Suamiku tak memiliki gaji
Part 3"Siapa yang sombong Bu Narti? saya gak maksud pamer kok, bukannya Bu Narti sendiri yang mau lihat STNK saya, lagian gak apa-apa Bu motor saya murah, yang penting tenang gak pusing mikirin cicilan tiap bulannya." Ucapku sambil memasukkan kembali STNK kedalam dompetAku memang dikenal paling pendiam dari semua Ibu-ibu yang ada disini, tapi jika ada yang terang-terangan mengusik aku tidak akan diam saja."Bu Sofi nyinggung saya hah? karena NMAX saya cicilan? ya gak apa-apa cicilan juga yang penting tiap bulan lancar bayarnya, aku yakin Bu Sofi juga awalnya mau kredit juga tapi karena gak di ACC jadi deh cash. Justru saya bangga motor saya kredit itu artinya saya dipercaya punya hutang karena suami saya punya gaji.""Kalau saya dan suami niat buat kredit juga bisa Bu, Bu Narti gak tahu ya susahnya beli motor scoopy cash? saya inden sampai dua bulan lebih karena belinya cash, beberapa kali marketingnya datang nawarin biar kredit aja, kalau kredit motor bisa langsung ada katanya, tapi kami tetap mau cash gak apa-apa nunggu lama juga.""Alah palingan juga belinya second itu, terus dibalik nama deh jadi nama Bu Sofi," Bu Yomi ikut berbicara"Ya sudah sih terserah Ibu-ibu aja ya, untuk apa cape-cape jelasin gak ada untungnya bagi saya!" kupasangkan headset ditelinga dan memutar lagu favorit"Hmm mentang-mentang udah punya motor berani ningkah dia ya, biasanya kan dia diam aja. Baru punya motor udah belagu, pantas aja hidupnya kismin terus karena dikasih nikmat dikit langsung songong." Bu Narti setengah berbisik namun masih terdengar jelas meskipun terpasang headset ditelingakuAku memilih diam saja dan pura-pura tidak mendengar apa yang Bu Narti katakanWaktu sudah menunjukkan pukul 09:50 sebentar lagi Khalisa keluar dari kelas, aku langsung bersiap agar saat Khalisa keluar nanti kita bisa langsung pulangSaat sedang menunggu Khalisa keluar dari kelasnya, tiba-tiba suamiku mengirim sebuah pesan suara[Ma pulangnya beli roti tawar sari roti ya sama nutellanya jangan lupa, sama cemilan, di kulkas udah gak ada cemilan apa-apa soalnya, beli alpuket mentega juga dua kilo]Suamiku memang lebih senang mengirim pesan suara, lebih simple dan tidak perlu repot mengetik katanya"Emm tukang anggur laganya kayak bos gedongan, segala beli sari roti sama nutella, saya aja yang tiap bulan belanja bulanan ke super market jarang beli begituan, soalnya mahal, sayang duit." Tiba-tiba saja Bu Narti berbicara seperti itu, sepertinya dia mendengar pesan yang dikirimkan Mas Dirman"Bu Narti nyindir suami saya?" aku langsung bertanya padanya"Apa sih Bu Sofi? sensitif amat, saya lagi ngomongin tukang anggur, emang Pak Dirman tukang anggur? bukan kan." Bu Narti mengelak"Oh, kirain lagi nyindir, tadinya kalau Bu Narti nyindir suami saya, saya mau bayarin cicilan NMAX Bu Narti bulan ini, ternyata enggak. Maaf ya Bu Narti saya sudah buruk sangka." Ucapku sambil pergi meninggalkan mereka kebetulan juga Khalisa sudah keluar dari kelasnyaHari ini mungkin aku menjadi manusia paling menyebalkan bagi Bu Narti dan kawan-kawannya, tapi aku tak peduli mereka sendiri yang memulai semuanyaSebelum pulang aku mengajak Khalisa untuk mampir di sebuah Mini Market dan kios buah-buahan untuk membeli beberapa titipan Mas Dirman tadi"Habis ini belanja apa lagi Ma?" tanya Khalisa saat aku membayar dua kilo alpukat"Enggak belanja lagi, kita langsung pulang."Jika naik angkot biasanya butuh waktu kurang lebih 30 menit untuk sampai dirumah, namun jika menggunakan sepeda motor cukup 15 menit saja."Pulang-pulang wajahnya ditekuk gitu sih, ada apa? Khalisa Mamanya kenapa tuh?" tanya suamiku"Khalisa juga gak tahu Pa.""Mama kenapa sih? kalau ada apa-apa itu cerita jangan dibawa cemberut nanti cepat tua," goda suamiku"Mama kesal Pa, Mama tadi diintrogasi sama temen-temen Mama, terus tadi juga ada yang nyindir Papa." Ucapkan sambil melepas peniti yang mengaitkan kerudungku"Diintrogasi kenapa?""Tuh, gara-gara bawa itu," ucapku sambil menunjuk sepeda motor diteras"vara-gara bawa dia Mama ditanya macam-macam, mereka gak percaya kalau kita punya motor sampai minta ditunjukin STNK macam Pak Polisi lagi nilang." Sambungku"Emm yaudah lah biarin aja jangan diladenin kayak anak kecil aja!""Mereka keterlaluan Pa, tadi dia juga waktu Mama dengerin VN dari Papa tiba-tiba Bu Narti nyindir katanya tukang anggur laganya kayak gedongan.""Udah, kata Papa apa, biarin aja! kalau udah dasarnya gak suka sama kita mau gimana lagi, orang yang benci memang senang melihat kita susah dan susah melihat kita senang."Benar apa yang dikatakan suamiku, meskipun apa yang kita lakukan benar tetap saja dimata orang yang membenci pasti akan tetap salah.***Malam sudah larut, namun mata ini masih menolak untuk terpejam, kulirik jam yang menempel di dinding kamar, jarum jam tepat berada di angka 11.Khalisa sudah tidur sejak tadi, sedangkan Mas Dirman masih asik diruangan kerjanya, untuk mengusir rasa bosan kuraih ponsel diatas nakas dan membuka beberapa aplikasi.Aplikasi yang pertama kubuka adalah f******k, meskipun aku sangat jarang membuat status ataupun mengunggah foto tapi aku sangat senang menarik ulur beranda hanya untuk melihat postingan orang lain[Maklum OKB makanya nora, padahal baru punya motor doang gimana kalau punya Avanza Ayla atau Pajero kayaknya bakal di arak keliling kota buat di pamerin]Tak sengaja aku membaca status dari akun bernama Mama Bella yang tidak lain adalah Bu NartiKulihat ada 11 komentar dalam postingannya, karena penasaran akhirnya kulihat semua komentar dalam postingan yang dibagikan dua jam yang lalu itu[Maklum lah Mama Bella, mungkin dia butuh pengakuan kalau dia juga mampu beli apa yang kita punya] tulis akun bernama Yomi Ajah[Mungkin dia gak tahu kalau sombong itu dosa] Bu Narti membalas komentar[Harus dikasih ceramah kalau gitu biar dia tahu dosa][Orang kayak gitu mana tau dosa Bu Yomi, kalau tahu dosa gak mungkin ng*p*t, logikanya aja lakinya setiap hari dirumah terus punya uang dari mana buat beli kuda besi kalau gak ng*p*t? Hahaha]Aku tak sanggup membaca komentar-komentar berikutnya pasti isi komentarnya jauh lebih pedasMeskipun dalam postingan itu tidak menyebut namaku tapi aku tahu siapa yang mereka maksud siapa lagi kalau bukan aku[Yang sabar ya Pa ngajarin Mama nyerir, jangan galak-galak] itulah caption dalam video yang ku unggah, videoku saat belajar nyetir beberapa bulan lalu.Aku tertawa geli saat membaca kembali postingan yang kubagikan, aku sengaja membagikan itu agar Bu Narti melihatnya, biar yang panas semakin panas, penasaran bagaimana responnya nanti.***Suamiku tak memiliki gajiPart 4Pagi ini aku bangun dengan penuh semangat rasanya tidak sabar ingin segera bertemu dengan Bu Narti dan kawan-kawannyaAku tidak mengerti mengapa perasaanku menjadi aneh begini, biasanya aku harus melawan rasa malas saat mentari pagi menyapa Aku menyiapkan sarapan pagi dan keperluan sekolah Khalisa dengan senyum mengembang"Khalisa sini sarapan dulu cepat!" teriakku dari dapur"Iya Ma, bentar ya, tanggung belum iklan." Kebiasaan Khalisa memang selalu nonton kartun sebelum berangkat sekolah"Mama kenapa kok sumringah gitu wajahnya? biasanya tiap pagi cemberut karena malas nganterin Khalisa?" tanya Mas Dirman saat aku sedang menggoreng daging ayam"Ya lagi senang aja Pa, emangnya gak boleh?" jawabku sambil mengangkat daging ayam yang sudah matang"Bukannya gak boleh, Papa heran aja. Mama gak punya simpanan brondongkan?" Mas Dirman menatapku"Loh kok Papa nanya gitu sih? nuduh Mama yang enggak-enggak!" kuletakkan ayam goreng diatas piring"Ya biasanya nih
Suamiku tak memiliki gajiPart 5Mendengar Bella yang menangis kencang Bu Narti langsung mendekatiku, semua mata langsung tertuju padaku"Kamu apakah anak saya? kamu mau tumb*lin Bella? awas aja kalau ada apa-apa sama Bella saya akan tuntut kamu!" Bu Narti menunjuk wajahku"Tanya aja sama anak Ibu, saya gak ngapa-ngapain dia kok, saya cuma bilang sama dia kalau Bapaknya Khalisa tidak melakukan pes*gihan apa-apa, terus saya juga nanya emang Bella tahu pes*guhan itu apa, gitu doang!" kujelaskan apa adanya pada Bu Narti"Alah omong kosong, makanya jadi manusia itu harus sabar, jangan terobsesi mau kaya sampai melakukan apa aja, kalau mau kaya ya kerja jangan pake cara licik kayak gini!""Jadi menurut Bu Narti saya dan suami melakukan pesu*ihan gitu? apa buktinya Bu? hati-hati loh nanti jatuhnya fitnah!""Tidak perlu ada bukti, semua orang juga sudah tahu kok!""Eh eh ada apa ini ribut-ribut? jangan bikin keributan di sekolah! kalau Ibu-ibu ada masalah selesaikan saja diluar sekolah jan
Suamiku tak memiliki gajiPart 6"Pa orang yang udah fitnah enaknya diapain ya?" ucapku pada Mas Dirman yang sedang mencorat-coret kertas"Udah diemin aja!""Tapi ini gak bisa didiemin Pa, ini udah menyangkut nama baik kita.""Kata Papa diemin udah diemin aja Ma!""Lihat Pa, dia tega banget loh bahkan Khalisa aja jadi korban dijauhin temen-temennya!" kutunjukkan tangkapan layar yang dikirimkan Ela tadi"Udah lihatin aja Ma, cepat atau lambat dia akan nerima balasannya, Mama inget gak sama kasus fitnah b*bi ng*pet di depok yang viral tahun lalu?""Iya Mama ingat Pa!""Yaudah biarin aja, yang namanya kebenaran suatu saat pasti akan terungap dan akan menang, zaman sudah maju Ma, gak semua orang harus kelihatan bekerja keluar rumah, kalau pikiran Bu Narti masih seperti itu ngira kita ng*p*t berarti wawasan dia kurang luas, pengetahuan dia hanya sebatas kerja pabrik dan slip gaji!"Lagi-lagi aku mengucap syukur memiliki suami yang sangat bijak seperti Mas Dirman, terbayang jika Mas Dirman
Suamiku tak memiliki gajiPart 7"Mama. . . Mama. . . ." Khalisa memanggilkuJika seperti ini caranya sia-sia dong usahaku untuk sembunyi dari mereka, dengan terpaksa akupun harus menunjukkan wajahku pada Bu Narti dan kawan-kawannya"Iya apa Khalisa.""Mama ngapain di kolong?" tanya Khalisa heran"Oh ini tadi ada kabel yang keselip dibawah, ada apa?" aku pura-pura tidak tahu maksud Khalisa memanggilku"Itu ada temen-temen Khalisa sama temen Mama juga, tadi kata Mama Bella nyuruh Khalisa buat manggil Mama katanya mau lihat Mama." "Oh iya, Mama gak lihat tadi lagi benerin kabel di kolong."Aku lansung keluar dari meja kasir menemui Bu Narti dan kawan-kawan"Eh Bu Narti, Bu Yomi, Bu Ida, Bu Rita, selamat siang selamat berbelanja, silahkan dilipilih siapa tahu ada yang cocok!" ucapku pada mereka"Benar ini toko milik Bu Sofi?" tanya Bu Narti dengan tatapan sinis"Alhamdulilah Bu, ini usaha yang diberikan suami saya sebagai hadiah anniversary pernikahan kami." Ucapku sambil tersenyum"Wah
Suamiku tak memiliki gaji Part 8Beberapa saat kemudian aku menerima kiriman foto Bu Narti yang sedang terbaring diatas ranjang pasien, tangan kanannya terpasang infus dan selang oksigen melingkar pada kedua pipinya[Mudah-mudahan Bu Narti segera diberi kesembuhan seperti sedia kala] balaskuNomor pengirim pesan itu adalah nomor Bu Narti sendiri, sepertinya yang mengirim pesan itu Pak Ayi suaminya Bu NartiGrup whatssapp yang dikelola oleh wali kelaspun ramai mendoakan kesembuhan Bu Narti"Kenapa sih Ma, fokus amat sama hp?" Mas Dirman menegurku"Maaaf Pa, ini ada temen Mama sakit.""Siapa emang? ""Ini loh Pa, Bu Narti yang suka Mama ceritain itu yang suka julid sama kita," kutunjukkan foto Bu Narti yang sedang terbaring lemah pada Mas Dirman"Oh, kasian ya, mudah-mudahan segera sembuh, sakit apa emang?""Katanya sih jantung Pa.""Siapa Ma yang sakit?" Khalisa ikut bertanya"Ini, Bu Narti, Mamanya Bella.""Loh bukannya tadi Bu Narti sehat-sehat aja kan Ma? tadi Bu Narti juga datang
Suamiku tak memiliki gajiPart 9"Bu kalau saya belanja lagi kasih diskon dong harga teman gitu!" ucap Bu Yomi"Gak perlu diskon juga barang-barang ditoko saya harganya sudah cukup murah dengan kualitas yang cukup baik.""Hmmm kalau bisnis itu jangan pelit-pelit ngasih diskon apalagi sama teman sendiri!"Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan Bu YomiHari ini Bu Yomi terus berusaha mendekatiku, dia membahas apa saja untuk membuka obrolan diantara kami, namun aku tidak terlalu meresponnya dan menjawab seperlunya saja"Bu Sofi bakso kayaknya enak tuh, teraktir dong kan sekarang Bu Sofi sudah jadi wong sugih!" Bu Yomi kembali berbicara"Duh maaf Bu Yomi saya cuma bawa uang pas-pasan.""Jangan pelit-pelit Bu Sofi, nanti kismin lagi tahu rasa harus rajin sedekah jadi orang!" ucap Bu Yomi dengan ekspresi wajah yang berubah"Masalah sedekah saya biar hanya Allah yang tahu Bu!""Hmmm Bu Sofi kalau orang kaya itu harus rajin berbagi, masa cuma baso semangkok doang gak mau ngasih?""Maaf Bu, tap
Suamiku tak memiliki gajiPart 10POV Bu Narti"Kamu kok pulang cepat sih? emangnya gak ada lembur?" tanyaku pada suamiMungkin orang lain akan senang saat suaminya pulang lebih cepat dari biasanya, tapi tidak denganku, karena jika sehari saja dia kerja tanpa lembur maka akan mengurangi nominal gaji yang diterima nanti"Pabrik lagi sepi order, jadi kayaknya beberapa bulan kedepan gak akan ada lembur." jelas suamiku"Apa? gak ada lembur? jadi cuma dapat gaji pokok aja dong?""Kamu harusnya bersyukur, lihat orang diluar sana masih banyak yang nganggur." Laki-laki bernama Toni ini malah ceramah"Gimana caranya aku bersyukur? gaji pokok cuma 8 juta, itu hanya cukup bayar cicilan aja, terus untuk makan dari mana?""Berarti harus ada yang di korbankan!""Maksudnya?""Dari pada gaji abis cuma buat bayar cicilan mending kita korbanin salah satu, bisa rumah atau motor."Tanpa merasa bersalah dia berbicara seperti itu, mau disimpan dimana wajah glowingku ini jika orang lain tahu rumah dan motor
Suamiku tak memiliki gaji part 11POV Bu Narti"Gimana udah dapat belum kambing bulu hitam nya?" tanyaku pada Toni yang sudah menyanggupi akan mencarikan kambing berbulu hitam untuk pengobatanku"Kamu pikir beli kambing bisa pake rumput hah? bisanya cuma nyuruh doang, ngasih duit kagak!" jawabnya dengan nada tinggi"Lah terus gimana dong? besok udah jumat kliwon sekarang kambing bulu hitamnya aja belum dapat, kalau aku gak sembuh gimana?""Sudah kubilang berobat medis saja, minum obat yang diberikan dokter, penyakitmu itu sudah jelas jadi gak perlu berobat ke dukun!" "Oh, aku tahu kok kamu malah nyuruh aku berobat ke dokter biar gratis kan pake bpjs?""Itu kamu tahu jawabannya!""Dasar, laki-laki takut rugi, buat berobat Istri aja perhitungan!""Dengar ya Narti Hartati, aku tanya padamu darimana letak perhitungannya, selama ini uang gaji kamu yang kelola, aku gak lembur kamu marah-marah, tiap bulan kamu shoping beli baju ini itu sama anakmu apa kamu pernah membelikan sepotong baju u