je t'aime Aksa, dalam bahasa Prancis artinya aku cinta Aksa.
Yeara, 2024.•••Setelah makan malam keluarga, Aksara dan Yeara di perintah oleh kedua orang tua mereka untuk berjalan-jalan disekitar hotel sebelum mereka pergi ke butik untuk fitting gaun pengantin, keduanya tampak diam tak ada yang memulai percakapan, sampai Yeara pun membuka suaranya."Na...""Gue udah bilang jangan panggil gue Na! Gue gak suka!"Yeara menunduk "maaf, aku gak bermaksud—""Udahlah, diem aja!" Sela Aksa marah."Aku suka kamu yang sekarang." Ucap Yeara tiba-tiba, hal itu membuat Nathan Aksara menghentikan langkah kakinya, mata mereka saling bertemu."Aku suka kamu yang sekarang sudah banyak bicara, aku suka saat kamu marah marah ke aku."Aksa masih bungkam, tak berniat menanggapi."Aku ingin kamu terus seperti ini..." Ujar Yeara, meskipun dalam hatinya berkata lain, sejujurnya Yeara tidak mau mendengar bentakan dari Aksa yang menyayat hatinya, tapi Yeara bersyukur karena Aksa sudah mau bicara padanya, sejak awal pertemuan mereka di London, Yeara tak pernah mendengar suara Aksa jika tidak penting."Terserah kamu!" Ucap Aksa yang kemudian melanjutkan langkah kakinya, sedangkan Yeara mematung setelah mendengar kata 'kamu' dari mulut laki-laki itu, rasanya jantung Yeara akan meledak sangking senangnya."Tunggu aku Aksa!!!"Yeara berlari menghampiri Aksa, langkah kaki laki-laki itu sangat cepat sekali, Yeara hampir saja tertinggal, entah perasaan Yeara jika Aksa sengaja memperlambat langkah kakinya agar ia bisa menyusul. Tapi, rasanya tidak mungkin Aksa sebaik itu kepada Yeara. Laki-laki itu hanya akan membenci Yeara seperti biasa.Tidak mungkin Aksa mau susah-susah memperlambat langkah kakinya demi agar gadis itu tidak tertinggal."Gimana kalau sekarang aku panggil kamu Kak Aksa...?""Terserah!"Yeara tersenyum."Tapi aku suka Na, Nathan.""Gue gak!""Ouh, ya udah."Mereka akhirnya saling diam dalam waktu yang cukup lama sampai akhirnya Yeara membuka suaranya lagi. Gadis itu memang tidak bisa diam, ia ingin menciptakan suasana menyenangkan jika bersama Aksa."Makasih kamu adalah orang pertama yang panggil aku 'Yea' "Aksa hanya diam saja, tidak menjawab perkataan tidak penting itu."Kak Aksa-Yea." gumam gadis itu lirih namun masih bisa didengar oleh Aksara.Entah perasaan Yeara saja, dia merasa melihat Aksa tersenyum meskipun itu sangat tipis dan sangat sekilas.Yeara juga tersenyum dan memberanikan diri menggenggam tangan Aksa, awalnya laki-laki itu terkejut dan akan menepisnya, namun tidak jadi saat didepan mereka ada kedua orang tua Yeara dan Aksa."Dasar mencari kesempatan dalam kesempitan." bisik Aksa sangat pelan."Aku gak liat mereka sumpah." Balas Yeara, dia tak henti tersenyum manis. Gadis itu sangat bahagia malam ini.•••Setelah pergi ke butik, mereka semua akhirnya berpisah, besok Aksa akan menjemput Yeara seperti perintah mama Aksa, Aksa akan mengantar dan menjemput Yeara ke sekolah.Pagi itu pun kini telah tiba, Yeara sudah bersiap siap dari subuh tadi, ia sungguh tidak sabar menunggu Aksa datang. Untuk pertama kalinya laki-laki itu menjemputnya.Hingga suara mobil didepan rumahnya membuat gadis itu segera berlari sampai lupa berpamitan kepada mama papanya yang berada di ruang makan."Sayang jangan buru buru, suruh Aksa masuk dulu!" Teriak mamanya."Gak usah Ma, Yea mau langsung berangkat, udah gak sabar ketemu Kak Aksa......" Jawab gadis itu sebelum hilang dibalik pintu."Anak kamu lagi Bucin Pah." Ucap Mama."Persis seperti kamu dulu." balas Papa."Dih, mama gak se Bucin itu sama Papa.""Yakin?""Udah ah Pah, Mama nanti telat ketemu client Mama, Papa juga mau meeting'kan? ""Hm, Mama bener."Walaupun sangat sibuk, Mama Papa dan Yeara selalu menyempatkan diri sarapan bersama di pagi hari untuk menjaga keharmonisan keluarga itu.•••Disisi lain."Gavin Atmaja!"Laki-laki itu mendengus kesal. Sudah berulangkali adik sepupunya selalu menyebalkan dimanapun ia berada."Lo bisa sopan sedikit gak sih sama gue? Gue tuh lebih tua 3 tahun dari lo!"Dean memutar bola matanya jengah, Kakak sepupunya ini sangat pemarah."Bang, gue suka Yeara."Ucapan Dean mampir saja membuat Gavin tersiram air panas yang akan ia tuangkan ke dalam cangkir kopinya."Oh," jawab laki-laki itu lalu melanjutkan kegiatannya membuat kopi untuk pelanggannya."Gue tahu lo juga suka dia kan?"Gavin sedikit terkejut namun ia berusaha senatural mungkin."Kalau iya?"Dean memanyunkan bibirnya, persis seperti anak kecil berusia tujuh tahun padahal dia sudah 17 tahun sekarang."Gue mau kita bersaing secara sehat, gimana?""Okay." Balas Gavin tersenyum tipis."Ya udah, gue mau berangkat sekolah.""Naik angkutan umum lagi?"Dean mengangguk sebagai jawaban."Bawa motor gue aja, hari ini gue mau pakai mobil soalnya.""Gue gak suka bawa kendaraan, lebih enak naik bus." Jawab Dean."Yaudah terserah lo deh.""Oh ya, jaga Yeara disekolah barunya, terutama jaga dia dari fans lo, gue takut dia di apa-apain gara-gara deket sama lo.""Ya elah, gue gak seterkenal itu di sekolah, gue gak punya fans!" Elak Dean, santai."Perasaan lo aja gak punya, tiap hari gue liat depan rumah lo ada kurir ngasih coklat, bunga sama boneka."Dean lantas terdiam, memang benar adanya, dia selalu mendapat kiriman dari perempuan-perempuan yang menyatakan cinta kepadanya, dan jangan lupakan di dalam locker sekolahnya juga banyak sekali surat cinta dari penggemarnya.Ini sudah 2024 Dean heran kenapa masih ada yang memakai surat suratan untuk menyatakan cinta.•••"Yeara!"Yeara membalikan tubuhnya kearah lain, ia tidak mau bertemu dengan Dean, dia tidak mau di bully lagi. Sungguh!!!"Yeara, tunggu gue!" teriak laki-laki itu berusaha untuk mengejar Yeara yang sepertinya sedang menghindari Dean.Dean akhirnya berhasil menarik tangan Yeara, namun gadis itu segera menepisnya."Ada apa? What wrong with you, Rara?""Gak papa, gue cuma mau ke kelas." Jawab Yeara cepat."Bukannya arah kelas lo di sana?" Tanya Dean.Yeara merutuki kebodohannya sendiri, bisa bisanya ia salah jalan!"Iya, lupa.""Yeara..."Gadis itu menghentikan langkahnya tanpa berbalik menatap Dean yang juga tengah menatapnya."Jangan jauhin gue, gue gak mau jauh dari lo."Setelah Dean mengatakan itu, Yeara kembali melanjutkan langkah kakinya menuju kelas.Ia jadi merasa tidak enak kepada Dean.•••"Eh Yeara...!""Orang itu lagi." Batin gadis itu, kenapa perempuan yang membully-nya kemarin datang lagi, kenapa mereka masih mengganggu Yeara?"Sekarang ngaku aja, kalau lo ada apa apa sama Dean, gue tadi liat lo sama Dean di depan"Yeara memberanikan diri menatap gadis dihadapannya."Gue udah pernah bilang sama lo kalau gue cuma temenan sama Dean!""Bohong!" Sela gadis itu."Terserah lo kalau gak percaya!" ucap Yeara sedikit menaikan nada bicaranya, sekarang ia tidak boleh lemah, dia juga kelas 12 untuk apa takut dengan mereka, mereka satu angkatan dengannya bukan Kakak kelasnya atau seniornya."Berani juga lo sama gue! Bawa dia ke atap sekarang juga!"Teman teman gadis itu menyeret Yeara dengan paksa menuju atap sekolah.Yeara didorong hingga punggungnya membentur dinding rooftop. Lalu, ketua dari mereka menghampiri Yeara, dia mendorong kepala Yeara Ke dinding."Hiks, sakiittt....""Kenapa? Sakit? Mau yang lebih sakit lagi hah!"Bughkk!!!Gadis itu menendang perut Yeara, ada rasa nyeri yang sangat luar biasa. Yeara hanya bisa menangis, sesekali memanggil nama Aksa. Berharap Aksa akan datang menolongnya.Bughkk....!Gadis itu menendang Yeara sekali lagi, lalu teman temannya ikut membantu, Yeara menangis sekencang kencangnya saat wajahnya dicakar oleh teman teman gadis yang tidak ia kenal ini. Lalu ditendang dengan brutal."Sakiittt hiks...."Bughkk!Dug!Kaki Yeara ditendang, diinjak dan kepalanya dibenturkan ke tembok sampai hidungnya mengeluarkan darah.Bughkk!"Akh...sakiittt...."Para gadis gadis itu tertawa puas.Bughkk!"Sandra!"Semua gadis itu terkejut, lalu menengok ke sumber suara, ketua dari mereka membelalakkan matanya dengan sempurna."Dean...."•••UKS"Kenapa gak ngomong sih, kalau lo di bully?"Yeara hanya menangis menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya."Setelah gue obatin, kita laporin mereka ke BK, ini gak bisa dibiarin." Ujar Dean.Yeara menggeleng."Jangan..."Dean lantas menatap Yeara kesal.CeklekPintu UKS tiba tiba terbuka, menampakan Nathan Aksara yang terlihat membatu diambang pintu."Kak Aksa?"Aksa melangkah masuk kedalam UKS, Dean terlihat bingung dengan kedatangan orang yang tidak ia kenal."Boleh tinggalin gue sama Yeara?"Dean masih terdiam, kemudian ia mengangguk menuruti lalu keluar dari dalam UKS tersebut.Setelah kepergian Dean.Aksa menatap Yeara yang sedang duduk di brankar dari ujung kepala sampai ujung kaki gadis itu.Hidung Yeara di sumpel tissue yang sudah agak kemerahan, wajahnya ada bekas cakar yang masih baru, terlihat sangat mengilukan jika dipandang.Kaki gadis itu juga terdapat luka luka, tidak lupa dengan memar di tangannya."Ayo ke rumah sakit?"Yeara kembali menangis, menangis sangat kencang."Hwaaaaaaaaa kak Aksaaaa!!!""Brisik, diem gak!"Seketika Yeara langsung diam, mendengar bentakan Nathan Aksara."Gendong....""Manja." gumam Aksa sangat lirih, namun masih dapat didengar oleh Yeara."Eh Yea! Lo harus tahu diri! Inget tempat lo, jangan harap saat gue liat lo kaya gini gue bakal kasihan, lo gak perlu mimpi gue akan kasihan sama lo karena hal itu gak akan terjadi! Gue nyuruh lo ke rumah sakit bukan karena gue kasihan atau khawatir, itu karena orang tua, apa jadinya orang tua gue sama lo tahu jika sekarang keadaan lo kaya gini?"Sebisa mungkin Yeara menahan rasa sakit di dadanya, hatinya terlalu sakit mendengar Aksa berbicara setega itu kepadanya.•••Di lain tempat, seorang gadis cantik duduk di sebuah kursi single di sudut ruangan megah menghadap sungai cantik di kota Landon."Tolong kerjain cewek ini..."Seseorang menatap foto yang diberikan kepadanya."Dia siapa?""Perebut cowok yang gue suka...""Okay""Buat dia kapok dan gak akan deketin Aksa""Lo tenang aja""Ini 10 juta dulu, setelah tugas lo beres gue akan tambah lagi."Aku juga punya hati, aku punya perasaan yang kapan saja bisa punya batas kesabaran, tapi untuk kali ini aku ingin berjuang, berjuang walau aku tahu kamu tak akan pernah mencintaiku, setidaknya aku ingin bersamamu walau hanya sesaat— Yeara, 2024.•••1 tahun yang lalu."Aksa..."Gadis berambut sebahu itu menghampiri Nathan Aksa yang tengah terduduk di bangku taman seorang diri."Aku cariin ternyata disini, gimana tadi kalau aku gak liat kamu? Na, kamu disini masih baru, kamu belum mengenal London."Aksa hanya diam seraya mengetuk-ngetuk tongkatnya sehingga menghasilkan bunyi, keadaan taman cukup sepi, hanya ada segelintir orang yang lewat."Ayo pulang," ujar Mira mencoba membujuk Aksa pulang.Aksa lantas menggeleng cepat, ia menepis tangan Mira yang akan menariknya."Pulang Na...""Aku bisa pulang sendiri." Jawab Nathan Aksa, lalu pergi meninggalkan Mira disana.Mira
Gavin Atmaja tengah berada di dalam kamarnya, laki-laki itu tampak gelisah dan terus menatap ponselnya dengan bimbang.Haruskah dia menghubungi Yeara? Perkataan Dean beberapa jam yang lalu membuat Gavin sama sekali tidak bisa tenang. Ia khawatir terhadap Yeara. Gavin sangat khawatir terjadi sesuatu dengan gadis itu.Tuk tuk Gavin lantas menolehkan pandangannya kearah pintu, " masuk aja." Ujar Gavin dari dalam sana, terlihat seorang wanita paruh baya menghampiri Gavin dan meletakkan susu coklat hangat di atas nakas."Tuan muda, silahkan diminum, oh iya nyonya bilang akan kesini besok." Ucap wanita paruh baya itu."Hem, iya makasih Bi, Bibi malam ini boleh pulang." Ucap Gavin."Baik tuan muda."Pelayan itu segera meninggalkan kamar Gavin setelah membungkuk memberi salam kepada majikan mudanya.Setelah itu Gavin menatap susu di atas nakas, dan segera meminumnya. Mungkin setelah minum rasa gugupnya akan hilang."Baik Gavin Atmaja, cuma nelpon dan bilang gimana keadaannya." Gavin bermonol
"Pada akhirnya kamu telah menjadi milikku, tapi apakah aku dan kamu akan bahagia? Mungkin hanya akulah satu-satunya yang paling bahagia, tapi aku harap kelak kamu juga akan merasakan hal yang sama sepertiku. Bahagia karena memilikimu."-Yeara.--Tidak terasa jika hari ini Nathan Aksa dan Yeara akan menikah, Aksa bahkan sudah ada di hotel, iya tempat resepsi pernikahan berada di hotel Jakarta yang terbilang cukup mewah, namun pernikahan bersifat pribadi, mereka hanya mengundang kerabat dekat, seperti keluarga ataupun sahabat.Jangan tanyakan apakah Gebby mantan Aksa juga diundang? Jawabnya iya, dia datang bersama Naka suaminya. Mereka berdua menjadi pusat perhatian karena sangat serasi malam ini. Selain pasangan Naka-Gebby, juga ada pasangan yang tak kalah serasi, yaitu Jeffran dan Lea, Brian dan Lita.Saat ini mereka semua sedang duduk di bangku yang sudah Nathan Aksa siapkan khusus untuk mereka.Sekarang mereka sedang asik
“Don't need you love”—Nathan Aksara.•••Gavin akhirnya mengantar Yeara pulang, namun gadis itu minta diturunkan di mini market awal mereka bertemu, akhirnya Gavin pun menurut dan langsung pulang setelah berpamitan kepada Yeara.Setelah sampai dirumah, Gavin memarkirkan motornya dihalaman rumah Dean Skala Pratama, di bukanya pintu utama rumah Dean, tak ada laki-laki itu dimanapun.Gavin lantas mengepalkan tangannya."Gavin lo ngapain dirum—"Bug!Belum sempat Dean Skala melanjutkan perkataannya Gavin sudah lebih dulu memukul wajahnya. Laki-laki itu meringis kesakitan di wajah sebelah kiri, pukulan Gavin bukan main-main , laki-laki itu cukup keras memukul Dean sampai rasanya pipi Dean membengkak."Bang lo kenapa akh....." ucap Dean seraya mengusap sudut bibirnya yang berdarah."Berani-beraninya lo cium Yea!"Dean lantas mengerutkan keningnya, "Yea siapa?" Gavin menghela nafas kesal. "Yeara....."
Yeara panik setengah mati, Dean Skala Pratama tidak lagi bersuara, terakhir kalinya Yeara dengar hanya suara benda terjatuh. Berulang kali Yeara menghubungi Dean lagi, tapi panggilan itu tidak terjawab.Ini sudah malam, tak mungkin Yeara keluar dari rumah, lagipula diluar hujan masih deras.Disisi Lain, Nathan Aksa Sedang berada di dapur bersama Jeffran, Lea sudah pulang beberapa menit yang lalu setelah dijemput oleh Kak Mahesa, kakak kandung Lea."Tumben Ra, jam segini masih diluar?" Aksa lantas membenarkan posisi duduknya menjadi tegap, karena sebelumnya laki-laki itu menaruh kepalanya di atas meja, seperti orang frustasi."Jeff, kalau gue dikasih pilihan gue lebih memilih buta selamanya," ucap Aksa tiba-tiba, lantas Jeffran menatapnya terkejut."Lo gila? Banyak orang diluar sana yang pengen lihat seisi dunia kembali, apa lo gak pernah mikir sama mereka yang terlahir tunanetra? Apa lo pikir mereka gak mau melihat seisi dunia?
Pagi ini Nathan Aksa sudah berada di kampusnya, laki-laki itu duduk di bangku paling pojok sambil membaca buku tebal ditangannya."Ekhem..."Aksa lantas menoleh, "Naka, lo ngapain disini?" laki-laki bernama Anaka itu menyengir , "temenin gue bolos yuk?""Enggak!" Tolak Aksa cepat, Naka ini satu fakultas dengan Aksa, sama-sama mengambil Hukum. Meskipun Naka masih fokus di olahraga renang tapi laki-laki itu tetap belajar hukum. Karena desakan sang Mama menyuruh Naka untuk sekolah hukum."Dimana temen lo?" Tanya Naka seraya mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas, karena biasanya Aksa selalu bersama Gavin Atmaja.Ngomong ngomong soal Gavin, Aksa jadi mengingat kejadian tadi malam di depan rumahnya. Tapi masa bodoh, Aksa tidak peduli, lagipula terserah Yeara mau kenal Gavin atau tidak, mau dekat dengan laki-laki manapun juga terserah karena Aksa sama sekali tidak akan peduli.Baru di bicarakan Gavin sudah datang dari balik pintu, l
Dean Skala memanyunkan bibirnya karena Yeara datang dengan laki-laki yang tidak Dean kenal, tapi Dean sangat ingat kalau laki-laki itu yang pernah datang ke sekolah saat Yeara habis dipukuli oleh teman-temannya. "Dean, gimana keadaan lo?""Baik!" Jawab Dean dingin, jelas sekali Dean tidak suka dengan kehadiran laki-laki di samping Yeara Billyana.Nathan Aksa hanya diam, sesekali menatap ke seluruh penjuru ruangan, sampai matanya berhenti di satu titik, yaitu sofa, disana ada jaket yang sangat familiar bagi Aksa, tapi masa bodoh! Aksa tidak peduli. "Oh ya, ini buat lo," ujar Yeara seraya menyerahkan sebuah voucher, mata Dean langsung berbinar, "ini beneran buat gue?" Tanyanya, Aksara lantas memutar bola matanya malas melihat reaksi berlebihan Dean hanya karena voucher internet."Iya, bosen kan lo dirumah sakit? Makanya gue beliin voucher kuota buat lo main game sepuasnya."Dean tersenyum lebar, " dari sekian banyaknya cewek yang
Udara malam semakin membuat Yeara Billyana menggigil kedinginan, namun gadis itu memilih diam tak mengatakan apapun kepada Nathan Aksa, gadis itu tidak mau merusak momen ini. Lebih baik pura pura baik baik saja dari pada mengaku sakit. "Udah malem, pulang?"Lantas Yeara menatap Aksara yang tengah berbicara kepadanya, " kamu udah mau pulang?" Laki-laki berwajah tampan itu mengangguk sekilas lalu bangkit dari tempat duduknya. Aksa langsung melangkah pergi meninggalkan Yeara, gadis itu pun segara bangkit lalu mengejar Nathan Aksa."Kak Aksa! Tunggu!"Yeara menghentikan langkahnya saat kepalanya terasa berdenyut sakit, bahkan pandangan matanya mengabur, gadis itu segera menggelengkan kepalanya seraya menepuk pipinya beberapa kali. Yeara berusaha mengumpulkan kesadarannya namun kepalanya terlalu sakit."Yea jangan sekarang!" Gumamnya lalu berjalan lagi, gadis itu menatap jalanan yang berubah cekung, bahkan terlihat seperti gempa bumi dimata Y
Aksa dan teman-temannya telah tiba di lokasi yang Raihan berikan padanya. Aksa mengerutkan keningnya karena lokasi ini mengarah ke gedung pameran. "Gedung pameran Sa?" ucap Kevin. Aksa lantas segera turun dari motor Kevin, "serius di sini?" tanya Mark memastikan. "Iya, disini" jawab Aksa. "Udah masuk aja," ucap Chandra, teman Aksa yang lainnya. "iya kita masuk aja bang," ucap Juna. Aksa dan yang lain akhirnya masuk ke gedung pameran. Raihan's Galery. Aksa membaca setiap sudut ruangan, pameran ini merupakan pameran milik Raihan. Raihan memang di kenal memiliki hobi melukis. "Darah?" ucap Juna tiba-tiba saat tak sengaja menginjak sesuatu di lantai, "cat bego!" ucap Chandra seraya memukul kepala Juna. "Sakit bego!" kesal Juna. Lalu akhirnya mereka melanjutkan masuk ke gedung itu, di sana masih sepi dan ruangan terlihat kosong. "Raihan sialan, kayanya ini jebakan" ucap Kevin yang sudah kesal. "Kita keluar sekarang," ucap Aksa namun Kevin tiba-tiba menahan lengannya. "
Aksa dan Jeffran langsung pergi ke Bandung untuk menemui Raihan ketika Mama Aksa yang di Bandung memberitahu Aksa bahwa Yeara di bawa Raihan pergi. Aksa jelas sangat khawatir sekarang, laki-laki itu sedari tadi terus menggigit jarinya, hal itu membuat Jeffran juga ikut khawatir. "Raihan sialan!" ucap Jeffran. "Sa, sa hati hati depan lo!" ucap Jeffran ketika Aksa hampir menabrak pedagang kaki lima. Aksa benar-benar tidak fokus saat ini, ia memikirkan bagaimana keadaan Yeara saat ini, apakah perempuan itu baik-baik saja? pasti Yeara sangat ketakutan saat ini. "Sa, gue aja yang nyetir" ucap Jeffran yang menyuruh Aksa menepikan mobilnya. "Gue gak akan maafin Raihan kalo dia berani nyentuh Yeara!" ucap Aksa."Gue tahu lo lagi marah, lo pinggirin dulu mobilnya" ucap Jeffran, Aksa pun menepikan mobilnya lalu keluar dan bertukar tempat dengan Jeffran."Yeara pasti ketakutan Jeff," ujar Aksa. "lo tenang aja gue ngebut sekarang," ucap Jeffran.•••Akhirnya Jeffran dan Aksa telah tiba di Ban
Hari ini Yeara telah berada di salah satu universitas terkenal di Bandung - ITB. Ia dan Mama berada di fakultas seni rupa dan desain. "Ma, bagus banget Yea jadi pengen masuk ITB," ucap gadis itu. "Terserah Rara aja mau di mana, Mama setuju banget kalo Rara mau kuliah di Bandung," jawab Mama Aksa. "Tapi kak Aksa gak akan setuju Ma," jawab Yeara. "Kamu tenang aja, masalah Aksa biar Mama yang urus yang terpenting Rara seneng di sini" ucap Mama. "Mama baik banget sama Rara" ucap Yeara lalu memeluk Mama Aksa. "Kamu kan juga anak Mama Rara, sudah pasti Mama sayang banget sama Rara..." "Makasih ya ma..." ucap Yeara. ••• TERPAKSA MENIKAH ••• "Jeff, lo kemana aja sih kemaren? gue gak liat Lo di kafe Gavin" ucap Aksa yang melihat Jeffran berada di ruang televisi. "Ketemu Papi," jawab Jeffran. "Serius, terus?" "Papi masih marah dan dia gak akan setuju kalo gue nikahin Lea, gue bingung Sa, gue gak tau harus apa, gue udah ngerusak hidup Lea, Lea harus menerima akibat dari
Aksa akhirnya pulang ke rumahnya, ia langsung menyambungkan panggilan video ke Yeara. "Kak Aksa kemana aja?" ucap Yeara dari seberang sana, "maaf ya sayang, aku habis ngampus terus langsung ke kafe Gavin" ucap Aksa seraya melepaskan bajunya dan menggantinya dengan baju santai. "Kak Aksa gak mandi?" "Nanti aja, masih kangen sama kamu..." ucap Aksa. "kan bisa nanti lagi telponnya" ucap Yeara. "Gak papa kok Yea, nanti kak Aksa mandi" ucapnya. "Kak Aksa udah makan?" Tanya Yeara. "Belum, ini mau turun mau bikin pasta aja yang gampang," ucap Aksa seraya berjalan menuju dapur di lantai satu. "Jangan terlalu malam tidurnya, nanti habis makan kak Aksa mandi terus langsung tidur ya?" ujar Yeara dari seberang sana, "iya sayang... kamu juga, udah makan kan?" "Udah kok kak Aksa tadi sama Lea sama Mama juga," jawab Yeara. Aksa lantas menganggukkan kepalanya, "gimana sama persiapan tes nanti kamu mau tetep di Bandung atau mau nyoba daftar kampus di jakarta?" "Mau satu kampus sama
Hari ini seperti biasa Aksa datang ke Kampusnya, menjalani hari-harinya tanpa Yeara membuat Aksa tidak bersemangat. Tadi pagi padahal perempuan itu sudah menelponnya tapi bagi Aksa tetap saja kurang, karena tidak ada Yeara di sisinya."Aksa!" Itu adalah suara Gavin, Gavin juga baru saja berangkat dan akan mengikuti kelas sebentar pagi bersama Aksa. "Eh Naka kan itu?" ucap Gavin ketika melihat Naka keluar dari mobilnya. Aksa lantas menghampiri Naka yang juga akan mengikuti kelas, "Aksa?" ucap Naka. "Gebby baik baik aja kan? Yea telpon gue suruh nanyain keadaan Gebby" ucap Aksara, hal itu membuat Naka mengerutkan keningnya, "Gebby baik, dia juga udah di rumah sekarang" ujar Naka. "Makanya suruh istri Lo main ke rumah" ucap Naka."Yea lagi gak di jakarta, dia di Bandung" jawab Aksa."Yea di Bandung?" Naka tampak terkejut, "Iya lebih aman lah di sana, oh ya pulang nanti ke kafe Gavin ada yang mau gue omongin penting" ujar Aksa, Gavin yang mendengarkan hanya diam lalu tersenyum pada Naka
Saat ini Gavin Atmaja dan Dean Skala Pratama telah berada di alamat yang di berikan Raihan pada Gavin kemarin."Beneran gak nih alamatnya sepi amat?" Ucap Dean yang tidak yakin."Bener nih jalan Tulip no 105, bener yang ini," ujar Gavin seraya menyamakan kertas itu di papan alamat."Coba kalian masuk," ujar Aksa dari seberang sana. "Hem oke..." ucap Gavin dan Dean akhirnya mengikutinya dari belakang."Gak ke kunci?" Ucap Gavin saat mendorong gerbang rumah itu, "masuk aja." ucap Dean lalu mereka masuk ke dalam sana. Terlihat sangat sepi tidak ada orang di sana, Gavin sedikit khawatir sekarang ia merasa bahwa ini hanyalah jebakan saja."Kita balik sekarang," ucap Gavin."What's wrong?" Tanya Kevin dari seberang sana, "ini jebakan" ucap Gavin yang sudah panik dan sekarang mereka di kepung oleh beberapa orang berbaju hitam."F*CK!" Dean dan Gavin dapat mendengar suara Jeffran menyahut dari earphone mereka.Raihan tersenyum saat berjalan mendekati Gavin dan Dean. Tiba-tiba Raihan melempar
Nathan Aksa dan Jeffran akhirnya telah tiba di kafe milik Gavin, sudah ada motor Kevin di sana. Akhirnya mereka pun masuk kedalam kafe yang Gavin sengaja buat tutup. "Akhirnya Lo berdua Dateng juga," ucap Gavin. Gavin langsung memberikan secarik kertas pemberian Raihan pada Aksara. "Raihan nyuruh gue ke sana, menurut lo gimana?""Ikuti aja, buat Raihan percaya sama lo," jawab Aksara, ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mendekati Raihan. Dengan begitu akan semakin gampang untuk membongkar bisnis gelap milik Raihan dan keluarganya. "Lo yakin ini bukan jebakan?" tiba-tiba Kevin berbicara semua orang kini menatap Kevin yang sejak tadi diam saja."Jangan kaya gitu dong Vin, takut gue" ucap Gavin."Gue setuju sama bang Kevin, bisa jadi ini cuma jebakan" ucap Dean tanpa melepaskan atensinya dari game di hadapannya. "Gimana Sa menurut lo?" Tanya Jeffran."Gue punya rencana," ucap Aksa penuh misterius. "Apa rencana lo?" Aksa tersenyum seraya menatap Dean. Dean yang sejak tadi fokus p
Setelah berdiskusi dengan Jeffran dan Lea akhirnya hari ini Aksa dan Jeffran mengantar Yeara dan Lea ke Bandung. Hari ini mereka akan tinggal di rumah Mama Aksara. "Mama udah siapkan kamar buat Rara sama Lea, semoga kalian betah ya?" ujar Mama Aksara."Iya Ma," jawab Yeara."Iya Tante," jawab Lea.Jeffran lantas menatap Lea, "kamu beneran mau di Bandung sayang?" "Iya, Jeffran" jawab Lea.Sementara Aksa terlihat diam saja, laki-laki itu masih belum siap harus LDR dengan istrinya. Mereka baru saja bersama dan sekarang harus berpisah lagi, Yeara yang menyadari diamnya Aksa lantas mendekat."Kak Aksa kenapa?" Laki-laki itu menggelengkan kepalanya lalu mengelus puncak kepala istrinya."Pasti aku bakal kangen banget," ucap Aksa tanpa melepaskan pandangannya pada Yeara. "Kan kalo libur kak Aksa bisa ke Bandung," ucap Yeara, Aksa lantas tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Iya iya, kak Aksa sama Jeffran mau pamit dulu ya kamu baik-baik di sini sama Lea" ucap Aksa.Yeara pun memeluk Aksa
Aksa menghela nafas kesal saat melihat luka di wajah istrinya karena pukulan Raihan. "Gak papa kak Aksa, gak sakit kok" ucap Yeara."Iya belum sakit, sakitnya besok ini" ucap Aksa seraya menempelkan obat antiseptik di kapas membuat perempuan itu meringis kerena perih."Lain kali jangan coba ngelawan sendiri, kalo perlu ulur waktu Raihan sampai aku atau Jeffran Dateng," omel Aksara. Perempuan itu memanyunkan bibirnya lalu menatap Aksa yang dengan telaten merawat lukanya."Kak Aksa, emang Raihan seberbahaya itu ya?" Tanya Yeara, Aksa lantas menghentikan kegiatannya lalu menatap istrinya."Bahaya," jawab Aksa lalu melanjutkan menempelkan plester di sisi bibir Yeara yang membengkak. Tamparan Raihan sampai membuat pipi Yeara memerah."Kamu harus tahu, Raihan adalah musuh bebuyutan ku dari jaman SMA, dia bukan sekedar anak geng motor, Raihan juga mengelola bisnis gelap yang jarang di ketahui orang awam seperti kita, hanya orang-orang