Suamiku tidak memiliki gaji.
Part 1"Duh saya senang banget kalau udah akhir tahun gini," Ucap Bu Narti saat kami sedang berkumpul menunggu jam pelajaran anak selesai."Emang kenapa Bu?" Bu Yomi menimpali ucapan Bu Narti."Ya senang lah, akhir tahun kan suamiku dapat bonus, gaji ke 13, lumayan, terus bulan depannya gajinya naik kan.""Oh gitu, kalau di pabrik suami saya gak ada tuh namanya bonus akhir tahun, tapi gak apa-apalah yang penting punya kerjaan.""Makanya suruh kerja di pabrik yang bonafide kayak suami saya, jangan kerja dipabrik kecil gitu, tahun depan juga kayaknya pabriknya bangkrut hahaha," Ucap Bu Narti dengan tawa terbahak-bahak, padahal menurutku tidak ada yang lucu dari ucapannya itu.Aku hanya diam tidak ikut berbicara apapun."Ehhh tapi ada yang lebih kasian loh dari Bu Yomi," Bu Narti kembali berbicara."Siapa?""Tuh Bu Sofi, suaminya kan cuma pengangguran gak punya gaji hahaha," Bu Narti kembali tertawa.Karena namaku sudah disebut jadi aku tidak bisa diam saja."Maaf Bu, kasian kenapa ya sama saya?""Ya kasian aja, Bu Sofi kok betah sih punya suami nganggur kayak Pak Dirman, kalau saya ya gaji suami ada potongan dikit aja karena dia sakit atau apa, suami saya sudah saya marahin habis-habisan.""Tidak semua orang punya gaji tapi semua orang pasti punya rezeki, alhamdulilah meskipun suami saya tidak punya gaji tapi alhamdulilah selama ini saya sekeluarga tidak pernah kelaparan, semua kebutuhan tercukupi dan alhamdulilah kami juga tidak memiliki hutang!""Emmm ya iyalah gak berani ngutang kan gak punya gaji, jadi siapa yang mau percaya ngasih hutang sama Bu Sofi," ucap Bu Narti sambil mendelikkan matanya."Emang Bu Sofi gak punya keinginan kayak kami kah? kali-kali suaminya tuntut, jangan pasrah aja jadi Istri biar suami ada keinginan nyari uang, kalau Bu Sofi pasrah aja enak suaminya gak akan mikir, liat diantara kita semua cuma Bu Sofi yang antar jemput anak sekolah naik angkot, beliin motor buat Istri aja suami Bu Sofi gak sanggup, padahal cicilan motor kan murah yang 700 ribu juga ada, kecuali motornya kayak punya saya NMAX sampai lebaran kuda juga gak bakal dapat cicilan segitu hahahaha," Bu Narti kembali tertawa."Gak apa-apa naik angkot juga, malah enak tinggal duduk tahu-tahu nyampe," Ucapku sambil tersenyum"Ih dibilangin ngeyel, bilang aja bucin, meskipun suaminya m~k 0 n~o tetap aja mau di kelonin.""Suami saya gak m~k 0 n~o, dia laki-laki yang bertanggung jawab terhadap Istri dan anak-anaknya Bu," Ucapku membela Mas Dirman, aku tidak terima laki-laki yang menurutku sangat bertanggung jawab disebut m~k 0 n~o oleh Bu Narti.Tidak lama kemudian terdengar suara anak-anak mengucap salam secara bersamaan itu artinya jam pelajaran telah selesai.Akhirnya aku bisa bebas dari obrolan yang benar-benar tidak sehat ini."Mari Bu, saya duluan ya, maklum naik angkot jadi harus buru-buru takut gak kebagian tempat duduk," Ucapku pamit.Suamiku memang bukanlah seorang pegawai negeri atauapun karyawan swasta, orang-orang mungkin memandang suamiku hanya seorang pengangguran.Tidak ada yang tahu jika suamiku bisa mencari nafkah untuk keluarganya tanpa harus meninggalkan rumah.Aku sendiri tidak mengerti bagaimana cara suamiku bekerja dan apa nama pekerjaan suamiku, "Desain grafis" dan "Editor" itulah jawaban suami setiap kali kutanya apa nama pekerjaannya.Suamiku memiliki ruangan khusus dirumah, yang isinya hanya laptop, komputer dan alat-alat lain, dia bisa menghabiskan waktu berjam-jam didalam ruangan itu."Mah mau belajar gak?" tawar suamiku saat itu.Aku yang memang ingin seperti suami yang bisa menghasilkan uang tanpa harus memeras keringat langsung kuterima tawarannya."Mau. . . mau," Jawabku girang.Namun baru setengah jam belajar kepalaku pusing, mual rasanya, tak kuat menatap monitor dengan waktu yang begitu lama."Udah Mama nyerah, pusing, apalagi dengar istilah-istilahnya, Mama gak ngerti blas.""Loh kok pusing sih, katanya mau bisa.""Enggak, Mama nyerah!" Ucapku sambil meninggalkan ruangan pribadi milik suamiku itu.***Sebenarnya aku malas setiap hari harus menghabiskan waktu menunggu anakku belajar disekolah, namun jika aku pergi anakku pun tidak akan mau masuk kelas, pernah kucoba meninggalkannya secara diam-diam namun baru 10 menit sampai dirumah anakku sudah menyusulku ada dirumah."Bu Narti kenapa cemberut gitu pagi-pagi? kan ini masih tanggal muda," Goda Bu Yomi pada Bu Narti."Pusing saya Bu, gaji suami bulan ini cuma pas-pasan karena hampir gak ada lembur, bonus akhir tahun cuma dapat setengah itu juga gak tahu cairnya kapan, karena produksi lagi kurang katanya.""Gaji pokoknya juga kan gede hampir 8 juta kenapa harus pusing?""Gak cukup Bu Yomi, bayar cicilan rumah 2 juta, motor 2 juta, arisan 1 juta saya ngambil dua nama jadi dua juta, paylater, lisrtrik, wifi, air dan kebutuhan dapur, pusing saya, baru tanggal segini uang tinggal 700 ribu lagi, suami juga udah uring-uringan nyalahin saya," Ucap Bu Narti dengan wajah kusutnya.Masih jelas diingatan saat Bu Narti membangkan gaji suaminya dan merendahkan Mas Dirman suamiku, lantas mengapa saat ini Bu Narti mengeluh? beban pikirannya seperti jauh lebih berat dariku yang seorang Istri dari suami yang tidak memiliki gaji.Aku hanya diam menyimak dan tidak mau ikut berbicara, selama mereka tidak menyingung dan menyebut namaku aku tidak akan peduli tentang apa yang mereka bicarakan.Suamiku tak memiliki gajiPart 2"Gak bosen Ma tiap hari pulang pergi naik angkot? motor ada kenapa gak pernah dipake?" tanya suami saat aku tiba dirumah."Ribet Pa, naik angkot kan gampang tinggal duduk aja!" jawabku sambil menggantungkan tas sekolah anakku."Iya nih, Mama coba deh sekali-kali bawa motor, aku kadang kesel udah cape ditambah harus berdiri nunggu angkot." Khalisa, anakku yang baru duduk di kelas 1 SD ikut protes"Iya deh iya, besok Mama bawa motor, tapi Khalisa janji ya Mama cuma nganterin aja, nanti pulangnya Mama jemput, janji deh Mama jemputnya 10 menit sebelum Khalisa keluar kelas.""Gak mau, kalau gak ada Mama temen-temen dikelas pada jahat." Ucap Khalisa sambil memajukan bibirnya"Jahat gimana sayang?" tanya suami pada Khalisa."Iya mereka suka jahatin Khalisa, kalau Mama gak ada terus pas guru lagi keluar temen-temen Khalisa suka ngambil pensil, buku, sama penghapus milik Khalisa." Akhirnya aku tahu alasan Khalisa tidak mau ditinggal."Emang Khalisa gak laporan
Suamiku tak memiliki gajiPart 3"Siapa yang sombong Bu Narti? saya gak maksud pamer kok, bukannya Bu Narti sendiri yang mau lihat STNK saya, lagian gak apa-apa Bu motor saya murah, yang penting tenang gak pusing mikirin cicilan tiap bulannya." Ucapku sambil memasukkan kembali STNK kedalam dompetAku memang dikenal paling pendiam dari semua Ibu-ibu yang ada disini, tapi jika ada yang terang-terangan mengusik aku tidak akan diam saja."Bu Sofi nyinggung saya hah? karena NMAX saya cicilan? ya gak apa-apa cicilan juga yang penting tiap bulan lancar bayarnya, aku yakin Bu Sofi juga awalnya mau kredit juga tapi karena gak di ACC jadi deh cash. Justru saya bangga motor saya kredit itu artinya saya dipercaya punya hutang karena suami saya punya gaji." "Kalau saya dan suami niat buat kredit juga bisa Bu, Bu Narti gak tahu ya susahnya beli motor scoopy cash? saya inden sampai dua bulan lebih karena belinya cash, beberapa kali marketingnya datang nawarin biar kredit aja, kalau kredit motor bi
Suamiku tak memiliki gajiPart 4Pagi ini aku bangun dengan penuh semangat rasanya tidak sabar ingin segera bertemu dengan Bu Narti dan kawan-kawannyaAku tidak mengerti mengapa perasaanku menjadi aneh begini, biasanya aku harus melawan rasa malas saat mentari pagi menyapa Aku menyiapkan sarapan pagi dan keperluan sekolah Khalisa dengan senyum mengembang"Khalisa sini sarapan dulu cepat!" teriakku dari dapur"Iya Ma, bentar ya, tanggung belum iklan." Kebiasaan Khalisa memang selalu nonton kartun sebelum berangkat sekolah"Mama kenapa kok sumringah gitu wajahnya? biasanya tiap pagi cemberut karena malas nganterin Khalisa?" tanya Mas Dirman saat aku sedang menggoreng daging ayam"Ya lagi senang aja Pa, emangnya gak boleh?" jawabku sambil mengangkat daging ayam yang sudah matang"Bukannya gak boleh, Papa heran aja. Mama gak punya simpanan brondongkan?" Mas Dirman menatapku"Loh kok Papa nanya gitu sih? nuduh Mama yang enggak-enggak!" kuletakkan ayam goreng diatas piring"Ya biasanya nih
Suamiku tak memiliki gajiPart 5Mendengar Bella yang menangis kencang Bu Narti langsung mendekatiku, semua mata langsung tertuju padaku"Kamu apakah anak saya? kamu mau tumb*lin Bella? awas aja kalau ada apa-apa sama Bella saya akan tuntut kamu!" Bu Narti menunjuk wajahku"Tanya aja sama anak Ibu, saya gak ngapa-ngapain dia kok, saya cuma bilang sama dia kalau Bapaknya Khalisa tidak melakukan pes*gihan apa-apa, terus saya juga nanya emang Bella tahu pes*guhan itu apa, gitu doang!" kujelaskan apa adanya pada Bu Narti"Alah omong kosong, makanya jadi manusia itu harus sabar, jangan terobsesi mau kaya sampai melakukan apa aja, kalau mau kaya ya kerja jangan pake cara licik kayak gini!""Jadi menurut Bu Narti saya dan suami melakukan pesu*ihan gitu? apa buktinya Bu? hati-hati loh nanti jatuhnya fitnah!""Tidak perlu ada bukti, semua orang juga sudah tahu kok!""Eh eh ada apa ini ribut-ribut? jangan bikin keributan di sekolah! kalau Ibu-ibu ada masalah selesaikan saja diluar sekolah jan
Suamiku tak memiliki gajiPart 6"Pa orang yang udah fitnah enaknya diapain ya?" ucapku pada Mas Dirman yang sedang mencorat-coret kertas"Udah diemin aja!""Tapi ini gak bisa didiemin Pa, ini udah menyangkut nama baik kita.""Kata Papa diemin udah diemin aja Ma!""Lihat Pa, dia tega banget loh bahkan Khalisa aja jadi korban dijauhin temen-temennya!" kutunjukkan tangkapan layar yang dikirimkan Ela tadi"Udah lihatin aja Ma, cepat atau lambat dia akan nerima balasannya, Mama inget gak sama kasus fitnah b*bi ng*pet di depok yang viral tahun lalu?""Iya Mama ingat Pa!""Yaudah biarin aja, yang namanya kebenaran suatu saat pasti akan terungap dan akan menang, zaman sudah maju Ma, gak semua orang harus kelihatan bekerja keluar rumah, kalau pikiran Bu Narti masih seperti itu ngira kita ng*p*t berarti wawasan dia kurang luas, pengetahuan dia hanya sebatas kerja pabrik dan slip gaji!"Lagi-lagi aku mengucap syukur memiliki suami yang sangat bijak seperti Mas Dirman, terbayang jika Mas Dirman
Suamiku tak memiliki gajiPart 7"Mama. . . Mama. . . ." Khalisa memanggilkuJika seperti ini caranya sia-sia dong usahaku untuk sembunyi dari mereka, dengan terpaksa akupun harus menunjukkan wajahku pada Bu Narti dan kawan-kawannya"Iya apa Khalisa.""Mama ngapain di kolong?" tanya Khalisa heran"Oh ini tadi ada kabel yang keselip dibawah, ada apa?" aku pura-pura tidak tahu maksud Khalisa memanggilku"Itu ada temen-temen Khalisa sama temen Mama juga, tadi kata Mama Bella nyuruh Khalisa buat manggil Mama katanya mau lihat Mama." "Oh iya, Mama gak lihat tadi lagi benerin kabel di kolong."Aku lansung keluar dari meja kasir menemui Bu Narti dan kawan-kawan"Eh Bu Narti, Bu Yomi, Bu Ida, Bu Rita, selamat siang selamat berbelanja, silahkan dilipilih siapa tahu ada yang cocok!" ucapku pada mereka"Benar ini toko milik Bu Sofi?" tanya Bu Narti dengan tatapan sinis"Alhamdulilah Bu, ini usaha yang diberikan suami saya sebagai hadiah anniversary pernikahan kami." Ucapku sambil tersenyum"Wah
Suamiku tak memiliki gaji Part 8Beberapa saat kemudian aku menerima kiriman foto Bu Narti yang sedang terbaring diatas ranjang pasien, tangan kanannya terpasang infus dan selang oksigen melingkar pada kedua pipinya[Mudah-mudahan Bu Narti segera diberi kesembuhan seperti sedia kala] balaskuNomor pengirim pesan itu adalah nomor Bu Narti sendiri, sepertinya yang mengirim pesan itu Pak Ayi suaminya Bu NartiGrup whatssapp yang dikelola oleh wali kelaspun ramai mendoakan kesembuhan Bu Narti"Kenapa sih Ma, fokus amat sama hp?" Mas Dirman menegurku"Maaaf Pa, ini ada temen Mama sakit.""Siapa emang? ""Ini loh Pa, Bu Narti yang suka Mama ceritain itu yang suka julid sama kita," kutunjukkan foto Bu Narti yang sedang terbaring lemah pada Mas Dirman"Oh, kasian ya, mudah-mudahan segera sembuh, sakit apa emang?""Katanya sih jantung Pa.""Siapa Ma yang sakit?" Khalisa ikut bertanya"Ini, Bu Narti, Mamanya Bella.""Loh bukannya tadi Bu Narti sehat-sehat aja kan Ma? tadi Bu Narti juga datang
Suamiku tak memiliki gajiPart 9"Bu kalau saya belanja lagi kasih diskon dong harga teman gitu!" ucap Bu Yomi"Gak perlu diskon juga barang-barang ditoko saya harganya sudah cukup murah dengan kualitas yang cukup baik.""Hmmm kalau bisnis itu jangan pelit-pelit ngasih diskon apalagi sama teman sendiri!"Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan Bu YomiHari ini Bu Yomi terus berusaha mendekatiku, dia membahas apa saja untuk membuka obrolan diantara kami, namun aku tidak terlalu meresponnya dan menjawab seperlunya saja"Bu Sofi bakso kayaknya enak tuh, teraktir dong kan sekarang Bu Sofi sudah jadi wong sugih!" Bu Yomi kembali berbicara"Duh maaf Bu Yomi saya cuma bawa uang pas-pasan.""Jangan pelit-pelit Bu Sofi, nanti kismin lagi tahu rasa harus rajin sedekah jadi orang!" ucap Bu Yomi dengan ekspresi wajah yang berubah"Masalah sedekah saya biar hanya Allah yang tahu Bu!""Hmmm Bu Sofi kalau orang kaya itu harus rajin berbagi, masa cuma baso semangkok doang gak mau ngasih?""Maaf Bu, tap