lainnya. "iya kita masuk aja bang," ucap Juna. Aksa dan yang lain akhirnya masuk ke gedung pameran. Raihan's Galery. Aksa membaca setiap sudut ruangan, pameran ini merupakan pameran milik Raihan. Raihan memang di kenal memiliki hobi melukis. "Darah?" ucap Juna tiba-tiba saat tak sengaja menginjak sesuatu di lantai, "cat bego!" ucap Chandra seraya memukul kepala Juna. "Sakit bego!" kesal Juna. Lalu akhirnya mereka melanjutkan masuk ke gedung itu, di sana masih sepi dan ruangan terlihat kosong. "Raihan sialan, kayanya ini jebakan" ucap Kevin yang sudah kesal. "Kita keluar sekarang," ucap Aksa namun Kevin tiba-tiba menahan lengannya. "
Aksa dan Jeffran langsung pergi ke Bandung untuk menemui Raihan ketika Mama Aksa yang di Bandung memberitahu Aksa bahwa Yeara di bawa Raihan pergi. Aksa jelas sangat khawatir sekarang, laki-laki itu sedari tadi terus menggigit jarinya, hal itu membuat Jeffran juga ikut khawatir. "Raihan sialan!" ucap Jeffran. "Sa, sa hati hati depan lo!" ucap Jeffran ketika Aksa hampir menabrak pedagang kaki lima. Aksa benar-benar tidak fokus saat ini, ia memikirkan bagaimana keadaan Yeara saat ini, apakah perempuan itu baik-baik saja? pasti Yeara sangat ketakutan saat ini. "Sa, gue aja yang nyetir" ucap Jeffran yang menyuruh Aksa menepikan mobilnya. "Gue gak akan maafin Raihan kalo dia berani nyentuh Yeara!" ucap Aksa."Gue tahu lo lagi marah, lo pinggirin dulu mobilnya" ucap Jeffran, Aksa pun menepikan mobilnya lalu keluar dan bertukar tempat dengan Jeffran."Yeara pasti ketakutan Jeff," ujar Aksa. "lo tenang aja gue ngebut sekarang," ucap Jeffran.•••Akhirnya Jeffran dan Aksa telah tiba di Ban
Hari ini Yeara telah berada di salah satu universitas terkenal di Bandung - ITB. Ia dan Mama berada di fakultas seni rupa dan desain. "Ma, bagus banget Yea jadi pengen masuk ITB," ucap gadis itu. "Terserah Rara aja mau di mana, Mama setuju banget kalo Rara mau kuliah di Bandung," jawab Mama Aksa. "Tapi kak Aksa gak akan setuju Ma," jawab Yeara. "Kamu tenang aja, masalah Aksa biar Mama yang urus yang terpenting Rara seneng di sini" ucap Mama. "Mama baik banget sama Rara" ucap Yeara lalu memeluk Mama Aksa. "Kamu kan juga anak Mama Rara, sudah pasti Mama sayang banget sama Rara..." "Makasih ya ma..." ucap Yeara. ••• TERPAKSA MENIKAH ••• "Jeff, lo kemana aja sih kemaren? gue gak liat Lo di kafe Gavin" ucap Aksa yang melihat Jeffran berada di ruang televisi. "Ketemu Papi," jawab Jeffran. "Serius, terus?" "Papi masih marah dan dia gak akan setuju kalo gue nikahin Lea, gue bingung Sa, gue gak tau harus apa, gue udah ngerusak hidup Lea, Lea harus menerima akibat dari
Aksa akhirnya pulang ke rumahnya, ia langsung menyambungkan panggilan video ke Yeara. "Kak Aksa kemana aja?" ucap Yeara dari seberang sana, "maaf ya sayang, aku habis ngampus terus langsung ke kafe Gavin" ucap Aksa seraya melepaskan bajunya dan menggantinya dengan baju santai. "Kak Aksa gak mandi?" "Nanti aja, masih kangen sama kamu..." ucap Aksa. "kan bisa nanti lagi telponnya" ucap Yeara. "Gak papa kok Yea, nanti kak Aksa mandi" ucapnya. "Kak Aksa udah makan?" Tanya Yeara. "Belum, ini mau turun mau bikin pasta aja yang gampang," ucap Aksa seraya berjalan menuju dapur di lantai satu. "Jangan terlalu malam tidurnya, nanti habis makan kak Aksa mandi terus langsung tidur ya?" ujar Yeara dari seberang sana, "iya sayang... kamu juga, udah makan kan?" "Udah kok kak Aksa tadi sama Lea sama Mama juga," jawab Yeara. Aksa lantas menganggukkan kepalanya, "gimana sama persiapan tes nanti kamu mau tetep di Bandung atau mau nyoba daftar kampus di jakarta?" "Mau satu kampus sama
Hari ini seperti biasa Aksa datang ke Kampusnya, menjalani hari-harinya tanpa Yeara membuat Aksa tidak bersemangat. Tadi pagi padahal perempuan itu sudah menelponnya tapi bagi Aksa tetap saja kurang, karena tidak ada Yeara di sisinya."Aksa!" Itu adalah suara Gavin, Gavin juga baru saja berangkat dan akan mengikuti kelas sebentar pagi bersama Aksa. "Eh Naka kan itu?" ucap Gavin ketika melihat Naka keluar dari mobilnya. Aksa lantas menghampiri Naka yang juga akan mengikuti kelas, "Aksa?" ucap Naka. "Gebby baik baik aja kan? Yea telpon gue suruh nanyain keadaan Gebby" ucap Aksara, hal itu membuat Naka mengerutkan keningnya, "Gebby baik, dia juga udah di rumah sekarang" ujar Naka. "Makanya suruh istri Lo main ke rumah" ucap Naka."Yea lagi gak di jakarta, dia di Bandung" jawab Aksa."Yea di Bandung?" Naka tampak terkejut, "Iya lebih aman lah di sana, oh ya pulang nanti ke kafe Gavin ada yang mau gue omongin penting" ujar Aksa, Gavin yang mendengarkan hanya diam lalu tersenyum pada Naka
Saat ini Gavin Atmaja dan Dean Skala Pratama telah berada di alamat yang di berikan Raihan pada Gavin kemarin."Beneran gak nih alamatnya sepi amat?" Ucap Dean yang tidak yakin."Bener nih jalan Tulip no 105, bener yang ini," ujar Gavin seraya menyamakan kertas itu di papan alamat."Coba kalian masuk," ujar Aksa dari seberang sana. "Hem oke..." ucap Gavin dan Dean akhirnya mengikutinya dari belakang."Gak ke kunci?" Ucap Gavin saat mendorong gerbang rumah itu, "masuk aja." ucap Dean lalu mereka masuk ke dalam sana. Terlihat sangat sepi tidak ada orang di sana, Gavin sedikit khawatir sekarang ia merasa bahwa ini hanyalah jebakan saja."Kita balik sekarang," ucap Gavin."What's wrong?" Tanya Kevin dari seberang sana, "ini jebakan" ucap Gavin yang sudah panik dan sekarang mereka di kepung oleh beberapa orang berbaju hitam."F*CK!" Dean dan Gavin dapat mendengar suara Jeffran menyahut dari earphone mereka.Raihan tersenyum saat berjalan mendekati Gavin dan Dean. Tiba-tiba Raihan melempar
Nathan Aksa dan Jeffran akhirnya telah tiba di kafe milik Gavin, sudah ada motor Kevin di sana. Akhirnya mereka pun masuk kedalam kafe yang Gavin sengaja buat tutup. "Akhirnya Lo berdua Dateng juga," ucap Gavin. Gavin langsung memberikan secarik kertas pemberian Raihan pada Aksara. "Raihan nyuruh gue ke sana, menurut lo gimana?""Ikuti aja, buat Raihan percaya sama lo," jawab Aksara, ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mendekati Raihan. Dengan begitu akan semakin gampang untuk membongkar bisnis gelap milik Raihan dan keluarganya. "Lo yakin ini bukan jebakan?" tiba-tiba Kevin berbicara semua orang kini menatap Kevin yang sejak tadi diam saja."Jangan kaya gitu dong Vin, takut gue" ucap Gavin."Gue setuju sama bang Kevin, bisa jadi ini cuma jebakan" ucap Dean tanpa melepaskan atensinya dari game di hadapannya. "Gimana Sa menurut lo?" Tanya Jeffran."Gue punya rencana," ucap Aksa penuh misterius. "Apa rencana lo?" Aksa tersenyum seraya menatap Dean. Dean yang sejak tadi fokus p
Setelah berdiskusi dengan Jeffran dan Lea akhirnya hari ini Aksa dan Jeffran mengantar Yeara dan Lea ke Bandung. Hari ini mereka akan tinggal di rumah Mama Aksara. "Mama udah siapkan kamar buat Rara sama Lea, semoga kalian betah ya?" ujar Mama Aksara."Iya Ma," jawab Yeara."Iya Tante," jawab Lea.Jeffran lantas menatap Lea, "kamu beneran mau di Bandung sayang?" "Iya, Jeffran" jawab Lea.Sementara Aksa terlihat diam saja, laki-laki itu masih belum siap harus LDR dengan istrinya. Mereka baru saja bersama dan sekarang harus berpisah lagi, Yeara yang menyadari diamnya Aksa lantas mendekat."Kak Aksa kenapa?" Laki-laki itu menggelengkan kepalanya lalu mengelus puncak kepala istrinya."Pasti aku bakal kangen banget," ucap Aksa tanpa melepaskan pandangannya pada Yeara. "Kan kalo libur kak Aksa bisa ke Bandung," ucap Yeara, Aksa lantas tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Iya iya, kak Aksa sama Jeffran mau pamit dulu ya kamu baik-baik di sini sama Lea" ucap Aksa.Yeara pun memeluk Aksa
Aksa menghela nafas kesal saat melihat luka di wajah istrinya karena pukulan Raihan. "Gak papa kak Aksa, gak sakit kok" ucap Yeara."Iya belum sakit, sakitnya besok ini" ucap Aksa seraya menempelkan obat antiseptik di kapas membuat perempuan itu meringis kerena perih."Lain kali jangan coba ngelawan sendiri, kalo perlu ulur waktu Raihan sampai aku atau Jeffran Dateng," omel Aksara. Perempuan itu memanyunkan bibirnya lalu menatap Aksa yang dengan telaten merawat lukanya."Kak Aksa, emang Raihan seberbahaya itu ya?" Tanya Yeara, Aksa lantas menghentikan kegiatannya lalu menatap istrinya."Bahaya," jawab Aksa lalu melanjutkan menempelkan plester di sisi bibir Yeara yang membengkak. Tamparan Raihan sampai membuat pipi Yeara memerah."Kamu harus tahu, Raihan adalah musuh bebuyutan ku dari jaman SMA, dia bukan sekedar anak geng motor, Raihan juga mengelola bisnis gelap yang jarang di ketahui orang awam seperti kita, hanya orang-orang