"Pada akhirnya kamu telah menjadi milikku, tapi apakah aku dan kamu akan bahagia? Mungkin hanya akulah satu-satunya yang paling bahagia, tapi aku harap kelak kamu juga akan merasakan hal yang sama sepertiku. Bahagia karena memilikimu."-Yeara.
--Tidak terasa jika hari ini Nathan Aksa dan Yeara akan menikah, Aksa bahkan sudah ada di hotel, iya tempat resepsi pernikahan berada di hotel Jakarta yang terbilang cukup mewah, namun pernikahan bersifat pribadi, mereka hanya mengundang kerabat dekat, seperti keluarga ataupun sahabat.Jangan tanyakan apakah Gebby mantan Aksa juga diundang? Jawabnya iya, dia datang bersama Naka suaminya. Mereka berdua menjadi pusat perhatian karena sangat serasi malam ini.Selain pasangan Naka-Gebby, juga ada pasangan yang tak kalah serasi, yaitu Jeffran dan Lea, Brian dan Lita.Saat ini mereka semua sedang duduk di bangku yang sudah Nathan Aksa siapkan khusus untuk mereka.Sekarang mereka sedang asik mengobrol, Naka juga sedang mengobrol dengan Brian yang duduk tepat disampingnya."Kapan nikah?" Tanya Naka kepada Brian yang sudah lama berpacaran dengan Lita dari masa SMA hingga kini laki-laki itu kuliah.Brian lantas tersenyum tipis, " belum waktunya, masih pengen ngejar karir, Lita juga belum lulus SMA, masih panjang." Jawab Brian.Sungguh Naka sangat iri, jika dia belum menikah pasti Naka juga akan mengatakan hal yang sama, pendidikan memanglah sangat penting, mengutamakan karir juga sangat penting, dia juga berfikir akan meneruskan kariernya sebagai atlet renang, masuk ke sekolah olahraga, tapi impian itu kandas setelah ia harus menikah.Padahal bisa saja Naka masuk sekolah olahraga saat ini, tapi dilarang oleh mamanya, jika Naka melanjutkan sekolah olahraga maka Naka pasti akan jarang menemui keluarga bahkan Gebby istrinya sendiri.Menikah muda bukanlah pilihan Naka, namun sekarang Naka sudah tidak menyesal karena ia sangat beruntung bisa memiliki pasangan seperti Gebby, gadis yang dulu sangat ia benci karena insiden di Bali kini menjadi gadis yang paling berharga di hidup Naka setelah Mama tercinta.Melihat diamnya Naka membuat Brian jadi merasa tidak enak, mungkin tadi ia sangat menyinggung perasaan Naka dengan berbicara seperti itu di depan Naka."Maaf gue bukannya-"Mengetahui arah bicara Brian, Naka pun menjawab. "Gak papa, gue juga akan mengatakan hal yang sama seperti lo, hal yang udah terjadi gak bisa diulang kembali atau pun diubah, tapi sejauh ini gue gak menyesal sama apa yang terjadi pada gue dan Gebby dulu, jika gak ada insiden salah paham itu mungkin gue sama Gebby gak akan menikah, gue gak pernah marah sama Tuhan, mungkin ini udah yang terbaik buat gue dan Gebby, gue juga merasa bersyukur karena Tuhan telah mengirim Gebby sebagai jodoh gue."Brian tersenyum mendengar jawaban Naka, sahabat baiknya."Temen gue udah dewasa yah...?" Ucap Brian seraya menepuk bahu Naka membuat laki-laki itu tersenyum tipis.Gebby yang sedari tadi mendengar pembicaraan dua laki-laki itu ikut tersenyum, entah kenapa perkataan Naka tadi membuat hatinya menghangat. Gebby juga sangat bersyukur bisa menikah dengan Naka, dia laki-laki yang sangat baik.Setelah lama menunggu akhirnya Nathan Aksa keluar dari balik pintu besar, laki-laki itu sedang berjalan menuju tempat resepsi. Nathan Aksa tampil berbeda kali ini, dia terlihat sangat tampan memakai tuxedo hitam dengan dasi kupu-kupu berwarna putih, Aksa lantas menatap Gebby yang duduk didepan bersama teman-temannya, dia tersenyum manis. Setelah itu menatap para tamu undangan. Diantara mereka ada mama papa Aksa, nenek Aksa dan paman Aksa yang dulu merawatnya di London."AKSA JANGAN TEGANG!"Siapa lagi jika bukan Jeffran pelakunya, laki-laki itu bahkan tidak malu saat berteriak didepan umum, langsung saja mulut Jeffran dibekap oleh Lea agar laki-laki itu diam."Aw sakit Lea...""Lo brisik tau gak!"Aksa hanya tersenyum lebar melihat interaksi antara Jeffran dan Lea, mereka sangat lucu menurut Aksa.Disisilain,Yeara tampak gugup, acara akan dimulai tapi gadis itu tidak bisa tenang, gadis itu lantas menarik nafas lalu mengeluarkannya dengan pelan.TingBaru saja gadis itu akan keluar menemui mamanya, bunyi notifikasi pesan membuat ia mengurungkan niatnya. Diambilnya benda tipis persegi panjang itu dan membaca isi pesan yang baru saja masuk.Kak Gavin =Yea lo dimana? Gue ada resep coffee baru nih, Lo bisa tolong kesini?Yeara =Maaf kak, gue lagi ada urusan keluargaKak Gavin =Yaudah, gimana kalau nanti sore? Lo gak sibuk kan?Yeara membulatkan matanya dengan sempurna, apa bisa dia menemui kak Gavin setelah menikah? Yeara bingung.Kak Gavin =Gimana Ra?Yeara =Ya udah, nanti aku kesana kakKak Gavin =Oke, entar gue jemput yah?Siapapun tolong maki Yeara yang dengan bodohnya meng 'iya' kan ajakan Gavin Atmaja, Yeara tidak dapat berfikir dengan jernih karena kegugupannya saat ini.Setelah itu Yeara meletakan ponselnya kembali dan menatap dirinya di cermin."Lo bodoh banget si Yaera?" Ucap Yeara pada dirinya sendiri.Semoga nanti sore tidak ada masalah apapun jadi Yeara bisa menemui Kak Gavin.•••Yeara semakin gugup tatkala ia melihat Nathan Aksa dihadapannya, laki-laki berwajah tampan itu sama sekali tak tersenyum, Yeara jadi merasa gelisah dan bingung saat ini.Tiba tiba Nathan Aksa mendekati Yeara dan berbisik."Lo harus inget, ini hanya sandiwara...."Gadis itu segera menjauh dari Aksa, Yeara tidak mau mendengar apapun yang ia mau adalah Aksa, laki-laki itu harus menjadi miliknya!Aksa pun menuntun Yeara duduk disampingnya.Aksa lantas menatap calon ayah mertuanya - tuan Ginandra, yang akan menjadi wali dari Yeara Billyana, pria berusia 49 tahunan itu terlihat sangat bahagia. Aksa jadi merasa kasihan karena ini hanyalah sandiwara.Aksa pun mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan calon ayah mertua.Setelah mengikrarkan janji suci akhirnya Aksa telah resmi menikah dengan Yeara, gadis bersurai merah itu bahkan sempat meneteskan air matanya karena terlalu bahagia.Dengan ragu Aksa menggandeng Yeara untuk berdiri dan memasangkan sebuah cincin dijari manis gadis itu.Cincin berwarna mas itu di desain khusus oleh orang kepercayaan nenek Nathan Aksa, meskipun sangat mahal tapi desainnya sangat sederhana dan tampak cantik dijari manis Yeara.Suara tepuk tangan meriah membuat Aksa dan Yeara sedikit terkejut, mereka lantas saling melempar pandangan sesekali tersenyum kearah papa mama mereka.Dua jam setelah acara selesai Aksa sudah tidak terlihat lagi, Yeara sudah berada dirumah Aksa yang ada di Jakarta, ralat sebenarnya ini rumah Aksa dan Jeffran tapi sekarang ini juga sudah menjadi rumah Yeara karena ia telah resmi menjadi bagian dari keluarga ini.Yeara sedang siap siap menemui Kak Gavin, Yeara sudah terlanjur berjanji, berhubung Nathan Aksa tidak ada Yeara bisa menggunakan kesempatan ini untuk bertemu Gavin."Kak lo dimana?" Itulah yang pertama kali Yeara ucapkan, gadis itu tengah berdiri didepan mini market, tak lama kemudian seseorang datang, siapa lagi kalau bukan Gavin Atmaja. Laki-laki itu tersenyum lebar dengan handphone yang masih menempel ditelinganya yang di gapit dengan helm.Yeara dan Gavin sama-sama mematikan handphone-nya."Udah lama yah?""Enggak kok, aku baru nyampe." Jawab Yeara."Naik gih..."Yeara memutar bola matanya, " bisa gak kalau lagi naik motor diusahakan gak usah angkat telfon, gimana tadi kalau lo jatuh? Masih pengen idupkan?""Baik tuan putri, ayo sekarang naik."Yeara pun akhirnya menaiki motor Gavin Atmaja, laki-laki itu membawa Yeara ke kafe miliknya, seperti janji kak Gavin, laki-laki itu ingin Yeara mencoba menu coffee baru di kafenya.Setelah sampai di kafe, Gavin lantas langsung mempersilahkan Yeara untuk duduk memperhatikannya membuat coffee."Lama gak prosesnya?"Gavin melirik Yeara sekilas, lalu tersenyum."7 menit..." Jawabnya.Sembari menunggu Gavin, Yeara menatap jari manisnya yang sekarang sudah ada cincin, terukir nama Nathan Aksara didalamnya. Gadis itu tersenyum, apakah ia harus bahagia dengan pernikahan ini?Bau coffee menyeruak masuk kedalam indera penciuman Yeara. Baunya sangat harum dan Yeara sangat menyukainya. Menurutnya Coffee bisa menenangkan pikirannya saat ia sedang kalut seperti sekarang.Ditatapnya Gavin yang masih membuat coffee, laki-laki berwajah manis itu menghampiri Yeara dengan secangkir coffee."Baunya harum.""Coba..." Ujar Gavin seraya menaruh cangkir coffee itu dihadapan Yeara."Loh ada coklatnya?"kak Gavin lantas mengangguk."Gue coba yah?"Gavin lagi-lagi mengangguk untuk yang kedua kalinya."Gimana enak gak?"Yeara menghela nafas pelan setelah mencicipi Kopi buatan Gavin yang selalu tidak mengecewakannya."Ini enak banget, gue yakin ini bukan cuma coklat aja, apa bahan-bahannya entar gue coba buat dirumah."Gavin melipat kedua tangannya di dada. "Rahasia," jawabnya seraya tersenyum menyebalkan."Kok gitu sih?""Biar kalau lo mau, tinggal dateng aja ke kafe, gue bakal buatin deh...""Gratis yah?" Ucap Yeara seraya tersenyum.Gavin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "iya tapi cuma hari libur."Yeara memanyunkan bibirnya, "Oke, gue habisin dulu yah, enak soalnya hehe..."Gavin tertawa kecil, bahkan tidak berbunyi sama sekali."Oh iya kak, gimana kabar Dean?"Gavin mengerutkan dahinya, " emang lo gak ketemu dia di sekolah?""Akhir-akhir ini Dean kaya ngejauhin gue sejak insiden dia nyium gu-"Yeara menutup mulutnya sendiri, bodoh! Bisa bisanya dia keceplosan."A-apa?"Yeara menggaruk tengkuknya."Anu..."“Don't need you love”—Nathan Aksara.•••Gavin akhirnya mengantar Yeara pulang, namun gadis itu minta diturunkan di mini market awal mereka bertemu, akhirnya Gavin pun menurut dan langsung pulang setelah berpamitan kepada Yeara.Setelah sampai dirumah, Gavin memarkirkan motornya dihalaman rumah Dean Skala Pratama, di bukanya pintu utama rumah Dean, tak ada laki-laki itu dimanapun.Gavin lantas mengepalkan tangannya."Gavin lo ngapain dirum—"Bug!Belum sempat Dean Skala melanjutkan perkataannya Gavin sudah lebih dulu memukul wajahnya. Laki-laki itu meringis kesakitan di wajah sebelah kiri, pukulan Gavin bukan main-main , laki-laki itu cukup keras memukul Dean sampai rasanya pipi Dean membengkak."Bang lo kenapa akh....." ucap Dean seraya mengusap sudut bibirnya yang berdarah."Berani-beraninya lo cium Yea!"Dean lantas mengerutkan keningnya, "Yea siapa?" Gavin menghela nafas kesal. "Yeara....."
Yeara panik setengah mati, Dean Skala Pratama tidak lagi bersuara, terakhir kalinya Yeara dengar hanya suara benda terjatuh. Berulang kali Yeara menghubungi Dean lagi, tapi panggilan itu tidak terjawab.Ini sudah malam, tak mungkin Yeara keluar dari rumah, lagipula diluar hujan masih deras.Disisi Lain, Nathan Aksa Sedang berada di dapur bersama Jeffran, Lea sudah pulang beberapa menit yang lalu setelah dijemput oleh Kak Mahesa, kakak kandung Lea."Tumben Ra, jam segini masih diluar?" Aksa lantas membenarkan posisi duduknya menjadi tegap, karena sebelumnya laki-laki itu menaruh kepalanya di atas meja, seperti orang frustasi."Jeff, kalau gue dikasih pilihan gue lebih memilih buta selamanya," ucap Aksa tiba-tiba, lantas Jeffran menatapnya terkejut."Lo gila? Banyak orang diluar sana yang pengen lihat seisi dunia kembali, apa lo gak pernah mikir sama mereka yang terlahir tunanetra? Apa lo pikir mereka gak mau melihat seisi dunia?
Pagi ini Nathan Aksa sudah berada di kampusnya, laki-laki itu duduk di bangku paling pojok sambil membaca buku tebal ditangannya."Ekhem..."Aksa lantas menoleh, "Naka, lo ngapain disini?" laki-laki bernama Anaka itu menyengir , "temenin gue bolos yuk?""Enggak!" Tolak Aksa cepat, Naka ini satu fakultas dengan Aksa, sama-sama mengambil Hukum. Meskipun Naka masih fokus di olahraga renang tapi laki-laki itu tetap belajar hukum. Karena desakan sang Mama menyuruh Naka untuk sekolah hukum."Dimana temen lo?" Tanya Naka seraya mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas, karena biasanya Aksa selalu bersama Gavin Atmaja.Ngomong ngomong soal Gavin, Aksa jadi mengingat kejadian tadi malam di depan rumahnya. Tapi masa bodoh, Aksa tidak peduli, lagipula terserah Yeara mau kenal Gavin atau tidak, mau dekat dengan laki-laki manapun juga terserah karena Aksa sama sekali tidak akan peduli.Baru di bicarakan Gavin sudah datang dari balik pintu, l
Dean Skala memanyunkan bibirnya karena Yeara datang dengan laki-laki yang tidak Dean kenal, tapi Dean sangat ingat kalau laki-laki itu yang pernah datang ke sekolah saat Yeara habis dipukuli oleh teman-temannya. "Dean, gimana keadaan lo?""Baik!" Jawab Dean dingin, jelas sekali Dean tidak suka dengan kehadiran laki-laki di samping Yeara Billyana.Nathan Aksa hanya diam, sesekali menatap ke seluruh penjuru ruangan, sampai matanya berhenti di satu titik, yaitu sofa, disana ada jaket yang sangat familiar bagi Aksa, tapi masa bodoh! Aksa tidak peduli. "Oh ya, ini buat lo," ujar Yeara seraya menyerahkan sebuah voucher, mata Dean langsung berbinar, "ini beneran buat gue?" Tanyanya, Aksara lantas memutar bola matanya malas melihat reaksi berlebihan Dean hanya karena voucher internet."Iya, bosen kan lo dirumah sakit? Makanya gue beliin voucher kuota buat lo main game sepuasnya."Dean tersenyum lebar, " dari sekian banyaknya cewek yang
Udara malam semakin membuat Yeara Billyana menggigil kedinginan, namun gadis itu memilih diam tak mengatakan apapun kepada Nathan Aksa, gadis itu tidak mau merusak momen ini. Lebih baik pura pura baik baik saja dari pada mengaku sakit. "Udah malem, pulang?"Lantas Yeara menatap Aksara yang tengah berbicara kepadanya, " kamu udah mau pulang?" Laki-laki berwajah tampan itu mengangguk sekilas lalu bangkit dari tempat duduknya. Aksa langsung melangkah pergi meninggalkan Yeara, gadis itu pun segara bangkit lalu mengejar Nathan Aksa."Kak Aksa! Tunggu!"Yeara menghentikan langkahnya saat kepalanya terasa berdenyut sakit, bahkan pandangan matanya mengabur, gadis itu segera menggelengkan kepalanya seraya menepuk pipinya beberapa kali. Yeara berusaha mengumpulkan kesadarannya namun kepalanya terlalu sakit."Yea jangan sekarang!" Gumamnya lalu berjalan lagi, gadis itu menatap jalanan yang berubah cekung, bahkan terlihat seperti gempa bumi dimata Y
-Flashback.Musim dingin kembali membuat kota London dibanjiri oleh banyak turis mancanegara yang sengaja datang untuk menyambut turunnya salju pertama. Saat itu Nathan Aksara tengah duduk di kedai kopi seorang diri, banyak yang menatap Aksa dengan iba, siapa yang tega membiarkan penderita tunanetra berjalan sendirian, bagaimana jika terjadi sesuatu? Jalanan mulai licin karena salju sudah mulai turun sejak pagi tadi, sangat beresiko bagi orang seperti Nathan Aksa.Bunyi lonceng tanda seseorang masuk kedalam kedai kopi terdengar, beberapa orang sempat melirik sekilas siapa yang berkunjung. Gadis dengan rambut panjang berwarna coklat itu menghampiri meja Aksa. Ia mengulas senyum manis seraya menyentuh tangan Aksa."Mira, kamu datang?" ujar Aksa, gadis itu hanya diam, ia tak bersuara sama sekali."Mau jemput aku pulang?""Em," ia hanya bergumam saat menjawab pertanyaan Nathan Aksa.Akhirnya Aksa pun beranjak dari
"Lea, Jeffran dateng tuh," ujar Kak Mahesa diambang pintu kamar Lea yang tak terkunci. Gadis itu tengah berbaring sambil memainkan ponsel pintarnya. "Suruh berangkat duluan aja kak, gue gak berangkat sekolah." Jawab Lea, Mahesa lantas mengedikan bahunya lalu pergi menemui Jeffran dibawah.Biasanya Jeffran selalu mengantar Lea ke sekolah sebelum berangkat ke kampus.Saat melihat Mahesa, Jeffran segera berdiri. "Lea mana kak?""Dia gak mau ketemu sama lo dan hari ini dia gak berangkat sekolah" Jawab Mahesa.Jeffran menghela nafas lirih, "yaudah gue berangkat dulu kak, tolong kasih tau Lea buat angkat telfon gue nanti kak." Mahesa pun mengangguk, ia jadi merasa kasihan melihat Jeffran. Mahesa tidak tahu apa yang terjadi dalam hubungan Lea dan Jeffran. Memang setiap harinya mereka selalu bertengkar dan baikan setelah beberapa jam. Tapi sepertinya masalah mereka kali ini serius. Lea benar benar marah bahkan tadi malam Lea sampai mem
—— Flashback."Gavin, besok gue mau ke London," ujar seorang gadis berambut panjang kecoklatan.Gavin Atmaja yang tengah mengemasi beberapa buku pelajaran di atas mejanya hanya bisa diam, lagipula itu bukan urusan Gavin. "Gue udah ngomong ke mama—""Lo bisa diem gak?" Sela Gavin lalu berbalik meninggalkan kelasnya yang sudah lumayan sepi. Tak pantang menyerah gadis cantik itupun berlari mengejar Gavin Atmaja."Gavin, setelah lulus nanti lo mau lanjut kemana?"Gavin yang mendengar itu lantas menghela nafas lelah, "bukan urusan lo!""Maaf ya gue harus lanjut ke London?""Terserah!"Gadis itu menarik seragam Gavin, "dengerin gue dulu Gav, gue mau ngomong." Lirihnya."Gue gak ada waktu Yumna!"— Flashback off•••Setelah mengantar Aksara ke kampus untuk mengambil motor, akhirnya Gavin Atmaja pulang ke kafenya, ia pun pergi keruang belakang untuk mengganti bajunya, setelah itu Gavin menuju pintu utama untuk mengganti kata close menjadi open. Ia tersenyum melihat taman hiburan depan kafeny
Aksa dan teman-temannya telah tiba di lokasi yang Raihan berikan padanya. Aksa mengerutkan keningnya karena lokasi ini mengarah ke gedung pameran. "Gedung pameran Sa?" ucap Kevin. Aksa lantas segera turun dari motor Kevin, "serius di sini?" tanya Mark memastikan. "Iya, disini" jawab Aksa. "Udah masuk aja," ucap Chandra, teman Aksa yang lainnya. "iya kita masuk aja bang," ucap Juna. Aksa dan yang lain akhirnya masuk ke gedung pameran. Raihan's Galery. Aksa membaca setiap sudut ruangan, pameran ini merupakan pameran milik Raihan. Raihan memang di kenal memiliki hobi melukis. "Darah?" ucap Juna tiba-tiba saat tak sengaja menginjak sesuatu di lantai, "cat bego!" ucap Chandra seraya memukul kepala Juna. "Sakit bego!" kesal Juna. Lalu akhirnya mereka melanjutkan masuk ke gedung itu, di sana masih sepi dan ruangan terlihat kosong. "Raihan sialan, kayanya ini jebakan" ucap Kevin yang sudah kesal. "Kita keluar sekarang," ucap Aksa namun Kevin tiba-tiba menahan lengannya. "
Aksa dan Jeffran langsung pergi ke Bandung untuk menemui Raihan ketika Mama Aksa yang di Bandung memberitahu Aksa bahwa Yeara di bawa Raihan pergi. Aksa jelas sangat khawatir sekarang, laki-laki itu sedari tadi terus menggigit jarinya, hal itu membuat Jeffran juga ikut khawatir. "Raihan sialan!" ucap Jeffran. "Sa, sa hati hati depan lo!" ucap Jeffran ketika Aksa hampir menabrak pedagang kaki lima. Aksa benar-benar tidak fokus saat ini, ia memikirkan bagaimana keadaan Yeara saat ini, apakah perempuan itu baik-baik saja? pasti Yeara sangat ketakutan saat ini. "Sa, gue aja yang nyetir" ucap Jeffran yang menyuruh Aksa menepikan mobilnya. "Gue gak akan maafin Raihan kalo dia berani nyentuh Yeara!" ucap Aksa."Gue tahu lo lagi marah, lo pinggirin dulu mobilnya" ucap Jeffran, Aksa pun menepikan mobilnya lalu keluar dan bertukar tempat dengan Jeffran."Yeara pasti ketakutan Jeff," ujar Aksa. "lo tenang aja gue ngebut sekarang," ucap Jeffran.•••Akhirnya Jeffran dan Aksa telah tiba di Ban
Hari ini Yeara telah berada di salah satu universitas terkenal di Bandung - ITB. Ia dan Mama berada di fakultas seni rupa dan desain. "Ma, bagus banget Yea jadi pengen masuk ITB," ucap gadis itu. "Terserah Rara aja mau di mana, Mama setuju banget kalo Rara mau kuliah di Bandung," jawab Mama Aksa. "Tapi kak Aksa gak akan setuju Ma," jawab Yeara. "Kamu tenang aja, masalah Aksa biar Mama yang urus yang terpenting Rara seneng di sini" ucap Mama. "Mama baik banget sama Rara" ucap Yeara lalu memeluk Mama Aksa. "Kamu kan juga anak Mama Rara, sudah pasti Mama sayang banget sama Rara..." "Makasih ya ma..." ucap Yeara. ••• TERPAKSA MENIKAH ••• "Jeff, lo kemana aja sih kemaren? gue gak liat Lo di kafe Gavin" ucap Aksa yang melihat Jeffran berada di ruang televisi. "Ketemu Papi," jawab Jeffran. "Serius, terus?" "Papi masih marah dan dia gak akan setuju kalo gue nikahin Lea, gue bingung Sa, gue gak tau harus apa, gue udah ngerusak hidup Lea, Lea harus menerima akibat dari
Aksa akhirnya pulang ke rumahnya, ia langsung menyambungkan panggilan video ke Yeara. "Kak Aksa kemana aja?" ucap Yeara dari seberang sana, "maaf ya sayang, aku habis ngampus terus langsung ke kafe Gavin" ucap Aksa seraya melepaskan bajunya dan menggantinya dengan baju santai. "Kak Aksa gak mandi?" "Nanti aja, masih kangen sama kamu..." ucap Aksa. "kan bisa nanti lagi telponnya" ucap Yeara. "Gak papa kok Yea, nanti kak Aksa mandi" ucapnya. "Kak Aksa udah makan?" Tanya Yeara. "Belum, ini mau turun mau bikin pasta aja yang gampang," ucap Aksa seraya berjalan menuju dapur di lantai satu. "Jangan terlalu malam tidurnya, nanti habis makan kak Aksa mandi terus langsung tidur ya?" ujar Yeara dari seberang sana, "iya sayang... kamu juga, udah makan kan?" "Udah kok kak Aksa tadi sama Lea sama Mama juga," jawab Yeara. Aksa lantas menganggukkan kepalanya, "gimana sama persiapan tes nanti kamu mau tetep di Bandung atau mau nyoba daftar kampus di jakarta?" "Mau satu kampus sama
Hari ini seperti biasa Aksa datang ke Kampusnya, menjalani hari-harinya tanpa Yeara membuat Aksa tidak bersemangat. Tadi pagi padahal perempuan itu sudah menelponnya tapi bagi Aksa tetap saja kurang, karena tidak ada Yeara di sisinya."Aksa!" Itu adalah suara Gavin, Gavin juga baru saja berangkat dan akan mengikuti kelas sebentar pagi bersama Aksa. "Eh Naka kan itu?" ucap Gavin ketika melihat Naka keluar dari mobilnya. Aksa lantas menghampiri Naka yang juga akan mengikuti kelas, "Aksa?" ucap Naka. "Gebby baik baik aja kan? Yea telpon gue suruh nanyain keadaan Gebby" ucap Aksara, hal itu membuat Naka mengerutkan keningnya, "Gebby baik, dia juga udah di rumah sekarang" ujar Naka. "Makanya suruh istri Lo main ke rumah" ucap Naka."Yea lagi gak di jakarta, dia di Bandung" jawab Aksa."Yea di Bandung?" Naka tampak terkejut, "Iya lebih aman lah di sana, oh ya pulang nanti ke kafe Gavin ada yang mau gue omongin penting" ujar Aksa, Gavin yang mendengarkan hanya diam lalu tersenyum pada Naka
Saat ini Gavin Atmaja dan Dean Skala Pratama telah berada di alamat yang di berikan Raihan pada Gavin kemarin."Beneran gak nih alamatnya sepi amat?" Ucap Dean yang tidak yakin."Bener nih jalan Tulip no 105, bener yang ini," ujar Gavin seraya menyamakan kertas itu di papan alamat."Coba kalian masuk," ujar Aksa dari seberang sana. "Hem oke..." ucap Gavin dan Dean akhirnya mengikutinya dari belakang."Gak ke kunci?" Ucap Gavin saat mendorong gerbang rumah itu, "masuk aja." ucap Dean lalu mereka masuk ke dalam sana. Terlihat sangat sepi tidak ada orang di sana, Gavin sedikit khawatir sekarang ia merasa bahwa ini hanyalah jebakan saja."Kita balik sekarang," ucap Gavin."What's wrong?" Tanya Kevin dari seberang sana, "ini jebakan" ucap Gavin yang sudah panik dan sekarang mereka di kepung oleh beberapa orang berbaju hitam."F*CK!" Dean dan Gavin dapat mendengar suara Jeffran menyahut dari earphone mereka.Raihan tersenyum saat berjalan mendekati Gavin dan Dean. Tiba-tiba Raihan melempar
Nathan Aksa dan Jeffran akhirnya telah tiba di kafe milik Gavin, sudah ada motor Kevin di sana. Akhirnya mereka pun masuk kedalam kafe yang Gavin sengaja buat tutup. "Akhirnya Lo berdua Dateng juga," ucap Gavin. Gavin langsung memberikan secarik kertas pemberian Raihan pada Aksara. "Raihan nyuruh gue ke sana, menurut lo gimana?""Ikuti aja, buat Raihan percaya sama lo," jawab Aksara, ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mendekati Raihan. Dengan begitu akan semakin gampang untuk membongkar bisnis gelap milik Raihan dan keluarganya. "Lo yakin ini bukan jebakan?" tiba-tiba Kevin berbicara semua orang kini menatap Kevin yang sejak tadi diam saja."Jangan kaya gitu dong Vin, takut gue" ucap Gavin."Gue setuju sama bang Kevin, bisa jadi ini cuma jebakan" ucap Dean tanpa melepaskan atensinya dari game di hadapannya. "Gimana Sa menurut lo?" Tanya Jeffran."Gue punya rencana," ucap Aksa penuh misterius. "Apa rencana lo?" Aksa tersenyum seraya menatap Dean. Dean yang sejak tadi fokus p
Setelah berdiskusi dengan Jeffran dan Lea akhirnya hari ini Aksa dan Jeffran mengantar Yeara dan Lea ke Bandung. Hari ini mereka akan tinggal di rumah Mama Aksara. "Mama udah siapkan kamar buat Rara sama Lea, semoga kalian betah ya?" ujar Mama Aksara."Iya Ma," jawab Yeara."Iya Tante," jawab Lea.Jeffran lantas menatap Lea, "kamu beneran mau di Bandung sayang?" "Iya, Jeffran" jawab Lea.Sementara Aksa terlihat diam saja, laki-laki itu masih belum siap harus LDR dengan istrinya. Mereka baru saja bersama dan sekarang harus berpisah lagi, Yeara yang menyadari diamnya Aksa lantas mendekat."Kak Aksa kenapa?" Laki-laki itu menggelengkan kepalanya lalu mengelus puncak kepala istrinya."Pasti aku bakal kangen banget," ucap Aksa tanpa melepaskan pandangannya pada Yeara. "Kan kalo libur kak Aksa bisa ke Bandung," ucap Yeara, Aksa lantas tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Iya iya, kak Aksa sama Jeffran mau pamit dulu ya kamu baik-baik di sini sama Lea" ucap Aksa.Yeara pun memeluk Aksa
Aksa menghela nafas kesal saat melihat luka di wajah istrinya karena pukulan Raihan. "Gak papa kak Aksa, gak sakit kok" ucap Yeara."Iya belum sakit, sakitnya besok ini" ucap Aksa seraya menempelkan obat antiseptik di kapas membuat perempuan itu meringis kerena perih."Lain kali jangan coba ngelawan sendiri, kalo perlu ulur waktu Raihan sampai aku atau Jeffran Dateng," omel Aksara. Perempuan itu memanyunkan bibirnya lalu menatap Aksa yang dengan telaten merawat lukanya."Kak Aksa, emang Raihan seberbahaya itu ya?" Tanya Yeara, Aksa lantas menghentikan kegiatannya lalu menatap istrinya."Bahaya," jawab Aksa lalu melanjutkan menempelkan plester di sisi bibir Yeara yang membengkak. Tamparan Raihan sampai membuat pipi Yeara memerah."Kamu harus tahu, Raihan adalah musuh bebuyutan ku dari jaman SMA, dia bukan sekedar anak geng motor, Raihan juga mengelola bisnis gelap yang jarang di ketahui orang awam seperti kita, hanya orang-orang