Gavin Atmaja tengah berada di dalam kamarnya, laki-laki itu tampak gelisah dan terus menatap ponselnya dengan bimbang.
Haruskah dia menghubungi Yeara? Perkataan Dean beberapa jam yang lalu membuat Gavin sama sekali tidak bisa tenang. Ia khawatir terhadap Yeara. Gavin sangat khawatir terjadi sesuatu dengan gadis itu.Tuk tukGavin lantas menolehkan pandangannya kearah pintu, " masuk aja." Ujar Gavin dari dalam sana, terlihat seorang wanita paruh baya menghampiri Gavin dan meletakkan susu coklat hangat di atas nakas."Tuan muda, silahkan diminum, oh iya nyonya bilang akan kesini besok." Ucap wanita paruh baya itu."Hem, iya makasih Bi, Bibi malam ini boleh pulang." Ucap Gavin."Baik tuan muda."Pelayan itu segera meninggalkan kamar Gavin setelah membungkuk memberi salam kepada majikan mudanya.Setelah itu Gavin menatap susu di atas nakas, dan segera meminumnya. Mungkin setelah minum rasa gugupnya akan hilang."Baik Gavin Atmaja, cuma nelpon dan bilang gimana keadaannya." Gavin bermonolog lalu mengambil benda persegi panjang itu dan mengetik nama Yeara.Telepon pun tersambung. Gavin sumpah demi apapun ia gugup setengah mati.Tak berapa lama, ada suara dari seberang sana."Halo Kak Gavin?""Ha-Halo, Yeara.""Ada apa ya, kakak nelpon?""Ah enggak itu, itu kata Dean lo ada masalah di sekolah? Gimana sekarang keadaan lo?""Oh...., udah gak papa kok kak." Jawab Yeara dari seberang sana."Syukur deh, gue khawatir banget tau gak?"Terdengar suara tawa dari seberang telfon membuat hati Gavin sedikit menghangat."Em makasih udah khawatir."Gavin lantas tersenyum."Yaudah lo istirahat, besok sekolahnya gue anter gimana?""Gak usah kak, kak Gavin nanti telat buka kafe lagi gara gara gue kak."Gavin lagi-lagi tersenyum. "Enggak kok, cuma anterin lo gak akan telat, pokoknya pagi ini gue jemput yah?""Em yaudah deh, good night Kak Gavin?""Good night too, Yea."-"Good night too, Yea."DegYeara mematung di tempatnya setelah mendengar perkataan Gavin terakhir. Dimana laki-laki itu memanggil dirinya dengan sebutan 'Yea' sama persis seperti Nathan Aksara memanggilnya, Yeara merasa panggilan itu khusus hanya Nathan Aksa tapi kali ini Gavin memanggilnya dengan sebutan 'Yea' juga."Kak...""Hem?" Jawab Gavin diseberang telepon.Mungkin sedikit berlebihan hanya karena nama panggilan, namun gadis itu benar-benar mengatakan, "Jangan panggil aku Yea." perkataan itu akhirnya lolos dari bibir Yeara."Kenapa, Yea lucu, gue suka."Yeara merasa hatinya bergetar, seandainya saja Aksa yang mengatakan hal itu kepadanya namun malah laki-laki lain dan laki-laki itu baru Yeara kenal.Gadis itu beralih menatap kantung plastik berisi obat pemberian Nathan Aksa di meja belajarnya, hatinya seperti teriris saat mengingat tatapan mata Aksa yang dingin padanya. Yeara sangat berharap suatu saat nanti Aksa akan menatapnya dengan lembut."Kak, aku tutup yah?""Hem, iya."Setelah sambungan terputus akhirnya Yeara meletakan kantung obat itu kembali ke atas mejanya lalu bergegas pergi mandi.•••Yeara baru saja selesai mandi, ia sudah dipanggil oleh mamanya untuk makan malam. Papa Yeara sedang tidak ada dirumah hanya ada ia dan mamanya."Ra..."Yeara menatap mamanya."Kenapa Mah?""Satu Minggu lagi kamu menikah."Yeara terdiam menatap makanan di atas meja. Memikirkan banyak hal apa yang akan terjadi dengan kehidupan rumah tangganya nanti.Apakah Aksa mau menerimanya?Apakah Aksa akan mencintainya?Apakah Aksa akan berperilaku baik padanya...?Yeara takut.Tapi bagaimanapun juga Yeara sangat menyukai Nathan Aksa, laki-laki yang bahkan selama ini tak mengetahui Yeara hidup di dunia. Tak mengetahui siapa Yeara. Yeara memang orang baru bagi Nathan Aksa tapi Aksa bukanlah orang baru bagi Yeara, gadis itu cukup mengenal Aksa secara diam-diam.Saat mendengar Aksa berpacaran dengan gadis bernama Gebby dua tahun yang lalu, hati Yeara sakit. Yeara juga memutuskan menghentikan para suruhannya untuk memata-matai Aksa saat di Jakarta.Yeara pikir dengan melupakan Aksa akan mudah, tapi dia salah besar. Semakin ia mengubur perasaannya terhadap Aksa maka rasa itu malah semakin besar, entahlah ini karena terobsesi saja atau apa, Yeara tidak tahu.Ditatapnya cincin pertunangannya dengan Aksa di London. Gadis itu tersenyum tipis, ada rasa bahagia di hati Yeara Billyana, namun juga......Takut.•••Disisilain.Nathan Aksa tengah berbaring didalam kamarnya seraya menatap sepasang cincin di dalam wadah berbentuk hati berwarna biru itu. Tadi sore kedua orang tuanya datang ke Jakarta tempat tinggal Nathan Aksa dan Jeffran. Mereka sengaja datang lebih cepat untuk mempersiapkan acara pernikahan antara Aksa dan Yeara satu Minggu lagi.Saat sedang sibuk melamun, tiba tiba kamar Aksa terbuka. Jeffran datang membawa selembar amplop pink lalu memberikan amplop cantik itu kepada Aksa. Segeralah laki-laki itu menyimpan cincinnya didalam laci sebelah ranjangnya."Amplop apa itu?"Jeffran hanya mengedikan bahunya lalu berjalan keluar dari kamar Aksa, aneh sekali Jeffran yang hanya masuk membawa amplop tanpa mengatakan apapun.Dibukanya amplop itu, ada foto polaroid didalam sana, itu adalah foto Nathan Aksa dan Mira saat di London, apa ini maksudnya? Kenapa Jeffran memberikan Aksa foto kenangan dengan Mira."Jeffran..."Jeffran mengehentikan langkahnya saat diambang pintu. Lalu berbalik menatap Aksa."Ini lo dapet dari mana?""Dari depan pintu, gue kasih ke lo karena di amplop itu tertulis nama lo." Jawab Jeffran apa adanya."Saat lo ambil amplop ini, apa lo sempet liat pengirimnya?""Enggak liat, cuma liat mama lo abis belanja banyak banget tadi." Jawab Jeffran.Aksa bingung, siapa yang telah mengirim foto foto ini dan apa tujuannya? Kenapa? Jika tujuannya agar Aksa selalu mengingat Mira, maka Aksa akan mengatakan pada orang itu jika ia tak mungkin melupakan Mira, gadis yang telah mengisi kehidupan Aksa, Aksa juga akan mengatakan jangan repot repot mengirim foto foto, karena Aksa pasti juga memiliki foto yang sama, Aksa tak mungkin membuangnya. Setiap kenangan dengan Mirae selalu Jaemin simpan sepanjang hidupnya.Aksa mengusap wajahnya, ia sungguh penasaran siapa orang yang telah mengirim foto foto ini.Aksa mengerutkan dahinya saat melihat kertas kecil yang terselip didalam amplop itu. Jeffran yang melihatnya pun juga ikut penasaran dan sekarang ia duduk disamping Aksa.Mereka terkejut saat tak menemukan tulisan apapun dilembaran itu. Lalu Aksa mengamati foto dirinya dan Mira, ia sungguh ã."Apa maksudnya?""Udahlah buang aja, orang iseng kali." Ucap Jeffran, Aksa hanya diam menatap foto fotonya."Janganlah, gue simpen aja." Jawab Aksa lalu meletakan amplop itu kedalam laci tempat ia menyimpan cincin."Aksa lo, masih ingat Kevin gak?"Aksa hampir tersedak mendengar nama itu, ia menatap Jeffran."Kenapa lo bahas dia lagi, dia udah mengkhianati geng motor kita, dia udah gabung sama sebelah, lo gak usah ngingetin gue, dia yang udah bikin Gebby celaka." Ujar Aksa yang mulai kesal dengan topik pembicaraan Jeffran."Jadi lo masih ada rasa sama Gebby?"Aksa terdiam, kenapa Jeffran jadi bahas masa lalu, Aksa tidak ingin mengingatnya. Sungguh. Itu membuat Aksa kesal."Gue tanya sama lo, apa lo masih ada rasa sama Gebby?" Jeffran semakin menuntut jawaban atas pertanyaannya yang sangat sensitif ditelinga Nathan Aksa."Kenapa lo jadi bahas Gebby? Gebby udah sama Naka! Jangan bahas dia depan gue!""Gue cuma mau tau, apa selama satu tahun ini lo udah move on atau belum, gue harap lo udah gak ada perasaan apapun lagi sama Gebby, gue mohon buka hati lo untuk Year-""Gak usah ikut campur sama masalah gue!" Sela Aksa dengan dingin."Bukannya gitu, gue cuma mau yang terbaik buat lo, gue rasa Year-""JANGAN SEBUT CEWEK ITU DIDEPAN GUE!!!" Bentak Aksa, Jeffran sungguh terkejut atas reaksi Nathan Aksa yang berlebihan menurutnya, apa yang salah dengan gadis bernama Yeara? Kenapa Aksa sangat membencinya?"Kenapa si lo gak suka banget sama Yeara? Apa salah dia? Aksa, asal lo tau Yeara sebenarnya yang udah-"Jeffran menghentikan ucapannya saat menyadari tatapan Aksa yang menuntut itu."Udah apa?"Jeffran menelan ludahnya, hampir saja ia membocorkan rahasia kepada Nathan Aksa."U-udah tu-tulus sama lo." Gugup Jeffran. Aksa hanya menghela nafas malas, kenapa semua orang memaksanya untuk menyukai gadis bernama Yeara Billyana, memangnya apa istimewanya gadis itu, Aksa bingung. Jelas jelas Mira jauh lebih baik dari pada Yeara."Kalau lo mau bahas Yea, mending lo keluar aja, bilang sama mama gue gak makan, udah kenyang." Final Aksa seraya merebahkan tubuhnya di atas ranjang.Jeffran hanya mendengus kesal. "Kenyang makan apaan?! Dasar batu! Otak es! Antartika!" Maki Jeffran seraya berjalan ke pintu dan langsung membanting pintu itu dengan kasar, membuat Nathan Aksa memakinya dalam hati.•••"Oh, pesta lentera?" Ujar Yeara yang tengah menatap kalender miliknya yang telah lama ia tandai dengan berbagai tulisan, mulai dari ulang tahun mama, papanya, ulang tahun Nathan Aksa dan acara tahunan favoritnya."Berarti satu hari setelah nikah, ada pesta lentera tahunan."Yeara tersenyum, ia akan mengajak Aksa nanti. Pasti akan menarik.Diambilnya ponsel gadis itu dan menghubungi - tentu saja Nathan Aksa- Yeara akan meminta Aksa menemaninya ke pesta lentera tahunan di Jakarta.Setelah lama menunggu panggilan, akhirnya terdengar suara Aksa dari seberang sana."Hem..""Kak Aksa, lagi apa?"Yeara menahan senyumannya. Yeara tahu dia berlebihan tapi Yeara akan terus menggoda Nathan Aksara yang berhati es itu."To the point aja, gue ngantuk.""Yaudah kak Aksa, aku cuma mau minta satu hal, satu doang gak bohong sumpah...""Hem...""Nih kan satu hari setelah kita nikah, ada pesta lentera tahunan, aku mau kakak nemenin aku kesana, yah?"Terdengar helaan nafas dari seberang telepon, Yeara tahu pasti Aksa tidak akan suka idenya."Gak mau."Yeara menunduk, dugaannya benar, Aksa tidak akan mau."Yaudah..." Jawab Yeara lesu, semangatnya hilang seketika karena penolakan Nathan Aksa, padahal pesta lentera itu sangat diimpikan Yeara, Yeara selalu bermimpi bisa kesana bersama Aksa tapi hal itu tidak mungkin terjadi, Aksa sangat membencinya."Yaudah.""Hem..." Jawab Yeara."Gue mau."DegYeara membulatkan matanya dengan sempurna, apa dia tidak salah dengar kan? Aksa bilang 'mau' kan? Yeara tidak halusinasi 'kan? Tolong siapapun bangunkan Yeara dari mimpi indahnya."Kakak Aksa mau?" Gugup Yeara tanpa memudarkan senyumannya. Gadis bersurai merah itu sangat bahagia."Terpaksa, gue gak mau lo ngadu ke mama papa."Seketika senyuman manis itu memudar, seiring air matanya yang jatuh, Yeara kira Aksa tulus menemaninya keacara tersebut, ternyata Aksa hanya terpaksa karena takut pada mama dan papanya.Sebisa mungkin Yeara menahan tangisnya agar tidak terdengar oleh Nathan Aksa."Ya-yaudah, yang penting kamu mau." Ujar Yeara.Sambung pun terputus, Yeara melempar ponselnya ke sofa lalu menangis membenamkan wajahnya ke bantal. Yeara tidak peduli jika besok matanya akan membengkak.•••Pagi pun tiba, Gavin Atmaja sudah berada didepan rumah Yeara, gadis itu tersenyum ketika melihat Gavin melambai kearahnya."Pagi Year-"Gavin menghentikan ucapannya saat melihat mata Yeara yang membengkak."Lo nangis?"Yeara tersenyum."Iya, habis dimarahin mama semalam." Bohongnya."Lain kali lo harus nurut apa kata mama, yaudah naik gih, nanti telat lagi."Yeara pun mengangguk lalu menaiki motor Gavin."Kak, lo kok beneran jemput gue? Gue kira lo cuma main main?" Tanya Yeara diatas motor, Gavin tersenyum dibalik helmnya."Gue gak main main kok, gue serius." Jawab Gavin setengah berteriak agar Yeara mendengarnya.Seperti gue serius suka sama lo, batin Gavin, laki-laki itu tak memudarkan senyumannya sejak tadi.Tanpa disangka Gavin menarik tangan Yeara agar memeluknya, membuat gadis bersurai merah itu terkejut."Pegangan gue mau ngebut!" Ujar Gavin, Yeara pun menurut demi keselamatannya.•••Setelah mengantar Yeara ke sekolah, Gavin langsung pergi ke kampusnya, hari ini dia akan membuka kafe setelah pergi ke kampus untuk mengikuti kelas pertamanya.Yah, setelah melalui masa yang panjang untuk menjadi mahasiswa hukum akhirnya Gavin bisa bernafas lega karena ternyata ia lulus dan hari ini adalah hari pertamanya menjadi mahasiswa sesungguhnya Universitas Euphoria.Gavin memarkirkan mobilnya, dia membuka jendela mobilnya dan tersenyum menatap teman -iya, teman yang tidak menganggapnya sebagai teman- laki-laki menyebalkan yang sayangnya juga lulus jadi mahasiswa hukum."Hai teman!"Laki-laki itu melirik sebentar sebelum akhirnya melangkah pergi, melihat itu Gavin segera membuka mobilnya dan mengejar temannya yang menyebalkan."Woy! Nathan Aksa!" Teriak Gavin tak tahu malu berteriak didepan banyak mahasiswa hukum."Tungguin gue dong bro!" Ujar Gavin seraya merangkul bahu Aksa dengan seenaknya membuat Nathan Aksa kesal dibuatnya."Jangan sok kenal!" Ucap Aksa."Emang kenal kok, lo kan teman gue, iya kan?""Tapi Lo bukan temen gue." Jawab Aksa cepat, Gavin mendengus kesal, dia harus lebih bersabar kepada sosok Nathan Aksa yang kelewat menyebalkan ini."Yaudah, tapi lo tetep temen gue, temen pertama di kampus ini." Ucap Gavin. Terserahlah Aksa tidak peduli terhadap Gavin.Tiba tiba, Aksa menghentikan langkahnya ketika melihat segerombolan mahasiswa kedokteran yang entah bagaimana berada di fakultas hukum.Aksa merasa melihat Mira diantara kerumunan itu, mungkin karena efek rindunya terhadap gadis itu, dulu saat masih kecil Aksa dan Mira berjanji akan masuk ke sekolah kedokteran bersama-sama. Tapi kini, Aksa tidak bisa mewujudkannya. Bahkan Aksa terpaksa masuk hukum demi melupakan Mira, Aksa tidak mau terus larut dalam kesedihan.Gavin menepuk bahu Aksa membuat Aksa tersentak."Ngapain sih ngalamun dari tadi!?""Bukan urusan lo." Jawab Aksa ketus.•••Disisilain, Dean tengah menatap Yeara dari kejauhan, Dean jadi gugup saat melihat Yeara, seharusnya tadi malam Dean tidak berbuat lancang dengan mencium kening gadis itu.Dean bodoh! Benar kata Kak Jeffrey yang selalu memaki Byan adiknya itu dengan kata 'Ternyata cowok pintar bisa bodoh juga' . Byan Arka Guinandra adalah teman satu angkatan Dean sekaligus ketua Osis di SMA Euphoria, Byan adalah musuh terberat Dean karena anak laki-laki itu juga sangat pintar, untung saja Byan tidak satu kelas jadi peringkat pertama tetap dipegang oleh Dean. Tapi Dean tetap tidak bisa mengalahkan Byan yang terlalu pintar dan selalu masuk 10 besar sebagai siswa terpintar di SMA Euphoria. Et- Bukan berarti Dean tidak masuk sebagai siswa terpintar, justru laki-laki itu juga termasuk dalam urutan 10 besar siswa terpintar. Meskipun peringkatnya masih dibawah Byan Arka Guinandra."Dean, ngapain disini?"Dean Skala Pratama tersentak saat Joshua entah bagaimana telah berdiri disampingnya, laki-laki itu tampak habis ke kantin karena membawa banyak makanan dikantung plastik."Lu beli buat gue gak?""Dih, beli sendiri sana." Balas Joshua, Dean lantas menatap Joshua dengan kesal, hampir saja ia memaki Joshua, tapi tidak jadi saat melihat Lira dan Yeremia datang membawa banyak makanan, ini kesempatan Dean untuk meminta, mereka lebih baik hati ketimbang Joshua!Dean memang selalu seperti itu, karena ia harus berhemat untuk membayar tagihan listrik dirumah besarnya. Mama papa Dean tega sekali tidak bertanggung jawab atas rumah yang ditempati Dean. Padahal Gavin selalu meminta Dean tinggal dirumahnya tapi Dean selalu menolak dan akhirnya Gavin hanya bisa mengawasi dari kejauhan.Jangan lupakan bahwa selama ini Dean Skala Pratama jadi guru les privat, jadwalnya terlalu penuh sebagai seorang siswa kelas 11, bahkan Dean hampir selalu belajar sepanjang hari tanpa henti.Ia juga sering mendadak pusing saat belajar dan berakhir mimisan karena kelelahan, Gavin bahkan juga sering memarahi Dean yang tak bisa menjaga kondisinya sendiri. Gavin sebagai kakak sepupu yang dipercaya kedua orang tua Dean itu jadi kewalahan menghadapi Dean Skala Pratama yang keras kepala."Pada akhirnya kamu telah menjadi milikku, tapi apakah aku dan kamu akan bahagia? Mungkin hanya akulah satu-satunya yang paling bahagia, tapi aku harap kelak kamu juga akan merasakan hal yang sama sepertiku. Bahagia karena memilikimu."-Yeara.--Tidak terasa jika hari ini Nathan Aksa dan Yeara akan menikah, Aksa bahkan sudah ada di hotel, iya tempat resepsi pernikahan berada di hotel Jakarta yang terbilang cukup mewah, namun pernikahan bersifat pribadi, mereka hanya mengundang kerabat dekat, seperti keluarga ataupun sahabat.Jangan tanyakan apakah Gebby mantan Aksa juga diundang? Jawabnya iya, dia datang bersama Naka suaminya. Mereka berdua menjadi pusat perhatian karena sangat serasi malam ini. Selain pasangan Naka-Gebby, juga ada pasangan yang tak kalah serasi, yaitu Jeffran dan Lea, Brian dan Lita.Saat ini mereka semua sedang duduk di bangku yang sudah Nathan Aksa siapkan khusus untuk mereka.Sekarang mereka sedang asik
“Don't need you love”—Nathan Aksara.•••Gavin akhirnya mengantar Yeara pulang, namun gadis itu minta diturunkan di mini market awal mereka bertemu, akhirnya Gavin pun menurut dan langsung pulang setelah berpamitan kepada Yeara.Setelah sampai dirumah, Gavin memarkirkan motornya dihalaman rumah Dean Skala Pratama, di bukanya pintu utama rumah Dean, tak ada laki-laki itu dimanapun.Gavin lantas mengepalkan tangannya."Gavin lo ngapain dirum—"Bug!Belum sempat Dean Skala melanjutkan perkataannya Gavin sudah lebih dulu memukul wajahnya. Laki-laki itu meringis kesakitan di wajah sebelah kiri, pukulan Gavin bukan main-main , laki-laki itu cukup keras memukul Dean sampai rasanya pipi Dean membengkak."Bang lo kenapa akh....." ucap Dean seraya mengusap sudut bibirnya yang berdarah."Berani-beraninya lo cium Yea!"Dean lantas mengerutkan keningnya, "Yea siapa?" Gavin menghela nafas kesal. "Yeara....."
Yeara panik setengah mati, Dean Skala Pratama tidak lagi bersuara, terakhir kalinya Yeara dengar hanya suara benda terjatuh. Berulang kali Yeara menghubungi Dean lagi, tapi panggilan itu tidak terjawab.Ini sudah malam, tak mungkin Yeara keluar dari rumah, lagipula diluar hujan masih deras.Disisi Lain, Nathan Aksa Sedang berada di dapur bersama Jeffran, Lea sudah pulang beberapa menit yang lalu setelah dijemput oleh Kak Mahesa, kakak kandung Lea."Tumben Ra, jam segini masih diluar?" Aksa lantas membenarkan posisi duduknya menjadi tegap, karena sebelumnya laki-laki itu menaruh kepalanya di atas meja, seperti orang frustasi."Jeff, kalau gue dikasih pilihan gue lebih memilih buta selamanya," ucap Aksa tiba-tiba, lantas Jeffran menatapnya terkejut."Lo gila? Banyak orang diluar sana yang pengen lihat seisi dunia kembali, apa lo gak pernah mikir sama mereka yang terlahir tunanetra? Apa lo pikir mereka gak mau melihat seisi dunia?
Pagi ini Nathan Aksa sudah berada di kampusnya, laki-laki itu duduk di bangku paling pojok sambil membaca buku tebal ditangannya."Ekhem..."Aksa lantas menoleh, "Naka, lo ngapain disini?" laki-laki bernama Anaka itu menyengir , "temenin gue bolos yuk?""Enggak!" Tolak Aksa cepat, Naka ini satu fakultas dengan Aksa, sama-sama mengambil Hukum. Meskipun Naka masih fokus di olahraga renang tapi laki-laki itu tetap belajar hukum. Karena desakan sang Mama menyuruh Naka untuk sekolah hukum."Dimana temen lo?" Tanya Naka seraya mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas, karena biasanya Aksa selalu bersama Gavin Atmaja.Ngomong ngomong soal Gavin, Aksa jadi mengingat kejadian tadi malam di depan rumahnya. Tapi masa bodoh, Aksa tidak peduli, lagipula terserah Yeara mau kenal Gavin atau tidak, mau dekat dengan laki-laki manapun juga terserah karena Aksa sama sekali tidak akan peduli.Baru di bicarakan Gavin sudah datang dari balik pintu, l
Dean Skala memanyunkan bibirnya karena Yeara datang dengan laki-laki yang tidak Dean kenal, tapi Dean sangat ingat kalau laki-laki itu yang pernah datang ke sekolah saat Yeara habis dipukuli oleh teman-temannya. "Dean, gimana keadaan lo?""Baik!" Jawab Dean dingin, jelas sekali Dean tidak suka dengan kehadiran laki-laki di samping Yeara Billyana.Nathan Aksa hanya diam, sesekali menatap ke seluruh penjuru ruangan, sampai matanya berhenti di satu titik, yaitu sofa, disana ada jaket yang sangat familiar bagi Aksa, tapi masa bodoh! Aksa tidak peduli. "Oh ya, ini buat lo," ujar Yeara seraya menyerahkan sebuah voucher, mata Dean langsung berbinar, "ini beneran buat gue?" Tanyanya, Aksara lantas memutar bola matanya malas melihat reaksi berlebihan Dean hanya karena voucher internet."Iya, bosen kan lo dirumah sakit? Makanya gue beliin voucher kuota buat lo main game sepuasnya."Dean tersenyum lebar, " dari sekian banyaknya cewek yang
Udara malam semakin membuat Yeara Billyana menggigil kedinginan, namun gadis itu memilih diam tak mengatakan apapun kepada Nathan Aksa, gadis itu tidak mau merusak momen ini. Lebih baik pura pura baik baik saja dari pada mengaku sakit. "Udah malem, pulang?"Lantas Yeara menatap Aksara yang tengah berbicara kepadanya, " kamu udah mau pulang?" Laki-laki berwajah tampan itu mengangguk sekilas lalu bangkit dari tempat duduknya. Aksa langsung melangkah pergi meninggalkan Yeara, gadis itu pun segara bangkit lalu mengejar Nathan Aksa."Kak Aksa! Tunggu!"Yeara menghentikan langkahnya saat kepalanya terasa berdenyut sakit, bahkan pandangan matanya mengabur, gadis itu segera menggelengkan kepalanya seraya menepuk pipinya beberapa kali. Yeara berusaha mengumpulkan kesadarannya namun kepalanya terlalu sakit."Yea jangan sekarang!" Gumamnya lalu berjalan lagi, gadis itu menatap jalanan yang berubah cekung, bahkan terlihat seperti gempa bumi dimata Y
-Flashback.Musim dingin kembali membuat kota London dibanjiri oleh banyak turis mancanegara yang sengaja datang untuk menyambut turunnya salju pertama. Saat itu Nathan Aksara tengah duduk di kedai kopi seorang diri, banyak yang menatap Aksa dengan iba, siapa yang tega membiarkan penderita tunanetra berjalan sendirian, bagaimana jika terjadi sesuatu? Jalanan mulai licin karena salju sudah mulai turun sejak pagi tadi, sangat beresiko bagi orang seperti Nathan Aksa.Bunyi lonceng tanda seseorang masuk kedalam kedai kopi terdengar, beberapa orang sempat melirik sekilas siapa yang berkunjung. Gadis dengan rambut panjang berwarna coklat itu menghampiri meja Aksa. Ia mengulas senyum manis seraya menyentuh tangan Aksa."Mira, kamu datang?" ujar Aksa, gadis itu hanya diam, ia tak bersuara sama sekali."Mau jemput aku pulang?""Em," ia hanya bergumam saat menjawab pertanyaan Nathan Aksa.Akhirnya Aksa pun beranjak dari
"Lea, Jeffran dateng tuh," ujar Kak Mahesa diambang pintu kamar Lea yang tak terkunci. Gadis itu tengah berbaring sambil memainkan ponsel pintarnya. "Suruh berangkat duluan aja kak, gue gak berangkat sekolah." Jawab Lea, Mahesa lantas mengedikan bahunya lalu pergi menemui Jeffran dibawah.Biasanya Jeffran selalu mengantar Lea ke sekolah sebelum berangkat ke kampus.Saat melihat Mahesa, Jeffran segera berdiri. "Lea mana kak?""Dia gak mau ketemu sama lo dan hari ini dia gak berangkat sekolah" Jawab Mahesa.Jeffran menghela nafas lirih, "yaudah gue berangkat dulu kak, tolong kasih tau Lea buat angkat telfon gue nanti kak." Mahesa pun mengangguk, ia jadi merasa kasihan melihat Jeffran. Mahesa tidak tahu apa yang terjadi dalam hubungan Lea dan Jeffran. Memang setiap harinya mereka selalu bertengkar dan baikan setelah beberapa jam. Tapi sepertinya masalah mereka kali ini serius. Lea benar benar marah bahkan tadi malam Lea sampai mem
Aksa dan teman-temannya telah tiba di lokasi yang Raihan berikan padanya. Aksa mengerutkan keningnya karena lokasi ini mengarah ke gedung pameran. "Gedung pameran Sa?" ucap Kevin. Aksa lantas segera turun dari motor Kevin, "serius di sini?" tanya Mark memastikan. "Iya, disini" jawab Aksa. "Udah masuk aja," ucap Chandra, teman Aksa yang lainnya. "iya kita masuk aja bang," ucap Juna. Aksa dan yang lain akhirnya masuk ke gedung pameran. Raihan's Galery. Aksa membaca setiap sudut ruangan, pameran ini merupakan pameran milik Raihan. Raihan memang di kenal memiliki hobi melukis. "Darah?" ucap Juna tiba-tiba saat tak sengaja menginjak sesuatu di lantai, "cat bego!" ucap Chandra seraya memukul kepala Juna. "Sakit bego!" kesal Juna. Lalu akhirnya mereka melanjutkan masuk ke gedung itu, di sana masih sepi dan ruangan terlihat kosong. "Raihan sialan, kayanya ini jebakan" ucap Kevin yang sudah kesal. "Kita keluar sekarang," ucap Aksa namun Kevin tiba-tiba menahan lengannya. "
Aksa dan Jeffran langsung pergi ke Bandung untuk menemui Raihan ketika Mama Aksa yang di Bandung memberitahu Aksa bahwa Yeara di bawa Raihan pergi. Aksa jelas sangat khawatir sekarang, laki-laki itu sedari tadi terus menggigit jarinya, hal itu membuat Jeffran juga ikut khawatir. "Raihan sialan!" ucap Jeffran. "Sa, sa hati hati depan lo!" ucap Jeffran ketika Aksa hampir menabrak pedagang kaki lima. Aksa benar-benar tidak fokus saat ini, ia memikirkan bagaimana keadaan Yeara saat ini, apakah perempuan itu baik-baik saja? pasti Yeara sangat ketakutan saat ini. "Sa, gue aja yang nyetir" ucap Jeffran yang menyuruh Aksa menepikan mobilnya. "Gue gak akan maafin Raihan kalo dia berani nyentuh Yeara!" ucap Aksa."Gue tahu lo lagi marah, lo pinggirin dulu mobilnya" ucap Jeffran, Aksa pun menepikan mobilnya lalu keluar dan bertukar tempat dengan Jeffran."Yeara pasti ketakutan Jeff," ujar Aksa. "lo tenang aja gue ngebut sekarang," ucap Jeffran.•••Akhirnya Jeffran dan Aksa telah tiba di Ban
Hari ini Yeara telah berada di salah satu universitas terkenal di Bandung - ITB. Ia dan Mama berada di fakultas seni rupa dan desain. "Ma, bagus banget Yea jadi pengen masuk ITB," ucap gadis itu. "Terserah Rara aja mau di mana, Mama setuju banget kalo Rara mau kuliah di Bandung," jawab Mama Aksa. "Tapi kak Aksa gak akan setuju Ma," jawab Yeara. "Kamu tenang aja, masalah Aksa biar Mama yang urus yang terpenting Rara seneng di sini" ucap Mama. "Mama baik banget sama Rara" ucap Yeara lalu memeluk Mama Aksa. "Kamu kan juga anak Mama Rara, sudah pasti Mama sayang banget sama Rara..." "Makasih ya ma..." ucap Yeara. ••• TERPAKSA MENIKAH ••• "Jeff, lo kemana aja sih kemaren? gue gak liat Lo di kafe Gavin" ucap Aksa yang melihat Jeffran berada di ruang televisi. "Ketemu Papi," jawab Jeffran. "Serius, terus?" "Papi masih marah dan dia gak akan setuju kalo gue nikahin Lea, gue bingung Sa, gue gak tau harus apa, gue udah ngerusak hidup Lea, Lea harus menerima akibat dari
Aksa akhirnya pulang ke rumahnya, ia langsung menyambungkan panggilan video ke Yeara. "Kak Aksa kemana aja?" ucap Yeara dari seberang sana, "maaf ya sayang, aku habis ngampus terus langsung ke kafe Gavin" ucap Aksa seraya melepaskan bajunya dan menggantinya dengan baju santai. "Kak Aksa gak mandi?" "Nanti aja, masih kangen sama kamu..." ucap Aksa. "kan bisa nanti lagi telponnya" ucap Yeara. "Gak papa kok Yea, nanti kak Aksa mandi" ucapnya. "Kak Aksa udah makan?" Tanya Yeara. "Belum, ini mau turun mau bikin pasta aja yang gampang," ucap Aksa seraya berjalan menuju dapur di lantai satu. "Jangan terlalu malam tidurnya, nanti habis makan kak Aksa mandi terus langsung tidur ya?" ujar Yeara dari seberang sana, "iya sayang... kamu juga, udah makan kan?" "Udah kok kak Aksa tadi sama Lea sama Mama juga," jawab Yeara. Aksa lantas menganggukkan kepalanya, "gimana sama persiapan tes nanti kamu mau tetep di Bandung atau mau nyoba daftar kampus di jakarta?" "Mau satu kampus sama
Hari ini seperti biasa Aksa datang ke Kampusnya, menjalani hari-harinya tanpa Yeara membuat Aksa tidak bersemangat. Tadi pagi padahal perempuan itu sudah menelponnya tapi bagi Aksa tetap saja kurang, karena tidak ada Yeara di sisinya."Aksa!" Itu adalah suara Gavin, Gavin juga baru saja berangkat dan akan mengikuti kelas sebentar pagi bersama Aksa. "Eh Naka kan itu?" ucap Gavin ketika melihat Naka keluar dari mobilnya. Aksa lantas menghampiri Naka yang juga akan mengikuti kelas, "Aksa?" ucap Naka. "Gebby baik baik aja kan? Yea telpon gue suruh nanyain keadaan Gebby" ucap Aksara, hal itu membuat Naka mengerutkan keningnya, "Gebby baik, dia juga udah di rumah sekarang" ujar Naka. "Makanya suruh istri Lo main ke rumah" ucap Naka."Yea lagi gak di jakarta, dia di Bandung" jawab Aksa."Yea di Bandung?" Naka tampak terkejut, "Iya lebih aman lah di sana, oh ya pulang nanti ke kafe Gavin ada yang mau gue omongin penting" ujar Aksa, Gavin yang mendengarkan hanya diam lalu tersenyum pada Naka
Saat ini Gavin Atmaja dan Dean Skala Pratama telah berada di alamat yang di berikan Raihan pada Gavin kemarin."Beneran gak nih alamatnya sepi amat?" Ucap Dean yang tidak yakin."Bener nih jalan Tulip no 105, bener yang ini," ujar Gavin seraya menyamakan kertas itu di papan alamat."Coba kalian masuk," ujar Aksa dari seberang sana. "Hem oke..." ucap Gavin dan Dean akhirnya mengikutinya dari belakang."Gak ke kunci?" Ucap Gavin saat mendorong gerbang rumah itu, "masuk aja." ucap Dean lalu mereka masuk ke dalam sana. Terlihat sangat sepi tidak ada orang di sana, Gavin sedikit khawatir sekarang ia merasa bahwa ini hanyalah jebakan saja."Kita balik sekarang," ucap Gavin."What's wrong?" Tanya Kevin dari seberang sana, "ini jebakan" ucap Gavin yang sudah panik dan sekarang mereka di kepung oleh beberapa orang berbaju hitam."F*CK!" Dean dan Gavin dapat mendengar suara Jeffran menyahut dari earphone mereka.Raihan tersenyum saat berjalan mendekati Gavin dan Dean. Tiba-tiba Raihan melempar
Nathan Aksa dan Jeffran akhirnya telah tiba di kafe milik Gavin, sudah ada motor Kevin di sana. Akhirnya mereka pun masuk kedalam kafe yang Gavin sengaja buat tutup. "Akhirnya Lo berdua Dateng juga," ucap Gavin. Gavin langsung memberikan secarik kertas pemberian Raihan pada Aksara. "Raihan nyuruh gue ke sana, menurut lo gimana?""Ikuti aja, buat Raihan percaya sama lo," jawab Aksara, ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mendekati Raihan. Dengan begitu akan semakin gampang untuk membongkar bisnis gelap milik Raihan dan keluarganya. "Lo yakin ini bukan jebakan?" tiba-tiba Kevin berbicara semua orang kini menatap Kevin yang sejak tadi diam saja."Jangan kaya gitu dong Vin, takut gue" ucap Gavin."Gue setuju sama bang Kevin, bisa jadi ini cuma jebakan" ucap Dean tanpa melepaskan atensinya dari game di hadapannya. "Gimana Sa menurut lo?" Tanya Jeffran."Gue punya rencana," ucap Aksa penuh misterius. "Apa rencana lo?" Aksa tersenyum seraya menatap Dean. Dean yang sejak tadi fokus p
Setelah berdiskusi dengan Jeffran dan Lea akhirnya hari ini Aksa dan Jeffran mengantar Yeara dan Lea ke Bandung. Hari ini mereka akan tinggal di rumah Mama Aksara. "Mama udah siapkan kamar buat Rara sama Lea, semoga kalian betah ya?" ujar Mama Aksara."Iya Ma," jawab Yeara."Iya Tante," jawab Lea.Jeffran lantas menatap Lea, "kamu beneran mau di Bandung sayang?" "Iya, Jeffran" jawab Lea.Sementara Aksa terlihat diam saja, laki-laki itu masih belum siap harus LDR dengan istrinya. Mereka baru saja bersama dan sekarang harus berpisah lagi, Yeara yang menyadari diamnya Aksa lantas mendekat."Kak Aksa kenapa?" Laki-laki itu menggelengkan kepalanya lalu mengelus puncak kepala istrinya."Pasti aku bakal kangen banget," ucap Aksa tanpa melepaskan pandangannya pada Yeara. "Kan kalo libur kak Aksa bisa ke Bandung," ucap Yeara, Aksa lantas tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Iya iya, kak Aksa sama Jeffran mau pamit dulu ya kamu baik-baik di sini sama Lea" ucap Aksa.Yeara pun memeluk Aksa
Aksa menghela nafas kesal saat melihat luka di wajah istrinya karena pukulan Raihan. "Gak papa kak Aksa, gak sakit kok" ucap Yeara."Iya belum sakit, sakitnya besok ini" ucap Aksa seraya menempelkan obat antiseptik di kapas membuat perempuan itu meringis kerena perih."Lain kali jangan coba ngelawan sendiri, kalo perlu ulur waktu Raihan sampai aku atau Jeffran Dateng," omel Aksara. Perempuan itu memanyunkan bibirnya lalu menatap Aksa yang dengan telaten merawat lukanya."Kak Aksa, emang Raihan seberbahaya itu ya?" Tanya Yeara, Aksa lantas menghentikan kegiatannya lalu menatap istrinya."Bahaya," jawab Aksa lalu melanjutkan menempelkan plester di sisi bibir Yeara yang membengkak. Tamparan Raihan sampai membuat pipi Yeara memerah."Kamu harus tahu, Raihan adalah musuh bebuyutan ku dari jaman SMA, dia bukan sekedar anak geng motor, Raihan juga mengelola bisnis gelap yang jarang di ketahui orang awam seperti kita, hanya orang-orang