Suamiku tak memiliki gajiPart 21PoV Pak ToniDulu aku merasa bangga bisa menikahi perempuan bernama Narti Hartati yang merupakan seorang kembang Desa ituNamun rasa bangga itu berubah menjadi penyesalan, seandainya waktu bisa diputar mungkin aku tidak akan memilih Narti menjadi IstrikuAndai tidak ada lagi wanita didunia ini selain Narti lebih baik aku hidup seorang diri sampai maut menjemputkuApakah aku salah jika aku menyerah dan memilih berhenti menjadi imam untuk Narti, aku benar-benar lelah tenagaku diperas namun aku tidak dilayani dengan baik, padahal penghasilanku setiap bulannya menurutku lebih dari cukup "Sarapannya cuma ini?" Aku protes saat Narti memberiku sarapan nasi yang digoreng tanpa minyak dan hanya diberi bumbu garam"Iya, emangnya mau makan apa? rendang sapi, semur ayam atau mekdi? yaudah sini uangnya aku belikan!""Tak punya otak kau ini Narti, yang pegang uangkan semuanya kamu? setelah gajiku cair langsung kau rampas, terus aku punya uang darimana?""Ya mak
Suamiku tak memiliki gajiPart 22Akhirnya hari yang kami nantikan selama ini tiba, pada besok malam keluarga kecil kami akan berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah umrohSebelum berangkat selain menggelar syukuran kami juga meminta maaf dan meminta ridho kepada orang tua dan keluarga kami agar perjalanan ibadan kami diberikan kelancaran dan diberi kemudahan dalam segala hal"Ma, ngapapin sih masih bongkar-bongkar koper?" tanya Mas Dirman"Mama lagi ngecek dulu siapa tahu ada barang yang ketinggalan Pa.""Kan dari seminggu kemarin packing udah di cek ada lebih 3 kali, udah jangan bongkar pasang lagi, cape. Ayo istirahat!""Iya Pa, bentar ya sekali lagi." Kembali ku periksa tiga koper yang akan kami bawa, aku, Khalisa dan Mas Dirman masing-masing membawa satu koper jadi semuanya ada tiga koper yang akan dibawa"Yaudah terserah Mama aja deh!"Rasanya aku tidak bisa tidur malam ini, tidak sabar rasanya ingin segera datang hari esokSelama kami umroh urusan toko aku serahkan dan
Suamiku tak memiliki gajiPart 23Hari ini aku kembali dengan aktifitasku yaitu mengantarkan Khalisa sekolah namun ada yang spesial selain Khalisa yang sudah naik ke kelas dua, Khalisa pun sudah tidak mau ditunggu selama proses belajar, dia hanya meminta untuk diantar jemput saja."Ma, Khalisa kan udah gede jadi Khalisa gak perlu ditunggu lagi ya!" ucap Khalisa saat aku sedang menyisir rambutnya."Siap, gitu dong, inget kata Mama ya, belajar yang benar kalau ada yang jahil apalagi sampai nyakitin jangan takut lapor ke guru."Pukul setengah 6 aku dan Khalisa sudah berangkat, karena sudah menjadi tradisi hari pertama di tahun ajaran baru pasti para murid akan berangkat lebih pagi untuk memilih tempat duduk, sistem pemilihan tempat duduk memang tidak pernah ditentukan oleh guru maupun sekolah jadi semua tergantung siapa cepat dia dapat, Khalisa memilih tempat duduk di barisan ketiga meskipun kursi didepan masih kosong, menurut Khalisa duduk dipaling depan kurang nyaman.Di hari pertama s
Suamiku tak memiliki gajiPart 24Hari ini aku mendapat kabar jika Bu Yomi juga ikut ditahan di kantor polisi.Sekilas aku memikirkan bagaimana dengan Aqila, anaknya Bu Yomi, dengan siapa dia sekarang apa dia ikut dibawa ke kantor polisi? mengingat Bu Yomi dan Pak Edi hanyalah pendatang di kota ini, mereka tidak memiliki keluarga disini."Ma, kenapa sih kok bengong?" tegur suamiku."Oh enggak kok, Mama gak bengong, Mama cuma merhatiin orang yang lewat aja mau kemana ya mereka.""Mama ini ada-ada saja, Papa pulang dulu ya ke rumah, biasa ada kerjaan mendadak." Mas Dirman mengambil kunci motor yang disimpan didalam meja kasir."Yaudah hati-hati Pa!"Entah kenapa perasaan bersalah pada pelaku pencurian kemarin terus menghantuiku, aku merasa jadi manusia paling jahat di muka bumi ini.Apalagi saat mengingat omongan dari salah satu pelaku, dia terpaksa melakukan itu karena Istrinya sebentar lagi mau melahirkan butuh biaya, jadi tanpa pikir panjang dia mengambil tawaran pekerjaan dari Bu Yo
Suamiku tak memiliki gajiPart 25"Maaf Bu Anggi, yang barusan itu siapa saya baru liat?" tanyaku setelah Bu Narti kembali ke belakang."Oh itu Mba baru, yang biasa bantuin disini resign pulang kampung mau nikah." "Udah lama kerja disininya?""Baru sekitar dua mingguan lah, kasian juga dengar cerita hidupnya katanya dia sakit-sakitan karena di guna-guna sama orang lain suaminya sampai pergi ninggalin dia sama anaknya gitu aja karena bosan ngurus dia keluar masuk rumah sakit, ya mudah-mudahan kerja sama aku dia sehat." Jawab Bu Anggi sambil menuangkan sirup pada gelasnya."Tega sekali dia fitnah suaminya kayak gitu, padahal suaminya luar biasa baik.""Uhuk. . . uhuk. . . emang Bu Sofi kenal sama Mba Narti?" Bu Anggi hampir mengeluarkan lagi sirup yang baru saja dia teguk."Kenal lah, anaknya itu satu sekolah satu kelas sama anak saya Khalisa, tiap hari kita ketemu karena sama-sama nungguin anak sekolah.""Terus gimana karakter dia? kalau ketemu tiap hari pasti sudah hafal dong dengan
Suamiku tidak memiliki gaji.Part 1"Duh saya senang banget kalau udah akhir tahun gini," Ucap Bu Narti saat kami sedang berkumpul menunggu jam pelajaran anak selesai."Emang kenapa Bu?" Bu Yomi menimpali ucapan Bu Narti."Ya senang lah, akhir tahun kan suamiku dapat bonus, gaji ke 13, lumayan, terus bulan depannya gajinya naik kan.""Oh gitu, kalau di pabrik suami saya gak ada tuh namanya bonus akhir tahun, tapi gak apa-apalah yang penting punya kerjaan." "Makanya suruh kerja di pabrik yang bonafide kayak suami saya, jangan kerja dipabrik kecil gitu, tahun depan juga kayaknya pabriknya bangkrut hahaha," Ucap Bu Narti dengan tawa terbahak-bahak, padahal menurutku tidak ada yang lucu dari ucapannya itu.Aku hanya diam tidak ikut berbicara apapun."Ehhh tapi ada yang lebih kasian loh dari Bu Yomi," Bu Narti kembali berbicara."Siapa?""Tuh Bu Sofi, suaminya kan cuma pengangguran gak punya gaji hahaha," Bu Narti kembali tertawa.Karena namaku sudah disebut jadi aku tidak bisa diam saja.
Suamiku tak memiliki gajiPart 2"Gak bosen Ma tiap hari pulang pergi naik angkot? motor ada kenapa gak pernah dipake?" tanya suami saat aku tiba dirumah."Ribet Pa, naik angkot kan gampang tinggal duduk aja!" jawabku sambil menggantungkan tas sekolah anakku."Iya nih, Mama coba deh sekali-kali bawa motor, aku kadang kesel udah cape ditambah harus berdiri nunggu angkot." Khalisa, anakku yang baru duduk di kelas 1 SD ikut protes"Iya deh iya, besok Mama bawa motor, tapi Khalisa janji ya Mama cuma nganterin aja, nanti pulangnya Mama jemput, janji deh Mama jemputnya 10 menit sebelum Khalisa keluar kelas.""Gak mau, kalau gak ada Mama temen-temen dikelas pada jahat." Ucap Khalisa sambil memajukan bibirnya"Jahat gimana sayang?" tanya suami pada Khalisa."Iya mereka suka jahatin Khalisa, kalau Mama gak ada terus pas guru lagi keluar temen-temen Khalisa suka ngambil pensil, buku, sama penghapus milik Khalisa." Akhirnya aku tahu alasan Khalisa tidak mau ditinggal."Emang Khalisa gak laporan
Suamiku tak memiliki gajiPart 3"Siapa yang sombong Bu Narti? saya gak maksud pamer kok, bukannya Bu Narti sendiri yang mau lihat STNK saya, lagian gak apa-apa Bu motor saya murah, yang penting tenang gak pusing mikirin cicilan tiap bulannya." Ucapku sambil memasukkan kembali STNK kedalam dompetAku memang dikenal paling pendiam dari semua Ibu-ibu yang ada disini, tapi jika ada yang terang-terangan mengusik aku tidak akan diam saja."Bu Sofi nyinggung saya hah? karena NMAX saya cicilan? ya gak apa-apa cicilan juga yang penting tiap bulan lancar bayarnya, aku yakin Bu Sofi juga awalnya mau kredit juga tapi karena gak di ACC jadi deh cash. Justru saya bangga motor saya kredit itu artinya saya dipercaya punya hutang karena suami saya punya gaji." "Kalau saya dan suami niat buat kredit juga bisa Bu, Bu Narti gak tahu ya susahnya beli motor scoopy cash? saya inden sampai dua bulan lebih karena belinya cash, beberapa kali marketingnya datang nawarin biar kredit aja, kalau kredit motor bi
Suamiku tak memiliki gajiPart 25"Maaf Bu Anggi, yang barusan itu siapa saya baru liat?" tanyaku setelah Bu Narti kembali ke belakang."Oh itu Mba baru, yang biasa bantuin disini resign pulang kampung mau nikah." "Udah lama kerja disininya?""Baru sekitar dua mingguan lah, kasian juga dengar cerita hidupnya katanya dia sakit-sakitan karena di guna-guna sama orang lain suaminya sampai pergi ninggalin dia sama anaknya gitu aja karena bosan ngurus dia keluar masuk rumah sakit, ya mudah-mudahan kerja sama aku dia sehat." Jawab Bu Anggi sambil menuangkan sirup pada gelasnya."Tega sekali dia fitnah suaminya kayak gitu, padahal suaminya luar biasa baik.""Uhuk. . . uhuk. . . emang Bu Sofi kenal sama Mba Narti?" Bu Anggi hampir mengeluarkan lagi sirup yang baru saja dia teguk."Kenal lah, anaknya itu satu sekolah satu kelas sama anak saya Khalisa, tiap hari kita ketemu karena sama-sama nungguin anak sekolah.""Terus gimana karakter dia? kalau ketemu tiap hari pasti sudah hafal dong dengan
Suamiku tak memiliki gajiPart 24Hari ini aku mendapat kabar jika Bu Yomi juga ikut ditahan di kantor polisi.Sekilas aku memikirkan bagaimana dengan Aqila, anaknya Bu Yomi, dengan siapa dia sekarang apa dia ikut dibawa ke kantor polisi? mengingat Bu Yomi dan Pak Edi hanyalah pendatang di kota ini, mereka tidak memiliki keluarga disini."Ma, kenapa sih kok bengong?" tegur suamiku."Oh enggak kok, Mama gak bengong, Mama cuma merhatiin orang yang lewat aja mau kemana ya mereka.""Mama ini ada-ada saja, Papa pulang dulu ya ke rumah, biasa ada kerjaan mendadak." Mas Dirman mengambil kunci motor yang disimpan didalam meja kasir."Yaudah hati-hati Pa!"Entah kenapa perasaan bersalah pada pelaku pencurian kemarin terus menghantuiku, aku merasa jadi manusia paling jahat di muka bumi ini.Apalagi saat mengingat omongan dari salah satu pelaku, dia terpaksa melakukan itu karena Istrinya sebentar lagi mau melahirkan butuh biaya, jadi tanpa pikir panjang dia mengambil tawaran pekerjaan dari Bu Yo
Suamiku tak memiliki gajiPart 23Hari ini aku kembali dengan aktifitasku yaitu mengantarkan Khalisa sekolah namun ada yang spesial selain Khalisa yang sudah naik ke kelas dua, Khalisa pun sudah tidak mau ditunggu selama proses belajar, dia hanya meminta untuk diantar jemput saja."Ma, Khalisa kan udah gede jadi Khalisa gak perlu ditunggu lagi ya!" ucap Khalisa saat aku sedang menyisir rambutnya."Siap, gitu dong, inget kata Mama ya, belajar yang benar kalau ada yang jahil apalagi sampai nyakitin jangan takut lapor ke guru."Pukul setengah 6 aku dan Khalisa sudah berangkat, karena sudah menjadi tradisi hari pertama di tahun ajaran baru pasti para murid akan berangkat lebih pagi untuk memilih tempat duduk, sistem pemilihan tempat duduk memang tidak pernah ditentukan oleh guru maupun sekolah jadi semua tergantung siapa cepat dia dapat, Khalisa memilih tempat duduk di barisan ketiga meskipun kursi didepan masih kosong, menurut Khalisa duduk dipaling depan kurang nyaman.Di hari pertama s
Suamiku tak memiliki gajiPart 22Akhirnya hari yang kami nantikan selama ini tiba, pada besok malam keluarga kecil kami akan berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah umrohSebelum berangkat selain menggelar syukuran kami juga meminta maaf dan meminta ridho kepada orang tua dan keluarga kami agar perjalanan ibadan kami diberikan kelancaran dan diberi kemudahan dalam segala hal"Ma, ngapapin sih masih bongkar-bongkar koper?" tanya Mas Dirman"Mama lagi ngecek dulu siapa tahu ada barang yang ketinggalan Pa.""Kan dari seminggu kemarin packing udah di cek ada lebih 3 kali, udah jangan bongkar pasang lagi, cape. Ayo istirahat!""Iya Pa, bentar ya sekali lagi." Kembali ku periksa tiga koper yang akan kami bawa, aku, Khalisa dan Mas Dirman masing-masing membawa satu koper jadi semuanya ada tiga koper yang akan dibawa"Yaudah terserah Mama aja deh!"Rasanya aku tidak bisa tidur malam ini, tidak sabar rasanya ingin segera datang hari esokSelama kami umroh urusan toko aku serahkan dan
Suamiku tak memiliki gajiPart 21PoV Pak ToniDulu aku merasa bangga bisa menikahi perempuan bernama Narti Hartati yang merupakan seorang kembang Desa ituNamun rasa bangga itu berubah menjadi penyesalan, seandainya waktu bisa diputar mungkin aku tidak akan memilih Narti menjadi IstrikuAndai tidak ada lagi wanita didunia ini selain Narti lebih baik aku hidup seorang diri sampai maut menjemputkuApakah aku salah jika aku menyerah dan memilih berhenti menjadi imam untuk Narti, aku benar-benar lelah tenagaku diperas namun aku tidak dilayani dengan baik, padahal penghasilanku setiap bulannya menurutku lebih dari cukup "Sarapannya cuma ini?" Aku protes saat Narti memberiku sarapan nasi yang digoreng tanpa minyak dan hanya diberi bumbu garam"Iya, emangnya mau makan apa? rendang sapi, semur ayam atau mekdi? yaudah sini uangnya aku belikan!""Tak punya otak kau ini Narti, yang pegang uangkan semuanya kamu? setelah gajiku cair langsung kau rampas, terus aku punya uang darimana?""Ya mak
Suamiku tak memikiki gajiPart 20"Iya itu emang suami saya, kalau libur suka jualan disini, biasa sampingan, suami saya emang pekerja keras meskipun gajinya gede tetap mau nyari penghasilan tambahan." Bu Narti membenarkan itu memang suaminyaJawaban Bu Narti benar-benar diluar dugaanku, aku kira akan terjadi huru hara saat ini mengingat Bu Narti selalu tidak terima jika ada orang yang berani menghina dan mempermalukannya"Ciyuuus Bu Narti? tapi beberapa hari lalu aku ketemu suami Bu Narti dia lagi kuli panggil di toko Bu Sofi? kalau gak salah itu hari rabu atau kamis, bukan hari libur pokoknya, terus pas saya tanya katanya Pak Toni udah gak kerja lagi dipabrik." Bu Yomi berusaha memancing keributan dengan Bu Narti"Suami saya emang suka gitu, suka merendah, yang jelas saya Istrinya lebih tahu, Bu Yomi jangan so tahu ya!" ucap Bu Narti tegas"Pantas aja segitunya nyari sampingan kan cicilan Bu Narti banyak, arisan nunggak, makan aja sampai ngutang." Bu Ida membuat suasana semakin pana
Suamiku tak memiliki gajiPart 19"Kok dia bisa sih masuk kedalam, emang tadi malam gerbang gak dikunci Pa?""Dikunci, tadi subuh pulang dari Masjid Papa gak kunci lagi," Mas Dirman meneguk kembali teh hangat yang kubuat"Terus gimana sekarang Pak Toni nya udah pulang belum?""Belum,""Kenapa belum pulang?""Papa suruh dia nunggu dulu, gimana ya Ma, Mama punya ide gak kasih kerjaan apa gitu?""Ya bilang aja gak ada Pa, apa susahnya?""Kasian Ma."Mas Dirman memang orang yang tidak tegaan, terkadang aku kesal dengan sikapnya yang seperti itu, dia rela memberikan apa yang dia punya demi bisa membantu orang lain "Hari ini ada barang datang kan ke toko Mama?" tanya Mas Dirman"Iya, emang kenapa?""Gimana kalau kita suruh Pak Toni buat bantuin, lumayan kita bisa minta dia buat bongkar muat.""Yaudah, terserah Papa aja, Mama ngikutin!"Setelah aku setuju dengan pendapatnya, Mas Dirman langsung kembali kedepan menemui Pak Toni"Pa, emang Pak Toni belum ngasih tahu Istrinya kalau dia udah ga
Suamiku tak memiliki gajiPart 18"Pa, rumput didepan udah tinggi gitu, mau dibersihin sama Papa apa nyuruh orang aja?" tanyaku saat aku sedang bersiap mengantarkan Khalisa sekolah"Nyuruh orang aja lah, Papa lagi banyak proyek ini gak bakal sempet." Mas Dirman tetap fokus pada layar tabletnya"Emm yaudah kalau gitu, tapi siapa ya kira-kira yang mau?" kusematkan jarum pentul pada jilbabku"Tenang aja Ma, nanti Papa aja yang nyari.""Oke Pa, Mama berangkat dulu ya!""Iya hati-hati Ma!""Eh Pa, jangan lupa ya hari ini kita mau ke kantor agen travel umroh yang Mama obrolin tadi malam!""Siap Ma!"Setelah berpamitan pada Mas Dirman aku langsung berangkat mengantarkan Khalisa sekolah, hari ini setelah Khalisa pulang sekolah kami akan pergi ke kantor agen travel umroh, dan untuk urusan toko ku serahkan semua pada dua pegawaiku"Bu Rita makanya kalau ikut arisan itu harus disiplin bayarnya jangan nunggu ditagih dulu, apalagi kalau arisannya udah menang duluan jangan merasa udah menang jadi l
Suamiku tak memiliki gajiPart 17"Ciyee nyolot hahaha." Ledek Bu Yomi pada Bu Narti"Kenapa Ibu marah sama saya? dari tadi saya diam aja loh gak ngomong apa-apa." Tanyaku pada Bu Narti"Kamu emang gak ngomong, tapi kamu kan yang nyuruh mereka nyindir-nyindir saya?""Bisa Ibu tanyakan langsung pada mereka!""Sini ngomong langsung sama saya kalau emang berani, jangan nyerang Bu Sofi, dia gak tahu apa-apa." Ucap Bu YomiNampaknya Bu Narti tidak berani menanggapi ocehan Bu Yomi, dia memilih untuk mundur dan kembali dudukPenampilan Bu Narti kini sedikit berubah meskipun aku tidak terlalu memperhatikan namun aku bisa membedakan penampilan Bu Narti dulu dan sekarangDulu dia selalu tampil paling menonjol diantara kami, menggunakan make up cukup tebal dan pakaian yang selalu matching dengan warna tas dan sepatu yang dia pakaiHampir setiap minggu dia pamer belanja baju baru apalagi saat suaminya baru gajian semua teman-teman satu gengnya dia traktir makan-makan"Ini bukan yang dicari?" ucap