Sudah satu minggu sejak kepergian Mira, Nathan Aksa menjadi semakin dingin tak tersentuh, ia jarang sekali berbicara bahkan dalam sehari Aksa tidak pernah berbicara kepada siapapun.
Sosok gadis bernama Yeara selalu datang setiap hari, Aksa sangat tidak menyukai gadis itu. Aksa muak dengan sikap sok kenal Yeara padanya!Seperti sekarang Yeara tengah menatap Aksa yang tengah duduk menghadap pemandangan malam kota London dari atas gedung berlantai 15."Na..." Panggil gadis itu, Aksa pun menoleh menatap Yeara dengan sorot mata yang dingin."Jangan pernah manggil gue dengan sebutan itu! panggilan itu hanya untuk Mira! Dan jangan pernah datang lagi kesini, lo hanya akan membuat mood gue semakin buruk, setidaknya izinkan gue untuk sendiri sekarang karena lo nantinya juga akan ketemu gue setiap hari!" Ucap Aksa.Itulah kata terpanjang yang pernah Yeara dengar, tapi perkataan itu sungguh dingin dan menyayat hatinya, se-benci itukah Aksa kepadanya sehingga tak menginginkan kehadiran gadis itu di ke hidupanya?"Maaf aku bener bener gak tahu, aku hanya suka saat memanggil nama kamu 'Nathan' sekali lagi aku minta maaf." Ujar Yeara tanpa sadar gadis itu telah menitihkan air matanya.Sungguh Yeara tidak berbohong memang ia tidak tahu Mira juga memanggil nama Aksa dengan sebutan 'Nathan'.Seperti biasa, tak ada jawaban dari Aksa, laki-laki itu tetap bersikap dingin.Mungkin hanya sosok Mira lah yang mampu mencairkan bongkahan es itu dengan mudah.Namun apakah salah jika Yeara datang sebagai sosok penghibur?Ia datang untuk menemani Aksa yang kesepian, apa itu sebuah kesalahan...? Tolong katakan apa Yeara salah?"Maaf, kalau gi-gitu aku pergi." Ucap Yeara pada akhirnya."Yea.." Suara itu berhasil menghentikan langkah kaki Yeara sebelum gadis itu benar-benar menghilang dibalik pintu.Suara halus nan lembut itu mampu membuat hati Yeara bergetar, ini adalah pertama kalinya Nathan Aksara memanggil namanya dan Yeara tersenyum karena Aksa adalah orang pertama yang memanggil namanya dengan sebutan 'Yea'. Karena biasanya ia dipanggil Ra ataupun Rara.Dengan cepat Yeara membalikan tubuhnya, ia menatap punggung Aksa."Besok berpura puralah bahagia." Ujar laki-laki itu.Senyuman diwajah Yeara memudar, tergantikan dengan tatapan mata berkaca kaca.Bahkan Aksa lebih dingin dari pada salju diluar, Yeara dapat merasakan betapa terpaksanya laki-laki itu untuk bertunangan dengannya besok."Jangan khawatir, seharusnya akulah yang mengatakan hal itu pada kamu, tolong berpura puralah bahagia didepan orang tuaku." Jawab Yeara.Air matanya berhasil lolos begitu saja, lalu ia keluar dari dalam kamar Aksa.•••Hari dimana Aksa akan tunangan telah tiba.Sekarang, laki-laki itu tengah memandang dirinya di depan cermin.Jika melihat dirinya sendiri Aksa teringat lagi dengan sosok Mira, sekarang sosok itu telah hilang untuk selama lamanya.Aksa tidak percaya diri apakah ia bisa menemukan sosok lainnya. Bagi Aksa, Mira tak akan pernah tergantikan sampai kapanpun.Suara ketukan pintu membuat Aksa mengalihkan pandangan dibelakangnya melalui cermin."Aksa, ayo berangkat." Ujar sang ibunda seraya menghampiri Aksa.Untuk yang terakhir kalinya Aksa menatap dirinya di cermin, tak ada raut bahagia di wajah laki-laki itu."Mama harap, kamu mau menerima Yeara."Tak ada jawaban, Aksa memilih untuk bungkam, tak ada gunanya membantah karena pada akhirnya ia akan dipaksa bertunangan dengan gadis itu.•••Beatarissa Yeara Billyana, nama gadis yang tengah duduk didepan meja rias seorang diri.Semua tamu undangan telah datang kerumahnya.Yeara menangis menatap dirinya di cermin. Kenapa ia harus terjebak dalam cinta sepihak, hanya dirinyalah yang menyukai Aksara, sedangkan laki-laki itu membencinya, membenci keberadaannya."Akan kah gue mampu melewati ini semua...? Akan kah gue bisa membuat Aksa menatap kearah gue?" Tanyanya pada diri sendiri.Sudah 10 tahun lamanya Yeara memendam perasaannya kepada Aksa.Bahkan mungkin Aksa tidak tahu bahwa ada sosok Yeara yang hidup didunia ini dan diam diam menyukai laki-laki itu sejak lama.Sudah 10 tahun ini juga Yeara menetap di London bersama keluarga besarnya.Perasaan bahagia turut menyelimuti gadis itu ketika ia mengetahui jika Aksa berada dikota yang sama.Yeara menghapus air matanya, lalu kembali tersenyum menatap dirinya dipantulan cermin, seraya berkata, "Bukankah seharusnya gue bahagia? Apa yang selama ini gue impikan akan segera terwujud, hanya dengan berdiri disisi Aksa itu sudah lebih dari cukup, Aksa akan jadi milik lo Yeara."Perlahan senyuman itu memudar, hanya ada raut kesedihan."Aksa akan jadi milik lo, meskipun tidak dengan hatinya." Ujar Yeara hampir bergetar karena merasakan sesak didadanya.Sekuat tenaga gadis itu menahan tangisnya, mencoba menutupi kesedihanya dengan selalu tersenyum."Baik, ayo sapa para tamu undangan, semangat Yea!" Ucap Yeara seraya tersenyum mengingat Aksa memanggil namanya untuk pertama kalinya.•••Tak dapat dipungkiri, Yeara terpana dengan penampilan Gevaniel Nathan Aksara malam ini.Laki-laki itu benar benar menjelma menjadi sosok pangeran, Aksa bahkan menatap Yeara dengan senyuman manisnya.Yeara tak dapat menahan dirinya untuk membalas senyuman sang pangerannya, Yeara menatap Aksa yang tengah berdiri dihadapannya."Ayo..."Aksa meraih tangan kanan Yeara, membawa gadis itu naik keatas panggung, Yeara merasa sebentar lagi jantungnya akan meledak, ini untuk pertama kalinya Aksa menyentuh tangannya, tanpa sadar gadis itu mempererat genggaman tangan Aksa, membuat laki-laki itu tersenyum seraya memajukan wajahnya mendekati Yeara,Yeara tersipu malu, wajah gadis itu sungguh merah merona atas perlakuan Aksa padanya.Tapi—Senyuman diwajah gadis itu kian memudar saat Aksa membisikan sesuatu kepadanya."Yea..."Gadis itu menatap kosong kedepan, ia gemetar."jangan terlalu bahagia karena ini hanya—"Yeara menatap Aksa, menelan ludahnya gugup. Takut-takut Aksa akan mengatakan hal yang paling menyakiti hati Yeara."Sandiwara........"Bagai ditusuk ribuan jarum, rasanya sangat sakit, Yeara ingin menangis tapi berusaha ia tahan, ini bukan waktu yang tepat untuk menangis.Meskipun begitu kata kata tajam itu tak membuat Yeara menyerah, ini baru awal, Yeara bisa memaklumi karena Aksa belum terbiasa akan kehadiran sosok dirinya di samping Aksa.Yeara yakin cepat atau lambat Aksa akan bersikap baik kepadanya.•••Acara pertunangan telah selesai, akhirnya Aksa dan Yeara telah resmi bertunangan dan dalam waktu dekat ini mereka akan kembali ke Indonesia untuk melakukan pernikahan disana, dikediaman Yeara.Aksa ingin mengunjungi Mira sebelum ia berangkat besok, pagi ini Aksa memutuskan ke pemakaman, ia menatap bingkai foto cantik Mira yang sedang tersenyum menatapnya.Aksa mengusap bingkai kaca yang berembun akibat sisa hujan salju tadi malam, lalu ia beralih meletakan buket bunga mawar putih kesukaan gadis itu."Pasti kamu kedinginan disini?" Ucap Aksa, Jeffran yang berada disana menatap iba kepada sahabatnya, sungguh sebenarnya Aksa sangat rapuh. Jeffran dapat melihatnya."Kenapa kamu gak pernah bilang sakit? Kenapa selama ini kamu merahasiakan sakit kamu?"Aksa mendongak keatas, menatap langit agar air matanya tidak jatuh. Sebenarnya Aksa tidak suka menangis, itu hanya akan membuat ia dipandang lemah oleh orang lain."Aksa, ayo pulang." Ujar Jeffran, Aksa menoleh lalu dengan berat hati meninggalkan makam Mira.••••Beda tempat beda cerita."Gavin, Gavin Atmaja!!!!!"Laki-laki yang dipanggil Gavin itu menoleh, ia menatap kesal kepada adik sepupunya bernama Dean Skala Pratama."Bisa sopan sedikit gak lo, gue lebih tua tiga tahun dari lo bego!" Protes Gavin."Apa lo bilang? Bego? Gue gak bego! Elo yang bego!" Sentak Dean dengan mulut yang tidak bisa di filter, sumpah demi apapun Gavin ingin mengubur Dean hidup-hidup!"Bcd! Kalau ngajak ribut jangan sekarang sana pulang!" Kesal Gavin Atmaja.Dean memanyunkan bibirnya."Yaudah maaf." Sesal Dean."Lo mau apa kesini? Kalau ngajak mabar gak ada waktu, gue bentar lagi pendaftaran kuliah, jangan ganggu gue lo.""Ya elah enggak, gue kesini cuma mau bilang kalo didepan ada Kak Yumna, mau ketemu lo katanya, Kak Yumna nyuruh gue buat manggil lo." Ujar Dean.Gavin menghela nafas berat, lalu pergi begitu saja meninggalkan Dean tanpa kata terima kasih, rasanya Dean ingin mengubur Gavin hidup hidup juga, sungguh!Kakak sepupunya sangat menyebalkan!Seharusnya tadi Dean tidak usah memanggil Gavin kalau begini caranya!Belum sempat protes, bunyi telepon menghentikannya.Tiba tiba Dean mendapat notifikasi grub chat dari kelasnya.SMA Euporia :Fie : Besok Ppkn dikumpulkan sebelum pak Vincent ngamuk.Yenna : Bgsd! Gw belom, tolong kirimin punya lo dong @deanYurina : @dean ^2Harlen : @dean ^3Seksikonsumsi : @dean ^4Dean Pratama menghela nafas, selalu saja dirinya yang harus mengerjakan, untung kemarin setelah pulang sekolah Dean sudah mengerjakan, teman temannya sungguh pemalas terutama si seksi konsumsi siapa lagi kalau bukan Josua!•••Aksa tersentak kaget saat membuka kamarnya, disana ada Yeara yang tengah mengemasi barang barang milik Aksara sesuai perintah nenek Aksa agar Aksa terkesan padanya. Tapi, saat melihat raut wajah laki-laki itu membuat Yeara menghentikan kegiatannya.Aksa mendekati Yeara membuat Yeara memejamkan matanya bersiap jika nantinya Aksa akan memarahinya habis habisan."Ma-maaf tadi nenek yang nyuruh." Ujar Yeara takut."Untuk sekarang gue membiarkan lo seenaknya, tapi liat aja lo gak akan bahagia setelah menikah nanti!" Ujar Aksa yang terdengar seperti ancaman.Dengan perlahan Yeara membuka matanya, ia sangat terkejut ternyata Aksa masih ada dihadapannya dan ini sangat dekat sekali, rasanya hati Yeara ingin meledak.Mata mereka saling bertemu.Yeara tidak menyangka Aksa lebih tampan jika dilihat sedekat ini,matanya...hidungnya...bibirnya...sangat indah, Yeara tidak bisa bohong, ini pertama kalinya Yeara melihat Aksa sedekat ini dalam waktu yang lumayan lama.Entah dari mana Yeara mendapat keberanian untuk melangkah lebih dekat pada sosok laki-laki dihadapannya, gadis itu tiba tiba berjinjit lalu mencium bibir Aksa meskipun hanya sekedar kecupan tapi rasanya sangat mendebarkan.Aksa yang terkejut atas perbuatan Yeara lalu mendorong Yeara sampai gadis itu menghantam lemari cukup keras, ada air mata yang mengalir di pipi Yeara.Rasanya sakit sekali...Aksa menatapnya marah, ia mengusap bibir bekas ciuman Yeara lalu pergi keluar kamar tanpa mengatakan sepatah kata apapun.Yeara menangis sejadinya menahan rasa sakit dipunggung dan hatinya.Yeara hanya ingin mencium cinta pertamanya, apa salah? Lagi pula mereka sudah bertunangan. Mengapa Aksa sejahat itu?Hati Yeara sangat sakit jika diperlakukan seperti ini oleh laki-laki yang sangat ia cintai.Yeara tahu ia sangat bodoh, bodoh karena telah mencintai laki-laki yang tidak mengharapkan kehadirannya.Tapi, cinta telah membutakannya, cinta telah membuat Yeara kehilangan akal sehatnya.Semua orang harus tahu betapa Yeara sangat mencintai Nathan Aksa, ia rela bertahan sedikit lagi agar Aksa bisa sepenuhnya menerima kehadiran Yeara di kehidupannya.Tak mau larut dalam kesedihan, akhirnya Yeara mengusap air matanya, ia beralih merogoh sesuatu disaku bajunya.Ada lipatan note dan itu adalah daftar keinginan Yeara saat sampai di Indonesia, padahal tadi ia akan memberikannya kepada Aksa secara langsung, tapi sudah terlanjur Aksa marah, Yeara menyesal telah mencium Aksa, sungguh ia menyesali perbuatannya.Lalu Yeara menaruh note itu kedalam koper Aksa, biarkan saja Aksa tahu sendiri jika membuka kopernya nanti.Pesawat baru saja mendarat di bandara Soekarno-hatta, Aksa beserta keluarganya langsung pulang kerumahnya begitu pula dengan keluarga Yeara.Awalnya Yeara diajak nenek Aksara untuk pulang ke rumah Aksa, tapi saat melihat raut wajah tidak mengenakan dari Aksa, akhirnya Yeara menolak.Yeara terus saja mencuri pandang ke arah Aksa, ia berharap Aksa akan membaca daftar keinginan Yeara agar besok mereka bisa langsung melaksanakannya bersama.•••Setelah perjalanan sekitar 25 menit, Aksa dan keluarganya pun telah tiba dikediaman baru milik Aksa, hadiah dari neneknya, mama dan papa Aksa sudah langsung pulang ke Bandung, jadi hanya ada Aksa, Jeffran dan neneknya dirumah ini. Aksa berjalan ke kamar miliknya dilantai dua, diikuti juga oleh Jeffran, kamar mereka saling berhadapan. Jadi, Jeffran bisa mengganggu Aksa setiap saat, itu sangat menyenangkan.Aksa menatap kamar miliknya yang lumayan luas, ia pun beralih menatap koper miliknya, ia harus menata barang barangnya sendiri karena tidak ada
Setelah menemani Aksa dirumahnya, akhirnya Yeara memutuskan untuk pulang kerumahnya karena nenek Aksara sudah kembali.Saat di pintu, Yeara bertemu dengan seseorang yang tidak ia kenal, tapi dia terlihat sangat cantik."Aksara ada?"Yeara menganggukan kepalanya."Siapa yah?""Gebby"Yeara hampir saja tersedak ludahnya sendiri karena terkejut, ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan mantan pacar Aksara.Yeara tahu dengan siapa Aksa berpacaran, dia mempunyai mata-mata di Indonesia, dia tahu segalanya tentang kehidupan Aksara selama tiga tahun terakhir."Si-silahkan masuk." Ujar Yeara.Gadis bernama Gebby itupun masuk kedalam rumah Aksa, diikuti juga oleh Yeara, ia tidak jadi pulang.Mereka berdua akhirnya masuk kedalam kamar Aksa, Aksa terlihat sangat terkejut atas kedatangan Gebby, laki-laki itu langsung bangun dari tidurnya.Gebby pun meletakan parsel buah ke meja, lalu menghampiri Aksa dan memeluknya.Yeara tersentak kaget, ia tidak rela Aksa dipeluk oleh wanita lain, Yeara mula
je t'aime Aksa, dalam bahasa Prancis artinya aku cinta Aksa.Yeara, 2024.•••Setelah makan malam keluarga, Aksara dan Yeara di perintah oleh kedua orang tua mereka untuk berjalan-jalan disekitar hotel sebelum mereka pergi ke butik untuk fitting gaun pengantin, keduanya tampak diam tak ada yang memulai percakapan, sampai Yeara pun membuka suaranya."Na...""Gue udah bilang jangan panggil gue Na! Gue gak suka!"Yeara menunduk "maaf, aku gak bermaksud—""Udahlah, diem aja!" Sela Aksa marah."Aku suka kamu yang sekarang." Ucap Yeara tiba-tiba, hal itu membuat Nathan Aksara menghentikan langkah kakinya, mata mereka saling bertemu."Aku suka kamu yang sekarang sudah banyak bicara, aku suka saat kamu marah marah ke aku."Aksa masih bungkam, tak berniat menanggapi."Aku ingin kamu terus seperti ini..." Ujar Yeara, meskipun dalam hatinya berkata lain, sejujurnya Yeara tidak mau mendengar benta
Aku juga punya hati, aku punya perasaan yang kapan saja bisa punya batas kesabaran, tapi untuk kali ini aku ingin berjuang, berjuang walau aku tahu kamu tak akan pernah mencintaiku, setidaknya aku ingin bersamamu walau hanya sesaat— Yeara, 2024.•••1 tahun yang lalu."Aksa..."Gadis berambut sebahu itu menghampiri Nathan Aksa yang tengah terduduk di bangku taman seorang diri."Aku cariin ternyata disini, gimana tadi kalau aku gak liat kamu? Na, kamu disini masih baru, kamu belum mengenal London."Aksa hanya diam seraya mengetuk-ngetuk tongkatnya sehingga menghasilkan bunyi, keadaan taman cukup sepi, hanya ada segelintir orang yang lewat."Ayo pulang," ujar Mira mencoba membujuk Aksa pulang.Aksa lantas menggeleng cepat, ia menepis tangan Mira yang akan menariknya."Pulang Na...""Aku bisa pulang sendiri." Jawab Nathan Aksa, lalu pergi meninggalkan Mira disana.Mira
Gavin Atmaja tengah berada di dalam kamarnya, laki-laki itu tampak gelisah dan terus menatap ponselnya dengan bimbang.Haruskah dia menghubungi Yeara? Perkataan Dean beberapa jam yang lalu membuat Gavin sama sekali tidak bisa tenang. Ia khawatir terhadap Yeara. Gavin sangat khawatir terjadi sesuatu dengan gadis itu.Tuk tuk Gavin lantas menolehkan pandangannya kearah pintu, " masuk aja." Ujar Gavin dari dalam sana, terlihat seorang wanita paruh baya menghampiri Gavin dan meletakkan susu coklat hangat di atas nakas."Tuan muda, silahkan diminum, oh iya nyonya bilang akan kesini besok." Ucap wanita paruh baya itu."Hem, iya makasih Bi, Bibi malam ini boleh pulang." Ucap Gavin."Baik tuan muda."Pelayan itu segera meninggalkan kamar Gavin setelah membungkuk memberi salam kepada majikan mudanya.Setelah itu Gavin menatap susu di atas nakas, dan segera meminumnya. Mungkin setelah minum rasa gugupnya akan hilang."Baik Gavin Atmaja, cuma nelpon dan bilang gimana keadaannya." Gavin bermonol
"Pada akhirnya kamu telah menjadi milikku, tapi apakah aku dan kamu akan bahagia? Mungkin hanya akulah satu-satunya yang paling bahagia, tapi aku harap kelak kamu juga akan merasakan hal yang sama sepertiku. Bahagia karena memilikimu."-Yeara.--Tidak terasa jika hari ini Nathan Aksa dan Yeara akan menikah, Aksa bahkan sudah ada di hotel, iya tempat resepsi pernikahan berada di hotel Jakarta yang terbilang cukup mewah, namun pernikahan bersifat pribadi, mereka hanya mengundang kerabat dekat, seperti keluarga ataupun sahabat.Jangan tanyakan apakah Gebby mantan Aksa juga diundang? Jawabnya iya, dia datang bersama Naka suaminya. Mereka berdua menjadi pusat perhatian karena sangat serasi malam ini. Selain pasangan Naka-Gebby, juga ada pasangan yang tak kalah serasi, yaitu Jeffran dan Lea, Brian dan Lita.Saat ini mereka semua sedang duduk di bangku yang sudah Nathan Aksa siapkan khusus untuk mereka.Sekarang mereka sedang asik
“Don't need you love”—Nathan Aksara.•••Gavin akhirnya mengantar Yeara pulang, namun gadis itu minta diturunkan di mini market awal mereka bertemu, akhirnya Gavin pun menurut dan langsung pulang setelah berpamitan kepada Yeara.Setelah sampai dirumah, Gavin memarkirkan motornya dihalaman rumah Dean Skala Pratama, di bukanya pintu utama rumah Dean, tak ada laki-laki itu dimanapun.Gavin lantas mengepalkan tangannya."Gavin lo ngapain dirum—"Bug!Belum sempat Dean Skala melanjutkan perkataannya Gavin sudah lebih dulu memukul wajahnya. Laki-laki itu meringis kesakitan di wajah sebelah kiri, pukulan Gavin bukan main-main , laki-laki itu cukup keras memukul Dean sampai rasanya pipi Dean membengkak."Bang lo kenapa akh....." ucap Dean seraya mengusap sudut bibirnya yang berdarah."Berani-beraninya lo cium Yea!"Dean lantas mengerutkan keningnya, "Yea siapa?" Gavin menghela nafas kesal. "Yeara....."
Yeara panik setengah mati, Dean Skala Pratama tidak lagi bersuara, terakhir kalinya Yeara dengar hanya suara benda terjatuh. Berulang kali Yeara menghubungi Dean lagi, tapi panggilan itu tidak terjawab.Ini sudah malam, tak mungkin Yeara keluar dari rumah, lagipula diluar hujan masih deras.Disisi Lain, Nathan Aksa Sedang berada di dapur bersama Jeffran, Lea sudah pulang beberapa menit yang lalu setelah dijemput oleh Kak Mahesa, kakak kandung Lea."Tumben Ra, jam segini masih diluar?" Aksa lantas membenarkan posisi duduknya menjadi tegap, karena sebelumnya laki-laki itu menaruh kepalanya di atas meja, seperti orang frustasi."Jeff, kalau gue dikasih pilihan gue lebih memilih buta selamanya," ucap Aksa tiba-tiba, lantas Jeffran menatapnya terkejut."Lo gila? Banyak orang diluar sana yang pengen lihat seisi dunia kembali, apa lo gak pernah mikir sama mereka yang terlahir tunanetra? Apa lo pikir mereka gak mau melihat seisi dunia?
Aksa dan teman-temannya telah tiba di lokasi yang Raihan berikan padanya. Aksa mengerutkan keningnya karena lokasi ini mengarah ke gedung pameran. "Gedung pameran Sa?" ucap Kevin. Aksa lantas segera turun dari motor Kevin, "serius di sini?" tanya Mark memastikan. "Iya, disini" jawab Aksa. "Udah masuk aja," ucap Chandra, teman Aksa yang lainnya. "iya kita masuk aja bang," ucap Juna. Aksa dan yang lain akhirnya masuk ke gedung pameran. Raihan's Galery. Aksa membaca setiap sudut ruangan, pameran ini merupakan pameran milik Raihan. Raihan memang di kenal memiliki hobi melukis. "Darah?" ucap Juna tiba-tiba saat tak sengaja menginjak sesuatu di lantai, "cat bego!" ucap Chandra seraya memukul kepala Juna. "Sakit bego!" kesal Juna. Lalu akhirnya mereka melanjutkan masuk ke gedung itu, di sana masih sepi dan ruangan terlihat kosong. "Raihan sialan, kayanya ini jebakan" ucap Kevin yang sudah kesal. "Kita keluar sekarang," ucap Aksa namun Kevin tiba-tiba menahan lengannya. "
Aksa dan Jeffran langsung pergi ke Bandung untuk menemui Raihan ketika Mama Aksa yang di Bandung memberitahu Aksa bahwa Yeara di bawa Raihan pergi. Aksa jelas sangat khawatir sekarang, laki-laki itu sedari tadi terus menggigit jarinya, hal itu membuat Jeffran juga ikut khawatir. "Raihan sialan!" ucap Jeffran. "Sa, sa hati hati depan lo!" ucap Jeffran ketika Aksa hampir menabrak pedagang kaki lima. Aksa benar-benar tidak fokus saat ini, ia memikirkan bagaimana keadaan Yeara saat ini, apakah perempuan itu baik-baik saja? pasti Yeara sangat ketakutan saat ini. "Sa, gue aja yang nyetir" ucap Jeffran yang menyuruh Aksa menepikan mobilnya. "Gue gak akan maafin Raihan kalo dia berani nyentuh Yeara!" ucap Aksa."Gue tahu lo lagi marah, lo pinggirin dulu mobilnya" ucap Jeffran, Aksa pun menepikan mobilnya lalu keluar dan bertukar tempat dengan Jeffran."Yeara pasti ketakutan Jeff," ujar Aksa. "lo tenang aja gue ngebut sekarang," ucap Jeffran.•••Akhirnya Jeffran dan Aksa telah tiba di Ban
Hari ini Yeara telah berada di salah satu universitas terkenal di Bandung - ITB. Ia dan Mama berada di fakultas seni rupa dan desain. "Ma, bagus banget Yea jadi pengen masuk ITB," ucap gadis itu. "Terserah Rara aja mau di mana, Mama setuju banget kalo Rara mau kuliah di Bandung," jawab Mama Aksa. "Tapi kak Aksa gak akan setuju Ma," jawab Yeara. "Kamu tenang aja, masalah Aksa biar Mama yang urus yang terpenting Rara seneng di sini" ucap Mama. "Mama baik banget sama Rara" ucap Yeara lalu memeluk Mama Aksa. "Kamu kan juga anak Mama Rara, sudah pasti Mama sayang banget sama Rara..." "Makasih ya ma..." ucap Yeara. ••• TERPAKSA MENIKAH ••• "Jeff, lo kemana aja sih kemaren? gue gak liat Lo di kafe Gavin" ucap Aksa yang melihat Jeffran berada di ruang televisi. "Ketemu Papi," jawab Jeffran. "Serius, terus?" "Papi masih marah dan dia gak akan setuju kalo gue nikahin Lea, gue bingung Sa, gue gak tau harus apa, gue udah ngerusak hidup Lea, Lea harus menerima akibat dari
Aksa akhirnya pulang ke rumahnya, ia langsung menyambungkan panggilan video ke Yeara. "Kak Aksa kemana aja?" ucap Yeara dari seberang sana, "maaf ya sayang, aku habis ngampus terus langsung ke kafe Gavin" ucap Aksa seraya melepaskan bajunya dan menggantinya dengan baju santai. "Kak Aksa gak mandi?" "Nanti aja, masih kangen sama kamu..." ucap Aksa. "kan bisa nanti lagi telponnya" ucap Yeara. "Gak papa kok Yea, nanti kak Aksa mandi" ucapnya. "Kak Aksa udah makan?" Tanya Yeara. "Belum, ini mau turun mau bikin pasta aja yang gampang," ucap Aksa seraya berjalan menuju dapur di lantai satu. "Jangan terlalu malam tidurnya, nanti habis makan kak Aksa mandi terus langsung tidur ya?" ujar Yeara dari seberang sana, "iya sayang... kamu juga, udah makan kan?" "Udah kok kak Aksa tadi sama Lea sama Mama juga," jawab Yeara. Aksa lantas menganggukkan kepalanya, "gimana sama persiapan tes nanti kamu mau tetep di Bandung atau mau nyoba daftar kampus di jakarta?" "Mau satu kampus sama
Hari ini seperti biasa Aksa datang ke Kampusnya, menjalani hari-harinya tanpa Yeara membuat Aksa tidak bersemangat. Tadi pagi padahal perempuan itu sudah menelponnya tapi bagi Aksa tetap saja kurang, karena tidak ada Yeara di sisinya."Aksa!" Itu adalah suara Gavin, Gavin juga baru saja berangkat dan akan mengikuti kelas sebentar pagi bersama Aksa. "Eh Naka kan itu?" ucap Gavin ketika melihat Naka keluar dari mobilnya. Aksa lantas menghampiri Naka yang juga akan mengikuti kelas, "Aksa?" ucap Naka. "Gebby baik baik aja kan? Yea telpon gue suruh nanyain keadaan Gebby" ucap Aksara, hal itu membuat Naka mengerutkan keningnya, "Gebby baik, dia juga udah di rumah sekarang" ujar Naka. "Makanya suruh istri Lo main ke rumah" ucap Naka."Yea lagi gak di jakarta, dia di Bandung" jawab Aksa."Yea di Bandung?" Naka tampak terkejut, "Iya lebih aman lah di sana, oh ya pulang nanti ke kafe Gavin ada yang mau gue omongin penting" ujar Aksa, Gavin yang mendengarkan hanya diam lalu tersenyum pada Naka
Saat ini Gavin Atmaja dan Dean Skala Pratama telah berada di alamat yang di berikan Raihan pada Gavin kemarin."Beneran gak nih alamatnya sepi amat?" Ucap Dean yang tidak yakin."Bener nih jalan Tulip no 105, bener yang ini," ujar Gavin seraya menyamakan kertas itu di papan alamat."Coba kalian masuk," ujar Aksa dari seberang sana. "Hem oke..." ucap Gavin dan Dean akhirnya mengikutinya dari belakang."Gak ke kunci?" Ucap Gavin saat mendorong gerbang rumah itu, "masuk aja." ucap Dean lalu mereka masuk ke dalam sana. Terlihat sangat sepi tidak ada orang di sana, Gavin sedikit khawatir sekarang ia merasa bahwa ini hanyalah jebakan saja."Kita balik sekarang," ucap Gavin."What's wrong?" Tanya Kevin dari seberang sana, "ini jebakan" ucap Gavin yang sudah panik dan sekarang mereka di kepung oleh beberapa orang berbaju hitam."F*CK!" Dean dan Gavin dapat mendengar suara Jeffran menyahut dari earphone mereka.Raihan tersenyum saat berjalan mendekati Gavin dan Dean. Tiba-tiba Raihan melempar
Nathan Aksa dan Jeffran akhirnya telah tiba di kafe milik Gavin, sudah ada motor Kevin di sana. Akhirnya mereka pun masuk kedalam kafe yang Gavin sengaja buat tutup. "Akhirnya Lo berdua Dateng juga," ucap Gavin. Gavin langsung memberikan secarik kertas pemberian Raihan pada Aksara. "Raihan nyuruh gue ke sana, menurut lo gimana?""Ikuti aja, buat Raihan percaya sama lo," jawab Aksara, ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mendekati Raihan. Dengan begitu akan semakin gampang untuk membongkar bisnis gelap milik Raihan dan keluarganya. "Lo yakin ini bukan jebakan?" tiba-tiba Kevin berbicara semua orang kini menatap Kevin yang sejak tadi diam saja."Jangan kaya gitu dong Vin, takut gue" ucap Gavin."Gue setuju sama bang Kevin, bisa jadi ini cuma jebakan" ucap Dean tanpa melepaskan atensinya dari game di hadapannya. "Gimana Sa menurut lo?" Tanya Jeffran."Gue punya rencana," ucap Aksa penuh misterius. "Apa rencana lo?" Aksa tersenyum seraya menatap Dean. Dean yang sejak tadi fokus p
Setelah berdiskusi dengan Jeffran dan Lea akhirnya hari ini Aksa dan Jeffran mengantar Yeara dan Lea ke Bandung. Hari ini mereka akan tinggal di rumah Mama Aksara. "Mama udah siapkan kamar buat Rara sama Lea, semoga kalian betah ya?" ujar Mama Aksara."Iya Ma," jawab Yeara."Iya Tante," jawab Lea.Jeffran lantas menatap Lea, "kamu beneran mau di Bandung sayang?" "Iya, Jeffran" jawab Lea.Sementara Aksa terlihat diam saja, laki-laki itu masih belum siap harus LDR dengan istrinya. Mereka baru saja bersama dan sekarang harus berpisah lagi, Yeara yang menyadari diamnya Aksa lantas mendekat."Kak Aksa kenapa?" Laki-laki itu menggelengkan kepalanya lalu mengelus puncak kepala istrinya."Pasti aku bakal kangen banget," ucap Aksa tanpa melepaskan pandangannya pada Yeara. "Kan kalo libur kak Aksa bisa ke Bandung," ucap Yeara, Aksa lantas tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Iya iya, kak Aksa sama Jeffran mau pamit dulu ya kamu baik-baik di sini sama Lea" ucap Aksa.Yeara pun memeluk Aksa
Aksa menghela nafas kesal saat melihat luka di wajah istrinya karena pukulan Raihan. "Gak papa kak Aksa, gak sakit kok" ucap Yeara."Iya belum sakit, sakitnya besok ini" ucap Aksa seraya menempelkan obat antiseptik di kapas membuat perempuan itu meringis kerena perih."Lain kali jangan coba ngelawan sendiri, kalo perlu ulur waktu Raihan sampai aku atau Jeffran Dateng," omel Aksara. Perempuan itu memanyunkan bibirnya lalu menatap Aksa yang dengan telaten merawat lukanya."Kak Aksa, emang Raihan seberbahaya itu ya?" Tanya Yeara, Aksa lantas menghentikan kegiatannya lalu menatap istrinya."Bahaya," jawab Aksa lalu melanjutkan menempelkan plester di sisi bibir Yeara yang membengkak. Tamparan Raihan sampai membuat pipi Yeara memerah."Kamu harus tahu, Raihan adalah musuh bebuyutan ku dari jaman SMA, dia bukan sekedar anak geng motor, Raihan juga mengelola bisnis gelap yang jarang di ketahui orang awam seperti kita, hanya orang-orang