Aku juga punya hati, aku punya perasaan yang kapan saja bisa punya batas kesabaran, tapi untuk kali ini aku ingin berjuang, berjuang walau aku tahu kamu tak akan pernah mencintaiku, setidaknya aku ingin bersamamu walau hanya sesaat— Yeara, 2024.
•••1 tahun yang lalu."Aksa..."Gadis berambut sebahu itu menghampiri Nathan Aksa yang tengah terduduk di bangku taman seorang diri."Aku cariin ternyata disini, gimana tadi kalau aku gak liat kamu? Na, kamu disini masih baru, kamu belum mengenal London."Aksa hanya diam seraya mengetuk-ngetuk tongkatnya sehingga menghasilkan bunyi, keadaan taman cukup sepi, hanya ada segelintir orang yang lewat."Ayo pulang," ujar Mira mencoba membujuk Aksa pulang.Aksa lantas menggeleng cepat, ia menepis tangan Mira yang akan menariknya."Pulang Na...""Aku bisa pulang sendiri." Jawab Nathan Aksa, lalu pergi meninggalkan Mira disana.Mira pun berlari mengejar Aksa, Mira takut terjadi sesuatu dengan laki-laki itu, namun langkahnya terhenti saat tiba tiba pandangan matanya mengabur, Mira merasa sangat pusing, ia hanya menatap kepergian Aksa melalui penglihatannya matanya yang minim. Semua terasa berputar putar baginya, Mira sangat kesakitan saat itu. Hingga ia merasa sesuatu mengalir dari hidungnya. Mira pun segera mengelap cairan merah itu menggunakan tangannya.Kenapa disaat seperti ini penyakitnya menyerang, dia sedang bersama Nathan Aksa, Mira tidak ingin Aksa tahu hal ini.•••"Aksa..."Aksa tetap diam ditempatnya, dia tidak menanggapi panggilan dari Yeara yang tengah di obati oleh seorang dokter. Setelah selesai dokter yang menangani Yeara pun pamit pergi setelah menyerahkan resep obat yang harus Aksara tebus nanti."Gue mau pulang." Ujar Aksa kemudian berbalik kearah pintu, namun dengan cepat Yeara turun dari bangsal rumah sakit itu untuk mengejar Aksa."Jangan tinggalin aku." Ucap Yeara yang sedikit meringis kesakitan di bagian perutnya karena tendangan dari Sandra.Aksa menghela nafas lirih, dia menatap mata bening kecoklatan milik Yeara dengan tajam."Jangan harap gue peduli!" Ujar Aksa lalu pergi begitu saja meninggalkan Yeara seorang diri.Yeara hanya menatap punggung Aksa yang mulai menghilang dibalik dinding, ia berusaha sekuat mungkin menahan tangisnya, Yeara tidak mau terlihat lemah di depan Aksa."Yeara...."Dean tiba tiba datang, masih dengan seragam sekolahnya. Yeara menolehkan pandangannya menatap laki-laki itu."Udah mau pulang?"Yeara menganggukkan kepalanya."Cuma tinggal nebus obat aja, tapi resepnya di Aksa, yaudah yuk pulang aja.""Tapi-""Gak papa, gue udah sembuh kok," Balas Yeara.Dean bukanlah tipe orang yang mudah dibohongi, kenapa Yeara berbohong kepadanya...?•••Disisilain,Gavin Atmaja menghembuskan nafas beratnya, lalu merotasikan bola matanya saat melihat gadis yang selalu mengganggunya belakangan ini."Udah, lo mending pulang bentar lagi gue tutup," ujar Gavin seraya mendorong Yumna agar menjauh dari kafenya.Gadis berambut panjang itu menepis tangan Gavin dari bahunya, ia pun berbalik menatap Gavin dengan kesal."Vin, dengerin gue...""Yumna, udah lo gak puas apa ganggu hubungan Samudra sama Lira sekarang buat apa lo juga ganggu kehidupan gue!" Sela Gavin marah, jelas dia sangat marah, gadis dihadapannya pernah merusak hubungan sahabat dekatnya dan sekarang kenapa ia juga di ganggu kehidupannya oleh gadis ini."Vin, gue udah gak suka sama Samudra, sekarang gue sukanya elo."Gavin mendecak kesal, lalu tertawa. Ia sungguh tidak habis pikir dengan gadis ini!"Lucu ya lo?" Ucap Gavin."Vin, gue serius!""Udah mending lo pulang!"Gavin mulai emosi, lagi lagi Gavin mendorong Yumna setelah itu ia kembali lagi kedalam kafe, Gavin dapat melihat bahwa gadis itu mendecak kesal diluar sana seraya menendang pintu kafenya dengan brutal.Gavin yang melihatnya hanya menggeleng-gelengkan kepala, lalu bergegas mengambil jaket dan kunci mobilnya. Mungkin dia akan mampir dulu ke tempat latihan setelah ini.•••"Makasih ya udah anterin gue pulang." Ucap Yeara kepada Dean, sekarang mereka berdua sedang berada di pekarangan rumah Yeara."Ehe iya, kalau gitu gue balik dulu yah?""Gak mampir dulu?""Enggak makasih, entar gue ketinggalan bus terakhir kalau kelamaan disini," ujar Dean.Yeara tersenyum, "kalau gitu hati-hati dijalan." Dean lantas tersenyum, dia menatap gadis bersurai merah itu kagum, bahkan saat hanya ada penerangan minim dirumah gadis itu pun Yeara masih terlihat sangat cantik dimata Dean."Ra..."Tiba tiba Yeara menegang, dia menatap mata Dean yang terlihat sedang menatapnya penuh--kalian tahu sendiri tatapan seperti apa orang yang sedang jatuh cinta."Ke-kenapa?" Gugup Yeara seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dean lantas memajukan tubuhnya mendekati gadis itu, tanpa di duga Dean mencium kening Yeara dengan lembut.Yeara membulatkan matanya dengan sempurna saat mendapatkan perlakuan manis dari Dean yang merupakan adik kelasnya ini. Setelah itu Dean menatap mata coklat bening milik Yeara seraya tersenyum. "Good night, Rara..."Yeara mengerjapkan matanya beberapa kali, ia melihat Dean yang kini berlari menghampiri bus terakhir yang akan segera berangkat menuju daerah jakarta selatan, rumah laki-laki itu.Yeara pun menghembuskan nafasnya lirih, setelah itu berbalik."Astaga!" Kagetnya saat melihat Nathan Aksa berada di pagar rumahnya, laki-laki bertubuh bongsor itu hanya menatapnya datar, setelah itu Nathan Aksa menghampiri Yeara."Nih obat Lo..." Ucap Aksa, Yeara terpaku ditempatnya, dia pun berbalik ketika melihat Aksa pergi begitu saja setelah memberinya obat, laki-laki itu yang menebus obat Yeara, Yeara kira setelah tadi Aksa marah marah di rumah sakit laki-laki itu akan langsung pulang, ternyata Yeara salah.Ia mengelus dadanya, bahkan aura Aksa bisa membuat gadis itu terpaku, sungguh tadi rasanya seperti mimpi. Namun, kemudian Yeara menyadari sesuatu."Apa Aksa melihat?"Yeara menjambak surai merahnya, saat menyadari kebodohannya, ia yakin pasti Aksa melihat dirinya dan Dean. Ahk! Itu sangat kacau, Yeara tidak mau di pandang sebagai gadis murahan di mata Nathan Aksa.Kejadian tadi benar benar tidak diduga, Dean lah yang tiba tiba menciumnya, jangan salahkan Yeara!•••Dean akhirnya sudah sampai dirumahnya sekitar 30 menit yang lalu, sekarang ia tengah berada didepan rumahnya, laki-laki itu sedang memberi makan burung kesayangan papanya.Dia terlihat tidak senang, meskipun akhir akhir ini Dean sedang banyak masalah."Dean!""ASTAGA BANG GAVIN!" Kagetnya sambil mengarahkan semprotan vitamin burung kewajah Gavin, saudara sepupunya.Gavin lantas menghela nafas, berusaha sabar walaupun sesungguhnya laki-laki itu ingin sekali mengarungi lalu membuang saudaranya itu ke lautan lepas."Eh Sorry..." Sesalnya, walaupun dalam hati Dean tidak sama sekali merasa bersalah kepada Gavin Atmaja."Benar-benar gak ada sopannya ya lo sama gue, gue itu lebih tua-""Tiga tahun dari gue." Sela Dean, dia bosan sekali setiap kali mendengar saudaranya berkata seperti itu.Lagi lagi Gavin menghela nafas, sabar sabar ini ujian...."Ngapain si lo kesini, ganggu gue aja, abis renang ya lo, bau kaporit tahu gak!""Seandainya gue gak kasian ke lo gak mungkin gue malem malem abis latihan kesini cuma mau ngasih tahu ada job-""Apa job, dimana?" Sela Dean lagi, Gavin sudah menatap saudaranya dengan kesal, mungkin tengah malam nanti Gavin benar benar akan membuang Dean kelautan lepas."Gak jadi gue mau pulang," ucap Gavin berbalik akan pulang, namun dengan cepat Dean menahannya."Elah bang, jangan marah marah nanti cepet tua, dimana Job nya? Lo tahu kan uang saku gue itu gak cukup buat sebulan, papa mama masih di Bali, pulangnya cuma hari nyepi, masa lo tega sih sama Ade sendiri?"Benar, selama ini Dean tinggal sendirian untung saja rumahnya bersebelahan dengan rumah Gavin, jadi Gavin bisa mengawasi anak labil ini."Baru aja lo sopan ke gue kalau ada maunya." Kesal Gavin."Hehe, ya maaf gue akhir-akhir ini lagi banyak masalah, yang pertama uang jajan mau abis yang kedua Yeara di Bully, yang ketiga—""Apa Yeara di Bully!""Iya diBully.""Pasti gara gara lo kan! Gue udah pernah bilang jangan deketin Yeara, Yeara bisa abis sama Fans lo disekolah!""Lo kok ngegas gini!""Udah gue mau balik, udah gak mood lagi, untuk job kita batalin aja.""Jangan kaya gitu dong Bang!""Yaudah yaudah entar gue kasih tahu alamatnya." Ujar Gavin seraya memijat pangkal hidungnya.Setelah mendengar gadis yang ia sukai di bully, membuat Gavin jadi sangat khawatir dan ingin tahu kabar Yeara.Gavin bersumpah akan membawa kasus ini ke pengadilan jika sampai terjadi sesuatu pada Yeara.Gavin Atmaja tengah berada di dalam kamarnya, laki-laki itu tampak gelisah dan terus menatap ponselnya dengan bimbang.Haruskah dia menghubungi Yeara? Perkataan Dean beberapa jam yang lalu membuat Gavin sama sekali tidak bisa tenang. Ia khawatir terhadap Yeara. Gavin sangat khawatir terjadi sesuatu dengan gadis itu.Tuk tuk Gavin lantas menolehkan pandangannya kearah pintu, " masuk aja." Ujar Gavin dari dalam sana, terlihat seorang wanita paruh baya menghampiri Gavin dan meletakkan susu coklat hangat di atas nakas."Tuan muda, silahkan diminum, oh iya nyonya bilang akan kesini besok." Ucap wanita paruh baya itu."Hem, iya makasih Bi, Bibi malam ini boleh pulang." Ucap Gavin."Baik tuan muda."Pelayan itu segera meninggalkan kamar Gavin setelah membungkuk memberi salam kepada majikan mudanya.Setelah itu Gavin menatap susu di atas nakas, dan segera meminumnya. Mungkin setelah minum rasa gugupnya akan hilang."Baik Gavin Atmaja, cuma nelpon dan bilang gimana keadaannya." Gavin bermonol
"Pada akhirnya kamu telah menjadi milikku, tapi apakah aku dan kamu akan bahagia? Mungkin hanya akulah satu-satunya yang paling bahagia, tapi aku harap kelak kamu juga akan merasakan hal yang sama sepertiku. Bahagia karena memilikimu."-Yeara.--Tidak terasa jika hari ini Nathan Aksa dan Yeara akan menikah, Aksa bahkan sudah ada di hotel, iya tempat resepsi pernikahan berada di hotel Jakarta yang terbilang cukup mewah, namun pernikahan bersifat pribadi, mereka hanya mengundang kerabat dekat, seperti keluarga ataupun sahabat.Jangan tanyakan apakah Gebby mantan Aksa juga diundang? Jawabnya iya, dia datang bersama Naka suaminya. Mereka berdua menjadi pusat perhatian karena sangat serasi malam ini. Selain pasangan Naka-Gebby, juga ada pasangan yang tak kalah serasi, yaitu Jeffran dan Lea, Brian dan Lita.Saat ini mereka semua sedang duduk di bangku yang sudah Nathan Aksa siapkan khusus untuk mereka.Sekarang mereka sedang asik
“Don't need you love”—Nathan Aksara.•••Gavin akhirnya mengantar Yeara pulang, namun gadis itu minta diturunkan di mini market awal mereka bertemu, akhirnya Gavin pun menurut dan langsung pulang setelah berpamitan kepada Yeara.Setelah sampai dirumah, Gavin memarkirkan motornya dihalaman rumah Dean Skala Pratama, di bukanya pintu utama rumah Dean, tak ada laki-laki itu dimanapun.Gavin lantas mengepalkan tangannya."Gavin lo ngapain dirum—"Bug!Belum sempat Dean Skala melanjutkan perkataannya Gavin sudah lebih dulu memukul wajahnya. Laki-laki itu meringis kesakitan di wajah sebelah kiri, pukulan Gavin bukan main-main , laki-laki itu cukup keras memukul Dean sampai rasanya pipi Dean membengkak."Bang lo kenapa akh....." ucap Dean seraya mengusap sudut bibirnya yang berdarah."Berani-beraninya lo cium Yea!"Dean lantas mengerutkan keningnya, "Yea siapa?" Gavin menghela nafas kesal. "Yeara....."
Yeara panik setengah mati, Dean Skala Pratama tidak lagi bersuara, terakhir kalinya Yeara dengar hanya suara benda terjatuh. Berulang kali Yeara menghubungi Dean lagi, tapi panggilan itu tidak terjawab.Ini sudah malam, tak mungkin Yeara keluar dari rumah, lagipula diluar hujan masih deras.Disisi Lain, Nathan Aksa Sedang berada di dapur bersama Jeffran, Lea sudah pulang beberapa menit yang lalu setelah dijemput oleh Kak Mahesa, kakak kandung Lea."Tumben Ra, jam segini masih diluar?" Aksa lantas membenarkan posisi duduknya menjadi tegap, karena sebelumnya laki-laki itu menaruh kepalanya di atas meja, seperti orang frustasi."Jeff, kalau gue dikasih pilihan gue lebih memilih buta selamanya," ucap Aksa tiba-tiba, lantas Jeffran menatapnya terkejut."Lo gila? Banyak orang diluar sana yang pengen lihat seisi dunia kembali, apa lo gak pernah mikir sama mereka yang terlahir tunanetra? Apa lo pikir mereka gak mau melihat seisi dunia?
Pagi ini Nathan Aksa sudah berada di kampusnya, laki-laki itu duduk di bangku paling pojok sambil membaca buku tebal ditangannya."Ekhem..."Aksa lantas menoleh, "Naka, lo ngapain disini?" laki-laki bernama Anaka itu menyengir , "temenin gue bolos yuk?""Enggak!" Tolak Aksa cepat, Naka ini satu fakultas dengan Aksa, sama-sama mengambil Hukum. Meskipun Naka masih fokus di olahraga renang tapi laki-laki itu tetap belajar hukum. Karena desakan sang Mama menyuruh Naka untuk sekolah hukum."Dimana temen lo?" Tanya Naka seraya mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas, karena biasanya Aksa selalu bersama Gavin Atmaja.Ngomong ngomong soal Gavin, Aksa jadi mengingat kejadian tadi malam di depan rumahnya. Tapi masa bodoh, Aksa tidak peduli, lagipula terserah Yeara mau kenal Gavin atau tidak, mau dekat dengan laki-laki manapun juga terserah karena Aksa sama sekali tidak akan peduli.Baru di bicarakan Gavin sudah datang dari balik pintu, l
Dean Skala memanyunkan bibirnya karena Yeara datang dengan laki-laki yang tidak Dean kenal, tapi Dean sangat ingat kalau laki-laki itu yang pernah datang ke sekolah saat Yeara habis dipukuli oleh teman-temannya. "Dean, gimana keadaan lo?""Baik!" Jawab Dean dingin, jelas sekali Dean tidak suka dengan kehadiran laki-laki di samping Yeara Billyana.Nathan Aksa hanya diam, sesekali menatap ke seluruh penjuru ruangan, sampai matanya berhenti di satu titik, yaitu sofa, disana ada jaket yang sangat familiar bagi Aksa, tapi masa bodoh! Aksa tidak peduli. "Oh ya, ini buat lo," ujar Yeara seraya menyerahkan sebuah voucher, mata Dean langsung berbinar, "ini beneran buat gue?" Tanyanya, Aksara lantas memutar bola matanya malas melihat reaksi berlebihan Dean hanya karena voucher internet."Iya, bosen kan lo dirumah sakit? Makanya gue beliin voucher kuota buat lo main game sepuasnya."Dean tersenyum lebar, " dari sekian banyaknya cewek yang
Udara malam semakin membuat Yeara Billyana menggigil kedinginan, namun gadis itu memilih diam tak mengatakan apapun kepada Nathan Aksa, gadis itu tidak mau merusak momen ini. Lebih baik pura pura baik baik saja dari pada mengaku sakit. "Udah malem, pulang?"Lantas Yeara menatap Aksara yang tengah berbicara kepadanya, " kamu udah mau pulang?" Laki-laki berwajah tampan itu mengangguk sekilas lalu bangkit dari tempat duduknya. Aksa langsung melangkah pergi meninggalkan Yeara, gadis itu pun segara bangkit lalu mengejar Nathan Aksa."Kak Aksa! Tunggu!"Yeara menghentikan langkahnya saat kepalanya terasa berdenyut sakit, bahkan pandangan matanya mengabur, gadis itu segera menggelengkan kepalanya seraya menepuk pipinya beberapa kali. Yeara berusaha mengumpulkan kesadarannya namun kepalanya terlalu sakit."Yea jangan sekarang!" Gumamnya lalu berjalan lagi, gadis itu menatap jalanan yang berubah cekung, bahkan terlihat seperti gempa bumi dimata Y
-Flashback.Musim dingin kembali membuat kota London dibanjiri oleh banyak turis mancanegara yang sengaja datang untuk menyambut turunnya salju pertama. Saat itu Nathan Aksara tengah duduk di kedai kopi seorang diri, banyak yang menatap Aksa dengan iba, siapa yang tega membiarkan penderita tunanetra berjalan sendirian, bagaimana jika terjadi sesuatu? Jalanan mulai licin karena salju sudah mulai turun sejak pagi tadi, sangat beresiko bagi orang seperti Nathan Aksa.Bunyi lonceng tanda seseorang masuk kedalam kedai kopi terdengar, beberapa orang sempat melirik sekilas siapa yang berkunjung. Gadis dengan rambut panjang berwarna coklat itu menghampiri meja Aksa. Ia mengulas senyum manis seraya menyentuh tangan Aksa."Mira, kamu datang?" ujar Aksa, gadis itu hanya diam, ia tak bersuara sama sekali."Mau jemput aku pulang?""Em," ia hanya bergumam saat menjawab pertanyaan Nathan Aksa.Akhirnya Aksa pun beranjak dari
Aksa dan teman-temannya telah tiba di lokasi yang Raihan berikan padanya. Aksa mengerutkan keningnya karena lokasi ini mengarah ke gedung pameran. "Gedung pameran Sa?" ucap Kevin. Aksa lantas segera turun dari motor Kevin, "serius di sini?" tanya Mark memastikan. "Iya, disini" jawab Aksa. "Udah masuk aja," ucap Chandra, teman Aksa yang lainnya. "iya kita masuk aja bang," ucap Juna. Aksa dan yang lain akhirnya masuk ke gedung pameran. Raihan's Galery. Aksa membaca setiap sudut ruangan, pameran ini merupakan pameran milik Raihan. Raihan memang di kenal memiliki hobi melukis. "Darah?" ucap Juna tiba-tiba saat tak sengaja menginjak sesuatu di lantai, "cat bego!" ucap Chandra seraya memukul kepala Juna. "Sakit bego!" kesal Juna. Lalu akhirnya mereka melanjutkan masuk ke gedung itu, di sana masih sepi dan ruangan terlihat kosong. "Raihan sialan, kayanya ini jebakan" ucap Kevin yang sudah kesal. "Kita keluar sekarang," ucap Aksa namun Kevin tiba-tiba menahan lengannya. "
Aksa dan Jeffran langsung pergi ke Bandung untuk menemui Raihan ketika Mama Aksa yang di Bandung memberitahu Aksa bahwa Yeara di bawa Raihan pergi. Aksa jelas sangat khawatir sekarang, laki-laki itu sedari tadi terus menggigit jarinya, hal itu membuat Jeffran juga ikut khawatir. "Raihan sialan!" ucap Jeffran. "Sa, sa hati hati depan lo!" ucap Jeffran ketika Aksa hampir menabrak pedagang kaki lima. Aksa benar-benar tidak fokus saat ini, ia memikirkan bagaimana keadaan Yeara saat ini, apakah perempuan itu baik-baik saja? pasti Yeara sangat ketakutan saat ini. "Sa, gue aja yang nyetir" ucap Jeffran yang menyuruh Aksa menepikan mobilnya. "Gue gak akan maafin Raihan kalo dia berani nyentuh Yeara!" ucap Aksa."Gue tahu lo lagi marah, lo pinggirin dulu mobilnya" ucap Jeffran, Aksa pun menepikan mobilnya lalu keluar dan bertukar tempat dengan Jeffran."Yeara pasti ketakutan Jeff," ujar Aksa. "lo tenang aja gue ngebut sekarang," ucap Jeffran.•••Akhirnya Jeffran dan Aksa telah tiba di Ban
Hari ini Yeara telah berada di salah satu universitas terkenal di Bandung - ITB. Ia dan Mama berada di fakultas seni rupa dan desain. "Ma, bagus banget Yea jadi pengen masuk ITB," ucap gadis itu. "Terserah Rara aja mau di mana, Mama setuju banget kalo Rara mau kuliah di Bandung," jawab Mama Aksa. "Tapi kak Aksa gak akan setuju Ma," jawab Yeara. "Kamu tenang aja, masalah Aksa biar Mama yang urus yang terpenting Rara seneng di sini" ucap Mama. "Mama baik banget sama Rara" ucap Yeara lalu memeluk Mama Aksa. "Kamu kan juga anak Mama Rara, sudah pasti Mama sayang banget sama Rara..." "Makasih ya ma..." ucap Yeara. ••• TERPAKSA MENIKAH ••• "Jeff, lo kemana aja sih kemaren? gue gak liat Lo di kafe Gavin" ucap Aksa yang melihat Jeffran berada di ruang televisi. "Ketemu Papi," jawab Jeffran. "Serius, terus?" "Papi masih marah dan dia gak akan setuju kalo gue nikahin Lea, gue bingung Sa, gue gak tau harus apa, gue udah ngerusak hidup Lea, Lea harus menerima akibat dari
Aksa akhirnya pulang ke rumahnya, ia langsung menyambungkan panggilan video ke Yeara. "Kak Aksa kemana aja?" ucap Yeara dari seberang sana, "maaf ya sayang, aku habis ngampus terus langsung ke kafe Gavin" ucap Aksa seraya melepaskan bajunya dan menggantinya dengan baju santai. "Kak Aksa gak mandi?" "Nanti aja, masih kangen sama kamu..." ucap Aksa. "kan bisa nanti lagi telponnya" ucap Yeara. "Gak papa kok Yea, nanti kak Aksa mandi" ucapnya. "Kak Aksa udah makan?" Tanya Yeara. "Belum, ini mau turun mau bikin pasta aja yang gampang," ucap Aksa seraya berjalan menuju dapur di lantai satu. "Jangan terlalu malam tidurnya, nanti habis makan kak Aksa mandi terus langsung tidur ya?" ujar Yeara dari seberang sana, "iya sayang... kamu juga, udah makan kan?" "Udah kok kak Aksa tadi sama Lea sama Mama juga," jawab Yeara. Aksa lantas menganggukkan kepalanya, "gimana sama persiapan tes nanti kamu mau tetep di Bandung atau mau nyoba daftar kampus di jakarta?" "Mau satu kampus sama
Hari ini seperti biasa Aksa datang ke Kampusnya, menjalani hari-harinya tanpa Yeara membuat Aksa tidak bersemangat. Tadi pagi padahal perempuan itu sudah menelponnya tapi bagi Aksa tetap saja kurang, karena tidak ada Yeara di sisinya."Aksa!" Itu adalah suara Gavin, Gavin juga baru saja berangkat dan akan mengikuti kelas sebentar pagi bersama Aksa. "Eh Naka kan itu?" ucap Gavin ketika melihat Naka keluar dari mobilnya. Aksa lantas menghampiri Naka yang juga akan mengikuti kelas, "Aksa?" ucap Naka. "Gebby baik baik aja kan? Yea telpon gue suruh nanyain keadaan Gebby" ucap Aksara, hal itu membuat Naka mengerutkan keningnya, "Gebby baik, dia juga udah di rumah sekarang" ujar Naka. "Makanya suruh istri Lo main ke rumah" ucap Naka."Yea lagi gak di jakarta, dia di Bandung" jawab Aksa."Yea di Bandung?" Naka tampak terkejut, "Iya lebih aman lah di sana, oh ya pulang nanti ke kafe Gavin ada yang mau gue omongin penting" ujar Aksa, Gavin yang mendengarkan hanya diam lalu tersenyum pada Naka
Saat ini Gavin Atmaja dan Dean Skala Pratama telah berada di alamat yang di berikan Raihan pada Gavin kemarin."Beneran gak nih alamatnya sepi amat?" Ucap Dean yang tidak yakin."Bener nih jalan Tulip no 105, bener yang ini," ujar Gavin seraya menyamakan kertas itu di papan alamat."Coba kalian masuk," ujar Aksa dari seberang sana. "Hem oke..." ucap Gavin dan Dean akhirnya mengikutinya dari belakang."Gak ke kunci?" Ucap Gavin saat mendorong gerbang rumah itu, "masuk aja." ucap Dean lalu mereka masuk ke dalam sana. Terlihat sangat sepi tidak ada orang di sana, Gavin sedikit khawatir sekarang ia merasa bahwa ini hanyalah jebakan saja."Kita balik sekarang," ucap Gavin."What's wrong?" Tanya Kevin dari seberang sana, "ini jebakan" ucap Gavin yang sudah panik dan sekarang mereka di kepung oleh beberapa orang berbaju hitam."F*CK!" Dean dan Gavin dapat mendengar suara Jeffran menyahut dari earphone mereka.Raihan tersenyum saat berjalan mendekati Gavin dan Dean. Tiba-tiba Raihan melempar
Nathan Aksa dan Jeffran akhirnya telah tiba di kafe milik Gavin, sudah ada motor Kevin di sana. Akhirnya mereka pun masuk kedalam kafe yang Gavin sengaja buat tutup. "Akhirnya Lo berdua Dateng juga," ucap Gavin. Gavin langsung memberikan secarik kertas pemberian Raihan pada Aksara. "Raihan nyuruh gue ke sana, menurut lo gimana?""Ikuti aja, buat Raihan percaya sama lo," jawab Aksara, ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mendekati Raihan. Dengan begitu akan semakin gampang untuk membongkar bisnis gelap milik Raihan dan keluarganya. "Lo yakin ini bukan jebakan?" tiba-tiba Kevin berbicara semua orang kini menatap Kevin yang sejak tadi diam saja."Jangan kaya gitu dong Vin, takut gue" ucap Gavin."Gue setuju sama bang Kevin, bisa jadi ini cuma jebakan" ucap Dean tanpa melepaskan atensinya dari game di hadapannya. "Gimana Sa menurut lo?" Tanya Jeffran."Gue punya rencana," ucap Aksa penuh misterius. "Apa rencana lo?" Aksa tersenyum seraya menatap Dean. Dean yang sejak tadi fokus p
Setelah berdiskusi dengan Jeffran dan Lea akhirnya hari ini Aksa dan Jeffran mengantar Yeara dan Lea ke Bandung. Hari ini mereka akan tinggal di rumah Mama Aksara. "Mama udah siapkan kamar buat Rara sama Lea, semoga kalian betah ya?" ujar Mama Aksara."Iya Ma," jawab Yeara."Iya Tante," jawab Lea.Jeffran lantas menatap Lea, "kamu beneran mau di Bandung sayang?" "Iya, Jeffran" jawab Lea.Sementara Aksa terlihat diam saja, laki-laki itu masih belum siap harus LDR dengan istrinya. Mereka baru saja bersama dan sekarang harus berpisah lagi, Yeara yang menyadari diamnya Aksa lantas mendekat."Kak Aksa kenapa?" Laki-laki itu menggelengkan kepalanya lalu mengelus puncak kepala istrinya."Pasti aku bakal kangen banget," ucap Aksa tanpa melepaskan pandangannya pada Yeara. "Kan kalo libur kak Aksa bisa ke Bandung," ucap Yeara, Aksa lantas tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Iya iya, kak Aksa sama Jeffran mau pamit dulu ya kamu baik-baik di sini sama Lea" ucap Aksa.Yeara pun memeluk Aksa
Aksa menghela nafas kesal saat melihat luka di wajah istrinya karena pukulan Raihan. "Gak papa kak Aksa, gak sakit kok" ucap Yeara."Iya belum sakit, sakitnya besok ini" ucap Aksa seraya menempelkan obat antiseptik di kapas membuat perempuan itu meringis kerena perih."Lain kali jangan coba ngelawan sendiri, kalo perlu ulur waktu Raihan sampai aku atau Jeffran Dateng," omel Aksara. Perempuan itu memanyunkan bibirnya lalu menatap Aksa yang dengan telaten merawat lukanya."Kak Aksa, emang Raihan seberbahaya itu ya?" Tanya Yeara, Aksa lantas menghentikan kegiatannya lalu menatap istrinya."Bahaya," jawab Aksa lalu melanjutkan menempelkan plester di sisi bibir Yeara yang membengkak. Tamparan Raihan sampai membuat pipi Yeara memerah."Kamu harus tahu, Raihan adalah musuh bebuyutan ku dari jaman SMA, dia bukan sekedar anak geng motor, Raihan juga mengelola bisnis gelap yang jarang di ketahui orang awam seperti kita, hanya orang-orang